Tag Archives: mwc 2017

Meizu Kembangkan Teknologi yang Dapat Mengisi Baterai Ponsel Hingga Penuh dalam 20 Menit

Seandainya Anda diharuskan untuk memilih satu saja teknologi charging untuk ponsel Anda, mana yang Anda pilih, wireless charging atau fast charging? Bagi saya, sebelum teknologi wireless charging jarak jauh bisa dinikmati secara massal, saya lebih memilih fast charging, apalagi kalau cara kerjanya seperti yang Meizu kembangkan berikut ini.

Di event MWC 2017 pekan kemarin, pabrikan asal Tiongkok tersebut mengungkap teknologi yang mereka juluki Super mCharge. Teknologi ini pada dasarnya mirip seperti Quick Charge 3.0 besutan Qualcomm atau TurboPower garapan Motorola, hanya saja kinerjanya jauh lebih cepat, sanggup mengisi baterai berkapasitas 3.000 mAh hingga penuh dalam waktu kurang dari 20 menit.

Secara teknis, Super mCharge mampu meneruskan energi sebesar 55 watt dalam tegangan 11 volt dan arus 5 ampere, jauh di atas TurboPower dengan 28,5 watt dan Quick Charge 3.0 dengan 18 W. 20 menit itu juga tergolong sangat singkat, dimana pada prakteknya Anda bisa mengisi baterai ponsel hingga penuh selagi Anda bersiap untuk pergi (mandi, ganti baju, dan lain-lain).

Meizu tentunya tidak lupa dengan faktor keamanan., apalagi mengingat baterai merupakan penyebab utama insiden meledaknya Note 7. Berdasarkan klaim Meizu, baterai yang menggunakan teknologi Super mCharge ini hanya akan mencapai suhu setinggi 39 derajat Celsius saja, lebih rendah dari Quick Charge 3.0 di angka 44 derajat.

Untuk merealisasikannya, Meizu juga akan menggunakan kabel USB dengan chip khusus yang lebih efisien sekaligus lebih aman. Sejauh ini belum ada informasi terkait ponsel apa yang akan mengadopsi teknologi ini, tapi kemungkinan besar Meizu akan mengimplementasikannya pada smartphone flagship berikutnya.

Sumber: The Verge dan Meizu.

Peugeot Ungkap Mobil Konsep yang Memiliki Insting

Lima tahun yang lalu, mungkin tidak ada yang mengira kalau perkembangan industri otomotif bakal menjadi bahasan di event teknologi tahunan seperti CES. Namun sekarang, pabrikan mobil bahkan tidak segan memamerkan inovasinya di ajang yang lebih spesifik lagi, seperti Mobile World Congress yang baru saja selesai digelar. Pabrikan yang saya maksud adalah Peugeot.

Dalam kesempatan itu, Peugeot mengungkap Peugeot Instinct Concept, buah pemikiran mereka akan sebuah mobil masa depan. Pemilihan nama “Instinct” bukan tanpa alasan; mobil konsep ini memang memiliki insting dan sanggup memahami keinginan sekaligus mood penumpangnya.

Peugeot Instinct Concept dilengkapi dua mode kemudi manual dan dua mode kemudi otomatis / Peugeot
Peugeot Instinct Concept dilengkapi dua mode kemudi manual dan dua mode kemudi otomatis / Peugeot

Saya katakan penumpang karena mobil ini telah dibekali sistem kemudi otomatis. Secara total ada empat mode kemudi yang ditawarkan: dua manual (Drive Boost atau Drive Relax) dan dua otomatis (Autonomous Sharp atau Autonomous Soft). Masing-masing mode dapat diaktifkan secara manual, atau otomatis berdasarkan insting mobil itu tadi.

Rahasianya terletak pada integrasi platform berbasis cloud Samsung Artik, yang memungkinkan mobil untuk mengambil data dari perangkat terkoneksi. Contohnya, seusai sesi fitness di gym, Instinct Concept akan membaca data yang dikumpulkan oleh smartwatch Anda, lalu dengan sendirinya mengaktifkan mode Autonomous Soft sehingga Anda bisa bersantai karena ia tahu Anda sudah kecapaian.

