Tag Archives: native ads

7 Rekomendasi Platform Native Ads, Iklan Digital Alternatif untuk Bisnis

Iklan banyak digunakan untuk membantu mempromosikan bisnis dan produk, hingga menjalankan kampanye/campaign. Dengan iklan, Anda pun juga dapat mendapat keuntungan. Masalahnya, iklan yang terlalu banyak dan mendominasi layar akan membuat ketidak tertarikan dan mengganggu pengguna. Banyak orang kemudian tidak suka jika terdapat iklan yang bermunculan.

Native ads diciptakan sebagai solusi bagi marketer untuk menjangkau target yang tepat tanpa perlu pengguna merasa terganggu dengan iklan tersebut. Iklan yang menyatu dengan lingkungan sekitar dan tidak berdampak negatif pada pengalaman pengguna. Native ads tampak terlihat natural karena menyatu dengan konten seperti milik platform tempat iklan tersebut diterbitkan. 

Berikut rekomendasi platform native ads yang dapat Anda gunakan.

1. MGID

MGID merupakan platform yang dapat Anda gunakan untuk mendistribusikan kampanye marketing kepada pengguna dan waktu yang tepat untuk memperoleh engagement. MGID mengusung teknologi berbasis AI untuk menghubungkan produk bisnis Anda dengan pengguna yang relevan.

MGID membantu penerbit mempertahankan audiens dan memonetisasi traffic. Hal ini mendorong kinerja dan kesadaran brand dengan menghubungkannya ke audiens.

Contextual Intelligence akan membantu para pengiklan untuk menjangkau audiens yang mencari konten secara aktif. Teknologi yang digunakan oleh MGID menggunakan pencocokan multi-term, memperhitungkan semua kata-kata, termasuk frekuensi untuk menentukan arti sebenarnya dalam sebuah konten. Dengan begitu, para pengiklan dapat menjangkau konsumen yang paling siap dalam melakukan pembelian dengan memberi iklan yang sejajar dengan konten pada halaman web. 

Fitur lainnya pada MGID adalah traffic insights, selective bidding, audience reach, retargeting, dan masih banyak lagi. MGID cocok digunakan untuk situs web yang mempunya traffic cukup tinggi karena nilai CPC yang juga cukup tinggi.

2. Adsterra

Adsterra banyak digunakan oleh blogger dan afiliasinya, karena Adsterra membantu pengiklan memenuhi KPI dan meningkatkan ROI, sementara penayang mendapatkan eCPM maksimum dengan traffic lanjutan yang mudah digunakan. Top aplikasi yang menggunakan Adsterra adalah Facebook, Instagram, TikTok, Snapchat, Pinterest.

Adsterra bertindak tegas untuk mengambil tindakan terhadap penipuan, Untuk mendeteksi dan mencegahnya, setiap situs web dan campaign diperiksa secara menyeluruh melalui software keamanan internal Adsterra.

3. Adcash

Adcash merupakan platform periklanan online dengan jangkauan seluruh dunia. Adcash menyediakan layanan, seperti layanan ekstensif untuk mengarahkan pengiklan, pembeli media, dan afiliasi. Penerbit Adcash, bermitra dengan webmaster dan pemilik situs web, serta berbagai SSP.

Adcash telah beroperasi selama lebih dari 14 tahun, sehingga mampu memberi bisnis Anda platform pemasaran dengan kinerja yang efektif. Untuk pengiklan, Adcash menawarkan platform yang mudah dinavigasi. 

Pengiklan dapat membuat, meluncurkan, memantau, dan mengoptimalkan kampanye dari awal hingga akhir penayangan. Pengiklan dapat memilih antara membuat kampanye express atau kampanye lanjutan. 

Adcash dapat mengoptimalkan target secara terperinci sesuai dengan lokasi, tipe perangkat, peramban, minat pengguna, kategori situs web, kata kunci, dan bahasa.

4. Taboola

Taboola merupakan salah satu platform native ads yang paling populer di seluruh dunia. Top website yang menggunakan Taboola, yaitu NBC, MSN, Fox, Bloomberg, dan masih banyak lagi. Taboola membantu pengguna untuk menemukan hal yang menarik dan terbaru mengenai konten yang terdapat di website, serta memungkinkan publisher dan pengiklan untuk membeli, menjual, dan meningkatkan traffic dengan skala tertentu yang menguntungkan.

Platform akan mencocokkan merek dengan audiens yang paling mudah menerima pesan, produk, dan layanan baru. Taboola juga menawarkan peluang monetisasi tingkat lanjut untuk penayang, operator, dan properti digital lainnya.

Iklan native ads menggunakan Taboola dapat ditemukan di widget bagian bawah, atas, samping, atau pun di bagian feeds situs web sebagai rekomendasi konten. Marketer dapat memilih opsi berdasarkan lokasi yang ditargetkan untuk pemasangan iklan.

5. Outbrain

Tidak berbeda jauh dengan Taboola, Outbrain juga merupakan platform native ads terkemuka yang digunakan oleh BBC, CNN, New York Post, The Guardian, dan masih banyak lagi. 

Pemasangan native ads melalui Outbrain berbentuk iklan pada feed, daftar pencarian, promosi, iklan video, serta rekomendasi konten. Iklan tersebut terdiri dari gambar, headline, logo brand, yang sangat cocok dan menyatu dengan konten editorial.

