Tag Archives: niantic labs

Niantic Luncurkan Lightship, Platform untuk Membangun “Real-World Metaverse”

Tiada hari tanpa pembahasan tentang metaverse. Namun kali ini angle-nya cukup menarik, sebab yang menjadi subjeknya adalah Niantic, yang visi mengenai metaverse-nya agak bertolak belakang dari yang dibayangkan oleh Facebook Meta.

Niantic, yang selama ini dikenal sebagai developer Pokémon Go, baru saja meluncurkan sebuah platform bernama Lightship. Dari kacamata sederhana, Lightship dideskripsikan sebagai platform untuk membangun “real-world metaverse”. Jadi ketimbang kita yang masuk ke dunia virtual, objek-objek virtualnya yang kita biarkan eksis di dunia nyata.

CEO Niantic, John Hanke, menjelaskan dalam presentasinya bagaimana Lightship memungkinkan smartphone untuk mengidentifikasi apakah pengguna sedang mengarahkan kameranya ke langit, tanah, atau air, lalu memetakan area di sekitarnya secara real-time.

Informasi-informasi ini kemudian dipakai agar objek virtual bisa tampil serealistis mungkin di dunia nyata. Jadi seandainya kita melempar sebuah bola virtual ke tembok fisik, makanya bolanya pun akan memantul tepat di permukaan temboknya. Lalu seandainya kita melempar bola virtualnya ke balik semak-semak, maka bola tersebut pun juga jadi tidak kelihatan.

Agar semua itu bisa terasa semakin nyata, Lightship pun turut menghadirkan pengalaman multiplayer yang konsisten, atau istilah kerennya, shared state. Jadi bola virtual yang saya pantul-pantulkan ke tembok itu juga bisa Anda lihat menggunakan perangkat lain selagi berdiri di dekat saya. Dengan kata lain, apa yang saya lihat bakal sama persis dengan yang Anda lihat walaupun perangkatnya berbeda.

Shared state untuk sekarang masih agak terbatas dan cuma bisa mengakomodasi lima pengguna secara bersamaan. Namun Niantic sudah menyiapkan cara untuk mengatasinya dalam bentuk Visual Positioning System (VPS). Anggap saja ini seperti GPS, tapi yang digunakan oleh sistem computer vision.

Berkat VPS, smartphone atau kacamata AR pada dasarnya jadi bisa memahami letak posisinya di dunia nyata secara akurat, sehingga pada akhirnya objek-objek virtual yang ditempatkan pun tidak perlu berubah-ubah posisinya. Kalau saya menemukan seekor Pikachu di Bundaran HI, maka Anda pun juga bisa menjumpainya di titik yang sama persis.

Kacamata AR? Ya, ke depannya memang arahnya bakal ke sana, sebab kacamata AR memungkinkan interaksi dengan objek virtual yang lebih natural ketimbang smartphone. Kendati demikian, Niantic memastikan bahwa teknologi yang dihadirkan Lightship sepenuhnya kompatibel dengan perangkat Android dan iOS yang ada sekarang.

Lightship merupakan proyek yang sudah dikerjakan sejak lama oleh Niantic — dulunya dinamai Niantic Real World Platform. Peluncuran ini menandai dibukanya akses platform Lightship bagi semua developer di seluruh dunia. Sebagian besar API yang Lightship tawarkan dapat digunakan secara cuma-cuma oleh developer, kecuali API untuk shared state itu tadi.

Apakah Lightship cuma cocok dipakai untuk mengembangkan game saja? Tidak, namun Niantic percaya bahwa game dan aplikasi hiburan merupakan cara termudah untuk mendemonstrasikan kapabilitas AR.

Dalam kesempatan yang sama, Niantic juga mengumumkan pembentukan Niantic Ventures. Berbekal modal investasi sebesar $20 juta, mereka siap mendanai deretan startup potensial yang bekerja di bidang AR, yang pada akhirnya bisa membantu mereka mewujudkan visi real-world metaverse ini.

Agustus lalu — bahkan sebelum rumor pergantian nama Facebook beredar — John Hanke sudah sempat membahas tentang konsep real-world metaverse ini. Menurutnya, metaverse merupakan sebuah “mimpi buruk distopia”, dan skenario terburuknya adalah manusia jadi lebih betah berada di dunia virtual ketimbang di dunia nyata — persis seperti yang digambarkan oleh novel Ready Player One beserta filmnya.

