Tag Archives: music

Gtunes Smartfren

Aplikasi Musik Lokal Gtunes Fasilitasi Musisi Indie Promosikan Karya

Setelah meluncur di akhir tahun 2017, layanan streaming musik lokal Gtunes kembali melakukan pembaruan dan mengumumkan kerja sama strategis dengan Smartfren. Dalam acara temu media, Business Development Gtunes Aradita mengungkapkan, pembaruan tersebut dilakukan akhir tahun 2018 ini agar bisa memberikan layanan lebih baik lagi kepada pengguna.

“Dari sisi fitur tidak ada yang berbeda, Gtunes tetap menjadi layanan musik streaming dari musisi lokal independen (indie label) dengan fitur lainnya seperti live chat dan karaoke bareng musisi yang nantinya bisa di-share ke media sosial,” kata Aradita.

Untuk fitur terakhir karoke, rencananya akan diluncurkan oleh Gtunes tahun 2019 mendatang.

Saat ini Gtunes fokus pada konten streaming musik lokal yang belum memiliki label dan kesulitan untuk mempromosikan karyanya. Gtunes menjalin kolaborasi dengan Asosiasi Komunitas Musisi Indie Indonesia, yang selama ini telah menjadi wadah untuk musisi indie berkarya.

“Secara keseluruhan kita punya sekitar 70 musisi indie, jumlah tersebut tentunya akan kita tambah. Sementara untuk pengguna sendiri masih sedikit jumlahnya,” kata Aradita.

Saat ini Gtunes dapat diakses melalui platform Android dan website. Ke depannya, Gtunes juga akan mengembangkan berbagai fitur, termasuk kanal untuk memproses voucher di aplikasi. Untuk saat ini semua proses tersebut baru bisa dilakukan di situs.

Strategi monetisasi

Masih dalam fase awal, Gtunes juga akan memberlakukan revenue sharing kepada musisi lokal yang bergabung dengan Gtunes. Perhitungan juga akan dilihat dari jumlah pengguna yang mendengarkan lagu di aplikasi, sesuai kesepakatan dengan masing-masing musisi.

“Tentunya semua memiliki kesepakatan yang berbeda-beda antara musisi senior hingga yang masih baru. Pada dasarnya kami akan menerapkan revenue sharing kepada musisi,” kata Aradita.

Saat ini pilihan paket berlangganan juga baru bisa diakses oleh pengguna Smartfren, sementara untuk pilihan pembayaran carrier billing operator telekomunikasi lainnya baru bisa diakses di situs Gtunes.

“Selain carrier billing kami juga menyediakan pembayaran melalui kartu kredit, Doku, hingga bank transfer untuk semua pengguna. Namun bagi pengguna Smartfren nantinya bisa menggunakan kuota khusus untuk menikmati layanan musik streaming Gtunes,” kata Aradita.

Berada dalam naungan PT Milenial Nusantara Citra, Gtunes hingga saat ini belum memiliki investor dan tidak memiliki rencana untuk melakukan penggalangan dana. Namun demikian perusahaan menggelontorkan investasi yang cukup banyak, untuk pembaruan Gtunes saat ini.

“Target kami saat ini adalah mengakuisisi pengguna dan menambah jumlah ulasan dan rating aplikasi kami di Play Store,” tutup Aradita.

Application Information Will Show Up Here
Laporan DailySocial: Survei Layanan Streaming Musik 2018

Laporan DailySocial: Survei Layanan Streaming Musik 2018

Layanan berbasis aplikasi makin banyak diminati oleh pengguna smartphone di Indonesia. Tak terkecuali untuk penggunaan layanan streaming musik, baik yang gratis ataupun berbayar. Untuk mengetahui sejauh mana penerimaan dan pola kebiasaan masyarakat Indonesia terhadap layanan streaming musik, DailySocial melakukan survei ini.