Sebagai pengiklan, Anda dapat mempertimbangkan menggunakan Outbrain, jika Anda ingin membuat konten yang menarik di web dengan memberikan sasaran  dan memperluas audiens dengan bijak dan efisien. Anda akan dapat mencapai tujuan pemasaran Anda di lingkungan web bebas penipuan.

6. Plista

Platform native ads asal Jerman ini menawarkan konten iklan unik yang melibatkan format iklan karakter yang menonjol dan memungkinkan brand untuk menargetkan secara efisien di sepanjang saluran penjualan. Dengan cara ini, pengiklan dapat dengan mudah menciptakan branding dan tujuan kinerja pemasaran. 

Plista memberdayakan penerbit untuk melibatkan audiens mereka dengan rekomendasi yang disesuaikan. Hal ini memungkinkan penerbit mendapatkan yang terbaik dari situs web atau aplikasi mereka dan mendapatkan keuntungan dari monetisasi konten dan pertumbuhan traffic yang berkelanjutan.

7. Nativo

Nativo merupakan platform native ads yang memungkinkan pengiklan untuk mengirim konten ke penerbit premium untuk memaksimalkan engagement. Jika Anda adalah penerbit iklan untuk situs web media, maka Nativo menjadi pilihan yang baik. Cara kerja Nativo adalah dengan memanfaatkan format iklan yang unik, interaktif, dan menonjol, sehingga pengguna terasa nyaman saat menelusuri konten dari penerbit iklan. 

Salah satu nilai jual dari Nativo yaitu pengiriman iklan bebas cookie yang membuktikan kampanye Anda lebih mengutamakan privasi. Nativo menyatakan bahwa kebanyakan dari iklan mereka tidak bergantung pada cookie.

Itulah deretan rekomendasi beberapa platform native ads yang berguna untuk Anda dalam menjalankan kampanye atau pun mempromosikan brand. Semoga artikel ini dapat bermanfaat untuk Anda.

Cara Memasang Native Ads di PropellerAds

Propeller ads menyediakan native ads untuk dapat menjangkau pengguna secara langsung melalui iklan. Native ads pada dasarnya adalah konten iklan yang ditempatkan di bagian halaman web yang paling banyak dilihat.

Native ads di Propeller ads memiliki dua elemen, yaitu judul yang tersedia hingga 65 karakter dan gambar berukuran 492×328 px dengan format jpg atau png. Secara opsional, Anda juga dapat menambahkan elemen lain pada deskripsi, tergantung dari beberapa situs web yang digunakan.

Credit: Propellerads

Native Ads, cocok digunakan untuk iklan eCommerce, trading forex, affiliate, hiburan, dan lainnya. Menggunakan native ads, sebaiknya desain yang dipilih harus menarik, tetapi tidak terlalu terlihat menjual agar mendapat kesan organik dan menyatu dengan website.

Pengunjung web, akan membaca iklan tersebut seperti mereka membaca judul yang ditemukan pada unggahan blog atau artikel berita.

Tampilan Native Ads (Credit: PropellerAds)

Keunggulan Menggunakan Native Ads

  • Native ads mengambil lebih banyak perhatian

Telah diperkirakan bahwa native ads menghasilkan engagement lebih tinggi dibandingkan dengan banner iklan biasa dan berhasil menarik perhatian lebih banyak pengguna sebanyak 40% karena posisi dan relevansinya.

  • Anda hanya akan membayar tindakan nyata untuk klik / impressions

Pada kasus ini, banyak dari pengguna terkadang melakukan kesalahan klik atau tidak sengaja klik iklan. Propeller ads telah menerapkan teknologi deteksi Misclick, yang melindungi pengiklan dari klik yang tidak sengaja atau acak.

Katakanlah seorang pengguna secara acak menggulir laman web tempat iklan Anda ditempatkan. Jika pengguna tersebut melihat kurang dari 50% widget iklan dan menghabiskan waktu kurang dari 2 detik untuk melihat iklan Anda, Anda tidak perlu membayar untuk tayangan ini.

  • Native ads bertanda “konten iklan”

Konten penawaran, tercantum dalam widget yang ditandai dengan jelas sebagai “konten iklan”, sehingga pengguna tidak tertipu dan paham jelas bahwa itu sebenarnya adalah iklan. Pengiklan mendapat manfaat dari transparansi ini, karena akan lebih sedikit klik acak.

  • Native ads kebal terhadap AdBlock

Native ads merupakan cara beriklan dengan tidak ada klik secara paksa, tidak ada pengalihan otomatis, dan hal lain yang tidak disukai pengguna. Native ads menawarkan konten berkualitas dengan fokus pada relevansi.

  • Dapat digunakan pada berbagai perangkat

Dengan Native ads, pengiklan memiliki peluang untuk menjangkau audiens apapun perangkat yang mereka gunakan. Iklan secara otomatis menyesuaikan agar sesuai dengan ukuran layar, sehingga selalu terlihat bagus dan menarik.

Untuk Anda yang ingin memasang iklan native ads di Propeller ads, terdapat dua cara, yaitu beriklan untuk penerbit dan pengiklan.

