Seperti yang pernah dijanjikan oleh Infinix, mereka akan meluncurkan produk baru setiap bulannya. Pada bulan November 2021 ini, Infinix mengeluarkan sebuah smartphone yang ditujukan untuk pasar entry level. Walaupun untuk pemula, Infinix memberikan spesifikasi yang cukup tinggi pada kelasnya. Smartphone tersebut adalah Infinix Hot 11s NFC.
”Infinix Hot 11S NFC adalah smartphone yang membawa spesifikasi gaming mumpuni untuk para penggemar mobile game. Infinix Hot 11S NFC adalah komitmen kami untuk menjadi brand yang selalu meng-empower generasi muda untuk menyalurkan hobi gaming mereka dengan smartphone yang gahar tanpa harus mengeluarkan budget yang besar,” kata Country Marketing ManagerInfinix Indonesia, Sergio Ticoalu.
Perangkat yang satu ini menggunakan layar dengan dimensi 6,78 inci beresolusi FHD+ dengan refresh rate 90Hz. Infinix Hot 11S NFC ini juga sudah memiliki daya baterai besar 5.000 mAh dengan 18W Super Charger dan sudah didukung Power Marathon Technology yang akan memberi pengguna ekstra calling time ketika baterai smartphone sudah 5%.
Infinix Hot 11S NFC menggunakan SoC MediaTek Helio G88 Dual-Chip. Infinix mengatakan bahwa mereka menambahkan sebuah chip lagi yang digunakan agar layar yang digunakan bisa memberikan refresh rate 90 Hz. CPU MediaTek Helio G88 mempunyai delapan core yang terbagi menjadi dua yakni CPU Arm Cortex-A75 yang beroperasi hingga 2GHz dan Cortex A55 agar lebih hemat daya. RAM yang terpasang memiliki kapasitas 4-6GB serta penyimpanan internal hingga 128 GB.
Infinix Hot 11S NFC dilengkapi dengan kamera 50MP F1.6 wide aperture sebagai sensor utamanya. Di bagian depan, Infinix Hot 11S NFC juga sudah dilengkapi kamera dengan sensor 8MP. Perangkat ini juga memiliki NFC untuk melakukan pembayaran, terutama untuk kartu uang elektronik. Side fingerprint sensor juga sudah tersedia pada perangkat ini.
Infinix Hot 11S NFC bisa didapatkan pada penjualan perdana flash sale di e-commerce Lazada pada 11 November 2021 mulai pukul 00:00 WIB. Pada flash sale tersebut, varian 128+6GB akan dibanderol dengan harga Rp 2.229.000 sementara varian 64+4GB dibanderol dengan harga Rp 1.949.000.
Apa fungsi dari Dual Chip?
Saat ini, Infinix mengklaim bahwa mereka menggunakan SoC Mediatek Helio G88 Dual Chip. Sepertinya, kata Dual Chip baru hadir pada perangkat Infinix Hot 11s NFC ini. Saya belum menemukan penggunaan dual chip pada perangkat yang menggunakan Helio G88 pada perangkat lain. Sebenarnya apa fungsi dari dual chip tersebut?
Product Manager Infinix, Eric, mengatakan bahwa memang Infinix Hot 11s NFC menggunakan sebuah cip display lagi selain Helio G88. Fungsi cip yang dihadirkan tersebut utamanya adalah untuk membuat layar Infinix Hot 11s NFC untuk bisa menggunakan refresh rate 90 Hz pada resolusi Full HD. Padahal, Mediatek Helio G88 sendiri memang sudah mendukung refresh rate tersebut.
Selain untuk refresh rate, Eric juga mengatakan bahwa cip ini juga akan membantu kamera untuk menangkap gambar lebih bagus, terutama untuk night shot. Selain itu, cip ini juga memungkinkan Hot 11s untuk menggunakan kamera 50 MP buatan Omnivision dan juga NFC. Untuk diketahui, Hot 11s di Indonesia saja yang menggunakan NFC.
Traveloka kembali terlibat dalam pendanaan PouchNATION. Saat ini startup berbasis di Singapura tersebut tengah menggalang pendanaan untuk putaran lanjutan, beberapa investor mulai berpartisipasi di tahap bridge round. Selain Traveloka, pemodal lain yang turut andil adalah SOSV, Artesian, Found Ventures, Huashan Capital, dan beberapa angel investor.
Sebelumnya pada Juni 2019, Traveloka memimpin putaran pendanaan seri B PouchNATION. Kala itu startup pengembang layanan pemesanan tiket hiburan TIX.id juga turut terlibat memberikan investasi.
Kini masuk ke industri perhotelan
Dana segar yang didapat akan dimanfaatkan PouchNATION untuk mempercepat pertubuhan bisnis platform perhotelan. Lewat produk “Contactless Hospitality PouchNATION”, mereka membantu pengelola hotel meningkatkan standar higienis dan memberikan pengalaman tanpa kontak bagi para tamu yang menginap.
Pengalaman yang diberikan, setelah tamu tiba akan diberikan kartu atau gelang NFC yang berfungsi sebagai pengenal digital, kunci pintu, serta dompet digital untuk mengakses berbagai layanan yang disediakan. Hal ini memungkinkan tamu untuk membeli makanan dan minuman, atau menukarkan voucher sarapan tanpa kontak fisik.
Awalnya solusi gelang NFC ini diterapkan PouchNATION untuk tiket masuk ke pagelaran acara, menggantikan tiket kertas yang sebelumnya banyak dipakai. Selain memudahkan verifikasi, teknologi yang diterapkan juga memungkinkan penyelenggara acara melakukan analisis, misalnya terkait arus keluar-masuk pengguna, untuk kebutuhan pelaporan. Kini PouchNATION juga mulai menyematkan fitur fintech ke dalam platformnya, sehingga memungkinkan perangkat yang diberikan memproses pembayaran.
Pergeseran fokus bisnis ini tak lain disebabkan karena dampak pandemi. Kegiatan acara seperti festival musik, konferensi, dll yang menjadi pasar utama PouchNATION harus ditiadakan atau digelar secara online.
“Kami selalu merasa bahwa adopsi teknologi yang lebih cepat dapat memainkan peran besar dalam memberikan pengalaman yang lebih baik bagi industri perhotelan. Memang, pandemi telah mempercepat tren itu dan saat ini banyak penyedia perhotelan merangkul teknologi contactless untuk menjamin standar higienitas yang lebih tinggi bagi tamu mereka,” ujar VP Growth PouchNATION Ricardo Santos.
Jadi fokus bisnis selanjutnya
Model bisnis Contactless Hospitality ini dinilai telah terbukti dan diterima oleh pasar. Dari implementasi yang sudah dilakukan di 7 negara, solusi PouchNATION diklaim telah digunakan 2 juta tamu hotel dan membukukan $100 juta nilai transaksi.
Selanjutnya perusahaan akan memusatkan perhatian bisnis ke sana. Disampaikan juga sudah ada sejumlah rencana besar di tahun 2022 untuk menguatkan kehadirannya di Asia Tenggara dan Amerika Latin dengan produk SaaS untuk membantu industri perhotelan mentransformasi layanan mereka.
“PouchNATION saat ini sedang dalam diskusi untuk menutup putaran pendanaan tambahan untuk memperluas sistem SaaS di luar perbatasan Asia dan mengejar strategi yang benar-benar global,” imbuhnya.