Survei dilaksanakan bekerja sama dengan JakPat Mobile Survey Platform. Pada survei ini, sebanyak 1955 responden dari berbagai wilayah di Indonesia dilibatkan. Beberapa temuan menari dalam survei antara lain:

  • 85% responden menyatakan mendengarkan streaming musik online secara reguler dalam enam bulan terakhir.
  • 52% responden berlangganan layanan streaming musik berbayar.
  • Layanan streaming musik berbayar paling digunakan yaitu JOOX, yang digunakan oleh 70,37% responden.
  • 56,12% responden mengaku menggunakan layanan streaming musik karena mendapatkan akses gratis dari penyedia jasa internet/layanan telepon seluler mereka.

Untuk selengkapnya, silakan unduh laporan Online Streaming Music Survey 2018 secara gratis.

Kolase Hadirkan Platform “Crowdfunding” untuk Bantu Musisi Wujudkan Karyanya

Transformasi digital dinilai mampu menjadi solusi yang efisien untuk berbagai permasalahan, termasuk di industri musik tanah air. PT Kirai Adiwarna Nusantara (KAWAN) mencoba menginisiasi sebuah platform berbasis crowdfunding untuk industri musik bernama Kolase.

Melalui Kolase, musisi dapat membuat sebuah kampanye penggalangan dana untuk perampungan proyek musik atau album. Lalu masyarakat umum dapat menyumbangkan dana untuk nantinya dikembalikan dalam bentuk karya yang dikerjakan tersebut. Konsepnya mirip dengan sistem crowdfunding yang sudah ada, misalnya Kickstarter.

Di peluncuran perdananya, Kolase langsung mendapatkan kucuran pendanaan awal senilai $750 ribu (atau senilai lebih dari Rp10 miliar). Dana tersebut didapat dari PT Global Basket Mulia Investama.

Pengembangan platform ini ditengarai adanya permasalahan klasik yang terjadi saat ini, yakni pembajakan. Musisi harus mengeluarkan biaya tidak sedikit untuk melakukan produksi dan merekam hasil karyanya. Tak sedikit dari mereka yang harus menanggung rugi lantaran penjualan tidak maksimal akibat dari sebaran musik bajakan di berbagai media.

Menjelaskan tentang visinya, CEO Kolase Raden Maulana menjelaskan dalam sebuah keterangan pers, “Bagaimana caranya agar musisi bisa tetap fokus berkarya tanpa harus lelah memikirkan biaya produksi di awal dan risiko yang bisa mereka hadapi jika ternyata karya mereka tidak laku di pasaran. Akhirnya saya memutuskan untuk mendirikan Kolase.”

Pemilihan platform crowdfunding lantaran saat ini pertumbuhannya cukup baik, dan diyakini penerapannya di musik dapat menjadi sebuah inovasi revolusioner. Namun Raden cukup menyadari, transisi dari kultur tradisional akan banyak menyita energi, baik dari sisi konsumen maupun pelaku di industri. Oleh karenanya proses edukasi akan menjadi salah satu yang paling ditekankan.

Beberapa kampaye yang sedang berjalan di Kolase
Beberapa kampaye yang sedang berjalan di Kolase

Selain menjadi platform penggalangan dana untuk musisi Indonesia, Kolase juga diperuntukkan membantu musisi dalam menjalankan kampanye digital untuk karya yang sedang dikerjakan. Tidak hanya dalam bentuk karya album musik, namun juga dapat berbentuk karya pendukung lainnya yang berujung memajukan industri seperti acara live konser, amal, video musik, buku, brand extension dan juga tur.

“Di awal tahun 2018 ini, Kolase.com akan fokus pada peningkatan traffic dan mengedukasi masyarakat seputar crowdfunding, serta manfaatnya bagi industri musik Indonesia,” pungkas Raden.

Meluncur di Indonesia, Aplikasi musical.ly Siapkan Strategi Monetisasi

Setelah generasi millennial sudah banyak dijadikan target pasar oleh berbagai layanan berbasis teknologi, ternyata masih ada generasi yang memiliki potensi untuk menjadi target pasar yang menguntungkan. Adalah generasi Z atau Gen-Z yang rata-rata lahir pada tahun 1996-2012, mulai dilirik oleh penyedia aplikasi hiburan secara global.