Pemasangan Native Ads untuk Penerbit

  • Kunjungi laman Publisher’s Dashboard, klik Situs dan pilih website yang ingin Anda pasang iklan native.
  • Klik pada opsi format iklan yang ingin Anda pilih, yaitu Native Banner.
Credit: Propellerads
  • Selanjutnya, Anda akan mendapatkan kode yang dapat di copy dan paste pada blog atau website HTML yang Anda miliki.
Credit: Propellerads

Pemasangan Native Ads untuk Pengiklan

  • Kunjungi laman akun Propeller ads yang Anda miliki.
  • Pilih opsi Campaign.
  • Isi form dengan lengkap untuk membuat campaign. Hal ini berisikan nama campaign, model harga yang dipilih, pada format iklan pilih opsi Native Ads, target URL, dan lainnya.  
Credit: Propellerads

Itulah cara untuk beriklan native ads di Propeller ads. Menggunakan native ads, iklan akan terlihat organik dan tidak menganggu pengguna, sehingga akan meningkatkan engagement. Semoga artikel ini bermanfaat untuk Anda.

apa itu native ads

Mengenal Native Ads, Iklan Berbayar yang ‘Natural’

Apakah Anda sudah pernah mendengar apa itu istilah native ads? Native ads adalah singkatan dari native advertising yang merupakan istilah dalam pemasaran, khususnya pemasaran digital.

Semakin merebaknya penerapan digital marketing, membuat istilah ini juga semakin merebak dan sering didengar khususnya oleh para digital marketing enthusiast atau pemiliki bisnis seperti Anda.

Jadi, artikel kali ini akan membahas pengertian native advertising agar Anda bisa memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai istilah yang satu ini.

Apa Itu Native Advertising?

Native advertising adalah jenis iklan berbayar yang tampilannya mengikuti platform penempatannya. Sehingga, jenis iklan ini terbilang ‘natural’ karena terlihat sama dengan konten organik lainnya. Tak hanya itu, karena tampilannya sama dan tidak mengganggu tampilan konten lainnya, native ads juga terbilang salah satu bentuk iklan yang user-friendly.

Beberapa contoh native ads yang sering Anda temui antara lain adalah konten Google Ads yang memiliki label “Ad” atau “Sponsored” dan Anda temui saat melakukan pencarian. Native ads tersebut biasanya muncul di bagian paling atas halaman pencarian sebelum peringkat satu konten organik.

Kelebihan Native Advertising

Dengan tampilannya yang ‘natural’, penggunaan native ads memiliki kelebihan tersendiri. Tujuan dari native ads sendiri adalah memberikan tampilan iklan yang seperti bukan iklan. Sehingga, audiences bisa dengan mudah menikmati iklan yang berkamuflase menjadi konten biasa dan menerima bentuk promosi di dalamnya.

Jenis-Jenis Native Advertising

Native ads terbagi menjadi enam jenis. Berikut adalah penjelasan untuk masing-masing jenis native ads.

Paid Search Ads

 

apa itu native ads

 

Jenis native ads pertama adalah native ads yang sebelumnya telah dibahas, yaitu iklan yang biasa Anda temui di pencarian Google. Iklan tersebut adalah iklan berbayar yang kemudian tayang dengan tampilan yang sama seperti konten Google lainnya, hanya saja letaknya didahulukan.

Promoted Listings

Tidak hanya dalam bentuk konten, native ads juga sering Anda temui di e-commerce saat sedang mencari suatu barang tertentu. Jenis native ads termasuk ke dalam promoted listings. Jika Anda adalah pemilik toko online di e-commerce dan sering menggunakan promosi berbayar e-commerce, Anda mungkin sudah tidak asing dengan jenis iklan ini.

Promoted listings biasanya bisa Anda temui di bagian paling atas. Anda mungkin tidak menyadarinya dan menganggap itu adalah rekomendasi toko terbaik dari aplikasi.

Unit In-Feed

Di antara lima lainnya, native ads jenis unit in-feed ini termasuk iklan yang paling user-friendly. Pasalnya, jenis iklan ini tidak hanya sama dalam bentuk tampilan, namun juga menyesuaikan dengan kesukaan dan pengalaman audiences. Salah satu contoh iklan unit in-feed adalah Instagram Ads.

Content Recommendation Engine Widgets

Jenis native ads selanjutnya adalah content recommendation engine widgets. Iklan jenis ini biasanya sering Anda temui di bagian akhir konten artikel yang Anda baca di website.

Di bagian akhir, Anda akan menemukan rekomendasi-rekomendasi konten yang mungkin terlihat seperti rekomendasi konten biasa, namun nyatanya rekomendasi tersebut adalah iklan berbayar.

Display Ads with Native Elements

 

apa itu native ads
Source: Pixabay

 

Jika sebelumnya adalah iklan yang berbentuk konten direkomendasikan, display ads with native elements adalah iklan yang sering Anda temui di website, namun memiliki placing yang menyesuaikan website tersebut. Sehingga, iklan tidak menutupi konten artikel dalam website.

Custom

Jenis native ads satu ini merupakan jenis iklan khusus yang tidak berbentuk seperti iklan. Contoh dari custom native ads adalah filter pada media sosial Instagram, TikTok, atau Snapchat.

Setelah mengenal apa itu native ads dan mengetahui jenis-jenis native ads, Anda bisa mulai mencoba memasang native ads yang paling sesuai untuk promosi bisnis Anda. Apapun jenis native ads yang akan Anda gunakan, iklan tersebut akan terlihat ‘natural’ dan mudah diterima oleh audiences. Selamat mencoba!

Header by Pixabay.

native ads adalah

Panduan Dasar Memulai Mobile Marketing (Bagian 3)

Dalam seri artikel sebelumnya, kami telah menjabarkan mengenai berbagai jenis model biaya yang diterapkan dalam menjalankan sebuah kampanye pemasaran. Pada artikel bagian ketiga ini, yang akan dibahas adalah mengenai format iklan yang biasa digunakan. Artikel seputar mobile marketing ini kami rangkum dari Back to Basics – Panduan Adjust untuk Pemasaran Seluler di Tahun 2020.