Peugeot Instinct Concept sanggup mengambil data dari perangkat terkoneksi berkat integrasi platform Samsung Artik / Peugeot
Peugeot Instinct Concept sanggup mengambil data dari perangkat terkoneksi berkat integrasi platform Samsung Artik / Peugeot

Keesokan harinya, ketika Anda sedang dalam perjalanan ke tempat kerja, Instinct Concept akan kembali membaca data di smartwatch dan mengambil kesimpulan bahwa sesi olahraga kemarin masih belum cukup untuk mencapai target mingguan. Alhasil, ia akan menyarankan Anda untuk parkir sedikit lebih jauh dari lokasi biasanya supaya Anda bisa menyempatkan ber-jogging.

Ini baru sebagian contoh dari potensi yang dimiliki Instinct Concept. Pasalnya, smartwatch bukan satu-satunya perangkat terkoneksi yang dapat ia baca datanya. Semisal Anda punya kulkas canggih yang tersambung ke jaringan cloud, bukan tidak mungkin Instinct Concept dapat mengetahui bahwa stok bahan makanan Anda sudah menipis, lalu menyarankan dan menyajikan rute menuju supermarket terdekat.

Setir, panel instrumen beserta pedal gas dan rem akan masuk ke dalam ketika mode kemudi otomatis diaktifkan / Peugeot
Setir, panel instrumen beserta pedal gas dan rem akan ditarik masuk ke dalam ketika mode kemudi otomatis diaktifkan / Peugeot

Peugeot Instinct Concept juga tidak melupakan aspek kebebasan; kebebasan bagi pemilik mobil untuk membuat keputusan tanpa harus dibatasi oleh sistem serba otomatis yang ditawarkan. Contoh yang paling gampang, selagi dalam mode kemudi otomatis, pengguna tetap bisa mengendalikan atau memilih rute alternatif via layar sentuh yang tertanam di tengah dashboard.

Bicara soal dashboard, Peugeot telah merancang interior yang responsif untuk Instinct Concept. Responsif maksudnya dapat beradaptasi dengan mode kemudi; jadi saat mode kemudi otomatis diaktifkan, setir, panel instrumen beserta pedal gas dan remnya akan ditarik masuk ke dalam demi menyajikan ruang yang lebih lapang di dalam kabin.

Tentu saja ini semua baru sebatas konsep, tapi tetap saja merupakan konsep yang sangat menarik, apalagi jika Peugeot berhasil mengimplementasikannya menjadi mobil untuk konsumen umum dalam beberapa tahun ke depan. Selagi menunggu, kita tonton saja koleksi video Peugeot Instinct Concept berikut ini.

Sumber: Peugeot dan Wired.

Nubia N1 Lite Hadir Sebagai Opsi yang Lebih Terjangkau

ZTE melalui salah satu brand-nya, Nubia kembali menghadiri MWC 2017 dan ikut meramaikan pasar ponsel dunia dengan menghadirkan seri Nubia N1 Lite. Nama yang cukup familiar memang, pasalnya sebelum ini Nubia sudah meluncurkan varian N1 yang menawarkan spek kelas menengah yang cukup menjanjikan.

Dalam debutnya nanti, Nubia N1 Lite dijadwalkan bakal menyambangi Eropa terlebih dahulu meliputi Jerman, Spanyol, Republik Ceko dan Italia. Setelah itu, Asia akan jadi target berikutnya seperti di India, Thailand, Vietnam dan pastinya Indonesia. Lalu seperti apa sih spesifikasi Nubia N1 Lite ini?

Nubia N1 Lite masih mewarisi beberapa fitur varian standarnya seperti sistem operasi Android 6.0 Marshmallow dan penampang layar seluas 5,5 inci. Tapi untuk model ini Nubia hanya menyematkan resolusi HD 720p. Selain mendapatkan resolusi yang lebih rendah, juru gedor Nubia N1 Lite juga turun dari prosesor octa-core menjadi quad-core dengan kapasitas RAM 2GB dan memori internal 16GB. Daya pendukungnya cukup menggembirakan dengan kapasitas sebesar 3.000mAh.