Poco, sebuah merek independen yang masih di bawah naungan Xiaomi, baru-baru ini meluncurkan sebuah smartphone yang memiliki kinerja tinggi. Selain memiliki kinerja yang tinggi, perangkat yang satu ini juga sudah memiliki kapabilitas untuk terkoneksi dengan jaringan 5G. Poco sendiri juga tidak menjual perangkat ini dengan harga yang melambung tinggi. Smartphone tersebut bernama Poco X3 GT.
Poco X3 GT merupakan perangkat pertama di Indonesia yang menggunakan chipset terbaru dari Mediatek, yaitu Dimensity 1100. Dimensity 1100 sendiri dimasukkan ke dalam chipset flagship oleh sang pembuatnya. Oleh karena itu, Poco X3 GT seharusnya memiliki kinerja yang sama dengan perangkat-perangkat flagship lainnya.
Tidak hanya SoC saja, Poco mempersenjatai X3 GT dengan beberapa peripheral lainnya yang sering ditemukan pada sebuah perangkat flagship. Layar dari Poco X3 GT sudah memiliki kemampuan refresh rate 120 Hz. Selain itu, layar tersebut juga sudah dilindungi dengan Corning Gorilla Glass Victus yang saat ini merupakan yang paling kuat. Baterainya yang berkapasitas 5000 mAh dapat diisi dengan cepat berkat charger 67 watt bawaannya.
Poco X3 GT memiliki spesifikasi sebagai berikut
SoC
Mediatek Dimensity 1100
CPU
4 x 2.6 GHz Cortex-A78 + 4x 2.0 GHz Cortex-A55
GPU
ARM Mali-G77 MC9
RAM
8 GB LPDDR4x + 2 GB Memory Expansion
Internal
256 GB UFS 3.1
Layar
6,6 inci IPS 2400 x 1080 120Hz Gorilla Glass Victus
Untuk hasil pemindaian CPU-Z dan GPU-Z bisa dilihat pada gambar berikut ini
Poco X3 GT juga merupakan yang pertama dari Xiaomi yang memiliki fungsi penambah RAM. Fitur tersebut bernama Memory Extension yang dapat memperluas kapasitas RAM untuk cache sebesar 2 GB. Poco X3 GT juga sudah dilengkapi dengan NFC yang bisa digunakan untuk mengisi kartu uang elektronik. Perangkat ini juga sudah memiliki Dolby Atmos.
Unboxing
Inilah yang akan ditemukan didalam kotak paket penjualannya. Xiaomi sudah memberikan charger 67 watt langsung didalam paket penjualannya. Hal ini tentunya bakal mempercepat pengisian daya baterai dari Poco X3 GT.
Desain
Jika Poco X3 NFC dan X3 Pro memiliki desain belakang yang sama, hal tersebut tidak pada Poco X3 GT. Desain kameranya kembali diletakkan di sebelah kiri atas. Selain itu, logo Poco juga memiliki posisi yang sama dengan Redmi, yaitu di kiri bawah. Untuk warna yang saya dapatkan memiliki nama warna Cloud White.
Layar Poco X3 GT memiliki resolusi 2400×1080 pada layar dengan dimensi 6,6 inci ini serta memiliki refresh rate 120 Hz. Smartphone ini sudah menggunakan layar dengan jenis Super AMOLED dan dilindungi dengan Gorilla Glass Victus terbaru dari Corning sehingga lebih tahan terhadap goresan serta benturan. Hal tersebut menyebabkan Poco X3 GT memiliki kaca yang paling keras pada lini X3 untuk saat ini.
Pada sisi belakangnya, terdapat ruang kotak yang berisikan kamera dengan LED Flash. Kamera utama dengan 64 MP berada pada bagian atas dan LED berada persis di sebelah kanannya. Kamera ultrawide ada pada bagian tengah dari kotak ini. Kamera makro ada pada bawah.
Pada bagian atasnya ditemukan sensor inframerah, microphone, dan speaker tambahan untuk menyajikan suara stereo. Volume naik dan turun serta tombol power yang juga merupakan pemindai sidik jari diletakkan pada sisi sebelah kanan. Dan pada bagian bawahnya terdapat slot USB-C, speaker, serta microphone utama. Slot nano SIM serta microSD (slot hibrid) terletak pada bagian kirinya.
Poco X3 GT tidak memiliki port audio 3.5 mm, sehingga pengguna diharuskan memakai converter bawaan dari USB-C ke audio. Jika kabel tersebut hilang atau tertinggal, maka pengguna hanya bisa mengandalkan earphone bluetooth atau TWS. Untungnya, Poco X3 GT sudah menggunakan Dolby Atmos sehingga suara yang dikeluarkan dari earphone menjadi lebih lengkap.
Poco X3 GT yang saya uji sudah menggunakan MIUI versi 12.5.1 versi Poco. Versi Poco tidak memiliki pilihan untuk menghilangkan app drawer-nya. Sistem operasi yang digunakan sudah memakai Android 11. Versi 12.5 sendiri sudah memiliki beberapa peningkatan yang membuatnya lebih responsif dibandingkan dengan versi 12.0.x sebelumnya.
Poco X3 GT juga membawa sebuah fitur baru untuk melegakan RAM. Fitur tersebut bernama Memory Extension. Memory Extension akan memberikan ruang tambahan pada RAM dengan membuat ruang memori virtual pada penyimpanan internal. Hal ini akan membuat sistem menaruh beberapa cache pada memori virtual sehingga RAM-nya menjadi tidak penuh.
Fitur ini kemungkinan besar tidak akan sering digunakan untuk pemakaian sehari-hari. Kecuali Anda membuka banyak aplikasi (yang tentunya akan memboroskan baterai), maka RAM tentu akan menaruh sebagian isinya pada penyimpanan internal. Namun berhati-hatilah, karena penyimpanan internal memiliki daur penulisan yang terbatas.
Jaringan
Poco X3 GT menggunakan chipset Dimensity 1100 yang memang ditujukan untuk perangkat flagship. Oleh karena itu, perangkat ini sudah menggunakan modem yang sudah mendukung teknologi terkini, seperti Carrier Aggregation untuk 4G maupun 5G. Modem yang digunakan oleh Dimensity 1100 juga sudah mendukung semua jaringan yang ada saat ini.
Smartphone ini sudah mendukung bandwidth 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 18, 19, 26, 28, 38, 40, 41, dan 42 untuk jaringan 4G. Sedangkan untuk jaringan 5G, Poco X3 GT sudah mendukung bandwidth n1, n3, n28, n41, n77, n78. Sayang memang, perangkat ini belum mendukung jaringan n40 yang digunakan oleh provider seluler terbesar di Indonesia. Walaupun begitu, Poco yakin bahwa Telkomsel nantinya tidak hanya menggunakan n40 saja.
Dimensity 1100 mendukung fungsi Smart 5G Power Saving. Teknologi ini secara cerdas akan mengidentifikasi kekuatan sinyal di sekitarnya dan beralih antara 4G dan 5G tanpa jeda waktu peralihan. Hal tersebut akan menghasilkan konsumsi daya yang 30% lebih rendah dibandingkan dengan smartphone tanpa fitur Smart 5G.