John berharap Lightship bisa membantu mencegah hal itu terjadi. Niantic pada dasarnya ingin developer memakai Lightship untuk membangun aplikasi-aplikasi AR yang bisa mendorong manusia untuk tetap berinteraksi dengan realita di sekitarnya, dengan objek virtual yang berperan sebagai bumbu penyedap.

Ini jelas sangat kontras dari visi yang dibayangkan oleh Facebook Meta, dan itu sekaligus membuktikan bahwa, setidaknya untuk sekarang, pemahaman akan metaverse itu masih belum seragam dan bisa berubah seiring perkembangan.

Sumber: Niantic via The Verge.

pemasukan pokemon go

Total Pemasukan Pokemon GO Tembus Rp51,8 Triliun

Pokemon GO diluncurkan pada 2016. Sekarang, jumlah pemain dari game buatan Niantic itu tidak lagi sebanyak ketika ia pertama kali diluncurkan 4 tahun lalu. Namun, pemasukan Pokemon GO justru mengalami kenaikan. Menurut laporan perusahaan analitik Sensor Tower, Pokemon GO mendapatkan US$445 juta (sekitar Rp6,4 triliun) pada semester pertama 2020, naik 20 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada 2019. Sementara secara keseluruhan, total pemasukan Pokemon GO menembus US$3,6 miliar (sekitar Rp51,8 triliun).

Salah satu alasan mengapa pemasukan Pokemon GO tidak turun di tengah pandemi adalah karena developer Niantic melakukan sedikit perubahan pada gameplay Pokemon GO. Beberapa perubahan yang Niantic buat seperti mengurangi jarak yang diperlukan untuk menetaskan Pokemon Eggs, memberikan lebih banyak reward di PokeStop, dan meningkatkan persentase kemunculan Pokemon. Dengan begitu, para pemain tetap bisa menikmati Pokemon GO walau mereka tidak bisa berpergian jauh dan harus menghindari tempat ramai.

“Dengan bertambahnya jumlah negara yang berhenti melakukan lockdown, pemasukan Pokemon GO bisa kembali naik, seperti yang terjadi pada Mei dan Juni,” kata Craig Chapple, Mobile Insights Strategist, Sensor Tower, menurut laporan Games Industry. “Meskipun umurnya terus bertambah, popularitas Pokemon GO tidak memudar.”

pemasukan Pokemon GO 2020
Pemasukan Pokemon GO terus naik. | Sumber: Sensor Tower

Pengguna Android memberikan kontribusi terbesar pada total pemasukan Pokemon GO. Sekitar 53,6 persen pendapatan game Augmented Reality itu datang dari Google Play sementara 46,4 persen sisanya dari App Store. Dari segi jumlah pemain, Android juga masih lebih unggul. Sebanyak 78,3 persen pemain Pokemon GO menggunakan Android dan 21,7 persen menggunakan iOS. Namun, hal itu berarti, total belanja per download dari pengguna iOS masih lebih tinggi.

Amerika Serikat menjadi penyumbang terbesar dari total pemasukan Pokemon GO dengan kontribusi sebesar US$1,3 miliar (sekitar Rp18,7 triliun). Secara total, Pokemon GO telah diunduh 577 juta kali. Sebanyak 18,2 persen dari total download itu berasal dari Amerika Serikat.

Kesukesan Pokemon GO membuat developer lain tertarik untuk membuat game serupa. Misalnya, Dragon Quest Walk dari Square Enix di Jepang, Jurassic World Alive dari Ludia, dan Let’s Hunt Monsters dari Tencent. Namun, Pokemon GO masih tetap menjadi mobile game berbasis lokasi yang paling sukses. Diluncurkan pada September 2019, Dragon Quest Walk memiliki pemasukan sebesar US$540 juta (sekitar Rp7,8 triliun). Sementara Jurassic World Alive mendapatkan US$76,5 (sekitar Rp1,1 triliun) juta selama 2 tahun dan Let’s Hunt Monsters mendapatkan hampir US$70 juta (sekitar Rp1 triliun) di Tiongkok.