Dalam hal kemampuan jepretan, Nubia N1 Lite punya modal yang cukup bagus. Kamera belakangnya menggunakan sensor 8MP dengan aperture f/2.0 dan dual LED flash, kemudian di depan berdiam kamera 5MP yang siap mengabdi untuk pemiliknya.  Dan jika diputar kembali ke belakang Anda bisa jumpai sensor sidik jari yang diklaim oleh perusahaan mampu bekerja membuka ponsel hanya dalam waktu 0,3 detik. Sayang sampai sekarang harga Nubia N1 Lite masih belum dibeberkan ke khalayak. Untuk mengetahuinya kita harus menunggu hingga akhir Maret saat perangkat resmi diluncurkan.

Sumber berita Nubia.

Panasonic Punya Laptop Rugged 2-in-1 Baru, Harganya Luar Biasa

Konsep PC 2-in-1 terlahir dari keinginan produsen untuk meramu perangkat komputasi yang super-fleksibel. Device umumnya memiliki tubuh mungil dan ringan, tersaji dalam dua tipe: detachable atau memakai engsel putar. Karena fokus pada portabilitas, para desainer biasanya tidak terlalu memikirkan faktor daya tahan. Tapi device Panasonic baru ini adalah sebuah pengecualian.

Sejak tahun 1996, Panasonic menyediakan Toughbook sebagai PC dengan tubuh yang tangguh. Mereka mampu menahan getaran, benturan, siraman air, hingga temperatur ekstrem. Dan untuk produk terbarunya, Panasonic menggabungkan gagasan PC convertible dengan konsep rugged. Dari sana, terlahirlah Toughbook CF-33, diungkap perdana di ajang Mobile World Congress 2017.

Panasonic Toughbook CF-33 2

Panasonic Toughbook CF-33 adalah komputer personal tahan banting berkonstruksi 2-in-1 detachable. Device menyajikan dua metode penggunaan, yakni sebagai laptop atau tablet. Bagian layar bisa dilepas dari keyboard dock, dan Anda bisa menggunakan jari untuk berinteraksi dengan konten. Menariknya lagi, CF-33 tak seperti anggota keluarga Toughbook lain yang berat. Panasonic berhasil meminimalisir bobotnya jadi 2,76-kilogram, menyusut lagi jadi 1,5kg tanpa keyboard.

Panasonic Toughbook CF-33 1

Untuk sekarang, Panasonic memang belum menyingkap detail lengkap mengenai fitur ataupun spesifikasi, namun yang jelas Toughbook CF-33 dibekali enam mode pemakaian serta didukung fitur ‘adaptasi’ demi menyederhanaan navigasi. Lalu Anda juga bisa memanfaatkan Cortana buat mencari data dan informasi, serta mengatur reminder. Karena beroperasi di Windows 10, fungsi keamanannya juga komprehensif – ada firewall, teknologi anti-phising, hingga dukungan Windows Defender.

Panasonic Toughbook CF-33 4

Toughbook CF-33 menyuguhkan layar sentuh QHD (2160×1440) 12-inci dengan rasio 3:2 dan kecerahan 1200cd/meter persegi. Device sengaja dilengkapi layar berperforma tinggi agar dapat digunakan dalam semua skenario, terutama di lingkungan terbuka. Panel tersebut dapat membaca 10 titik sentuhan serta tetap bisa mendeteksi jari meskipun Anda mengenakan sarung tangan. Dan untuk menyempurnakan aspek input, Toughbook CF-33 juga dibundel bersama pena digital.

Panasonic Toughbook CF-33 3

Di sisi ketahanannya, Toughbook CF-33 bisa tetap bekerja normal di bawah terik sinar matahari ataupun terpaan hujan. Baterainya awet dan bisa mudah diganti via metode hot swap. Lalu selain kehadiran konektivitas standar (USB 3.0, HDMI, LAN, reader microSD, dan port audio), Panasonic kabarnya turut menyediakan varian dengan sambungan 4G LTE.