Untuk konektivitas WiFi, Poco X3 GT sudah bisa terkoneksi dengan WiFi 6 atau yang dikenal dengan 802.11 AX. Hal ini menandakan bahwa perangkat ini mampu terhubung dengan jaringan 5 GHz dari sebuah router WiFi yang lebih kencang dari 802.11 AC. Kecepatannya sendiri tentunya juga lebih kencang dari WiFi pada jaringan 2.4 GHz.
Kamera: 64 MP buatan Omnivision
Kali ini, Xiaomi hanya membenamkan tiga buah kamera pada Poco X3 GT. Hal tersebut terdiri dari kamera 64 MP dengan sensor Omnivision OV64B yang memiliki filter quad bayer yang menghasilkan resolusi 16 MP. Kamera kedua adalah wideangle 8 MP yang menggunakan sensor Sony IMX 355. Terakhir adalah kamera makro dengan resolusi 2 MP.
Kamera utama yang dimiliki oleh Poco X3 GT ternyata tidak mengecewakan. Hal ini dapat dilihat pada pengambilan gambar di cahaya yang baik. Menurut saya, hasilnya akan lebih baik lagi saat AI dinyalakan, karena akan menambah sedikit kontras pada gambar. Sayangnya, saya tidak sempat menguji pada malam hari karena hujan.
Kamera ultrawide yang terpasang juga menghasilkan gambar yang cukup baik. Akan tetapi, bagian-bagian yang terkena pendaran cahaya akan menjadi cukup buram. Noise yang dihasilkan juga cukup minim di bagian-bagian yang gelap.
Untuk kamera makro, well, hanya memiliki resolusi 2 MP saja. Hasilnya juga tidak memukau. Walaupun begitu bagi mereka yang gemar mengambil gambar dengan jarak yang dekat, bisa menggunakan kamera ini.
Kamera selfie pada Poco X3 GT memiliki resolusi 16 MP yang juga menggunakan quad bayer. Pada beberapa kasus, hasilnya tidak terlalu tajam dan overexposure. Tingkat noise-nya juga cukup terlihat pada bagian-bagian yang gelap. Akan tetapi, warna yang dihasilkan cukup bagus.
Pengujian
Smartphone Android Poco X3 GT menggunakan chipset kelas flagship dari Mediatek dengan Dimensity 1100. Prosesor yang terpasang pada Dimensity 1100 terdiri dari 4 inti Cortex A78 berkecepatan 2,6 GHz pada cluster performa dan 4 inti Cortex A55 berkecepatan 2 GHz pada cluster efisien. GPU yang digunakan oleh Mediatek adalah ARM Mali-G77 MC9. Dengan spesifikasi seperti ini tentu saja akan memberikan tenaga yang kencang.
Lalu sekencang apa chipset Dimensity 1100 ini? Dua skenario tentu saja saya gunakan. Yang pertama sudah pasti untuk bermain game dan yang kedua dipakai untuk bekerja sehari-hari. Perangkat ini sendiri sudah saya gunakan selama dua minggu penuh.
Bermain: Tidak panas dan lancar
Seperti yang sudah dikatakan di atas, Dimensity 1100 menggunakan empat inti prosesor Cortex A78 yang baru di tambah GPU ARM Mali G77 MC9. Perpaduan ini tentu saja memberikan performa yang sangat baik untuk menjalankan game di lingkungan Android. Hal tersebut juga berarti bahwa pada beberapa game, akan lancar dijalankan dengan menggunakan setting yang tinggi.
Genshin Impact pada 60 fps sudah pasti menjadi benchmark saya. Poco X3 GT terbukti mampu menjalankan setting high dengan frame rate yang cukup baik. Setelah bermain selama sekitar 30 menit, saya tidak merasakan panas yang mengganggu pada tangan saya. Oleh karena itu, saya bisa katakan bahwa LiquidCool Tech 2.0 yang ada pada perangkat ini cukup berhasil.
Selanjutnya untuk PUBG Mobile, sayangnya, belum mendukung layar 120 Hz dan 90 fps pada smartphone ini. Oleh karena itu, game yang satu ini saya skip karena sudah pasti bisa dijalankan pada frame rate yang dibatasi oleh PUBG Mobile. Saya juga menjalankan game Marvel Future Revolution dan mendapatkan frame rate yang tinggi pada setting paling tinggi pula. Terakhir, saya menggunakan game 1945 AirForce untuk membuktikan bahwa layar ini bisa menjalankan game dengan frame rate 120 fps.
Dengan menggunakan aplikasi GameBench, berikut adalah hasilnya
Untuk Bekerja: Lancar
Poco X3 GT tidak hanya nyaman digunakan untuk bermain game. Akan tetapi, mereka yang menggunakan smartphone sebagai perangkat untuk memperlancar pekerjaannya juga akan merasa nyaman menggunakannya. Aplikasi Trello, Slack, GMail, Whatsapp, Telegram, Facebook, Tiktok, serta Chrome yang menggunakan banyak tab akan berjalan tanpa lag. Apalagi, tambahan 2 GB pada memory Extension juga cukup membantu multitasking.
Menggunakan aplikasi Office seperti WPS juga tidak akan ditemukan masalah. Selain itu, melakukan editing video untuk keperluan tugas sekolah anak juga terasa lebih cepat. Saya juga masih belum merasakan panas yang sangat mengganggu saat melakukan rendering. Hal ini membuat saya cukup nyaman saat menggunakannya.
Benchmarking
Tidak pas rasanya jika keluarga Poco X3 tidak saya hadirkan para pengujian kali ini. Oleh karena itu, saya kembali memasukkan Poco X3 NFC serta Poco X3 Pro sebagai pembanding kali ini. Hal ini tentu saja bukan untuk menentukan siapa yang buruk atau lebih bagus karena setiap perangkat sudah memiliki sasaran pasarnya sendiri.
Berikut adalah hasilnya
Uji baterai: 5000 mAh
Menguji baterai, apalagi dengan kapasitas 5000 mAh, memang akan memakan banyak waktu. Sayangnya, aplikasi yang ada saat ini tidak merepresentasikan pemakaian sehari-hari. Sebuah pengujian menunjukkan bahwa pemakaian smartphone tidak didominasi untuk bermain game, namun untuk hiburan seperti menonton video dan mendengarkan musik serta sosial media.
Saya mengambil patokan dengan menggunakan sebuah file MP4 yang memakai resolusi 1920 x 1080 yang diulang sampai baterai habis. Poco X3 GT dapat bertahan hingga 15 jam 31 menit. Setelah habis, saya langsung mengisi kembali baterainya dengan menggunakan charger bawaan 67 watt. Hasilnya, baterai akan terisi penuh dalam waktu kurang lebih 47 menit.
Verdict
Pilihan dalam membeli sebuah smartphone pada rentang harga 4 jutaan semakin banyak. Hal tersebut dipenuhi oleh Poco yang saat ini sudah melepas brand-nya dari Xiaomi dengan Poco X3 GT. Hal ini juga menjadikan pilihan untuk mereka yang suka dengan chipset Mediatek. Dan tentunya, perangkat ini sudah mendukung jaringan 5G.
Kinerja yang dihasilkan oleh Poco X3 GT memang sangat baik pada rentang harganya. Dengan Dimensity 1100, sepertinya tidak akan ada (kecuali terkena bug) aplikasi dan game yang bakal pelan atau lag. Oleh karenanya, selain nyaman digunakan untuk bermain, perangkat ini juga cocok untuk mereka yang bekerja dengan mengandalkan smartphone. Sehingga pengguna akan nyaman bekerja di mana pun.