Salah satu aplikasi hiburan yang saat ini mulai mendapat perhatian besar dari sejumlah Gen-Z adalah musical.ly. Aplikasi media sosial yang berasal dari Tiongkok ini, kini meresmikan kehadirannya di Indonesia dan telah memiliki sekitar 200 juta pengguna secara global, dengan sebagian besar digunakan oleh remaja berusia 13 hingga 20 tahun (Gen Z).

Kepada media Country Manager musical.ly Indonesia Teguh Wicaksono mengungkapkan, peresmian tim musical.ly di Indonesia bertujuan untuk memudahkan lokalisasi semua konten sekaligus merangkul lebih banyak talenta muda dalam komunitas musical.ly.

“Sejak 6 bulan terakhir pengguna dari Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Bukan hanya memanfaatkan fitur dan filter menarik dari musical.ly, namun juga membangun komunitas yang makin besar jumlahnya,” kata Teguh.

Sekilas aplikasi musical.ly mirip dengan Vine yang sempat popular namun terpaksa tutup sekitar tahun 2016 lalu. Namun demikian untuk memberikan layanan lebih, musical.ly dilengkapi dengan konten musik yang beragam dari label musik lokal hingga Apple Music.

“Setiap hari kami mencatat sebanyak 12 juta video musik diciptakan per harinya, menjadikan musical.ly platform ideal untuk musisi mempromosikan musiknya kepada target pasar Gen-Z,” kata Teguh.

Fitur atau filter yang menjadi andalan dari musical.ly adalah transisi hingga video online untuk membuat, berbagi dan mencari konten sepanjang 60 detik. Untuk memberikan tampilan yang “clean” dan menarik, musical.ly baru saja melakukan pembaruan di halaman depan atau timeline milik pengguna.

“Dengan berbagai kemudahan yang ditawarkan, musical.ly juga memiliki fitur untuk share ke media sosial lainnya, seperti Instagram dan Facebook, sesuai dengan kebutuhan pengguna,” kata Teguh.

Bakal melancarkan strategi monetisasi

Saat ini musical.ly belum melancarkan strategi monetisasi dan masih fokus kepada akuisisi pengguna atau yang lebih dikenal dengan “Muser” yang sebanyak 65% berasal dari kalangan Gen-Z. Sebagai platform yang menyediakan konten dan fitur menarik, musical.ly mengklaim telah berhasil menghasilkan content creator yang unik dan berbakat. Semua muser tersebut bisa diikuti oleh pengguna baru. Semakin banyak jumlah pengikut dari Top Muser tersebut, semakin besar kesempatan mereka untuk mendapatkan penawaran endorse dan lainnya.

“Di berbagai kesempatan para Top Muser tersebut kerap kami hadirkan sebagai perwakilan dari musical.ly. Bukan hanya dari Jakarta pengguna musical.ly juga beredar hingga ke Makassar, Balikpapan dan Bali,” kata Teguh.

Saat ini aplikasi musical.ly sudah bisa diunduh di App store, Google Play Store dan Amazon. Sementara untuk kolaborasi yang telah dilakukan dengan brand lokal di antaranya adalah dengan Ismaya Live, Global TV, Indosat Ooredoo untuk paket data terbaru dan label musik ternama seperti Warner Music Indonesia, Universal Indonesia dan Sony Music Indonesia untuk mempromosikan musisi lokal baru.

Application Information Will Show Up Here

Menilik Transformasi Guvera Menjadi DragonFli

Pivot atau perubahan fokus dalam bisnis memang sudah biasa terjadi. Kebanyakan perubahan tersebut disebabkan oleh kurangnya minat konsumen terhadap produk atau layanan yang sebelumnya dipasarkan sehingga menyebabkan bisnis mandek atau membuka kesempatan untuk peluang-peluang baru.

Guvera situs streaming musik asal Australia yang sudah beberapa tahun mengudara di Indonesia kini memperkenalkan konsep dan nama baru. Diperkenalkan kembali sebagai DragonFli, layanan Guvera merambah ke layanan hiburan lengkap dengan informasi brand, baik  video, fashion, penawaran produk atau playlist yang telah dikurasi.