Karena bukan ditujukan bagi end-user, harga Toughbook CF-33 berada di luar jangkauan konsumen biasa. Unit tablet ditawarkan di harga US$ 3.500, sedangkan paket lengkap bersama keyboard dibanderol US$ 4.100.

Sumber: Blog Windows.

Google Tidak Punya Rencana untuk Melanjutkan Lini Chromebook Pixel

Saat Google memperkenalkan Pixel dan Pixel XL pada bulan Oktober lalu, saya sempat bertanya dalam hati apa yang bakal terjadi pada lini Chromebook Pixel. Pasalnya, Google sudah cukup lama bungkam mengenai perkembangan laptop Chrome OS premiumnya itu, meski belakangan beredar rumor bahwa Google sedang mengerjakan laptop baru dengan OS baru pula, yaitu Pixel 3.

Namun sepertinya rumor tersebut sedikit meleset. Baru-baru ini, Senior Vice President of Hardware Google, Rick Osterloh, buka omongan terkait nasib lini Chromebook Pixel. Kepada sejumlah jurnalis di event MWC 2017, beliau menyampaikan bahwa Google tidak punya rencana untuk mengerjakan laptop baru dalam waktu dekat ini.

Ini bukan berarti Google sudah menyerah sepenuhnya di segmen laptop. Chrome OS masih akan terus dikembangkan, dan Chromebook dari brand lain juga masih akan terus dipasarkan. Hanya saja, kiprah Chromebook Pixel harus terhenti di generasi kedua.

Kembali ke rumor mengenai Pixel 3, sedikit meleset bukan berarti salah total. Ke depannya mungkin masih akan ada laptop rancangan Google sendiri, namun andai saja benar saya ragu mereka bakal menamainya Pixel, apalagi mengingat nama tersebut sekarang sudah banyak diasosiasikan dengan smartphone terbaru Google yang terbilang sukses di pasaran.

Anda boleh berkata Chromebook Pixel adalah produk gagal, namun pada kenyataannya Google memang tidak berniat menjualnya dalam jumlah banyak. Saya pribadi cukup yakin kalau peran perangkat tersebut bukan untuk mencari untung, tetapi lebih ke menjadi bukti bahwa Google juga bisa membuahkan perangkat yang terintegrasi hardware sekaligus software-nya.

Sumber: TechCrunch.

Vive Tracker Ubah Objek Sehari-hari Menjadi Controller VR

Banyak pihak setuju kalau sistem tracking HTC Vive lebih superior ketimbang Oculus Rift, dan HTC sepertinya ingin terus memimpin dalam bidang ini. Dalam dua event sekaligus, yakni MWC dan GDC (Game Developers Conference) 2017, HTC secara resmi meluncurkan sebuah perangkat inovatif bernama Vive Tracker.

Premis yang ditawarkan Vive Tracker adalah Anda bisa memanfaatkan objek sehari-hari sebagai controller VR. Mau itu tongkat baseball, panci atau sarung tangan, selama objek bisa ditempeli Vive Tracker, Anda bisa menggunakannya sebagai controller VR. Singkat cerita, potensi pengaplikasian Vive Tracker begitu luas.

Hal ini turut dibuktikan oleh developer game CloudGate Studio. Dalam game berjudul Island 359 yang mereka kembangkan, mereka berhasil menyuguhkan kontrol pergerakan yang melibatkan satu tubuh secara menyeluruh berkat Vive Tracker. Alhasil, pemain dapat melihat tubuh sekaligus pergerakannya di dalam game secara akurat.

HTC berencana untuk memasarkan Vive Tracker dalam dua tahap. Tahap pertama, dimulai pada 27 Maret mendatang, ditujukan buat kaum developer yang tertarik mengembangkan konten untuk Vive. Tahap kedua adalah penjualan langsung ke konsumen, namun jadwal pastinya di tahun ini masih belum ditetapkan. Harganya sendiri dipatok $100 per unit.