Kamera yang digunakan pada Poco X3 GT juga cukup bisa diandalkan. Walaupun begitu, saya masih akan melakukan editing jika ingin mencetak hasil gambarnya. Baterai yang digunakan juga memiliki daya tahan yang cukup panjang. Selain itu, pengisian dayanya juga cepat dan kurang dari 50 menit.
Poco X3 GT dijual dengan harga Rp. 4.799.000 untuk varian yang saya dapatkan, 8/256 serta Rp. 4.399.000 untuk varian 8/128. Harga seperti ini memang tergolong terjangkau jika kita membandingkannya dengan kinerja yang dimiliki. Oleh karena itu, perangkat ini pantas menyandang smartphone terjangkau untuk para gamer serta mobile worker.
Sparks
Gorilla Glass Victus membuat kacanya lebih tahan terhadap benturan
Refresh rate 120 Hz yang nyaman di mata
Dimensity 1100 yang kencang membuat lebih responsif
Daya tahan baterai yang panjang serta pengisian daya yang cepat
Dual 5G dan WiFi 6
Speaker Stereo disertai dengan Dolby Atmos
Harga jual yang cukup terjangkau berbanding kinerja yang diberikan
Slacks
Walaupun memiliki storage hingga 256 GB, namun microSD masih sering digunakan oleh konsumen Indonesia
Masih banyak yang belum kenal dengan apa itu NFC, padahal sebagian dari kita mungkin saja sudah melakukan transaksi menggunakan smartphone. Sehingga secara tidak langsung, sebenarnya kita sudah bersentuhan dengan teknologi NFC.
Pada pertengahan bulan Oktober lalu, Xiaomi merilis Poco X3 NFC di Indonesia. Smartphone Poco kali ini membidik segmen menengah dan menyebut dirinya sebagai ‘The Real Mid-Range Killer‘ alias pembunuh smartphone kelas menengah.
Dibanderol dengan harga Rp3.199.000 untuk versi 6GB/64GB dan Rp3.599.000 untuk versi 8GB/128GB, tak diragukan lagi spesifikasi Poco X3 NFC memang melebihi harga jualnya. Sebut saja, chipset Snapdragon 732G, layar dengan refresh rate 120Hz, quad camera dengan kamera utama 64MP, dan banyak lagi.
Apakah Poco X3 NFC benar-benar mampu mengungguli smartphone kelas menengah lainnya? Simak review Xiaomi Poco X3 NFC berikut.
Desain Kamera Sangat Menonjol
Hal unik yang juga menjadi pembeda dengan smartphone lain pada Poco X3 NFC ialah desain modul kamera belakangnya yang tidak biasa dan sangat menonjol. Empat unit kamera dan sebuah LED flash disusun seperti huruf X dan dibingkai persegi panjang dalam orientasi horizontal yang agak membulat pada bagian kanan kirinya.
Tak hanya itu, ada tulisan ‘POCO’ berukuran cukup besar di punggungnya dan memiliki pola bergaris yang memberi kesan simetris. Unit Poco X3 NFC yang saya pakai berwarna cobalt blue, bagian belakangnya ini terbuat dari material polikarbonat dan sedikit melengkung di sisi pinggirnya.
Bagian muka terpampang layar 6,67 inci DotDisplay dengan lubang kamera depan kecil 20MP di bagian tengah atas. Permukaan layarnya diproteksi Gorilla Glass 5 dan dilapisi anti gores, dalam paket penjualan disertakan soft case yang diklaim sudah anti-bacterial.
Bingkainya dari aluminium dan bodinya tahan percikan air dengan sertifikasi IP53. Hadir dengan dimensinya 165,3×76,8×9,4 mm dan bobot 215 gram, bodi Poco X3 NFC ini memang relatif cukup tebal dan berat, meski bisa dimaklumi karena membawa baterai sebesar 5.160 mAh.
Untuk atributnya, di sebelah kanan ada tombol volume dan power yang terintegrasi dengan sensor fingerprint, sedangkan sebelah kiri ada SIM tray berbentuk hybrid. Bagian atas memiliki IR blaster dan mikrofon, lalu di bawah menampung jack audio 3,5mm, port USB Type-C, mikrofon, dan speaker.
Layar 120Hz DotDisplay
Bentang layar IPS 6,67 incinya ditopang resolusi 1080×2400 piksel yang menghasilkan kepadatan sekitar 395 ppi dalam aspek rasio 20:9. Tentunya fitur kunci yang membuat Poco X3 NFC sanggup memukul lawannya di kelas menengah ialah layarnya memiliki refresh rate 120Hz.
Semakin tinggi refresh rate, maka semakin cepat layar mampu memperbarui gambar dalam satu detik sehingga gerakan dalam game terlihat lebih mulus. Keuntungan layar 120Hz dapat dirasakan saat bermain game-game kompetitif dan dengan touch sampling rate 240Hz, perbedaan seperkian detik saja bisa menentukan hasil akhir.
Meski mungkin tidak bisa dirasakan secara langsung, refresh rate tinggi juga membuat animasi dan gerakan scroll atau swipe bakal lebih lancar. Agar konsumsi daya tetap irit, Poco melengkapinya dengan fitur DynamicSwitch yang secara pintar menyesuaikan refresh rate berdasarkan aktivitas.
Lebih lanjut, layar Poco X3 NFC ini memiliki tingkat kecerahan hingga 450 nit, dibekali sertifikasi TUV Rheinland, dan juga Widevine L1 DRM. Artinya memungkinkan menonton film di Netlfix dalam kualitas FHD dan streaming konten HDR10 di YouTube.
Tampilan layarnya bisa disesuaikan di pengaturan, ada fitur color scheme yang menawarkan tiga preset yaitu auto, saturated, dan standard. Opsi auto adalah yang direkomendasikan sistem karena mencakup sepenuhnya ruang warna DCI-P3 dan juga bisa menyesuaikan warna agar sesuai dengan pencahayaan di lingkungan.
Kamera Utama 64MP
Poco memasang sensor Sony IMX 682 64MP sebagai kamera utama, ditemani kamera ultrawide 13MP. Sisanya kurang begitu mengesankan, karena sebatas 2MP untuk macro dan 2MP sebagai depth sensor.
Sensor Sony IMX 682 ini berukuran 1/1.73 inci dan dengan teknologi Quad Bayer, Poco dapat menghasilkan foto optimal 16MP dengan piksel besar 1,6um atau resolusi tinggi 64MP dengan piksel 0,8um. Serta, memberikan kemampuan optical zoom sebanyak 2x.
Yang menarik ialah kelengkapan fitur kameranya yang bakal memanjakan para pembuat konten. Berbagai mode foto dan video disediakan Poco, lengkap dengan fitur-fitur berbasis AI.
Mode Pro juga tersedia untuk foto dan video, dengan opsi pengaturan cukup lengkap yang bisa diatur sendiri. Foto bisa disimpan dalam format Raw dan video juga bisa disimpan dalam format LOG, kedua fitur ini memberi lebih banyak fleksibilitas dalam pasca-pemrosesan.
Perekam videonya mendukung sampai resolusi 4K 30fps dan pada mode slow motion bisa rekam video dengan frame rate tinggi 1080p 120fps hingga 720p 960fps. Fitur video lainnya ada short video untuk kemudahan ambil footage 15 detik, mode vlog, front & back, time-lapse, dan clone.