Belum ada keterangan resmi dari Guvera mengenai perubahan nama dan transformasi layanan mereka. Perubahan dan transformasi ini bisa ditemukan di situs resmi Guvera yang di-redirect ke situs resmi DragonFli dan juga informasi mengenai aplikasi Guvera di Google Play yang sudah berganti dengan DragonFli.

Dari informasi yang terdapat di laman aplikasi Guvera di Google Play mereka akan mengubah sebagaian besar layanan mereka. Yang semula hanya layanan streaming musik sekarang dikombinasikan dengan informasi dengan brand. Lengkap dengan playlist yang direkomendasikan brand tersebut.

Transformasi dan peluang baru

Bicara mengenai layanan streaming musik di Indonesia memang tengah bergeliat. Tercatat nama-nama seperti Spotify, Joox, dan Youtube menghiasi hari-hari masyarakat Indonesia yang mulai gemar melakukan streaming untuk mendengarkan musik. Dalam laporan DailySocial berjudul “Music Listening Pattern in Indonesia” lebih dari lima puluh persen responden mengaku berniat untuk beralih ke metode streaming dalam mendengarkan musik.

Konsep baru Guvera atau DragonFli ini terlihat lebih menekankan dalam mendekatkan pengguna dengan brand. Informasi brand yang bisa diakses oleh pengguna mengindikasikan DragonFli memiliki model bisnis iklan atau membantu mempromosikan produk dari sebuah brand tertentu. Untuk tetap mempertahankan rasa atau ciri khas Guvera yang tertinggal DragonFli tetap memungkinkan pengguna untuk mendengarkan musik dari playlist yang dibuat oleh brand yang ada.

Transformasi ini Guvera ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh alasan bisnis. Ada indikasi DragonFli ini merupakan layanan yang akan lebih ramah ke brand untuk membantu mereka lebih mendekat ke pengguna. Begitu juga sebaliknya.

Application Information Will Show Up Here

Melalui Aplikasi Gempita, Bekraf Ingin Bangun Industri Musik yang Lebih Transparan

Meningkatnya minat masyarakat Indonesia terhadap layanan streaming musik membuat Bekraf berkerja sama dengan Telkom menginisiasi sebuah aplikasi lokal bernama Gempita. Aplikasi yang nantinya akan mirip dengan layanan Spotify, JOOX dan Guvera ini didesain khusus untuk mempublikasikan karya-karya musik lokal. Tak hanya untuk menjual lagu, namun Gempita lebih difokuskan untuk memberikan informasi yang lebih transparan kepada para musisi seputar persebaran musik mereka ke konsumen.

Transparansi ini dinilai penting, karena harapannya dapat membuat proses industri menjadi lebih adil. Tak hanya bagi penyanyi, melalui cara ini diharapkan juga dapat melindungi hak penulis lagu, termasuk artis pendukung. Kepada DailySocial, Deputi Infrastruktur Bekraf Hari Sungkari mengungkapkan misi besar dari layanan Gempita:

“Pada dasarnya misi Bekraf bersama Gempita ini bukan untuk menciptakan platform. Streaming adalah contoh platform. Tapi yang ingin dikembangkan di sini adalah sebuah sistem yang merujuk pada transparansi, tentu keuntungannya tidak hanya dari sisi konsumen, melainkan lebih banyak di pelaku industrinya sendiri, dalam hal ini berbagai komponen musisi,” ujar Hari.

Sistem yang dimaksud tersebut adalah untuk memudahkan para pelaku industri (yang di dalamnya termasuk musisi, produser, label musik dan sebagainya) untuk mendapatkan statistik data secara lebih mendetil dan transparan, seputar demografi pangsa pasar mereka. Untuk mematangkan konsep ini, dengan memegang teguh pada unsur HAKI, terdapat sebuah pokja (program kerja) bersama Lembaga Manajemen Kolektif yang saat ini terus digodok mekanisme yang tepat untuk proses royalti, bagi hasil dan sebagainya.

