Tag Archives: Music Streaming

Yonder Music Umumkan Kembali Kehadirannya di Indonesia / DailySocial

Yonder Music Umumkan Kembali Kehadirannya di Indonesia

Aplikasi streaming musik Yonder kembali hadir di Indonesia pasca penutupan layanannya selama hampir dua bulan. Yonder kini mencari mitra baru untuk mengembangkan layanannya tersebut.

VP dan Country Manager Yonder Asia Tenggara Jake Denney mengatakan kembalinya Yonder adalah komitmen nyata tim untuk menyeriusi potensi bisnis di Indonesia dan keinginan melanjutkan kerja sama dengan mitra lokalnya. Tak hanya dengan perusahaan telekomunikasi, namun juga dengan label rekaman dan musisi. Sebab, tanpa kehadiran mereka, menurut dia Yonder hanya menjadi aplikasi yang tidak cukup berguna, meski memiliki tampilan yang bagus dan intuitif.

“Kami meluncurkan kembali untuk membangun, dan membangun kembali kemitraan komersial di enam wilayah kami- termasuk Indonesia. Saat ini kami sedang mengeksplorasi semua peluang di pasar,” terang Denney kepada DailySocial, Kamis (7/6).

Pengumuman penutupan layanan yang dipilih Yonder, secara langsung berdampak pada kemitraan yang sudah dibangun perusahaan selama dua tahun belakangan harus pupus dan perlu dibangun kembali dari awal.

Kini aplikasi Yonder bisa diunduh dan diakses oleh semua pengguna smartphone dari provider manapun, tanpa iklan maupun dorongan untuk berlangganan. Sebelumnya Yonder hanya bisa dioperasikan lewat jaringan XL Axiata berkat kerja sama eksklusif yang dilakukan antar kedua perusahaan.

Kendati demikian, pihaknya sangat mengapresiasi seluruh usaha yang sudah dibangun sejak awal antara Yonder dengan XL Axiata, mulai dari manajemen level atas hingga level di bawahnya. Sangat jarang sekali menemui tim yang sangat berdedikasi untuk menyelesaikan sebuah misi.

Saat Denney ditunjuk untuk memimpin pasar Asia Tenggara setahun belakangan, Yonder mengklaim berhasil meningkatkan basis pengguna aktif dengan pertumbuhan lebih dari 500%. Hal ini dipicu kampanye komersial TVC hasil kolaborasi dengan sutradara kenamaan.

Dampak penutupan bisnis dan rencana ke depan

Tak hanya harus membangun kemitraan dari awal, kabar mendadak tersebut juga membuat tim lokal Yonder Indonesia juga dibubarkan. Kini pengelolaan bisnis Yonder untuk sementara ditangani tim inti Yonder yang berada di kantor pusatnya di New York. Mereka terdiri dari 10 orang dan dua orang bekerja remote.

Di samping itu, perasaan kecewa juga dilontarkan para pengguna Yonder. Banyak dari mereka yang mencurahkan perasaannya tersebut di laman media sosial Yonder. Selama hadir di Indonesia, Yonder rutin mengadakan lebih dari 40 konser berskala besar secara gratis berkapasitas 10 ribu sampai 20 ribu penonton. Mereka dapat melihat langsung artis favorit secara gratis.

“Persis 60 hari setelah kami live lagi, mayoritas pendengar kami ada di jaringan XL dan masih menyimpan aplikasi kami di ponsel mereka, berharap kami bisa come back. Kami lihat ada demand yang menginginkan kehadiran kami karena apa yang kami lakukan tidak dilakukan oleh pemain lain.”

Dalam waktu dekat, pihaknya akan memperkenalkan sejumlah fitur baru dalam Yonder versi 3.0 merilis fitur terbaru. Namun Denney belum bersedia merinci apa saja di dalamnya. Kehadiran fitur tersebut diharapkan menjadi salah satu strategi baru Yonder untuk mendongkrak angka pengguna.

Yonder berkomitmen untuk terus melakukan kurasi konten dari daftar lagu, lagu populer, tanpa terganggu oleh iklan, dan tidak ada biaya langganan. Diklaim seluruh fitur tersebut yang sangat dikenal oleh para pengguna Yonder selama ini.

“Tak hanya itu kami akan memantapkan kemitraan komersial jangka panjang secepatnya, agar kami dapat kembali melakukan apa yang terbaik, memberikan solusi dan pengalaman musik terbaik bagi Indonesia,” tutup Denney.