Berikut beberapa hasil foto Poco X3 NFC:
Performa Powerful
Sistem operasi yang dijalankan Poco X3 NFC ialah MIUI 12 yang masih berbasis Android 10 dan digerakkan oleh Qualcomm Snapdragon 732G. Chipset 4G premium paling tinggi di Snapdragon 7 series yang dibangun pada arsitektur 8nm dengan AI Engine generasi ke-4 yang memungkinkan kalkulasi hingga 3,6 triliun per detik.
SoC ini mengemas prosesor octa-core yang terdiri dari 2-core 2.3GHz Kryo 470 Gold (Cortex-A76) dan 6-core 1.8GHz Kryo 470 Silver (Cortex-A55), serta GPU Adreno 618 800MHz dengan beberapa fitur Snapdragon Elite Gaming, Game Turbo 3.0, dan LiquidCool Technology 1.0 Plus yang dapat mengurangi panas pada prosesor hingga 6 derajat.
Kinerjanya ditopang RAM 6GB/8GB LPDDR4X dan penyimpanan internal hingga 128GB UFS 2.1. Sangat jelas, Poco X3 NFC merupakan smartphone kelas menengah terkuat di kelasnya. Berikut ini hasil benchmark-nya.
Tangki baterai Poco X3 NFC berkapasitas 5.160 mAh yang menjanjikan bertahan lama lebih dari dua hari untuk penggunaan normal, 10 jam bermain game, dan 24 jam nonton video. Isi ulangnya berlangsung cepat berkat fast charging 33W yang dapat mengisi penuh 65 menit dan 63% dalam waktu 30 menit berkat teknologi Middle Middle Tab (MMT) yang mengisi daya dari tengah.
Verdict
Layar dengan refresh rate setinggi 120Hz dan chipset Snapdragon 732G yang powerful merupakan fitur mewah di smartphone kelas menengah. Apalagi di rentang harga Rp3 jutaan, sangat jelas spesifikasi tinggi yang ditawarkan Poco X3 NFC melampaui harga jualnya.
Aspek lain seperti desain, kamera, dan baterai juga terbilang cukup kuat. Menurut saya, Poco X3 NFC sangat mampu bersaing dengan smartphone kelas menengah kompetitor yang dibanderol Rp5 jutaan sekalipun. Jadi dengan budget terbatas sekitar Rp3 jutaan, Anda sudah bisa mendapatkan beberapa fitur premium.
Sparks
Layar memiliki refresh rate tinggi 120Hz
Kamera utama menggunakan sensor Sony IMX 682 64MP
Chipset Snapdragon 732G yang powerful di kelasnya
Baterai besar 5.160 mAh dengan fast charging 33W
Harga relatif terjangkau
Slacks
Bodi sedikit tebal 9,4mm
Kamera 2MP macro dan depth sensor tidak terlalu berguna
Seperti biasa, Xiaomi selalu mengadakan sesi teardown atau bongkar pasang pada perangkat mereka yang baru diluncurkan. Kali ini, smartphone yang menjadi ‘korban’ adalah Poco X3 NFC. Hal ini dilakukan oleh Xiaomi agar para konsumennya bisa tahu seperti apa teknologi serta isi dari sebuah smartphone yang mereka jual.
Sesi teardown dilakukan secara virtual oleh Woro Prasetio, Senior Technical Support Engineer Xiaomi Indonesiadan Andi Renreng, Product PR Manager Xiaomi Indonesia. Sebagai catatan, Xiaomi sendiri tidak merekomendasikan para pengguna untuk membongkar perangkat ini sendiri. Jika ada kerusakan, konsumen bisa langsung datang ke pusat perbaikan dari Xiaomi.
Untuk membuka Poco X3 NFC, smartphone yang satu ini harus dipanaskan terlebih dahulu pada bagian belakangnya. Tujuannya adalah untuk melemaskan perekat yang ada pada bagian belakangnya sehingga bisa mudah dilepas. Saat membukanya, teknisi harus sangat berhati-hati karena ada sebuah kabel power yang bisa terputus dengan mudah. Membukanya sendiri membutuhkan suction cup dan alat untuk mencongkel.
Menggunakan nama NFC tentu saja mengindikasikan bahwa perangkat ini memiliki hardware-nya. Oleh karena itu, perangkat pertama yang terlihat pada saat back case-nya dibuka adalah antenna dari NFC tersebut. Selanjutnya yang dilepas adalah komponen kamera yang terpasang dengan 11 baut. Ada total empat kamera pada bagian belakangnya tersebut.
Xiaomi juga memperlihatkan bahwa pada Poco X3 NFC sudah memiliki karet yang ada pada bagian-bagian penting. Pemasangan karet ini dimaksudkan untuk mendapatkan perlindungan IP53 yang dapat menahan percikan air serta debu agar tidak masuk ke dalam smartphone tersebut. Lem yang terpasang, seperti pada modul kamera belakang, juga dimaksudkan agar tidak adanya debu yang masuk ke bagian lensa sehingga terhindar dari buruknya pengambilan gambar.
Yang menarik adalah pada saat bagian LiquidCool Technology yang dilepas pada saat sesi teardown. Di sana dapat terlihat bahwa ada pasta penghantar panas yang terpasang antara heat sink dengan LiquidCool. Saya pun menanyakan apakah pasta penghantar panas tersebut bisa diganti dengan yang ada dipasaran saat ini.
Ternyata, Woro mengatakan bahwa thermal paste tersebut bisa digantikan dengan produk yang ada di pasaran. Bagi yang belum tahu, thermal paste selalu digunakan pada saat merakit sebuah komputer. Thermal paste ini berguna untuk mengisi ruang kosong antara permukaan prosesor dengan heat sink. Tentunya, produk yang ada di pasaran saat ini memiliki kemampuan menghantar panas yang lebih baik.
Back Case bergetar saat mendengarkan musik
Satu hal yang sedang ramai diperbincangkan adalah imbas dari speaker stereo yang ada pada Poco X3 NFC. Dengan suara yang keras tersebut, membuat back case dari Poco X3 NFC bergetar dan sangat terasa di tangan. Bagi sebagian orang, hal ini cukup mengganggu. Saya menanyakan apakah hal tersebut memang desain dari Poco X3 NFC.
Andi pun mengatakan bahwa memang Poco X3 NFC memiliki dua speaker stereo. Hal tersebut sudah pasti bakal membuat sedikit getaran pada bagian belakang dari Poco X3 NFC. Jika dibandingkan dengan satu speaker mono saja, tentu getaran tersebut tidak akan sekencang stereo.
Jika memang dirasa cukup mengganggu, ada baiknya pengguna mematikan speaker bagian atas dari Poco X3 NFC. Hal ini sangat mengurangi getaran yang ada pada bagian belakang smartphone tersebut. Caranya adalah dengan mengatur balance suara pada setting Accessibility menjadi speaker kanan saja.
Sebelumnya lewat Poco F1 dan F2 Pro, smartphone Poco dikenal sebagai flagship killer. Di mana salah satu daya tariknya, konsumen bisa mencicipi chipset flagship dengan harga terjangkau. Buat yang belum kenal, Poco merupakan brandsmartphone baru di bawah bendera Xiaomi yang berfokus menawarkan sesuatu yang berbeda di industri smartphone.
