Tag Archives: musik digital

MP3 Resmi ‘Dibunuh’ oleh Penciptanya

22 tahun sejak ia menyapa publik untuk pertama kalinya, MP3 yang tidak lain merupakan format audio terpopuler harus mengakhiri kiprahnya dengan cukup pahit. Ia ‘dibunuh’ oleh penciptanya sendiri, Fraunhofer Institute for Integrated Circuits, yang memulai pengembangan format tersebut pada akhir tahun 80-an.

Institusi asal Jerman tersebut baru-baru ini mengumumkan bahwa mereka sudah menghentikan program licensing atas sejumlah paten yang berkaitan dengan MP3. Alasannya sederhana: dunia sudah menemukan format yang lebih superior, yakni AAC alias Advanced Audio Coding.

Memang benar, AAC merupakan format andalan mayoritas layanan streaming musik. Menurut Fraunhofer – yang sendirinya ikut membantu pengembangan AAC – AAC lebih efisien dan menawarkan lebih banyak fungsionalitas ketimbang MP3. Pernyataan ini juga benar, seperti yang bisa kita lihat pada layanan streaming film, dimana format audio yang dipakai sekali lagi adalah AAC.

Singkat cerita, AAC ke depannya bakal menggantikan MP3 sebagai standar format audio terkompresi. Namun hal ini bukan berarti MP3 lalu akan mati dan semua koleksi musik kita dalam format tersebut tiba-tiba tidak bisa lagi diputar.

Yang bisa terjadi kemungkinan adalah hilangnya dukungan format MP3 pada perangkat seperti speaker Bluetooth di masa yang akan datang, dikarenakan Fraunhofer tidak lagi ‘menjual’ lisensi patennya. Namun kemungkinan sebaliknya juga bisa terjadi seandainya Fraunhofer memutuskan untuk menggratiskan lisensinya.

Terlepas dari itu, MP3 tetap sangat berjasa dalam membantu kita bermigrasi ke musik digital. Meski tidak bisa dipungkiri MP3 adalah pemicu meledaknya angka pembajakan musik, MP3 juga yang pada akhirnya membiasakan kita menikmati musik di mana saja – dulu lewat iPod atau sejenisnya, sekarang melalui smartphone.

Karena sudah terbiasa, konsep layanan streaming musik pun terdengar begitu masuk akal di telinga kita, hingga akhirnya kita memutuskan untuk berlangganan Spotify, Apple Music, maupun layanan lainnya. Hasil akhirnya, angka pembajakan musik jadi bisa sedikit ditekan, dan menurut saya cukup wajar jika kita menganggap MP3 telah menebus ‘dosanya’.

Sumber: NPR. Gambar header: Pixabay.

Pemutar Musik PonoPlayer Sukses Galang Dana Sebesar 5 Juta Dolar di Kickstarter

Kita bisa jadi sedang menyaksikan sebuah kejadian penting dalam perkembangan musik digital. PonoPlayer, sebuah alat pemutar musik yang menjanjikan kemampuan memutar musik digital dengan kualitas audio tinggi, baru-baru ini berhasil menggalang dana sebesar lebih dari 5 juta dolar AS melalui situs crowdfunding Kickstarter.

Sedikit latar belakang, format musik yang populer saat ini adalah MP3 dan AAC. Kedua format ini memang didesain untuk kenyamanan dalam mendistribusikan musik secara digital. Salah satu hal yang akhirnya dikompromikan oleh format MP3 dan AAC adalah kualitas audio. Agar file musik digital tersimpan dalam ukuran yang cukup kecil, musik digital yang disimpan dalam format MP3 dan AAC menggunakan algoritma kompresi yang menyimpan file dengan resolusi 192 kbps atau 256 kbps. Akibatnya, banyak detil audio yang tidak ikut tersimpan dalam sebuah file berformat MP3 atau AAC.

Dirintis oleh musisi Neil Young, PonoPlayer berusaha untuk menghadirkan pemutar musik digital yang bisa menyimpan dan memutar musik digital dengan format audio yang jauh lebih besar. Tidak tanggung-tanggung, PonoPlayer diklaim bisa memutar musik dalam format audio beresolusi ultra high 9216 kbps, 36 kali lipat resolusi file MP3 atau AAC. Tentu saja kehadiran pemutar musik saja tidak cukup jika tidak ada file-file musik digital yang distribusikan dalam resolusi ultra high tadi. Untuk itu, PonoMusic, perusahaan pengembang PonoPlayer ini, juga mengembangkan sebuah portal musik bernama PonoMusic.com yang nantinya akan menjadi seperti iTunes store bagi musik-musik digital beresolusi tinggi.