Application Information Will Show Up Here
Aplikasi Deezer di perangkat iOS / Deezer

Deezer Jalin Kerja Sama dengan RRI

Hari ini (09/5) Deezer mengumumkan kerja samanya dengan Radio Republik Indonesia (RRI). Kerja sama ini memungkinkan pengguna Deezer mendengarkan siaran langsung pertandingan Liga Indonesia dan Piala Dunia 2018 melalui streaming. Selain itu pengguna Deezer juga dapat mendengarkan siaran berita dari RRI PRO3 dan Ensklopedi Budaya KeIndonesian dari RRI PRO4.

Vice President APAC Deezer Daud Irsan Aditirto mengatakan bahwa salah satu landasan kerja sama ini karena di Indonesia cukup banyak orang yang menggemari sepak bola. Menurut survei yang dilakukan Nielsen Sports, 77 persen orang Indonesia menyukai sepak bola. Deezer mencoba menghadirkan pengalaman baru menikmati sepak bola melalui siaran audio.

Dari pihak RRI, Soleman Yusuf selaku Direktur Program dan Produksi menyampaikan bahwa sinergi ini akan menguntungkan dua belah pihak. Bagi RRI memungkinkan pengguna untuk memilih saluran akses yang lebih disukai sesuai dengan persona masing-masing.

Tahun 2018 ini Deezer tengah mengupayakan peningkatan bisnis di Indonesia. Diawali Januari lalu, Deezer menjalin kerja sama strategis dengan Tri Indonesia. Misinya untuk menyebarkan layanan kepada pengguna provider terkait.

Deezer sendiri sebenarnya sudah cukup lama hadir di Indonesia, tepatnya sejak tahun 2012, namun hadirnya layanan serupa membuat perusahaan asal Perancis ini harus menguatkan ikat kepala untuk berjuang lebih keras. Pasalnya para pemain lain seperti Spotify atau JOOX juga terus menggencarkan perluasan pangsa pasar.

Susunan manajemen baru juga sudah dijalankan, dengan harapan dapat memuluskan pengembangan bisnis Deezer di Indonesia. Selain itu beberapa fitur dan fungsionalitas terus dikembangkan untuk mendapatkan unique selling point.

Salah satu yang tengah digencarkan sosialisasinya adalah fitur Flow, memungkinkan pengguna menikmati Deezer dengan lay back experience, sesuai dengan genre kesukaan mereka.

Application Information Will Show Up Here
Country Manager Yonder Music Zico Kemala Batin dan Head of OTT XL Axiata Diana Sulaiman di sebuah event. Yonder gagal memperpanjang kerja sama dengan XL Axiata / DailySocial

Yonder Tutup Layanan, Persiapkan Opsi Lain untuk Kembali ke Indonesia

Aplikasi streaming musik Yonder mengumumkan penghentian bisnis di Indonesia pada pekan lalu (23/3) hingga waktu yang tidak ditentukan, seiring gagalnya perpanjangan kesepakatan dengan XL Axiata dan Universal Music. Hal tersebut diungkapkan langsung VP dan Country Manager Yonder Asia Tenggara Jake Denney.

“Sayangnya, kami tidak bisa mendapatkan perpanjangan kontrak dengan XL dan Universal Musik untuk (layanan di) pasar Indonesia. Tanpa kedua kunci utama tersebut, tidak mungkin kami bisa memasukkan modal ke pasar,” ujar Denney seperti yang dikutip dari kumparan.

Pengumuman resmi Yonder lewat laman akun sosial media resmi / Yonder
Pengumuman resmi Yonder lewat laman akun sosial media resmi / Yonder

Dia mengaku periode negosiasi antara perusahaan dengan kedua perusahaan tersebut sudah berlangsung terlalu lama dan melebihi tenggat waktu yang ditetapkan. Meski menutup layanan dalam tenggat waktu yang tidak ditentukan, pihaknya berjanji akan segera kembali ke Indonesia setelah menemukan opsi lain untuk kemitraan berikutnya.

“Saya telah menghabiskan dua tahun terakhir berusaha mengembangkan solusi yang tepat bagi Indonesia. Saya tidak akan menyerah.”

Keputusan ini memberi pengaruh terhadap kerja sama Yonder dengan Axiata di sejumlah negara tempat Yonder beroperasi, termasuk Malaysia (Celcom), Bangladesh (Robi), Sri Lanka (Dialog), dan Nepal (Ncell).