Sekarang Poco siap mengganggu pasar smartphone kelas menengah, Xiaomi telah resmi menghadirkan Poco X3 NFC di Indonesia yang diklaim sebagai ‘the real mid-range killer‘. Sesuai namanya, smartphone ini dibekali konektivitas NFC dan embel-embel NFC sengaja diberikan agar mudah diingat. Poco percaya, fitur NFC akan menjadi semakin penting ke depannya dan kinerjanya diklaim 33% lebih responsif dibanding smartphone lain. Lantas, apa saja yang ditawarkan oleh Poco X3 NFC?
Pertama dari sisi performa, Poco X3 NFC merupakan smartphone pertama di Indonesia yang ditenagai oleh Qualcomm Snapdragon 732G. Chipset 4G premium paling tinggi di Snapdragon 7 series yang dibangun pada arsitektur 8nm dengan AI Engine generasi ke-4 yang memungkinkan kalkulasi hingga 3,6 triliun per detik.
Lebih lanjut, Snapdragon 732G ini mengemas CPU octa-core yang terdiri dari 2×2.3 GHz Kryo 470 Gold dan 6×1.8 GHz Kryo 470 Silver. Serta GPU Adreno 618 dengan fitur Snapdragon Elite Gaming, Game Turbo 3.0, dan LiquidCool Technology 1.0 Plus yang dapat mengurangi panas pada prosesor hingga 6 derajat. Berpadu RAM hingga 8GB LPDDR4X dan penyimpanan UFS 2.1 hingga kapasitas 128GB yang bisa diperluas dengan microSD hingga 256GB.
Beralih ke layar, Poco X3 NFC mengemas layar lapang 6,67 inci DotDisplay beresolusi 1080×2400 piksel dalam rasio 20:9 dan diproteksi Gorilla Glass 5. Menggunakan panel IPS dengan refresh rate 120Hz dan touch sampling rate 240Hz yang memberi pengalaman gaming premium dan scrolling yang mulus di aplikasi.
Nah agar daya tahan tetap terjaga, Poco melengkapinya dengan fitur DynamicSwitch yang secara pintar menyesuaikan refresh rate berdasarkan aktivitas. Juga dilengkapi sertifikasi TUV Rheinland, dukungan HDR10, dan juga sertifikasi Widevine L1 yang memungkinkan menonton film Netlfix dalam kualitas FHD.
Lanjut ke aspek baterai, kapasitas 5.160 mAh menjanjikan bertahan lama lebih dari dua hari untuk penggunaan normal, 10 jam bermain game, dan 24 jam nonton video. Isi ulangnya berlangsung cepat berkat fast charging 33W yang dapat mengisi penuh 65 menit dan 63% dalam waktu 30 menit berkat teknologi Middle Middle Tab (MMT) yang mengisi daya dari tengah.
Beralih ke kamera, Poco X3 NFC mengusung konfigurasi quad-camera dengan kamera utama 64MP f/1.89 menggunakan sensor Sony IMX682 berukuran 1/1.73″. Dengan teknologi 4-in-1 Super Pixel, Poco menghasilkan foto 16MP dengan piksel besar 1,6um. Diikuti 13MP ultra-wide angle, 2MP macro, dan 2MP depth sensor.
Di dalamnya terdapat sejumlah fitur seperti smooth video zoom, focus peaking, enam varian dari video kaleidoskop, sejumlah filter foto seperti gold, cyberpunk, termasuk AI Skyscaping 3.0. Sebagai tambahan, fitur perekaman video 4K, dukungan format LOG/RAW, Vlog mode, dan masih banyak lagi.
Lanjut ke desain, bagian punggungnya bertuliskan Poco dengan desain chrome yang memberikan efek berbeda saat terkena cahaya. Bodinya tersertifikasi TUV SUD dengan IP 53 untuk ketahanan terhadap hujan dan percikan air. Sensor sidik jarinya terletak di sisi samping terintegrasi dengan tombol power. Mengingat pentingnya menjaga kesehatan di kondisi pandemi, dalam paket penjualan Poco melengkapinya dengan case dan screen protectoranti-bacterial.
Terakhir harganya, smartphone dengan MIUI 12 berbasis Android 10 ini tersedia dalam opsi warna shadow gray dan cobalt blue. Poco X3 NFC akan dijual secara eksklusif pada 22 Oktober di Shopee dan mi.com dengan harga yang sangat agresif. Harga perkenalan Poco X3 NFC varian RAM 6GB dan penyimpanan 64GB dibanderol Rp3.099.000 dan Rp3.199.000 (harga reguler). Sementara, versi RAM 8GB dengan penyimpnan 128GB dibanderol Rp3.499.000 untuk harga perkenalan dan Rp3.599.000 (harga reguler).
Hari ini (13/2), pengembang platform digital untuk pembelian tiket bioskop TIX ID mengumumkan keterlibatannya dalam putaran pendanaan seri B PouchNATION. Tidak diinfokan mengenai besaran investasi, yang jelas aksi korporasi ini menjadi pembuka kerja sama strategis kedua perusahaan. Nantinya teknologi yang dikembangkan startup berbasis di Singapura tersebut akan digunakan TIX ID untuk mendukung kegiatan off-air.
Salah satu produk unggulan PouchNATION adalah perangkat berbasis NFC (Near-field Communication) yang diaplikasikan untuk memudahkan penyelenggara acara mengelola mobilitas peserta. Penerapan paling umum, ketika mengikuti sebuah acara peserta akan mendapatkan gelang yang dilengkapi dengan sensor NFC. Panitia dapat mendata dengan menempel gelang tersebut ke alat scanner atau ponsel, saat peserta masuk atau keluar dari venue.
Pelaporan dilakukan secara otomatis, karena data yang berhasil terekam akan tersinkronisasi ke server dan dianalisis melalui dasbor yang disediakan. Selain untuk akses keluar-masuk acara, produk tersebut juga bisa didesain sebagai sistem pembayaran cashless menunjang transaksi di acara.
“Kolaborasi ini akan memudahkan pengelolaan sebuah acara menjadi sangat efektif, dimulai dari pembelian tiket secara online melalui platform TIX ID, hingga pengelolaan massa, kontrol akses dan kegiatan aktivasi sebuah brand melalui platform PouchNATION,” terang Managing Director TIX ID Sean Kim.
Sementara itu CEO PouchNATION Ilya Kravtsov mengatakan, “Investasi ini sesuai dengan tujuan PouchNATION untuk menajamkan posisi bisnis, bukan hanya di area acara, namun juga di area bisnis lokasi pelaksanaan acara. Kami melihat TIX ID yang memiliki jangkauan lebih dari 80% bisnis bioskop di Indonesia sebagai partner strategis yang tepat untuk visi PouchNATION.”
TIX ID terasosiasi dengan grup korporasi EMTEK, dengan kepemilikan saham 30%. Saat ini perusahaan mengklaim telah memiliki sekitar 5 juta pengguna aktif. Di bulan Maret 2020, cakupan platform akan diperluas, tidak hanya jual tiket bioskop, namun juga tiket ke berbagai acara. Selain itu akan turut membantu promotor melakukan pengelolaan acara off-air secara lebih efektif dengan teknologi.
Di Indonesia, TIX ID bersaing langsung dengan beberapa perusahaan. Misalnya dengan decacorn Gojek yang telah miliki layanan pemesanan tiket bioskop GoTix dan platform penjualan tiket acara Loket. Selain itu ada beberapa pemain seperti Goers yang juga berada di lini bisnis serupa.