Fitur Terbaru Pokemon GO Ajak Pemain Menjadi Fotografer

Mungkin tidak banyak dari kita yang sadar, akan tetapi sejak tahun lalu, pengalaman AR yang ditawarkan Pokemon GO jauh lebih realistis ketimbang sebelumnya. Ini dikarenakan fitur AR+ yang Niantic kembangkan demi memaksimalkan potensi platform ARKit di iOS dan ARCore di Android.

Kehadiran AR+ pun secara tak langsung mendorong para pemain untuk berkreasi lebih banyak selagi bermain. Screenshot demi screenshot beragam Pokemon di berbagai lokasi di dunia terus bertebaran, hingga akhirnya Niantic merasa diperlukan satu fitur yang dikhususkan untuk ini saja.

Fitur tersebut akhirnya tiba. Dinamai GO Snapshot, fitur ini bisa kita bayangkan sebagai kamera virtual yang selalu dibawa ke mana-mana oleh karakter kita, siap digunakan kapan saja untuk mengabadikan koleksi Pokemon yang kita miliki. Ada dua cara untuk mengakses GO Snapshot: membuka kamera yang ada di dalam tas karakter, atau ketika sedang melihat suatu Pokemon tertentu.

Dari situ pemain tinggal mengaktifkan kepribadian keduanya sebagai fotografer Pokemon profesional. Pilih Pokemon yang hendak dijadikan model, lempar Poke Ball-nya ke titik lokasi yang diinginkan, lalu mulailah mencari angle terbaik demi menghasilkan foto yang paling menarik.

Seumpama Pokemon yang menjadi model teralihkan perhatiannya, pemain bisa mengelusnya untuk membuatnya kembali fokus. Semua foto yang dijepret akan langsung disimpan di galeri foto perangkat secara otomatis, dan tentunya Niantic tak lupa menyediakan akses termudah untuk membagikan foto-fotonya ke media sosial.

Fitur ini kesannya memang sangat sepele, tapi saya yakin hampir semua pemain Pokemon GO akan menggunakannya, atau paling tidak mencobanya selagi ada waktu luang. Tagar #GOSnapshot di Instagram sejauh ini sudah cukup menghibur buat saya, dan saya pun juga sudah menemukan foto favorit saya.

Sumber: SlashGear dan Niantic.

Niantic Bekerja Sama dengan PBB demi Memajukan Turisme Global Lewat Game AR

Niantic resmi meluncurkan game AR barunya belum lama ini, Ingress Prime. Game tersebut boleh dikatakan sebagai remake atas properti pertama Niantic, tapi di saat yang sama Ingress Prime juga menjadi panggung demonstrasi atas usaha besar Niantic mengembangkan Real World Platform besutannya selama ini.

Kita tahu bahwa AR secara umum punya potensi yang sangat luas di luar ranah gaming, dan itu juga berlaku untuk teknologi yang dikerjakan Niantic. Buktinya, United Nations World Tourism Organization (UNWTO) baru-baru ini mengumumkan bahwa mereka telah bekerja sama dengan Niantic, dengan tujuan untuk meningkatkan turisme global melalui game AR.

Baik UNWTO maupun Niantic belum membeberkan secara detail mengenai rencananya. UNWTO hanya bilang bahwa teknologi AR besutan Niantic dapat membantu orang-orang jadi lebih terlibat dengan beragam lokasi dan komunitas di berbagai belahan dunia, dan caranya pun sangat bervariasi.

Pokemon GO sejatinya bisa menjadi bukti atas pernyataan UNWTO tersebut. Game itu terbukti mampu menggerakkan jutaan orang untuk mengeksplorasi lokasi-lokasi baru, dan di sana mereka juga membangun komunitas dengan skala amat besar.

Kolaborasi dengan Niantic ini merupakan salah satu dari agenda kampanye Travel.Enjoy.Respect yang dicanangkan UNWTO. Pihak Niantic sendiri bilang bahwa mereka berencana menciptakan “petualangan baru” bersama UNWTO untuk meningkatkan kesadaran akan misi mereka dalam memajukan ekosistem turisme.

Sumber: Niantic dan UNWTO via VRFocus.

Niantic Luncurkan Game AR Baru, Ingress Prime

Niantic punya game augmented reality baru. Judulnya Ingress Prime, dan sama seperti Pokemon Go, game ini juga bakal mengajak para pemainnya untuk berdiri, keluar rumah, berkeliling dan bertatap muka dengan pemain lain.