Format Iklan

Dalam menjalankan sebuah kampanye pemasaran, tampilan iklan baik dari segi visual maupun konten teks yang ditampilkan merupakan komponen yang sangat penting untuk menjangkau audiens yang menjadi target pasar Anda. Namun selain isi dari kontennya, format yang digunakan untuk menyajikan konten iklan tersebut juga tak kalah penting. Setiap format iklan memiliki keunggulan tersendiri untuk menjangkau karakter audiens yang berbeda. Berikut adalah beberapa format iklan yang biasa digunakan dalam mobile marketing.

Banner Ads

Format iklan yang paling umum adalah banner ads, merupakan format tradisional yang digunakan untuk pemasaran digital di desktop. Jenis iklan ini menampilkan gambar (atau gambar bergerak) yang apabila diklik akan mengarahkan audiens menuju url website yang diinginkan. Visual dari gambar mengarahkan dan mendorong pengguna untuk mengklik gambar tersebut.

Meskipun format ini merupakan jenis iklan online generasi pertama, banner ads ternyata masih sangat diminati. Berdasarkan laporan Liftoff terbaru, disebutkan bahwa banner ads “secara mengejutkan sangat efektif, terutama pada Android.” Banner ads dapat memberikan hasil yang jauh lebih baik daripada native ad dari segi engagement pasca-instalasi pada Android.

Namun ada sisi negatif yang juga dimiliki oleh banner ads yang disebut “banner blindness,” yaitu kondisi di mana pengguna sudah sangat sering melihat iklan semacam ini dan mengabaikannya. Maka, iklan banner sangat tepat apabila disandingkan dengan model biaya CPC.

Native Ads

Ciri khas dari format native ads adalah iklan yang seolah menyatu dengan konten yang dimiliki. Dengan format yang disesuaikan dengan estetika, maka iklan jenis ini cenderung tidak mengganggu dan mampu menawarkan pengalaman pengguna yang lebih baik daripada jenis iklan lainnya.

Dengan kelebihan tersebut, format iklan native ads menjadi pilihan yang sangat populer. Bahkan menurut riset yang dilakukan oleh Facebook dan IHS Inc., sebanyak 63,2% pemasar memilih format iklan jenis ini.

Interstitial Ads

Secara umum, format Interstitial Ads mirip dengan banner ads. Perbedaannya terdapat pada ukuran, di mana interstitial ads biasanya berupa video atau gambar full-screen. CTR (click to rate) dari format iklan jenis ini juga lebih tinggi dibandingkan dengan banner ads biasa. Hal ini disebabkan antara lain karena ukurannya yang besar, serta dengan adanya pilihan sederhana untuk mengklik iklan atau menutup iklan dan melanjutkan menggunakan aplikasi.

Interstitial ads biasa digunakan untuk mengiklankan konten seperti video atau lokasi toko. Untuk mendapatkan hasil terbaik, CTA (call to action) harus tersedia secara jelas, serta harus mempertimbangkan waktu yang tepat untuk menampilkan iklan tersebut dalam aplikasi, yaitu pada momen-momen “kunci” dalam penggunaan aplikasi oleh pengguna.

Video Ads & Rewarded Video Ads

Format iklan dengan bentuk video merupakan salah satu yang populer. Alasannya, karena iklan jenis ini sangat menarik bagi pengguna, serta dapat berpengaruh kepada CTR yang tinggi. Ada pula format iklan berbentuk rewarded video ads yang memberikan imbalan atau keuntungan kepada pengguna karena telah melihat iklan. Format iklan video berhadiah ini dapat meningkatkan pendapatan iklan bagi publisher, serta mendorong pengguna untuk dapat menonton konten video tersebut dalam durasi yang lebih lama.

Playable Ads

Iklan yang dapat dimainkan atau disebut sebagai Playable Ads ini juga sangat menarik karena pengguna dapat berinteraksi dengan iklan tersebut. Umumnya format iklan jenis ini digunakan untuk mengiklankan game mobile, sehingga para pengguna dapat mencoba sebagian game tersebut, sebelum akhirnya ditawarkan untuk menginstall atau membeli game tersebut untuk mendapatkan pengalaman secara penuh. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh eMarketer, playable ads merupakan format iklan dalam aplikasi yang paling efektif menurut agensi profesional di Amerika Serikat.

Rich Media Ads

Seringkali disebut sebagai multimedia banner, format iklan ini mengandung konten interaktif berupa video, game, peta, dan sebagainya yang dapat menyajikan pengalaman pengguna dengan lebih menarik. Tujuan dari format iklan ini beragam, mulai dari mendorong suatu tindakan tertentu, misalnya install aplikasi, atau untuk meningkatkan popularitas brand.

Salah satu contohnya adalah iklan yang disajikan oleh Netflix untuk mempromosikan serial Bates Motel season 3. Dalam iklan ini, lebih dari 100 kamera digunakan untuk mengambil gambar preview untuk ditampilkan pada web banner. Dampaknya, iklan ini dapat meningkatkan jumlah penonton baru serial Bates Motel di Netflix sebesar 49%.

Menentukan format iklan terbaik memang penting. Tetapi materi kreatif dalam konten tetap menjadi hal yang utama untuk dapat mendorong pengguna untuk mengklik iklan yang kita pasang. Dengan bantuan dari attribution provider, Anda dapat mengukur kinerja materi iklan untuk mengidentifikasi materi kreatif yang paling sesuai bagi audiens Anda, dengan tujuan meningkatkan konversi. Lakukan pula A/B testing pada materi iklan Anda untuk mengetahui format, gambar, teks, dan konten lainnya yang paling relevan dan disukai oleh audiens Anda.