Perkembangan Yonder di Indonesia

Yonder hadir di Indonesia sejak Mei 2016 berkat kemitraan secara eksklusif dengan XL Axiata. Pengguna dapat menikmati streaming gratis di jaringan XL sebagai salah satu bentuk nilai tambah kepada pelanggan.

Berkat kemitraan ini, jumlah pengguna Yonder di Indonesia terdongkrak mencapai 1,8 juta orang per Februari 2018 tersebar di Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan dan Bali.

Salah satu kegiatan pemasaran yang rutin diadakan Yonder adalah berbagi tiket konser artis mancanegara, hingga menggelar kegiatan offline seperti tour dengan artis lokal di beberapa kota di Indonesia. Pendekatan lainnya adalah menjadikan Yonder sebagai platform konten musik original dari artis lokal yang khusus tersedia di Yonder.

Sejak pengumuman resmi tersebut, aplikasi Yonder sudah tidak bisa diakses di Google Play dan App Store.

Laporan DailySocial: Survei Layanan Streaming Musik 2018

Laporan DailySocial: Survei Layanan Streaming Musik 2018

Layanan berbasis aplikasi makin banyak diminati oleh pengguna smartphone di Indonesia. Tak terkecuali untuk penggunaan layanan streaming musik, baik yang gratis ataupun berbayar. Untuk mengetahui sejauh mana penerimaan dan pola kebiasaan masyarakat Indonesia terhadap layanan streaming musik, DailySocial melakukan survei ini.

Survei dilaksanakan bekerja sama dengan JakPat Mobile Survey Platform. Pada survei ini, sebanyak 1955 responden dari berbagai wilayah di Indonesia dilibatkan. Beberapa temuan menari dalam survei antara lain:

  • 85% responden menyatakan mendengarkan streaming musik online secara reguler dalam enam bulan terakhir.
  • 52% responden berlangganan layanan streaming musik berbayar.
  • Layanan streaming musik berbayar paling digunakan yaitu JOOX, yang digunakan oleh 70,37% responden.
  • 56,12% responden mengaku menggunakan layanan streaming musik karena mendapatkan akses gratis dari penyedia jasa internet/layanan telepon seluler mereka.

Untuk selengkapnya, silakan unduh laporan Online Streaming Music Survey 2018 secara gratis.

Under New Management, Here’s Deezer Strategy in Indonesia

Deezer has announced a strategic partnership with Tri Indonesia in January. This is following several other collaboration between on-demand music service and telco providers, like Spotify with Indosat Ooredoo, JOOX and Telkomsel, or Yonder Music with XL Axiata.

Deezer was first to set foot in Indonesia in 2012 and debuted in 2014. Unfortunately, the France-based music provider is not having a significant penetration. However, under the new management, Deezer is convinced to compete with the existing players and has prepared various strategies to be applied in Indonesia.

“New management, new approach. Indonesia has many music lovers with unique taste. The new management has seen the successful expansion of Deezer’s local approach in Latin America and wanted to follow its step in Asia Pacific. Indonesia is the first attempt in Asia Pacific using local approach strategy with Jakarta-based staffs,” Deezer Indonesia’s Business Development Manager Salman Aditya said to DailySocial.

To attract user’s attention, Salman explained that the new Deezer comes with unique selling point like FLOW feature. It is a combination of Human Curated Playlist and Machine Learning Mechanism that allows users to enjoy Deezer with layback experience fit to their favorite genre. With just one click, users will get music recommendation matching their favorite genres.

“Deezer as an old newcomer in Indonesia needs distinction from similar competitors. Besides the above feature, Deezer also has music library with the best quality and access to 44 million songs. In addition, Deezer also partners with FC Barcelona and Manchester United allowing users to enjoy playlist of the match or the players’,” Salman said.

Another feature differs Deezer from others is SongCatcher and will be fully integrated in this year’s first quarter. For the sound quality, Deezer claims to be the only player having tier quality equal to CD in FLAC Lossless Quality format with packaging called Deezer HiFi.