Secara teknis, Ingress Prime sebenarnya bukanlah sebuah IP (intellectual property) baru, melainkan remake dari game pertama Niantic, Ingress. Ingress diluncurkan di tahun 2012, jauh sebelum pengguna smartphone mengenal istilah AR seperti sekarang.

Ingress Prime di sisi lain benar-benar memaksimalkan perkembangan pesat teknologi AR selama beberapa tahun terakhir. Contoh yang paling gampang adalah, dalam Ingress prime, pemain bisa menempatkan peta 3D dari sebuah lokasi di atas meja makan atau meja ruang tamunya guna mengatur strategi sebelum berkunjung ke tempat tersebut.

Ingress Prime

Konsep permainannya masih sama. Pemain diminta untuk memilih satu dari dua faksi yang ada: The Enlightened yang futurist, dan The Resistance yang konservatif. Kedua faksi pada dasarnya bakal berebut kekuasaan dengan mengamankan portal-portal yang muncul, biasanya di lokasi landmark sungguhan.

Sebelumnya, lokasi portal yang tersedia hanya berjumlah ratusan ribu, tapi sekarang Ingress Prime menawarkan jutaan lokasi yang tersebar di seluruh dunia. Grafis, jalan cerita, semuanya turut diperbarui agar Ingress Prime terasa seperti game modern.

Ingress Prime

Seperti halnya Pokemon Go, Niantic juga berencana menghelat event besar-besaran untuk Ingress Prime. Ada 12 event berskala masif yang sudah direncanakan; tiga untuk kawasan Asia, tiga untuk Eropa, dan tiga sisanya untuk Amerika. Event ini akan dimulai pada 17 November nanti di kota-kota besar seperti Barcelona, Austin maupun Hong Kong.

Ingress Prime bisa dibilang sebagai kulminasi investasi Niantic pada Real World Platform besutannya. Sejumlah perusahaan telah Niantic akuisisi demi mewujudkan visinya ini, yang paling menonjol adalah Escher Reality pada bulan Februari lalu.

Ingress Prime saat ini sudah bisa diunduh secara cuma-cuma dari Google Play maupun App Store.

Sumber: VentureBeat.

Application Information Will Show Up Here

Impian Akan Pokemon Go Versi MMO Perlahan Mulai Mendekati Kenyataan

Sejak game Pokemon Go dirilis, kita telah melihat internet dibanjiri dengan foto-foto massa (pemain Pokemon Go) yang menyerbu suatu lokasi demi menangkap spesies Pokemon langka. Begitu masifnya jumlah pemain game ini, wajar apabila ada yang mengimpikan Pokemon Go versi MMO (massively multiplayer online) macam World of Warcraft.

Impian ini bukanlah suatu hal yang mustahil, sebab pengembang Pokemon Go, Niantic Labs, baru-baru ini mengakuisisi sebuah startup AR bernama Escher Reality. Teknologi augmented reality yang dikembangkan Escher bukan sembarangan, melainkan yang mengedepankan pengalaman multi-user dan multi-platform.

Artinya, teknologi buatan Escher memungkinkan lebih dari satu pengguna untuk bertemu dan berinteraksi di dalam dunia AR yang bersifat kontinu (peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalamnya akan terus berlanjut meski Anda sedang tidak online). Teknologi Escher sanggup mengingat posisi tiap-tiap objek AR di dalam suatu ruangan, lalu membagikan informasi tersebut ke beberapa perangkat sehingga pengalaman semua pengguna bisa sinkron.

Ilustrasi teknologi AR multi-platform yang dikembangkan Escher Reality / Escher Reality
Ilustrasi teknologi AR multi-platform yang dikembangkan Escher Reality / Escher Reality

Lebih istimewa lagi, Escher mengandalkan teknologi computer vision dan pemetaan 3D, yang berarti di ruang tempat kita bermain tidak perlu ada penanda-penanda khusus untuk dibaca oleh kamera milik perangkat. Semua informasi ini dikemas dalam jaringan cloud yang kemudian dapat diakses oleh perangkat Android maupun iOS. Multi-user sekaligus multi-platform.