Setelah menentukan format iklan yang tepat, Anda dapat melanjutkan untuk mempelajari mengenai cara kerja tracking dan pengukuran kinerja iklan. Anda dapat membaca informasinya secara lengkap dalam Back to Basics – Panduan Adjust untuk Pemasaran Seluler di Tahun 2020 yang dapat Anda unduh secara gratis.

Disclosure: Artikel ini adalah konten bersponsor yang didukung oleh Adjust

Alasan Utama Iklan Native Lebih Dianjurkan Dibandingkan Iklan Banner

Iklan banner pernah berjaya di industri internet.

Para pengiklan pasti senang melihat iklan terpapar hampir di setiap sudut internet dan penerbit pasti ingin mendapat keuntungan lebih selain dari sisi advertorial.

Namun, sedikit yang menyadari bahwa keberhasilan ini pada dasarnya tidak terlalu menguntungkan bagi pengguna internet.

Pengalaman membaca para pengunjung website sangat terganggu dan waktu memuat halaman menjadi sangat lama.

Sekian lama para pengguna internet dipaksa menikmati iklan banner hingga akhirnya iklan native muncul.

Iklan native memang mengatasi masalah dari kalangan pengguna internet. Solusi ini tumbuh dengan cepat dan diharapkan bisa menjaga momentum di tahun mendatang.

Meningkatnya popularitas native bukanlah hal yang mengejutkan, mengingat semakin pentingnya pengalaman pengguna dalam industri ini.

Di sini saya menyimpulkan ada 4 alasan utama iklan native bisa mengungguli iklan banner dan mengapa iklan native diproyeksi menjadi format iklan utama di masa depan.

Iklan native lebih menghasilkan traffic

Alasan dibalik keunggulan iklan native bukan hanya dari segi format yang tidak mengganggu dan layaknya editorial namun juga didasari pemanfaatan pemasaran konten (content marketing).

Dibandingkan dengan iklan spanduk yang khas dengan pemaparan masiv, iklan native lebih fokus pada pengalaman pengguna sebelum dan sesudah-klik.

Tampilan yang tidak mengganggu membuat pengguna merasa lebih nyaman dan menghindari pengguna yang acap kali keliru mengklik iklan.

Terlebih, konten yang menarik dan penuh insight yang dibagikan di laman depan akan menciptakan insentif yang kuat bagi pengguna untuk tinggal lebih lama, meningkatkan jumlah page view yang dan durasi rerata sesi.

“Iklan native dapat menciptakan peforma yang sama, terkadang lebih baik, seperti iklan banner. Kami juga menemukan fenomena menarik bahwa pengguna lebih bersedia membagikan konten dari iklan native. Hal ini tidak terjadi pada iklan banner, ”Hoyoung Lee, Dable Indonesia’s Country Manager said.

Jika iklan native dimanfaatkan dengan baik, situs web bisa merasakan trafik yang lebih berkualitas dari pengunjung baru. Basis pengguna yang semakin besar, nantinya bisa menjadi sumber yang bagus untuk penilaian dan mendorong pertumbuhan untuk bisnis yang mandek.

Iklan native lebih relevan

Berbeda dengan iklan spanduk, yang hanya bertumpu pada audiens, mekanisme eksposur dibalik iklan native didasari pada audiens dan kontekstual.

Iklan native hanya akan tampil ketika audiens target sesuai dengan demografi yang diinginkan pengiklan, serta judul iklan cocok dengan artikel dan konteks.

Misalnya, iklan native akan menempatkan iklan produk kecantikan dengan target wanita lebih muda ke dalam artikel yang membahas peragaan busana alih-alih kompetisi balap mobil.

Agar lebih relevan, situs web juga harus memanfaatkan teknologi rekomendasi konten untuk menampilkan artikel relevan yang dapat menarik perhatian pengunjung.

Pendekatan ini akan memastikan iklan bukan hanya terpapar pada pelanggan yang cenderung mengklik tapi juga dengan konteks yang lebih relevan.

Iklan native secara signifikan akan menghapuskan batas antara konten iklan dan editorial, lalu menghasilkan rasio klik-tayang (RKT) yang lebih baik.

Iklan native cenderung tidak diabaikan

Kita memasuki era abai spanduk di mana pengguna internet tanpa sadar mengabaikan iklan berbentuk spanduk.

Orang-orang terbiasa mengabaikan iklan spanduk seolah-olah tidak pernah ada.

Menurut penelitian, sekitar 44% dari uang yang disalurkan pada pemasangan iklan dihabiskan untuk iklan yang tidak dilihat oleh pengunjung situs web. Secara keseluruhan, RKT iklan banner kini semakin menurun.

Sementara hal ini menjadi isu yang hangat bagi para pemasar, iklan native, dengan fitur yang berpusat pada pengguna, diharapkan menjadi solusi terbaik.

Sejauh ini dilaporkan bahwa pengguna internet bersedia mengklik iklan native meskipun tahu itu adalah iklan. Tingkat klik-tayang rata-rata untuk iklan native juga lebih tinggi 57%, dibandingkan dengan iklan banner.

Menjadi native serta menghadirkan pengalaman beriklan yang lebih baik adalah satu-satunya jalan keluar untuk mengatasi kondisi abai iklan spanduk.