“Deezer Indonesia is keen to develop Indonesia’s local content globally. The team is currently on the move to put more of local content on the platform. Any local content we have in mind is still off the record due to the agreement finishing,” Aditya said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Strategi Deezer di Indonesia dengan Manajemen Baru

Akhir Januari lalu Deezer mengumumkan kemitraan strategisnya dengan Tri Indonesia. Kerja sama seperti ini bukan hal baru. Penyedia layanan musik on-demand dengan provider telekomunikasi lain terlebih dulu melakukan debut tersebut, seperti Spotify dengan Indosat Ooredoo, JOOX dengan Telkomsel, atau Yonder Music dengan XL Axiata.

Sebenarnya Deezer sendiri sudah lama menginjakkan kaki di Indonesia, tepatnya sejak tahun 2012 lalu dan meresmikan debutnya di tahun 2014. Sayangnya, penetrasi layanan musik asal Prancis tersebut hingga kini belum signifikan. Kendati demikian, dengan manajemen baru saat ini, pihak Deezer yakin dapat bersaing dengan pemain yang sudah ada dan tengah menyiapkan beragam strategi untuk diaplikasikan di Indonesia.

“Manajemen baru, pendekatan yang baru pula. Indonesia memiliki masyarakat penikmat musik yang unik dengan jumlah yang sangat besar. Manajemen baru melihat kesuksesan ekspansi pendekatan lokal Deezer di Amerika Latin dan ingin mereplikasi kesuksesan ini di Asia Pasifik. Indonesia adalah pintu pertama di kawasan Asia Pasifik dengan strategi pendekatan lokal menggunakan tenaga tim lokal yang berbasis di Jakarta,” ujar Business Development Manager Deezer Indonesia Salman Aditya kepada DailySocial.

Untuk mendapatkan perhatian konsumen, Salman menjelaskan bahwa Deezer yang baru hadir dengan sebuah unique selling point, yakni berupa fitur FLOW. Fitur ini adalah gabungan Human Curated Playlist dan Machine Learning Mechanism yang memungkinkan pengguna menikmati Deezer dengan lay back experience, sesuai dengan genre kesukaan mereka. Hanya dengan satu kali klik, pengguna akan mendapatkan rekomendasi musik sesuai dengan genre kesukaan mereka.

“Deezer sebagai pemain lama tapi baru di Indonesia tentunya perlu memiliki diferensiasi dari aplikasi kompetitor sejenis di Indonesia. Selain fitur tadi, Deezer juga memiliki library musik dengan kualitas terbaik dan terbesar dibanding kompetitor yaitu sejumlah 44 juta lagu. Selain itu Deezer memiliki kerja sama dengan FC Barcelona dan Manchester United yang memungkinkan user menikmati playlist pertandingan dan playlist dari para pemain FC Barcelona dan Manchester United,” imbuh Salman.

Diferensiasi lainnya, fitur SongCatcher akan terintegrasi secara penuh dengan Deezer pada akhir kuartal pertama tahun ini. Dari segi kualitas suara, Deezer juga mengklaim menjadi satu-satunya pemain di Indonesia yang memiliki produk tier kualitas setara CD dengan format FLAC Lossless Quality dengan packaging bernama Deezer HiFi.

“Tim Deezer Indonesia juga berkeinginan untuk mengembangkan konten lokal Indonesia ke dunia internasional. Saat ini tim Deezer di Indonesia sedang bergerak untuk mendapatkan lebih banyak konten lokal untuk dapat dinikmati di platform Deezer. Konten lokal seperti apa yang kami maksud? Masih off the record karena sedang tahap finalisasi agreement,” pungkas Salman.

Application Information Will Show Up Here

Penolakan IPO dan Ditinggalkan Co-Founder Berakhir pada Penutupan Layanan Guvera

Setelah mendapatkan penolakan hingga pemblokiran pengajuan IPO dari ASX (Australian Securities Exchange –bursa efek di kawasan setempat), layanan streaming musik Guvera kondisinya kian kacau. Kegiatan operasionalnya makin “mangkrak” dan mulai dihentikan secara masif. Sementara itu salah satu Co-Founder Claes Loberg dikabarkan juga telah mengundurkan diri sebagai direktur, pun demikian dengan rekannya Steve Porch yang mulai menyerah. Sehingga saat ini tinggal Darren Herft yang ada di jajaran direktur.

Namun tak menyerah begitu saja, sejak awal tahun lalu dengan dorongan investor (karena berhutang atas pengembalian investasi hingga $1,8 juta), Guvera sempat melakukan pivot sebagai sebuah layanan advertising untuk layanan hiburan. Bernama DragonFli layanan tersebut akan difokuskan untuk pengguna di Indonesia, India dan Tiongkok.