Hari turut mengungkapkan, bahwa Gempita saat ini dari sisi teknologi sudah sangat siap. Namun rencananya baru akan diluncurkan sekitar kuartal keempat tahun 2016, mengingat masih banyak yang harus mematangkan berbagai unsur yang berkaitan dengan bisnis industri musik itu sendiri. Gempita melibatkan banyak pihak, harapannya bisa lebih menjamin ketahanannya dan mampu mengimbangi pangsa pasar digital yang begitu dinamis saat ini.

“Bekraf tidak membuat Gempita sendiri, banyak pihak yang akan menjalankan dari berbagai sisi, baik itu sisi bisnis, pemasaran, royalti, hak cipta hingga proses kerja sama dengan para penggiat musik kreatif,” ujar Hari meyakinkan bahwa Gempita akan relevan di jangka panjang.

Setelah diluncurkan, nantinya Gempita akan lebih mengakomodir kemudahan bagi para musisi lokal, baik itu musisi yang dinaungi oleh perusahaan produksi ataupun musisi indie untuk mengorbitkan karya mereka. Hari mengungkapkan bahwa tata cara dan persyaratan publikasi yang dibuat akan jauh lebih mudah, jika dibandingkan layanan lain, karena Gempita memang dikembangkan untuk kesejahteraan musisi lokal.

Banyak hal yang membuat Bekraf optimis dengan Gempita, dari sisi penetrasi layanan, salah satunya karena kekuatan Telkom sebagai operator dengan broadband terluas dan paling banyak digunakan, yang menjadi salah satu fondasi layanan ini. Selain itu berbagai hal terkait dengan data digital akan disajikan lebih transparan kepada para musisi, ini yang dinilai Bekraf akan menjadi nilai utama dari layanan dan membuat para musisi tertarik untuk masuk di dalamnya.

“Jika berbicara melawan pembajakan memang tidak ada habisnya. Masalahnya banyak masyarakat kita tidak menyadari ada yang dilakukan (menggunakan karya bajakan) itu salah. Bekraf sudah memiliki satgas sebagai langkah antisipatif terhadap pembajakan, dan kini dengan Gempita ingin memberikan akses legal secara lebih mudah. Gampangnya, dari pada membajak, steraming saja, toh murah,” pungkas Hari.

Gandeng Beberapa Label Musik Lokal, Tuned Global Luncurkan Nada Kita

Layanan streaming musik tampaknya akan menjadi masa depan musik Indonesia, baik dari sisi konsumen maupun industri. Setelah beberapa bulan lalu Indonesia diserbu layanan streaming musik seperti Spotify dan JOOX, Indonesia kembali kedatangan aplikasi streaming musik baru. Kali ini giliran Tuned Global, pengembang aplikasi mobile asal Australia bekerja sama dengan beberapa label lokal untuk membuat aplikasi streaming Nada Kita, yang saat ini sudah tersedia untuk platform iOS maupun Android.

Disebutkan dalam rilisnya Nada Kita menonjolkan legalitas musik dan personalisasi konten yang bisa didapat penggunanya. Konten yang dimaksud antara lain pesan video atau audio dari para musisi langsung kepada penggemarnya. Selain itu karena didukung banyak label, seperti Aquarius Musikindo, Musica Studio, MyMusic, Nagaswara, Trinity dan VMC, Nada Kita menjanjikan kemungkinan album atau lagu rilis lebih awal di platform mereka. Selain itu Nada Kita akan memuat jadwal penampilan Clive para musisi lokal dan memiliki fitur berbagai Musi stadion yang telah dikurasi oleh para editor musik lokal yang berkompeten di bidangnya.

“Nada Kita memberikan keuntungan yang luar biasa bagi para label dan musisi lokal, dan telah memungkinkan kita untuk streaming katalog musik Indonesia lebih luas lagi, membantu para musisi untuk terhubung dengan para penggemarnya dengan cara yang lebih personal, ” jelas Managing Director Musica Studios Gumilang Ramadhan.

Di awal kemunculannya Nada Kita juga akan bermitra dengan SPC Mobile, produsen perangkat mobile Indonesia. Disebutkan Nada Kita selanjutnya akan tertanam langsung di perangkat baru produksi SPC Mobile karena dianggap mempunyai visi yang sama dengan SPC Mobile dalam hal mengangkat konten lokal.