Putaran pendanaan dipimpin Traveloka
Putaran pendanaan seri B PouchNATION telah dimulai sejak Juni 2019, waktu itu Traveloka membuka sekaligus memimpin pendanaan, didukung SPH Ventures. Investasi tersebut diberikan setelah Traveloka mulai fokus kembangan lini bisnis Xperience, diharapkan teknologi NFC yang dikembangkan dapat mendukung posisi perusahaan sebagai “discovery platform”.
PouchNATION telah menangani rata-rata $5 juta nilai transaksi bulanan dari beragam jenis acara. Persebaran produknya sudah meliputi pasar Singapura, Filipina, Indonesia, Malaysia, Vietnam dan Thailand. Di Indonesia, mereka bernaung di bawah PT Easy Touch Group yang belokasi di Jakarta.
Samsung saat ini sedang memperbarui lagi lini smartphone seri A mereka. Salah satu yang pertama diperbarui adalah Samsung Galaxy A50 yang bulan Februari 2019 lalu diluncurkan. Hanya berselang enam bulan saja, Samsung meluncurkan Galaxy A50s. Lalu apa yang baru dari Samsung Galaxy A50s ini?
Samsung masih menyasar kepada anak muda dalam menjual seri As ini. Lalu apa saja yang membedakan antara Samsung Galaxy A50 dengan A50s? Ada tiga hal yang menjadi perbedaan utama dari kedua perangkat tersebut. Yang pertama adalah hadirnya NFC pada Samsung Galaxy A50s. NFC sendiri saat ini sangat penting dalam mengisi ulang kartu uang elektronik pada saat berada di jalan dan tidak terdapat ATM yang memiliki fasilitas tersebut, seperti ditengah jalan Tol.
Kamera juga menjadi perbedaan yang cukup signifikan antara keduanya. Galaxy A50 menggunakan kamera dengan resolusi 25 MP, sedangkan A50s menggunakan kamera dengan resolusi 12 MP yang dapat digunakan hingga 48 MP. Kamera depannya juga ditingkatkan menjadi 32 MP.
Perbedaan ketiga yang mungkin tidak terlalu terlihat adalah dari spesifikasinya. Berikut adalah spesifikasi kedua perangkat
Galaxy A50s
Galaxy A50
SoC
Exynos 9611
Exynos 9610
CPU
4×2.3 GHz Cortex-A73 + 4×1.7 GHz Cortex-A53
GPU
Mali G72 MP3
RAM
6 GB
Internal
128 GB
Layar
6,4 inci Super AMOLED 2340 x 1080
Dimensi
158.5 x 74.5 x 7.7 mm
158.5 x 74.7 x 7.7 mm
Bobot
169 gram
166 gram
Baterai
4000 mAh
4000 mAh
OS
Android 9 Pie
Dari sisi spesifikasi, keduanya memang menggunakan prosesor dan GPU yang sama. Kemungkinan besar, perubahan ada pada Image Signal Processor yang bisa menangani resolusi 48 MP. Jadi, seharusnya tidak ada perbedaan kinerja antara keduanya.
Dengan keluarnya Samsung Galaxy A50s, membuat sang pendahulunya sudah diakhiri masa hidupnya. Yup, Samsung Galaxy A50 sudah tidak lagi diproduksi. Hal ini juga akan berlaku pada perangkat Galaxy A lainnya yang digantikan dengan lini As.
Untuk hasil dari CPU-Z dan Sensor Box adalah sebagai berikut
Unboxing
Beginilah isi dari paket penjualan Samsung Galaxy A50s
Desain
Tidak ada perbedaan desain antara Samsung Galaxy A50 dengan A50s di bagian depannya. Keduanya masih menggunakan body plastik polikarbonat pada bagian belakangnya. Namun, Samsung Galaxy A50s menggunakan desain yang berbeda untuk menghiasi case belakangnya, yaitu dengan model seperti diamond cut.
Sama seperti Samsung Galaxy A50, A50s juga memiliki resolusi 2340 x 1080 pada layarnya dengan rasio 19,5:9. Keduanya juga sudah menggunakan Gorilla Glass 3 yang cukup kuat untuk menahan goresan-gorensan tertentu. Walaupun begitu, tidak berarti bahwa perangkat dengan Gorilla Glass 3 akan lebih tahan retak saat terjatuh. Saya cukup menyarankan penggunaan tempered glass atau lapisan anti gores yang terbilang cukup murah jika dibandingkan dengan mengganti layar baru saat terjatuh.
Samsung menggunakan model Infinity-U pada kedua smartphone ini. Dengan begitu, sebuah kamera untuk swafoto dapat disematkan pada poni yang berdimensi kecil tersebut. Hal ini juga membuat baris notifikasi pada bagian atas hanya sedikit terpotong, sehingga dapat menampung lebih banyak icon notifikasi.
Dibalik layar Super AMOLED ini juga sudah tertanam pemindai sidik jari yang cukup responsif. Pada bagian belakangnya, terdapat tiga buah kamera yang lengkap dengan LED flash-nya. Secara berurutan dari atas, kameranya adalah Depth, kamera utama yang memiliki resolusi sampai 48 MP, dan Ultra wide .
Pada bagian kanannya dapat ditemukan tombol power untuk menyalakan dan mematikan perangkat dan juga tombol volume. Perlu diingat bahwa tombol power ini juga berfungsi sebagai tombol Bixby, asisten dari Samsung. Jika ingin mematikan perangkat, gunakan icon pada menu drop down, atau tahan volume bawah dan tombol power. Jika tidak ditahan, Anda akan mengambil screenshot. Di bagian bawahnya dapat ditemukan port Audio 3.5mm, USB-C, speaker, dan microphone. Dan slot SIM ada pada bagian kirinya.
Samsung Galaxy A50s juga sudah menggunakan antarmuka yang bernama One UI. Basis dari Samsung One UI ini sendiri masih menggunakan Android 9 Pie. Basis antarmukanya juga mengikuti UI standar Android, yaitu masih menghadirkan application drawer dan homescreen.
Jaringan
Samsung selalu mendukung kanal-kanal 4G LTE yang ada di Indonesia pada setiap smartphone mereka. Galaxy A50ssendiri mendukung band 1(2100), 3(1800), 5(850), 8(900), 34(2000), 38(2600), 40(2300), dan 41(2500) yang digunakan oleh semua operator seluler di Indonesia. Galaxy A50s menggunakan LTE Cat 6 yang mendukung 2 Carrier Aggregation dengan kecepatan download sampai dengan 300 Mbps.
Kamera
Kamera merupakan salah satu daya tarik Samsung Galaxy A50s. Sensor yang digunakan sendiri merupakan produk baru dari Samsung, yaitu ISOCELL Bright GM2. Sama seperti GM1, sensornya memiliki teknologi Tetracell yang akan memilih piksel mana yang terbaik untuk menghasilkan gambar 12 MP atau menggunakan semua piksel yang menghasilkan gambar 48 MP.
Kameranya ternyata bisa diandalkan dalam kondisi cahaya yang cukup maupun kurang terang. Noise-nya sendiri terlihat cukup minim, namun pada saat malam hari, masih dapat terlihat pada beberapa pengambilan gambar. Walaupun menggunakan mode malam, ada baiknya untuk menggunakan tripod untuk menjaga kestabilan dan ketajaman pengambilan gambar. Berikut adalah hasil kamera utamanya.