Aplikasi Guvera yang ada di mobile marketpalce juga sudah di-rebranding menjadi DragonFli. Dari informasi yang terdapat di laman aplikasi Guvera di Google Play mereka akan mengubah sebagian besar layanan mereka. Yang semula hanya layanan streaming musik sekarang dikombinasikan dengan informasi dengan brand. Lengkap dengan playlist yang direkomendasikan brand tersebut.

Guvera Limited tercatat telah mengumpulkan total investasi $185 juta selama 2008 hingga 2016, dari sekurangnya 3000 pemegang saham. Untuk membangun kembali Guvera, Herft meminta dua relawan dari jajaran investor untuk membantu operasional bisnis. Sehingga ditunjuk Messrs Loberg dan Porch untuk mengisi posisi tersebut. Masing-masing memiliki kepemilikan saham 11,5 persen dan 6,5 persen.

Herft, Loberg dan Brad Christiansen mendirikan Guvera pada tahun 2008 dan meluncurkan situs MP3 dua tahun setelahnya. Seiring dengan perkembangan model penikmat musik, Guvera bertransformasi menjadi layanan streaming, bekerja sama langsung dengan perusahaan label musik untuk lisensi. Model bisnis yang ditawarkan freemium, dan berhasil memikat 17 juta pengguna di seluruh dunia.

Di Indonesia sendiri Guvera hadir sejak 4 Februari 2014. Layanan musik asal Australia tersebut juga terus melakukan optimasi layanan, salah satunya dengan melakukan kerja sama dengan brand dan melakukan pembaruan aplikasi. Terakhir aplikasi diperbarui pada versi 3.0 dan diresmikan di Jakarta pada akhir Maret 2016 lalu. Pembaruan terakhir membawa fitur sosial di lini aplikasi.

Application Information Will Show Up Here

Rencana Yonder Music di Indonesia Tahun 2017

Sejak diluncurkan sejak bulan Mei 2016 lalu, Yonder Music mengklaim telah mengalami peningkatan yang cukup positif, baik dari sisi jumlah pengguna (hampir satu juta), pilihan lagu, hingga label dan musisi yang menjalin kerja sama. Sebagai layanan music streaming yang memiliki strategi berbeda dan mengedepankan konten lokal, Yonder juga secara masif memberikan rewards kepada pengguna setia Yonder Music.

“Sepanjang tahun 2016 ini kami masih dalam tahap pemanasan, artinya masih mencoba untuk menciptakan awareness sekaligus melakukan akuisisi pengguna di seluruh Indonesia,” kata Country Manager Yonder Music Zico Kemala Batin kepada DailySocial.

Hal menarik yang kemudian dicatat oleh Yonder sepanjang tahun 2016 adalah pengguna terbanyak terletak di Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan dan Bali. Kota yang memiliki koneksi 3G dan 4G terbaik untuk operator telekomunikasi XL Axiata (XL). Kontrak khusus yang dijalin dengan XL juga merupakan salah satu strategi yang kemudian dimanfaatkan XL untuk mengakuisisi lebih banyak pelanggan baru melalui Yonder Music.

“Karena Yonder Music memberikan pilihan streaming lagu secara gratis tanpa iklan dan batasan lainnya, pengguna XL tentunya mendapatkan keuntungan istimewa, disisi lain diharapkan Yonder bisa mendatangkan pengguna baru untuk XL,” kata Zico.

Sejak diluncurkan bulan Mei lalu aplikasi mobile Yonder Music belum mengalami penambahan fitur atau inovasi secara khusus. Yonder mencatat fungsi unduh secara langsung saat pengguna mendengarkan lagu, merupakan fitur favorit yang paling disukai oleh pengguna.

“Yonder memiliki fungsi play and download yang secara otomatis lagu yang didengarkan akan tersimpan secara offline. Fitur ini ternyata cukup disukai oleh pengguna Yonder,” kata Zico.

Kegiatan pemasaran dan rewards program untuk pengguna

Salah satu keunikan yang dimiliki oleh Yonder adalah fungsinya sebagai platform yang bisa dimanfaatkan pecinta musik untuk berinteraksi langsung dengan musisi favorit. Hal tersebut diwujudkan dengan menggelar beberapa kegiatan offline seperti tour dengan artis lokal di beberapa kota di Indonesia, hingga menerbangkan beberapa pengguna yang memenangkan hadiah untuk menikmati konser musik artis mancanegara ke luar negeri.