“Kita telah bertahun-tahun mempergunakan musik untuk membangun brand awareness dan menciptakan emotional connection dengan para costumer kita. Nada Kita adalah kelanjutan dari hal tersebut, untuk menciptakan inovasi baru aplikasi streaming musik yang benar-benar gratis, dan bersifat sangat personal bagi para penggunanya, ” jelas General Manager SPC Mobile Raymond Tedjokusumo

Dengan menggunakan tagline “Nggak Pake Ribet” Nada Kita percaya bahwa dengan menyuguhkan aplikasi gratis untuk konten legal tidak akan membuat para musisi atau label rugi. Nada Kita justru memiliki semangat untuk memerangi pembajakan atas karya dari para musisi, pasalnya para musisi dan label akan tetap mendapatkan pembagian royalti secara fair dan terbuka.

Application Information Will Show Up Here

Melihat Bagaimana Proses Digital Menumbuhkan Keyakinan

Sebuah pernyataan menarik beberapa waktu lalu disampaikan oleh CEO Yonder Music Adam Kidron. Dalam presentasinya, ia mengungkapkan bahwa orang Indonesia cenderung lebih suke menikmati musik gratis, baik melalui layanan file-sharing ataupun streaming (seperti YouTube), ketimbang membeli musik. Adam juga mempertegas argumennya dengan menyajikan sebuah data bahwa dari total populasi Indonesia, hanya 1 persen yang segan membayar untuk sebuah musik. Industri yang ada saat ini ada begitu gencar memperebutkan angka 1 persen tersebut.

Menurut Adam, yang perlu dilakukan industri musik adalah membuka pangsa pasar yang lebih besar, yakni dengan menghadirkan layanan yang terjangkau. Ia pun memamerkan upaya Yonder untuk menggerus pasar tersebut, yakni dengan memperkuat keterlibatan Axiata Group, di Indonesia melalui XL Axiata, untuk kebutuhan transaksi dan distribusi produk. Dalam presentasinya, Adam juga sempat membandingkan layanan streaming musik yang diusung dengan pemain yang saat ini sedang naik daun di Indonesia, yakni Spotify.

Menurut Adam, biaya yang dikeluarkan untuk berlangganan Yonder lebih murah ketimbang layanan streaming asal Swedia yang mematangkan kemitraan dengan Indosat Ooredoo di Indonesia tersebut. Selain itu Yonder juga dianggap unggul karena memiliki koleksi lebih dari 600.000 lagu dangdut Indonesia.

Membawa konsumen ke akses musik yang lebih baik

Saya sengaja memberikan pengantar dengan berita persaingan antara Yonder dengan Spotify di atas. Industri yang sudah membuat orang banyak pesimis ternyata masih bisa untuk dibangun ke arah yang lebih mapan. Beberapa waktu lalu, sebelum hype Spotify hadir di Indonesia, saya pun sudah menuliskan opini yang sama, bahwa melawan pembajakan dengan berusaha menghancurkan akan banyak sia-sianya. Dibentuk satgas, melakukan operasi, melakukan edukasi dan berbagai macam lainnya. Isunya justru kepada kemudahan akses ke layanan legal.

Saat ini, berlangganan membayar ataupun tidak, orang bisa mendengarkan musik secara legal. Kehadiran akses broadband yang makin meluas memberikan keuntungan tersendiri bagi berbagai sektor. Musik pun masuk di dalamnya. Oleh karenanya saya sendiri sering heran ketika mendengar oknum dari berbagai kalangan meminta atau melakukan pemblokiran terhadap layanan tertentu. Akses ke film legal misalnya, harusnya selalu dipikir dari berbagai sisi, bahwa ada industri yang diselamatkan dari kehadiran layanan tersebut.

Kepercayaan diri terhadap digitalisasi

Pola digitalisasi seperti ini saya rasa menjadi sesuatu yang dapat direplikasi, tentu dengan skema yang berbeda. Jika sebelumnya kita berbicara tentang layanan musik, contoh lainnya kita bisa melihat dari maraknya layanan on-demand yang berhasil mengubah pasar, misalnya dengan menghidupkan kembali transportasi publik atau memberikan efisiensi layanan pesan jasa tertentu. Banyak alasan yang seharusnya membuat industri jadi lebih percaya diri dengan digitalisasi.