Ketika teknologi semacam ini bisa diimplementasikan di Pokemon Go, maka terwujudlah impian akan Pokemon Go versi MMO tersebut. Pada kenyataannya, ini merupakan visi jangka panjang yang hendak dituju oleh Niantic dan Escher sendiri. Suatu hari nanti, kita dapat berburu Pokemon bersama-sama tanpa harus menyerbu suatu area publik dan membuat pengunjungnya jadi merasa tidak nyaman.

Sumber: Glixel.

Niantic Umumkan Agenda Pelaksanaan Pokémon Go Community Day Kedua

Event live ialah salah satu bagian dari gameplay Pokémon Go dan cara Niantic memperkokoh playerbase. Acara pertama dilangsungkan di North Carolina pada bulan Mei tahun lalu, kemudian di momen peralihan ke tahun 2018, developer memulai program bulanan bertajuk Community Day untuk mempertemukan pemain dengan komunitas gamer Pokémon Go di sekitarnya.

Debut Community Day dilaksanakan pada tanggal 20 Januari kemarin. Berbeda dari event live terdahulu, Community Day disiapkan secara lebih global agar semua orang bisa berpartisipasi. Dan seperti janji Niantic sebelumnya, mereka tengah menyiapkan acara selanjutnya di bulan Februari nanti, dan mengumumkan waktu serta detail kontennya.

Di Community Day bulan Febuari, developer memilih Pokémon Dratini sebagai bintang panggungnya. Niantic turut memberikan bonus seperti peningkatan perolehan XP dan Stardust, mengaktifkan modul Lure selama tiga jam, dan tak lupa berjanji akan memberikan ‘gerakan eksklusif’ buat peserta. Khusus di kawasan Asia Tenggara, Community Day akan dimulai pada tanggal 24 Februari, dari mulai pukul 10:00 pagi sampai 13:00 siang.

“Ayo keluar rumah dan bermain di lapangan bersama sesama penikmat Pokémon Go dalam Community Day,” tutur Niantic. “Dalam waktu beberapa jam, Anda berkesempatan bertemu dengan Pokémon istimewa di alam liar. Selama momen ini berlangsung, kita bisa mendapatkan gerakan Pokémon baru dan juga memperoleh beragam bonus istimewa. Ayo rayakan keikutsertaan Anda di komunitas Pokémon Go sembari bertemu teman-teman baru.”

Jika Anda berniat buat mengikutinya, Niantic mengingakan untuk menggunggah foto-foto aktivitas seru nanti di sosial media dengan menggunakan hashtag  #PokemonGOCommunityDay.

Di acara bulan Januari kemarin, para peserta ditawarkan Pikachu yang bisa berselancar. Meski detail gerakan spesial di Community Day Februari belum diungkap, sudah pasti Pokémon Anda tidak bisa mempelajarinya secara konvensional. Dengan menangkap Pokémon sewaktu acara ini berjalan, Anda akan mendapatkan Stardust tiga kali dari jumlah normal.

Satu hal lagi: Community Day episode pertama memang telah usai, namun Anda tetap punya peluang buat menangkap Pokémon legendaris Kyogre sampai tanggal 14 Februari.

Niantic juga mengabarkan urutan tim yang berhasil menangkap Pokémon paling banyak selama satu bulan ini, pemenangnya adalah tim Mystic yang mendominasi benua Amerika, Afrika dan Australia; disusul oleh Valor yang menguasai Asia dan Eropa.

Pokego Community Days 1

Saya hanya menjajal Pokémon Go selama kurang lebih dua minggu sebelum akhirnya berhenti bermain secara permanen. Walau begitu, secara personal saya berharap event-event live unik seperti Community Day bisa terus menyemangati para gamer untuk setia menikmati Pokémon Go.

Developer Pokémon Go Akan Meluncurkan Ulang Game AR Pertamanya, Ingress

Niantic Labs mungkin jadi terkenal secara luas lewat fenomena Pokémon Go yang mereka gagas, tapi canggihnya gameplay berbasis augmented reality itu tak akan ada tanpa Ingress. Ingress ialah kreasi digital kedua Niantic, setelah sebelumnya mereka menggarap app panduan eksplorasi Field Trip, dan merupakan perama kalinya developer berkecimpung di ranah AR.