Sepanjang tahun 2016 ini kegiatan tersebut sudah secara masif dilancarkan dan rencananya tahun 2017 mendatang kegiatan pemasaran tersebut semakin dipertajam dengan berbagai aktivitas menarik lainnya.

“Sesuai dengan pesan yang ingin kami sampaikan yaitu ‘we can bring you closer to your idol‘, Yonder Music ingin menghadirkan platform streaming music yang memberikan beragam rewards kepada pengguna setia,” kata Zico.

Zico menambahkan unique selling lainnya yang dimiliki oleh Yonder Music adalah konten musik original dari artis lokal yang hanya bisa dinikmati di aplikasi Yonder Music. Strategi tersebut sengaja dilakukan agar Yonder bisa memberikan layanan yang berbeda dan original untuk pecinta musik.

Fitur terbaru Snap Karaoke di kuartal pertama 2017

Tahun 2017 mendatang Yonder Music akan merilis versi 2.0 untuk aplikasi mobile. Pembaruan yang akan dihadirkan tidak hanya akan merubah tampilan yang akan memberikan user experience terbaik untuk pengguna, tetapi juga fitur baru yang bakal menjadi favorit di aplikasi Yonder Music.

“Kuartal pertama 2017 mendatang Yonder akan merilis Snap Karaoke yang bisa digunakan oleh pengguna untuk merekam video saat bernyanyi dengan menggunakan streaming musik yang ada di playlist Yonder,” kata Zico.

Application Information Will Show Up Here

Kejar Tren Pengguna Layanan Streaming Musik, LangitMusik Berimprovisasi

Di tengah persaingan layanan streaming musik yang ada saat ini, LangitMusik tak mau kalah. Layanan besutan Telkomsel yang dikembangkan sejak tahun 2015 tersebut menghadirkan beberapa fitur baru untuk menarik minat pengguna. Fitur Dolby Audio, penyusunan playlist, dan lirik lagu menjadi improvisasi yang baru-baru ini diperkenalkan.

LangitMusik baru hadir dengan konsep freemium, memungkinkan pelanggan menikmati pengalaman streaming semua lagu secara gratis dan berbayar. Fitur terbaru yang hadir dengan interface yang lebih segar menyuguhkan beragam playlist pilihan dari artis ternama berdasarkan jenis musik, mood, dan disesuaikan dengan selera pelanggan.

Fitur Dolby Audio membuat jutaan lagu favorit bisa didengarkan dengan kualitas yang lebih baik. Beberapa pendekatan berbasis social-platform juga diadopsi untuk memudahkan pengguna untuk saling berbagi dan menyusun playlist-nya sendiri.

Konsepnya mirip dengan apa yang diusung pemain lain, seperti JOOX atau Spotify.

“Versi terbaru LangitMusik yang kami kembangkan kembali sejak tahun 2015 hadir dengan slogan: karena kita tahu kamu pengen dengerin ini itu; di mana LangitMusik lebih jauh menggali kebutuhan para penggunanya,” ujar General Manager Music Telkomsel Auliya Ilman Fadli kepada DailySocial.

Menurut pemaparan Auliya, saat ini katalog lagu yang ada di LangitMusik berjumlah lebih dari 4 juta lagu. Secara demografi, pengguna LangitMusik masih terfokus di kota–kota besar di Indonesia. Lagu lokal terbaru masih menjadi primadona di aplikasi Langi Musik. Tren di tahun-tahun mendatang, LangitMusik ingin mencoba mengakomodir pelanggan muda dengan konsep freemium yang ditawarkan.

Memacu langkah bersaing dengan JOOX dan Spotify

Spotify dan JOOX saat ini bisa dikatakan sebagai layanan streaming musik yang sedang naik daun. Ada beberapa layanan lain juga yang mencoba relevan, seperti Yonder atau bahkan Nada Kita sebagai pemain lokal.

Kendati menurut survei DailySocial model streaming belum mendominasi cara masyarakat dalam mendengarkan musik, dengan berbagai pertimbangan banyak yang mulai berpindah ke layanan model streaming.

Untuk bersaing di ranah tersebut, LangitMusik memerlukan percepatan inovasi dan penyesuaian dengan tren kebutuhan pengguna. Ada beberapa kriteria dari konsumen yang dapat meyakinkan mereka untuk berpindah ke suatu layanan streaming musik. Menurut survei tersebut, kriterianya meliputi kelengkapan koleksi musik, ketersediaan pilihan untuk menikmati layanan secara gratis, dan kelengkapan fitur.