Seketika saya ingat isu yang terakhir beredar seputar usulan pemblokiran layanan Google dan YouTube, yang menurut saya sama sekali tidak masuk akal. Ini tak jauh beda dengan kebimbangan pemerintah beberapa waktu lalu berniat memblokir Tumblr namun tidak jadi. Sisi buruk memang selalu ada, namun sisi positif yang lebih besar layak menjadi pertimbangan untuk kita memilih jalan memperkecil yang buruk ketimbang menghanguskan sisi positif yang sudah terbangun. Bayangkan saja jika akses Google dan YouTube diblokir, berapa banyak industri yang kalang kabut olehnya.

Harapan untuk tatanan yang lebih baik

Terlalu prematur jika saat ini regulator begitu disibukkan dengan blokir sana-sini dengan dalih menyelamatkan harkat dan mental generasi muda. Konten negatif selalu menjadi kambing hitam, padahal merusak tatanan digital yang sedang bertumbuh sama saja dengan menggunting jembatan transformasi kemajuan yang segera muncul. Tak muluk-muluk untuk berharap, semoga berpikir bijak akan makin membudaya. Semoga.

Gandeng Indosat Ooredoo, Spotify Hadirkan Kurasi Musik Unik dan Lengkap

Mendengarkan musik sesuai dengan selera dan mood personal saat ini semakin lebih mudah pilihannya dengan hadirnya layanan streaming musik terpopuler di dunia, Spotify. Resmi hari ini diluncurkan, Spotify menawarkan 30 juta lagu yang dapat didengar secara gratis di Android, iOS, desktop dan PlayStation.

Bermitra dengan Indosat Ooredoo, Spotify ingin menawarkan kebebasan kepada penggemar musik di Indonesia untuk bisa bereksplorasi mendengarkan berbagai jenis musik dimana pun berada.

“Setelah hadir di Asia tahun 2013 silam, akhirnya Spotify hadir di Indonesia. Diharapkan dengan hadirnya Spotify bisa dinikmati oleh masyarakat di Indonesia yang ingin mendengarkan musik dengan cepat, aman dan tentunya legal,” kata Managing Director Spotify Asia Sunita Karun.

Kehadiran Spotify nampaknya memang sudah dinantikan bukan hanya pendengar musik di Indonesia namun juga musisi dan label musik di Indonesia. Dengan sistem kurasi semua artis yang ada di Spotify bisa langsung didengarkan secara streaming oleh pengguna sesuai dengan genre dan pilihan yang ditawarkan.

“Spotify membawa pengalaman dan kenikmatan bermusik ke suatu level baru. Belum ada sebelumnya cara lebih mudah atau menyenangkan untuk mencari musik yang disuka,” kata Sunita.

Spotify premium untuk pilihan lebih

Saat ini Spotify mengklaim telah memiliki jumlah pengguna sebanyak 75 juta di seluruh dunia, 30 juta subscriber, 2 miliar playlist dan telah tersebar di 59 negara. Spotify bisa diunduh dan dinikmati secara gratis selamanya untuk para pengguna, namun jika pengguna ingin berlangganan secara premium, bisa mendaftarkan dan membayar setiap bulannya sebesar Rp 49.990.

Tentunya banyak manfaat yang ditawarkan untuk pelanggan premium Spotify, seperti On-demand, Ads Free dan High Definition Audio. Untuk pelanggan premium semua musik yang sudah disimpan (save) juga bisa mendengarkan saat tidak memiliki koneksi data atau internet (offline).

“Dari banyaknya pengguna baru yang telah mengunduh Spotify ke mobile dan desktop, pada umumnya sebanyak 25% langsung menjadi pelanggan premium kami dan memanfaatkan fitur serta fasilitas yang ada,” kata APAC Director of Comms Spotify Jim Butcher.