PonoPlayer - Neil YoungPonoMusic awalnya hanya menetapkan target penggalangan dana sebesar 800.000 dolar AS untuk PonoPlayer. Respon terhadap PonoPlayer ternyata luar biasa. Tak kurang dari 5 juta dolar AS berhasil diraih PonoPlayer. Sebanyak lebih dari 15 ribu pendukung ikut dalam penggalangan dana PonoPlayer. Selain itu, berbagai musisi ternama juga turut mendukung kampanye PonoPlayer baik dengan memberikan testimoni atau menyediakan tandatangannya di perangkat PonoPlayer yang akan menjadi reward bagi pendukung dengan sumbangan dana tertentu. Nama-nama seperti Metallica, The Eagles, Arcade Fire, Foo Fighters, Norah Jones, Lenny Kravitz, dan Red Hot Chili Peppers tercatat sebagai musisi yang memberikan tandatangannya sebagai reward bagi kampanye PonoPlayer.

PonoPlayer generasi pertama ditargetkan akan dirilis pada bulan Juni 2014 untuk para pendukung kampanye PonoPlayer di Kickstarter. Rencananya PonoPlayer akan dijual dengan harga $399 di Amerika Serikat. Jika Anda tertarik, saat ini masih tersedia paket dukungan sebesar $300 untuk mendapatkan PonoPlayer edisi terbatas berwarna kuning atau hitam di halaman kampanye PonoPlayer di Kickstarter.

[youtube id=”xH8I0LUjrqw” width=”620″ height=”360″]

Indosat Pertaruhkan Kembali Layanan Toko Musik Digital Melalui Indosat Arena Musik

Seakan masih melihat masa depan yang cerah pada industri musik digital Indonesia, Indosat dikabarkan tengah memacu layanan toko musik digital yang diberi nama Indosat Arena Musik. Layanan musik dari Indosat ini hadir dengan format yang baru dari sebelumnya dengan fitur-fitur dan konten yang beragam.
Continue reading Indosat Pertaruhkan Kembali Layanan Toko Musik Digital Melalui Indosat Arena Musik

Penjualan Musik Digital Mengalami Penurunan di 2013, Pertama Kali dalam 10 Tahun

April 2003 merupakan waktu yang sangat bersejarah bagi industri musik digital. Pada bulan tersebutlah iTunes Store pertama kali dibuka dan mengubah lanskap industri musik digital. Setelah sepuluh tahun berselang, iTunes Store berhasil menjadi toko musik online terbesar di dunia dengan katalog lebih dari 26 juta lagu dan total 25 miliar lagu telah terjual pada Februari 2013 lalu.

Pada bulan November 2012, Trenologi sempat mengulas sebuah prediksi dari Nielsen Wire yang menyatakan bahwa penjualan musik digital akan terus melonjak. Nyatanya, berdasarkan terbaru dari Nielsen SoundScan, penjualan musik digital justru mengalami penurunan pada tahun 2013 lalu. Total sepanjang tahun 2013, penjualan lagu secara digital mengalami penurunan sebesar 5,7% dari 1,34 miliar unit di tahun 2012 menjadi 1,26 miliar unit. Sementara penjualan album mengalami penurunan 0,1% dari 117,7 juta unit ke 117,6 juta unit.

(Baca juga: Penjualan Musik Digital Diprediksi Akan Terus Melonjak)

Seperti dilansir oleh Billboard, penurunan angka penjualan musik digital ini disinyalir sebagai akibat semakin populernya layanan streaming musik. Layanan streaming musik memang memang semakin menjamur dimana-mana. Di Indonesia saja, beberapa layanan streaming musik mulai bermunculan baik dari pemain lokal seperti Ohdio hingga pemain internasional seperti Nokia dan Deezer. Sementara di level internasionak, tanda-tanda semakin menguatnya layanan streaming musik salah satunya bisa dilihat dari laporan Warner Music Group yang menyatakan bahwa 25% pendapatan musik digitalnya kini berasal dari layanan streaming musik.