Iklan native jarang diblokir

Untuk mengatasi gangguan iklan dan spanduk, banyak pengguna internet mulai memasang pemblokir iklan untuk menghindari visual yang mengganggu.

Faktanya, menurut sebuah penelitian, sekitar 30% pengguna internet di seluruh dunia sekarang menggunakan pemblokir iklan, menandakan popularitas iklan banner yang semakin menurun.

Sebaliknya, iklan native tampaknya tidak bermasalah dengan pengalaman visual pembaca. Sementara itu, iklan native seringkali tidak diblokir.

Sebagai alasan, bahwa setiap bagian dari iklan native memerlukan platform iklan untuk bekerjasama dengan penerbit.

Format iklan native dibuat dengan baik dan sangat menyatu dengan situs web. Seringkali, sulit untuk mengenali iklan native jika tidak dilihat dari dekat.

Maka dari itu, iklan asli jarang dikenali sebagai target pada pemblokir iklan, serta bisa memaparkan lebih banyak tanpa mengganggu.


Artikel asli ditulis oleh Edison Chen. Ia adalah seorang Sales Manager, Advertiser Solution di Dable. Ditulis dalam bahasa Inggris dan diterjemahkan oleh Kristin Siagian

Banner ads is not essentially beneficial to internet users.

Top Reasons Why Brands Should Choose Natives Ads Over Banner Ads

Banner ads used to be a huge success for the internet industry.

Advertisers were thrilled to see ads displayed nearly every corner on the internet and publishers were excited to acquire extra revenue stream other than advertorial.

What little did people realize, however, was that this success was not essentially beneficial to internet users.

Website visitors’ reading experience was tremendously disrupted and the average page load time strikingly increased.

Internet users suffered from banner ads for a long time until the emergence of native ads.

Native ads do solve the long-standing pain point among internet users. It is growing fast and is expected to keep the growth momentum in the following years.

The increasing popularity doesn’t come out of surprise as the importance of user experience arises.

Here I conclude 4 top reasons how native ads beat banner ads and why native ads will become the mainstream advertising format in the future.

Native ads provide better traffic

The reason why native ads stand out is not simply because of the non-intrusive and editorial-like formats but largely because of the utilization of content marketing.

As compared to typical banner ads that emphasize on massive exposure, native ads focus more on before and after-click user experience.

The non-intrusive look makes users feel more comfortable and filters out some random users who carelessly or mistakenly click on ads.

More importantly, interesting and insightful content shared in landing pages creates a strong incentive for users to stay longer, resulting in higher page view and average session duration.

“Native ads can deliver the same, sometimes better, performance as banner ads do. We also find an interesting phenomenon that users are more willing to share the content from natives ads. This is not common for banner ads,” indicated Hoyoung Lee, Dable Country Manager of Indonesia.

If native ads are utilized well, a website would see more quality traffic generated from new visitors coming in. The enlarging user base will, afterward, become a great source for remarking use and fuel the growth momentum for stagnant businesses.

Native ads offer higher relevance

Unlike banner ads, which only rely on audience targeting, the exposure mechanism behind natives ads is based on both audience targeting and contextual targeting.

Only when the target audience fits advertisers’ desired demographics and, meanwhile, titles of the ads match articles and context will the native ads be displayed.

For example, native ads will place an advertisement about beauty product targeting younger females to under an article of fashion show news update instead of car racing competition.

To boost higher relevance, websites should take advantage of content recommendation technology to recommend relevant articles that website visitors might feel interested in.

This approach ensures that advertisers’ ads not only are exposed to customers who are more likely to click but also are put in a more relevant context where users don’t find ads irrelevant.

Native ads significantly blur the boundary between advertisement and editorial content and ultimately produce a better click-through rate (CTR).

Native ads are less likely to be ignored

We are entering an era of banner blindness where internet users unconsciously ignore banner-like information.

People have got used to disturbing banner ads as if they are not existing.

According to research, about 44% of the money spent on ads is wasted on ads that remain unviewed by website visitors. Overall, the average CTR for banner ads continues dropping down.

While this phenomenon has become a hot potato to handle for marketers, native ads, with its user-centric features, is expected to be the best remedy.

It is reported that internet users are willing to click on native ads even though they have recognized the advertisement. The average click-through rate for native ads is also outstandingly higher by 57%, comparing to banner ads.

Going native and presenting better advertising experience is the only way out to beat banner blindness.

Native ads are rarely blocked

To deal with annoying display and banner ads, more internet users nowadays choose to install ad blockers to avoid the visual interference experience.

In fact, according to a study, around 30% of internet users around the world now use ad blockers, signifying the growing unpopularity of banner ads.

On the contrary, native ads don’t seem to have any issue with interrupting the reading experience. Further to that, native ads are not blocked in most cases.

The reason is that every single piece of native ads requires advertising platforms to conduct in-depth cooperation with each media publisher.

The format of native ads is well crafted and well blended into the website. Oftentimes, it is hard to tell whether or not native ads are advertisements if you don’t take a close look.

Consequently, native ads are rarely recognized as a target for ad blocker software, gaining more exposure opportunities without intruding.


Disclosure: This guest post is written by Edison Chen. He is Sales Manager, Advertiser Solution at Dable.

Menyimak tren kegiatan pemasaran online GetCRAFT/ Pexels

Laporan GetCRAFT: Meningkatnya Penggunaan Media Sosial, “Influencer”, dan “Native Ads” untuk Kegiatan Pemasaran

Untuk memberikan gambaran jelas tentang kegiatan pemasaran secara online, GetCRAFT, platform yang memenuhi kebutuhan content marketing, influencer marketing dan native ads, meluncurkan survei yang berjudul Indonesia Native Advertising & Influencer Marketing Report 2018.