Vive Deluxe Audio Strap / HTC

Selain Vive Tracker, HTC juga merilis Vive Deluxe Audio Strap. Perangkat ini sederhananya merupakan headphone yang dirancang dengan memperhatikan integrasinya dengan headset Vive. HTC sepertinya banyak belajar dari Oculus yang dari awal sudah membundel aksesori semacam ini dengan headset Rift.

HTC akan membuka pre-order untuk Vive Deluxe Audio Strap mulai 2 Mei, dengan harga juga $100.

Sumber: PR Newswire dan Vive.

Coba Curi Perhatian, Energizer Energy E550LTE Punya Baterai 4.000mAh dan Kamera Ganda

Bukan hal mengherankan jika kita mendapati beberapa pabrikan perangkat membombardir ajang MWC 2017 dengan perangkat-perangkat unggulannya. Tapi di balik berondongan perangkat-perangkat baru dari LG, Huawei, Lenovo, Motorola, Samsung dan lain-lain, hadir pula merk-merk yang tak begitu populer yang berusaha keras mencuri perhatian. Salah satunya adalah Energizer yang menghadirkan ponsel Energy E550LTE, ponsel outdoor tangguh yang tiba dengan baterai berkapasitas 4.000mAh.

Energizer sendiri sebenarnya lebih dikenal dengan produk berbentuk baterai, tapi sejak tahun lalu godaan tren smartphone rupanya terlalu kuat untuk ditolak. Sejak saat itu Energizer pelan-pelan memperluas portofolionya ke ranah mobile lewat beberapa produk yang fokus ke perangkat outdoor tangguh.

Smartphone Energy E550LTE mempunyai desain keseluruhan yang hampir sejalan dengan konsep ponsel tangguh terdahulu. Bukan keputusan yang buruk mengingat segmen ini lebih mementingkan kekuatan ketimbang gaya. Sebagai permulaan, Energy E550LTE mengantongi sertifikat IP68 yang membuatnya tahan terhadap guyuran air dan terpaan debu. Di bagian terluar perangkat juga dilengkapi dengan lapisan karet yang berfungsi menyerap benturan saat tak sengaja terjatuh atau terbentur saat mendaki gunung atau berkemah.

Tampak luar, ponsel menampilkan layar 5,5 inci dengan resolusi 2910 x 1080 piksel. Di bagian atas layar tersemat kamera depan 8MP untuk mengabadikan foto selfie dan menjadi mata saat melakukan panggilan video. Kalau diputar, kita akan jumpai dua buah kamera dengan resolusi masing-masing 13MP dan 8MP plus LED flash. Tepat di bawah kamera ini tersemat pemindai sidik jari yang menjadi pintu akses ke perangkat.

Kemudian di bawah tudung, Energizer Energy E550LTE ditenagai chipset MediaTek MT6755 yang membawa delapan inti prosesor dan juga RAM sebesar 4GB. Memori standar yang disediakan seluas 64GB,tapi jika dirasa perlu pengguna dapat memperluas ruang simpan dengan memori eksternal pilihan masing-masing. Dan yang terpenting, perangkat membawa baterai sebesar 4.000mAh yang di atas kertas mampu bertahan lebih lama ketimbang kapasitas standar. Untuk yang tertarik, Energizer melepas ponsel tangguhnya ini seharga $479, tapi konsumen diminta menunggu sampai bulan April-Mei untuk menjumpai perangkat di toko retail resmi.

Sumber berita Vporoom.

Sony Luncurkan Proyektor yang Sanggup Ubah Permukaan Datar Apapun Menjadi Tablet

Sony tampil cukup all out pada event MWC 2017. Tidak hanya membawa Xperia XZ Premium dan Xperia XZs, Sony turut memperkenalkan sebuah perangkat yang cukup nyeleneh nan inovatif. Xperia Touch namanya, dan ia secara teknis merupakan sebuah proyektor.

Namun label “Touch” mengindikasikan kalau ia bukan sembarang proyektor. Fungsi utama Touch pada dasarnya adalah mengubah permukaan datar apapun menjadi layar sentuh berukuran 23 inci, dimana pengguna dapat berinteraksi layaknya sedang menggunakan sebuah tablet Android raksasa.