(Baca juga: Streaming Musik Sumbang 25% Pendapatan Musik Digital Warner Music Group)

Meski mengalami penurunan, penjualan musik digital masih memiliki peruntungan yang jauh lebih baik dari penjualan musik melalui medium fisik. Penjualan CD mengalami penurunan sebesar 14,5% dari 193,4 juta unit di tahun 2012 menjadi 165,4 juta unit di tahun 2013. Secara keseluruhan, penjualan album dalam berbagai format medium fisik (CD, DVD, kaset, vinyl, dan lain-lain) mengalami penurunan 8,4% dari 316 juta unit menjadi 289,4 juta unit.

Dengan terjunnya Apple (dengan iTunes Radio) dan Google (dengan Google Play Music All Access) ke layanan streaming musik di tahun 2013 lalu, tentunya akan menarik untuk diamati bagaimana perkembangan layanan streaming musik dan dampaknya terhadap industri musik digital secara keseluruhan.

 

Sumber: Billboard.

Giring ‘Nidji’ Perkenalkan Kincir(dot)com di Acara Social Media Festival 2012

Salah satu sesi awal dalam acara Social Media Festival 2012, yang berlangsung dari tanggal 12 – 14 Oktober kemarin, adalah presentasi dari Giring Ganesha yang juga adalah personal band Nidji. Dalam Sesi yang diadakan hari Jumat, 12 Oktober 2012, Giring membicarakan masa depan musik digital, khususnya di Indonesia, serta membagikan sedikit informasi tentang usaha rintisan (startup) yang ia dirikan, Kincir.com.

Continue reading Giring ‘Nidji’ Perkenalkan Kincir(dot)com di Acara Social Media Festival 2012

10 Album Digital Terlaris di UK

Penjualan musik digital terus naik. Minggu kemarin, penjualan album digital sepanjang masa di UK telah melewati angka 100 juta. Angka penjualan total di Inggris ini dicapai dalam kurun waktu 6 tahun sejak penjualan digital resmi di catat dan hanya selang 2 tahun dari rekor penjualan album digital sebelumnya di angka 50 juta.

Continue reading 10 Album Digital Terlaris di UK

[Music Monday] Apakah Konsumen Pada Umumnya Peduli Tentang Legalitas Musik Digital?

Sebelum saya masuk ke pembahasan di artikel ini, supaya menjadi jelas – sebagian besar referensi bersifat anekdot; saya tidak memiliki hasil survei atau penelitian untuk jadi bahan referensi, tetapi saya pikir hal yang akan saya bahas diamini oleh kebanyakan konsumen hiburan digital – tidak banyak dari kita, termasuk saya, berpikir tentang aspek legal dari sesuatu yang kita ingin dengar/liat/putar. Karena pernah bekerja di perusahaan yang berhubungan dengan hak kekayaan intelektual untuk beberapa waktu, saya menghindari konten bajakan dan selalu berusaha untuk menemukan cara legal untuk mendapatkan musik, film dan perangkat lunak. Full disclosure – saya mencoba ‘adil’ dalam mengunduh dan mendapatkan konten dari torrent, saya sering mengunduh acara TV yang belum disiarkan di Indonesia, dan kadang-kadang film yang terlewat untuk ditonton di bioskop. Saya bukan orang suci.

Saya akui bahwa saya menghindari musik dan perangkat lunak bajakan karena saya tau apa yang ada dibalik prosesnya dan bagaimana mereka mendapatkan uang. Saya juga merasa lebih sedikit bersalah (meski tetap merasa bersalah) ketika mengunduh acara TV dan film karena saya juga tahu bagaimana mereka mendapatkan pemasukan (di luar dari pendapatan bioskop, mereka mendapatkan pemasukan dari royalti di muka, bagian pendapatan dari iklan, bagian dari layanan TV kabel, dan masih banyak lagi). Saya mungkin akan menuliskan tentang hal ini di lain waktu…tetapi intinya adalah: Saya pernah berada dalam industri ini. Bagaimana dengan para konsumen pada umumnya?

Continue reading [Music Monday] Apakah Konsumen Pada Umumnya Peduli Tentang Legalitas Musik Digital?