Dalam survei tersebut disebutkan Instagram merupakan platform media sosial populer saat ini (97%) di kalangan influencer, disusul Twitter (67%). Sementara kehadiran influencer masih menempati pilihan pertama perusahaan menyalurkan kegiatan pemasaran, disusul dengan iklan berbayar secara online. Laporan yang dibuat berdasarkan tiga survei terpisah ini ditujukan untuk brand, agensi, penerbit, media hingga influencer.

Media sosial dan kehadiran influencer

Salah satu platform yang paling banyak digunakan brand dan perusahaan melakukan kegiatan pemasaran dan membina relasi serta engagement dengan pengguna adalah melalui media sosial.

Sebagai salah satu negara di Asia yang mengalami peningkatan cukup tinggi terkait dengan penggunaan mobile internet, yaitu 47% (123 juta orang) dan penggunaan internet secara keseluruhan sekitar 51% (133 juta orang), laporan GetCraft menyebutkan media sosial yang paling aktif digunakan adalah YouTube sebanyak 49%, disusul Facebook sebanyak 48%, Instagram 39%, Twitter 38%, Whatsapp (38%), FB Messenger (31%), Line (30%), Linkedin (28%), BBM (26%), Pinterest (22%) dan WeChat (21%).

Selain platform iklan berbayar seperti Google Adwords, Facebook Ads, dan lainnya, kehadiran para influencer di media sosial juga sudah memiliki peranan yang tidak kalah pentingnya dari platform berbayar yang ada. Kegiatan pemasaran memanfaatkan influencer berupa engagement yang dilakukan individu yang memiliki jumlah pengikut yang besar di akun media sosial. Dalam bentuk percakapan, brand dan perusahaan menyematkan konten pemasaran yang beragam, mulai dari gambar, video, hingga blog.

Dalam laporan tersebut juga disebutkan Instagram merupakan platform paling favorit digunakan para influencer untuk melancarkan kegiatan pemasaran dan terbilang paling ampuh. Sebanyak 97% influencer memanfaatkan Instagram, disusul dengan Twitter 67%, Youtube 33%, dan Facebook sebanyak 30%.

Penggunaan native ads yang makin populer

Laporan menarik lainnya yang juga disampaikan oleh GetCRAFT adalah penggunaan native ads yang makin banyak dipilih brand dan perusahaan untuk kegiatan pemasaran. Format native ads yang fleksibel menyatu dengan konten, memberikan kesempatan advertiser untuk mempromosikan konten. Contohnya adalah opsi untuk mendorong posting di Facebook, iklan berbayar di mesin pencari Google, hingga listing promosi di layanan e-commerce.

Definisi native ads sendiri yang dijabarkan dalam laporan tersebut adalah iklan berbayar yang memiliki kesamaan dari sisi format, fungsi hingga kualitas dari konten di media. Biasanya konten ini tidak terkesan “hard sell” namun menyatu dengan topik layaknya sebagai pendukung dari konten tersebut.

Di tahun 2018 nanti diprediksi brand dan perusahaan bakal lebih fokus di penggunaan native ads. Tercatat budget yang dialokasikan brand untuk native ads (dibanding total biaya pemasaran) akan mencapai 16% pada tahun 2018, dibandingkan 9% pada tahun 2017.

Advrty Ciptakan Platform Native Advertising untuk Virtual Reality

Pop-up ad, alias iklan yang tiba-tiba muncul dan seringkali menutupi sebagian besar konten yang tersaji, menurut saya adalah salah satu elemen perusak user experience. Semenarik apapun iklannya, saya yakin pengguna pasti sempat merasa kesal ketika sedang asyik membaca suatu artikel lalu diinterupsi dan ditutupi bacaannya begitu saja.

Situasinya bertambah parah ketika medium yang dilibatkan adalah virtual reality: sedang asyik menjelajah dunia virtual, tiba-tiba muncul iklan berukuran masif di depan mata yang seketika itu juga merusak sensasi immersive yang dirasakan. Namun tanpa iklan developer konten pasti sulit bertahan, apalagi mengingat pertumbuhan pasar VR tergolong lambat.

Solusinya, menurut perusahaan asal Swedia bernama Advrty, adalah native advertising. Berkaca pada konsep native ads, Advrty menciptakan platform monetisasi yang dirancang agar developer dapat menyelipkan iklan ke dalam konten bikinannya tanpa merusak kesan immersive itu tadi.

Ide awal Advrty adalah menggunakan gambar atau video sebagai product placement pada baliho, poster atau spot lain seperti sebuah cangkir di dalam game. Agar iklan yang tersaji bisa terasa relevan, Advrty juga menciptakan sistem khusus yang dapat mengenali konteks.

Sistem itu dibuat untuk mencegah misalnya, iklan yang seharusnya ditujukan buat baliho malah mendarat di sebuah kaleng minuman. Contoh lainnya adalah mencegah iklan sebuah smartphone muncul di game dengan setting era medieval.

Penempatan iklannya juga disesuaikan dengan ke arah mana biasanya pengguna memandang, atau dengan objek apa mereka umumnya berinteraksi. Semuanya ditujukan agar iklan dapat tetap terekspos dengan baik, tapi di saat yang sama tidak mengganggu sesi gaming pengguna.