Ingress dirilis perdana di Android pada 2012, lalu menyusul di iOS dua tahun sesudahnya. Formula permainannya tak jauh berbeda dari Pokémon Go, namun Ingress mengusung tema sci-fi cyberpunk, dan lebih menitikberatkan elemen kerja sama – mengadu dua faksi, yaitu The Enlightened dan The Resistance. Tugas masing-masing anggotanya adalah menemukan dan merebut ‘portal’ – umumnya diposisikan di landmark sungguhan.

Di penghujung 2017 ini, Niantic menyingkap kabar mengejutkan. Mereka mengumumkan rencana untuk meluncurkan ulang game AR tersebut di tahun depan, mengusung judul baru: Ingress Prime. Buat sekarang, detail mengenainya masih belum banyak terungkap. Di websitedeveloper hanya mencantumkan sebuah trailer (animasi dan acting-nya cukup keren) dan satu paragraf berisi narasi.

“Ada sesuatu yang salah, Agen… Dunia tidak seperti yang terlihat. Perang tersembunyi tengah terjadi dalam bayang-bayang, dan Anda punya kekuatan untuk membentuk nasib semesta. Namun Anda membutuhkan bantuan orang-orang yang tepat… dan juga memerlukan satu teknologi istimewa: Ingress Prime.”

Selain itu, di sana hanya ada satu link untuk melakukan registrasi email buat mendapatkan update terbaru langsung dari Niantic terkait Ingress Prime (dan boleh jadi nanti kan ada kesempatan untuk mencobanya versi beta-nya). Berdasarkan informasi yang diperoleh The Verge, update Prime mengubah hampir segala aspek di Ingress; dari mulai desain, arahan visual, narasi, hingga teknologi permainan.

Kepada The Verge, CEO Niantic John Hanke menyampaikan, “Permainan ini adalah platform tempat kami menemukan segala hal yang pada akhirnya diterapkan dalam Pokémon Go. Dan ke depannya, kami akan mengadopsi elemen-elemen di sana buat proyek-proyek selanjutnya. Bagi kami, Ingress ialah inti spiritual Niantic.

Hanke juga menjelaskan bahwa upgrade besar-besaran ini dimaksudkan sebagai persembahan bagi komunitas Ingress. Developer mengaku sudah lama tidak merilis fitur baru untuk Ingress, dan bersyukur para gamer-nya masih setia menikmati permainan ini.

Ingress Prime akan meluncur di tahun 2018, namun Niantic belum menginformasikan waktu tepatnya. Sebagai upaya pegembangan narasinya, Niantic juga akan memublikasikan seri anime Ingress.

Via Eurogamer.

Developer Pokémon Go Kembangkan Game Harry Potter Baru, Wizards Unite

Satu tahun lebih setelah perilisan game  Pokémon berbasis augmented reality pertama di mobile yang sempat jadi fenomeda global, dapur Niantic Labs tampak kembali sibuk. Minggu lalu, developer mengakusisi tim Evertoon untuk membantu membangun platform sosial di permainan Pokémon Go serta Ingress. Dan baru saja, Niantic mengungkap proyek besar mereka selanjutnya.

Di pertengahan tahun lalu, terdengar rumor yang menyatakan bahwa Niantic sedang mengembangkan versi Harry Potter dari Pokémon Go – diperkuat oleh informasi salah seorang developer yang mengaku Niantic sudah memperoleh hak pembuatan app franchise populer itu. Tak lama, developer segera membantahnya. Namun ternyata, kabar tersebut benar adanya. Niantic memang tengah menggarap permainan mobile Harry Potter.

Dikonfirmasi oleh sang CEO John Hanke sendiri, Niantic Labs mengumumkan Harry Potter: Wizards Unit, game mobile AR yang mengambil latar belakang dunia sihir kreasi penulis J.K. Rowling. Penyingkapan ini memang sangat menggembirakan fans novel dan filmnya, terutama Anda para muggle yang tidak berkesempatan mengenakan Sorting Hat dan belajar di Hogwarts.

Via blog Niantic, John Hanke menyebutkan sejumlah aspek dari gameplay Wizards Unite. Dalam permainan ini, gamer bisa mempelajari mantra, menjelajahi dunia sihir ‘sesungguhnya’ yang bersembunyi di kota atau lingkungan tempat tinggal Anda, mencoba menundukkan makhluk-makhluk legenda, serta mengalahkan musuh-musuh berbahaya bersama kawan-kawan.