Kamera depannya menggunakan sensor ISOCELL SK5KGD1 yang memiliki resolusi 32 MP. Hasilnya memang dapat diandalkan dalam berbagai kondisi, termasuk cahaya yang kurang. Tingkat noise-nya cukup rendah, namun tingkat ketajamannya akan sedikit berkurang pada saat kondisi cahaya yang cukup rendah. Namun hal tersebut tidak terlalu masalah untuk sebuah foto. Berikut adalah contoh hasil gambarnya.
Pengujian
Samsung Galaxy A50s menggunakan chipset terbaru mereka, yaitu Exynos 9611. Pada Exynos 9611 ini digunakan empat inti prosesor kencang Cortex A73 berkecepatan 2.3 Ghz dan empat inti prosesor hemat daya Cortex A53 berkecepatan 1,73 GHz.
Dengan menggunakan spesifikasi tersebut, tentu saja bermain game tidak akan mendapatkan masalah lag. Namun, saat digunakan bermain Call of Duty Mobile, saya merasakan bagian belakangnya cukup hangat. Walaupun begitu, layarnya memang menghasilkan warna yang sangat kontras serta reponsif.
Dengan rentang harga empat jutaan, membuat perangkat ini harus bersaing dengan beberapa smartphone yang menggunakan Snapdragon 712. Oleh karena itu, sebagai pembanding saya hadirkan kembali hasil benchmark dari Snapdragon 712 untuk mengetahui bagaimana kinerja antar keduanya.
Uji Baterai dengan BatteryXPRT
DailySocial melakukan pengujian dengan menggunakan aplikasi BatteryXPRT. Mengapa BatteryXPRT? Karena aplikasi yang satu ini dapat menguji baterai smartphone mirip dengan penggunaan sehari-hari. Kami tidak melakukan pengujian saat smartphone berada dalam kondisi menyala tanpa henti atau yang sering disebut dengan Screen On Time.
BatteryXPRT sendiri mengatakan bahwa smartphone dengan baterai 4000 mAh ini dapat bertahan sampai dengan 32.2 jam lebih. Hal ini tentu membuat Samsung Galaxy A50s juga cocok untuk mereka yang ingin memiliki smartphone yang dapat bertahan lebih dari satu hari. Tentunya saat digunakan untuk memainkan game, bisa saja smartphone ini tidak bertahan sehari.
Verdict
Smartphone dengan kinerja yang tinggi dengan harga yang lebih terjangkau memang sedang marak saat ini. Akan tetapi, perangkat Android yang memiliki NFC juga makin sulit ditemukan. Hal inilah yang dipadukan oleh Samsung pada perangkat Galaxy A50s-nya, yang merupakan sebuah upgrade dari Galaxy A50 yang sebelumnya lebih dulu diluncurkan.
Dengan menggunakan Exynos 9611, membuat kinerja dari Samsung Galaxy A50s patut diacungi jempol. Saya dapat bermain COD Mobile dengan cukup nyaman, walaupun cukup terasa panas jika dipakai dalam waktu yang cukup lama. Selain itu, aplikasi editing gambar dan video juga dapat digunakan untuk melakukan rendering dengan cepat.
Kamera juga dapat diandalkan dalam berbagai kondisi. Dalam siang hari, kualitas gambarnya tidak perlu lagi diragukan. Untuk malam hari hasilnya masih acceptable, walaupun pada beberapa kasus masih menghasilkan gambar yang kurang tajam.
Dengan harga Rp. 4.099.000 ternyata harganya sedikit lebih murah dibandingkan dengan sang pendahulunya, A50. Dan dengan hadirnya NFC serta kamera yang lebih baik, membuat A50s terasa lebih terjangkau dibandingkan dengan A50. Jika Anda pemilik A50 namun tidak terlalu membutuhkan NFC, sepertinya tidak perlu terburu-buru untuk mengganti smartphone ke A50s.
Bertujuan untuk memperkuat value chain di lanskap digital dan hiburan, PT NFC Indonesia Tbk (NFCX), entitas dari PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS), mengumumkan rencananya untuk berinvestasi di Ideosource Entertainment (IDEO). Nantinya investasi akan berfokus pada pembiayaan portofolio yang beragam.
Tidak disebutkan lebih lanjut berapa jumlah investasi yang digelontorkan, namun melalui kerja sama dengan berbagai produser Indonesia yang sukses secara komersial, investasi dikucurkan untuk portofolio film yang terkurasi, khususnya untuk layar lebar dan serial untuk layanan streaming digital.
“NFCX terus membangun disruptive platforms di berbagai area, termasuk media dan periklanan. Namun, kami percaya bahwa platform yang kuat harus juga didukung dengan konten yang kuat. Hal tersebut akan menciptakan magnet alami bagi platform tersebut. Kami juga melihat bahwa IDEO film dan media analytic platform juga dapat memperkuat infrastruktur programmatic and deep-learning and advertising kami. Dengan dukungan finansial dan ekosistem digital luas dari NFCX, kami dapat membantu IDEO untuk berkembang lebih cepat dan lebih besar,” kata CEO NFCX Abraham Theofilus.
Fokus IDEO untuk produksi film Indonesia
Didirikan oleh Andi Boediman pada tahun 2011 lalu, hingga kini Ideosource Venture Capital telah mendanai 27 startup mulai dari e-commerce, digital media, games, IoT (internet of things) yang mendapat kucuran dana dari Ideosource. Andi kini menjabat sebagai Managing Partner Ideosource Venture Capital.
Sejak tahun 2017, Ideosource mulai merambah dunia film dan menyalurkan investasinya melalui Ideosource Film Fund (IFF). Melihat potensi yang cukup besar di industri film Indonesia serta latar belakang pendidikannya pernah belajar film di Amerika, CEO IDEO Andi Boediman mengungkapkan, IDEO memiliki beragam portofolio film fitur Indonesia. Ia mengklaim ‘Keluarga Cemara’ merupakan investasi film paling sukses dengan penonton yang menembus angka 1,7 juta penonton serta pendapatan lain-lain dari sponsor dan hak digital.
“IDEO juga berinvestasi di deretan film Screenplay Bumilangit, salah satunya adalah ‘Gundala’, pahlawan super komik asli Indonesia karya (alm) Hasmi. Disutradarai oleh Joko Anwar, film ini menceritakan tentang asal usul dari si pahlawan super tersebut, dan menjadi salah satu film yang paling ditunggu-tunggu tahun ini.”
Terdapat empat bisnis model yang nantinya akan diterapkan oleh IDEO, di antaranya adalah investasi film & media, produksi film & media, film & media analytic platform dan digital marketing agency. Dalam memutuskan investasi, Andi memiliki beberapa kriteria. Pertama, ia melihat rekam jejak produser dan sutradaranya. Rumah produksinya sudah pernah mengeluarkan karya-karya apa saja. Rekam jejak ini penting untuk keberhasilan investasinya.
“Setelah itu, saya melihat dari segi proyeknya. Film itu dilihat dari paketnya. Apakah dia menggunakan intellectual property, cast, story yang bagus, dan revenue model, kita jadi tertarik. Kalau di depan, itunya saja tidak menarik, ya, bagaimana kita bisa tertarik,” kata Andi.