Mau diproyeksikan secara horizontal atau vertikal, konten bisa dinavigasikan menggunakan sentuhan. Rahasianya terletak pada perpaduan sensor infra-merah dan kamera 60 fps yang diberi tanggung jawab untuk mendeteksi dan mengenali pergerakan tangan beserta jari-jari pengguna secara real-time.

Xperia Touch sebelumnya bernama Xperia Projector, dipamerkan pertama kali pada event MWC 2016 / Sony
Xperia Touch sebelumnya bernama Xperia Projector, dipamerkan pertama kali pada event MWC 2016 / Sony

Semua aplikasi maupun game yang tersedia di Google Play Store dapat dijalankan oleh Xperia Touch, dan Sony bahkan telah membekalinya dengan kompatibilitas PlayStation 4 Remote Play. Lebih lanjut, Sony juga memastikan interface-nya dapat dipahami dengan jelas, baik di kondisi pencahayaan yang terang maupun redup.

Xperia Touch awalnya diperkenalkan sebagai sebuah perangkat eksperimental bernama Xperia Projector di event MWC tahun kemarin. Akan tetapi sekarang Sony sudah siap memasarkannya ke sejumlah negara terpilih mulai musim semi mendatang, dengan banderol harga €1499.

Xperia Ear “Open-style CONCEPT”

Selain Xperia Touch, Sony rupanya turut memamerkan generasi baru Xperia Ear, yang tidak lain merupakan headset bertenaga asisten virtual. Versi baru ini masih berupa prototipe, namun yang pantas disorot adalah pengaplikasian teknologi open-ear yang dikembangkan oleh divisi Sony Future Lab.

Sony Xperia Ear "Open-style CONCEPT" / Sony
Sony Xperia Ear “Open-style CONCEPT” / Sony

Teknologi ini pada dasarnya memungkinkan pengguna untuk mendengarkan musik, notifikasi, sekaligus suara di sekitarnya secara bersamaan. Rahasianya terletak pada unit driver dan konduktor akustik yang bekerja bersama-sama untuk meneruskan suara langsung ke dalam kanal telinga.

Tentu saja Sony juga tidak lupa menyempurnakan asisten virtual yang menjadi otak di balik Xperia Ear. Sejumlah fitur telah disiapkan, seperti contohnya fitur Anytime Talk yang memudahkan pengguna untuk memulai percakapan grup secara real-time tanpa harus menelusuri daftar kontaknya terlebih dulu.

Sumber: Sony.

Smartphone Android Murah ZTE Blade V8 Lite Dipamerkan di MWC 2017

ZTE ikut dalam gelombang peresmian perangkat-perangkat baru di ajang MWC 2017 yang digelar di Barcelona. Pabrikan asal Tiongkok menghadirkan beberapa perangkat yang cukup menarik perhatian, salah satunya adalah ponsel murah Blade V8 Lite.

Mengemban misi bertempur di segmen entry level, ZTE berupaya meracik Blade V8 Lite sebaik mungkin tapi tak melupakan misinya menghadirkan sebuah perangkat yang terjangkau oleh kantong kebanyakan konsumen. Ponsel dengan sistem operasi Android 7.0 Nougat ini menampilkan visual apik melalui penampang layar seluas 5 inci dengan kejernihan HD (729 x 1280 piksel). Dan demi memberikan kinerja terbaik, ZTE membenamkan chipset MediaTek 6750 yang mengemas prosesor delapan inti bersama RAM 2GB dan memori seluas 16GB. ZTE juga melengkapi perangkat dengan slot microSD jika kapasitas itu dirasa masih kurang.

Tak ketinggalan, ZTE juga melengkapi ponsel Android murahnya dengan sepasang kamera yang disematkan di bagian belakang dan depan. Kamera belakang mempunyai resolusi 8MP beserta dukungan LED flash dan sejumlah fitur kamera bawaan. Kemudian di depan terdapat kamera 5MP untuk urusan selfie dan panggilan video. Kombinasi ini memang tak terlampau istimewa, tapi untuk kelas entry level, konfigurasi ini dirasa sebagai salah satu penawaran terbaik.