Sejauh ini Advrty sudah mengeksekusi konsep menariknya ini bersama Coca-Cola, yang iklannya diselipkan ke dalam game Merry Snowballs karya Hatrabbit Entertainment. Di game tembak-tembakan bola salju tersebut, tampak bahwa iklan Coca-Cola yang ditampilkan juga mengadopsi tema Natal.

Coca-Cola jelas merupakan klien yang cukup besar. Namun ini tidak terlalu mengejutkan mengingat sang produsen minuman bersoda tersebut baru-baru ini juga bereksperimen dengan iklan untuk game yang bukan sebatas placement saja, tapi juga terikat dengan jalan cerita permainan.

Platform bikinan Advrty sejauh ini baru kompatibel dengan game yang dibuat menggunakan engine Unity, tapi mereka saat ini sedang sibuk menghadirkan dukungan untuk Unreal Engine. Bagaimana dengan augmented reality (AR)? Advrty memang baru berfokus di VR, tapi mereka juga punya rencana sendiri untuk AR, meski masih ada sejumlah tantangan yang harus dilewati.

Yang paling utama, menempatkan iklan pada konten AR terasa sulit karena setting-nya bukanlah dunia virtual, melainkan lingkungan di sekitar pengguna yang amat bervariasi – terkecuali yang dipasang adalah iklan pop-up menyebalkan itu tadi.

Sumber: VentureBeat.

DScussion #77: Tren Native Ads dan Strategi Cerdas Platform Media di Indonesia

Melanjutkan DScussion edisi sebelumnya, CEO Brilio Joe Wadakethalakal kembali berbagi cerita dan pengalaman seputar menjalankan media online di Indonesia.

Brilio memiliki komitmen untuk fokus ke native ads sebagai sumber pendapatan hingga 100%. Hal ini berbeda dengan banyak media online yang lebih banyak mengandalkan kegiatan offline untuk mendapatkan pendapatan. Ke depannya Joe memprediksi native ads akan lebih banyak didominasi publisher besar di Indonesia.

Menutup DScussion, Joe memberikan tips agar bisa survive sebagai platform media online.

Masih Didominasi TV, Iklan Digital di Indonesia Diprediksikan Meningkat 8,4 Persen Tahun Ini

eMarketer bekerja sama dengan IAB Singapore merilis kisaran capaian iklan digital di Asia Tenggara pada tahun 2017. Secara keseluruhan di Asia Tenggara peningkatan pengeluaran untuk iklan digital mencapai 20 persen. Spesifik di Indonesia, pertumbuhan akan mencapai 8,4 persen, termasuk yang cukup kencang di wilayah tersebut. Kisaran pertumbuhan tahunan akan mencapai 25 persen dan diprediksikan tahun 2020 akan mencapai dua kali lipatnya.

Iklan digital, khususnya untuk pasar Indonesia, termasuk di dalamnya ragam media, mulai dari televisi hingga iklan di ponsel (mobile advertising). Kendati penyedia platform pengiklan digital sudah mulai memamerkan mekanisme andalnya, seperti programmatic mobile advertising, iklan di televisi masih mendominasi.

Tahun 2017 porsi iklan televisi diperkirakan berada di 60,1 persen, dengan total nilai pengeluaran iklan senilai $1,68 miliar.

Perlahan tapi pasti, temuan eMarketer juga menunjukkan sebuah perubahan pemilihan model iklan digital, di tengah meningkatnya anggaran yang dikucurkan untuk kebutuhan tersebut.

Advertising spending forecast for Southeast Asia

Bisnis digital mendongkrak popularitas adtech

Di kancah startup digital pun pengeluaran untuk iklan digital masih akan terus didorong. Salah satunya seperti dilaporkan dalam survei berjudul “CMO Spend Survey 2016-2017” yang dirilis Gartner, disebutkan bahwa iklan digital menjadi tiga hal teratas untuk alokasi dana dalam sebuah perusahaan. Kurang lebih ada 65 persen responden, yang merupakan pimpinan di sektor marketing, menyebutkan akan menambah jumlah dana untuk digital advertising di tahun 2017 ini.

Dalam sebuah wawancara DailySocial dengan salah satu pemain e-commerce terbesar di Indonesia, pendekatan iklan digital konvensional melalui media televisi atau radio dinilai masih sangat efektif. Salah satu pertimbangannya karena di kalangan masyarakat masih dalam tahap transisi edukasi dalam pemanfaatan media online. Iklan di televisi selain untuk ajang memberikan awareness tentang suatu layanan, juga dinilai menjadi bagian penting dalam membangun kepercayaan.

Sementara itu beberapa pemain di bidang native ads dan programmatic ads memandang bahwa pasar di Indonesia begitu menggiurkan. Salah satunya Glispa, nilainya yang sudah mencapai $244 juta per tahun (per tahun 2015) untuk programmatic ads kian memberikan keyakinan bahwa Indonesia akan menjadi pemimpin di Asia Tenggara. Tahun lalu eMarketer juga memprediksikan implementasi native ads di Indonesia nilainya akan mencapai $1,5 miliar di tahun 2017.

Bisnis e-commerce menjadi salah satu pendongkrak dengan faktor umum pendukung seperti (1) penetrasi ponsel pintar di Indonesia, (2) peningkatan kecepatan broadband, dan (3) pasar ritel (offline) yang terfragmentasi. Selain itu banyak perusahaan yang mulai membutuhkan kualitas data yang lebih akurat, real-time, dan mampu bergerak dinamis memprediksikan beragam hal, termasuk membantu keputusan bisnis.