Pertimbangan lain, seperti koneksi yang lambat, layanan berbayar, dan layanan tersebut sulit untuk digunakan menjadi tiga alasan teratas mereka untuk tetap setia dengan caranya saat ini, yakni mengunduh musik dan menempatkannya secara offline di memori ponsel mereka. Jika mampu memecahkan masalah tersebut, pemain streaming dapat memikat hati lebih banyak konsumen untuk beralih.

Application Information Will Show Up Here

Survei DailySocial: Koleksi Musik, Layanan Gratis, dan Fitur Adalah Pertimbangan Utama Responden Beralih ke Layanan Musik Streaming

Era digital telah menggeser kejayaan industri musik yang dahulu mengandalkan penjualan fisik dari musik rekaman. Kini, menikmati musik lewat layanan streaming pun perlahan mulai mendapatkan perhatian pengguna. Dalam survei DailySocial bertajuk “Music Listening Pattern in Indonesia”, kami menemukan bahwa koleksi musik, adanya pilihan layanan gratis, dan kelengkapan fitur menjadi pertimbangan-pertimbangan utama responden untuk beralih ke layanan music streaming.

Layanan streaming di Indonesia sebenarnya baru naik ke permukaan dalam dua atau tiga tahun belakangan dan mulai mendapat perhatian ketika Joox dan Spotify ikut meramaikan pasarnya. Adopsinya pun tidak begitu tinggi karena hanya 29,54% responden dalam survei yang menyatakan telah menikmati musik secara streaming. Sedangkan 70,46% sisanya masih betah mendengarkan musik secara offline, tidak terhubung ke internet.

Meski begitu, masa depan industri musik streaming di Indonesia masih cerah. Walau saat ini mayoritas responden masih betah jadi pendengar musik secara offline, kami menemukan bahwa 50,29% dari mereka menyatakan bersedia untuk beralih ke layanan musik streaming.

Alasan-alasan responden untuk beralih ke layanan streaming / Survei DailySocial
Alasan-alasan responden untuk beralih ke layanan streaming / Survei DailySocial

Tiga pertimbangan utama yang menjadi alasan beralih adalah kelengkapan koleksi musik, ketersediaan pilihan untuk menikmati layanan secara gratis, dan kelengkapan fitur. Pertimbangan lainnya seperti kemudahaan penggunaan, streaming yang mulus, fitur mendengarkan offline, harga yang terjangkau, dan pilihan pembayaran yang lebih luas baru mengikuti setelahnya.

Sedangkan di sisi para responden yang enggan beralih, kami menemukan bahwa alasan seperti koneksi yang lambat, layanan berbayar, dan layanan tersebut sulit untuk digunakan menjadi tiga alasan teratas mereka untuk tetap setia dengan caranya saat ini, mendengarkan musik secara offline.

Alasan-alasan responden yang enggan beralih ke layanan streaming / Survei DailySocial
Alasan-alasan responden yang enggan beralih ke layanan streaming / Survei DailySocial

Data menarik lainnya yang kami dapatkan datang dari sisi reponden yang saat ini sudah menikmati layanan musik streaming. Selain sudah memiliki layanan favoritnya masing-masing, kami juga menemukan beberapa alasan mereka untuk menggunakan layanan streaming. Tiga di antaranya yang menduduki peringkat teratas adalah untuk menghemat ruang penyimpanan perangkat, kelengkapan koleksi musik, dan kemudahan untuk menggunakan layanannya.

Alasan-alasan para responden untuk menggunakan layanan streaming / Survei DailySocial
Alasan-alasan para responden untuk menggunakan layanan streaming / Survei DailySocial

Laporan survei dengan tajuk “Music Listening Pattern in Indonesia” yang diterbitkan DailySocial pada September lalu ini adalah hasil kerja sama DailySocial dengan JakPat. Diharapkan survei yang melibatkan 1015 responden ini bisa memberikan gambaran makro terkait pola mendengarkan musk di era digital saat ini, terutama untuk mereka yang bergelut di industri musik Indonesia.

Bila Anda tertarik untuk mengetahui lebih jauh, Anda bisa mengunduh laporan lengkapanya setelah menjadi member DailySocial melalui tautan ini.