Di balik cover belakang Blade V8 Lite bersemayam komponen baterai seluas 2.500mAh serta pemindai sidik jari yang disematkan tepat di bagian terluar. ZTE berencana memasarkan Blade V8 Lite ke Jerman dan Spanyol terlebih dahulu, baru setelah itu menyambangi Asia Pasifik dan Eropa. Sayang harga jual perangkat sampai saat ini masih belum terungkap.

Sumber berita ZTE.

Di MWC 2017, Oppo Jelaskan Apa itu Teknologi 5X Dual-Camera Zoom

Sebagai kompensasi absennya pengumuman perangkat baru di ajang bergengsi seperti Mobile World Congress 2017, Oppo menjelaskan lebih lengkap mengenai apa itu teknologi 5X yang sempat mereka tease minggu lalu. Jika Anda sebelumnya memprediksi bahwa teknologi ini berkaitan dengan kapabilitas fotografi di smartphone, maka tebakan Anda tepat.

Di MWC 2017, sang produsen asal Dongguan itu secara resmi memperkenalkan 5x Dual-Camera Zoom, sebuah sistem kamera ganda yang terinspirasi dari struktur periskop. Gunanya? Untuk menyajikan kemampuan pembesaran gambar tanpa penurunan pada kualitas. Metode ini memang bukan hal baru di kamera digital, dan Asus bahkan sudah mengimplementasikannya dalam ZenFone Zoom. Namun Oppo melangkah lebih jauh lagi.

Oppo menempatkan lensa telephoto secara horisontal yang bisa bergerak 90 derajat di dalam modul kamera. Saat Anda menjepret foto, cahaya masuk ke modul dan dipantulkan oleh prisma ke lensa. Lewat cara ini, Oppo percaya kamera di smartphone mereka mampu menyajikan hasil foto yang jernih terlepas dari tingkatan zoom. Dan teknologi stabilisator di sana juga tidak kalah canggih karena prisma dan lensa telephoto dapat bergerak buat mengurangi efek getaran tangan.

Oppo 5X Dual-Camera Zoom 1

Berbeda dari produsen handset lain yang menggunakan OIS di lensa wide-angle, Oppo menyematkannya sistem optical image stabilization dua bagian langsung di lensa telephoto. Komponen ini secara dinamis bekerja untuk menyesuaikan sudut prisma hingga seakurat 0,0025-derajat. Alhasil, performa OIS di sana lebih mumpuni 40 persen dibanding solusi generasi sebelumnya, meskipun gambar sedang diperbesar lima kali.

Mengulik lebih jauh lagi, lensa telephoto sendiri menyajikan kemampuan zoom optik sebesar tiga kali, dan Oppo mengombinasi gambar dari lensa telephoto dan wide-angle di sebelahnya untuk menyuguhkan zoom hingga lima kali. Setelah melewati batas itu, sistem digital zoom akan bekerja buat memperbesar objek dari lima hingga sepuluh kali. Meski memanfaatkan sistem digital, Oppo berjanji tidak ada kompromi pada mutu gambarnya.

Hebatnya lagi, dengan kapabilitas andal itu, sistem 5X Dual-Camera Zoom tidak memakan banyak ruang. Ia hanya memerlukan modul kamera setebal 5,7-milimeter saja, bahkan 10 persen lebih tipis dibanding di kamera smartphone dengan optical zoom dua kali.

“Fitur 5x Dual-Camera Zoom telah membuka ranah baru dalam bidang fotografi dan merupakan bukti dari dedikasi Oppo dalam menjawab kebutuhan konsumen kami, yaitu untuk [memperoleh] hasil fotografi yang indah dan tajam,” tutur Vice President Sky Li di rilis pers. “Teknologi ini sekali lagi akan menetapkan sebuah standar baru yang menjadi inspirasi bagi produsen smartphone lainnya.”

Tambahan: Engadget.