Tersedia pilihan pembayaran beragam untuk pengguna yang ingin mendaftarkan Spotify premium, di antaranya adalah melalui kartu kredit, internet banking, Doku Wallet, serta jaringan Alfamart, Lawson, dan toko Dan+Dan di seluruh Indonesia. Sementara itu penagihan melalui provider telpon akan tersedia mulai beberapa  bulan depan sesuai rencana.

Dalam acara peresmian Spotify di Indonesia, turut hadir Presiden Direktur dan CEO Indosat Ooredoo Alexander Rusli. Dengan pilihan paket IM3 Ooredoo Freedom Combos semua pengguna Indosat Ooredoo dapat menikmati layanan streaming musik dengan harga paket Rp 24.999 hingga Rp 39.999.

“Dengan kartu dan pilihan paket Indosat, pengguna Spotify dan indosat tidak perlu khawatir akan kehabisan kuota saat mendengarkan Spotify di mobile dengan kartu indosat. Melalui Matrix Super Plan dan paket IM3 Freedom Combos Indosat Ooredoo memberikan kuota gratis bagi pengguna Spotify,” kata Alex.

Kurasi musik dan fitur pilihan

Selain menghadirkan kurasi musik yang lengkap dari musisi Indonesia hingga mancanegara, Spotify juga memiliki beberapa fitur menarik untuk pengguna. Seperti Karaoke, Trending, Sleep, Workout dan Running. Untuk fitur terakhir bisa di lihat langsung di pilihan Browse kemudian bisa langsung memilih fitur Running. Pilihan ini sangat tepat bagi penggemar olahraga yang secara rutin gemar melakukan jogging atau berolah raga di fitness center.

“Dengan memilih fitur Running, pengguna bisa memilih lagu sesuai genre yang diinginkan, aktifkan dan nantinya saat Anda mulai berlari musik akan disesuaikan dengan detak jantung Anda, semakin cepat Anda berlari semakin cepat nada musik yang akan dapat didengarkan di smartphone Anda,” kata Sunita.

Sementara itu untuk fitur Karaoke yang merupakan pilihan favorit pendengar di Asia, para pengguna dapat menikmati fitur karaoke dan menyanyikan lagu favorit hanya dengan menekan tombol “lyrics” pada aplikasi Spotify.

Untuk pilihan musik Indonesia keunikan dari Spotify dan tentunya yang membedakan dengan Apple Music dan lainnya adalah pilihan genre musik seperti Bali Lounge hingga musik Dangdut. Untuk memudahkan pengguna di Indonesia, tersedia juga versi bahasa Indonesia.

“Kami mencoba untuk memberikan pilihan yang unik, lokal dan diharapkan bisa diterima oleh seluruh pendengar musik Indonesia, musisi Indonesia melalui layanan streaming musik Spotify,” kata Jim Butcher.

Spotify palsu di iOS

Di hari peluncurannya Spotify Indonesia sempat diwarnai dengan hadirnya aplikasi palsu berbayar di Apps Store. Saya sendiri pengguna iOS sempat mengalami gangguan yaitu munculnya di halaman pertama Apps Store berupa aplikasi palsu dengan nama serupa dan logo yang hampir mirip dengan Spotify yang asli.

Menanggapi hal tersebut Sunita Kaur selaku Direktur Spotify untuk Asia mengucapkan permohonan maaf kepada pengguna iOS dan berjanji akan segera memperbaiki error tersebut secepatnya.

“Saya baru mendapatkan informasi pagi ini muncul aplikasi berbayar Spotify palsu di Apps Store, untuk itu kami minta maaf kepada semua pengguna iOS dan memastikan bahwa Spotify bisa diunduh gratis di android dan iOS,” kata Sunita.

Kehadiran Spotify meramaikan layanan streaming musik di Indonesia dan akan bersaing secara langsung dengan Apple Music, JOOX dan Guvera.

Guvera Indonesia Partners with Codapay to Offer Carrier Billing

Music-streaming service provider Guvera, which just recently launched Guvera #Play, has partnered with Codapay to introduce carrier billing as a payment method. The announcement, which was made on the same day as the launch of #Play, makes Codapay the fifth payment option available to Guvera customers . Continue reading Guvera Indonesia Partners with Codapay to Offer Carrier Billing