Warner Bros. Interactive Entertainment menyingkap detail mengenai gameplay Wizards Unite lebih banyak di situs Pottermore. Berbekal smartphone, Anda dapat melakukan petualangan baru, membangun karier sebagai penyihir, berburu artefak-artefak misterius, bahkan bisa bertemu dengan tokoh-tokoh ikonis di jagat Harry Potter.

Pengumuman ini juga menandai dimulainya kerja sama antara Niantic Labs, publisher Warner Bros. Interactive Entertainment, dan tim pengembang WB Games San Francisco. Harry Potter: Wizards Unite rencananya dibangun di atas Niantic Platform, yang memungkinkan developer memanfaatkan teknologi ‘mutakhir’ dan membubuhkan mekanisme-mekanisme gameplay baru.

“Lewat permainan ini, kami memberikan kesempatan bagi para fans buat menikmati jagat imajinatif ciptaan J.K. Rowling melalui cara yang immersive,” kata David Haddad selaku president of Warner Bros. Interactive Entertainment. “Kami merasa gembira bisa memperoleh dukungan dari Niantic di bidang AR dalam mengembangkan dunia sihir yang dapat dijelajahi pemain setiap hari.”

Informasi lebih lanjut tentang Harry Potter: Wizards Unit akan disingkap di tahun 2018.

Akuisisi Evertoon, Niantic Berencana Membubuhkan Fungsi Sosial Media di Pokémon Go

Walaupun Game Freak bisa dibilang sinonim dengan franchise Pokémon, satu hal istimewa yang disajikan Pokémon Go kreasi Niantic ialah sensasi serunya bermain bersama. Berbekal pengalaman mereka mengembangkan Ingress, developer menanamkan sejumlah elemen sosial di game mobile Pokémon berbasis augmented reality itu dan terus memperkaya ekosistemnya.

Di akhir minggu kemarin, Niantic kembali melakukan satu langkah strategis. Mereka mengumumkan telah mengakusisi Evertoon, tim developer app mobile yang memungkinkan Anda menciptakan video animasi 3D secara simpel. Dalam pernyataannya, John Hanke selaku founder Niantic menyampaikan bahwa bergabungnya Evertoon akan membantu timnya ‘berkembang serta berevolusi’.

Secara terpisah, Evertoon menjelaskan misi baru mereka: menambahkan platform sosial di permainan-permainan ciptaan Niantic, termasuk Pokémon Go, Ingress serta game-game mereka selanjutnya. Evertoon sangat percaya diri pada kemampuan mereka. Selama 18 bulan berkiprah, banyak hal sudah Evertoon pelajari, terutama di bidang pembangunan komunitas dan pengalaman-pengalaman sosial.

“Permainan-permainan ciptaan Niantic sangat unik karena membuat para pemainnya berkumpul di dunia nyata, dan kami sangat bersemangat untuk saling berbagi keahlian bersama mereka,” tutur perwakilan Evertoon.

Menurut Niantic, Niniane Wang dan timnya sejauh ini telah mencoba mengeksplorasi ide-ide inovatif untuk menambahkan mekanisme sosial ke produk digital. Developer pencipta Pokémon Go juga sangat mengapresiasi kepemimpinan sang founder Evertoon di ranah engineering serta kemampuan pengelolaan tim, dan mengungkapkan bahwa hal ini sangat berharga bagi Niantic Labs.

Bergabungnya Evertoon bersama Niantic menandai akhir perjalanan aplikasi iOS tersebut. Developer akan menghentikan dukungan online agar bisa fokus ke tugas baru mereka – termasuk menutup akses ke komponen dan komunitas online – sehingga versi lawas dari app ini tak lagi dapat dipakai. Agar user tetap bisa menikmatinya, developer berencana buat menambahkan mode offline pada tanggal 30 November 2017 nanti.

Sebagai bentuk terima kasih pada para penggunanya, tim Evertoon baru-baru ini meluncurkan tak kurang dari 60 animasi dan 13 item pakaian baru.

Pokémon Go memang tak lagi jadi fenomena global seperti saat pertama kali meluncur, tapi game ini tetap menghasilkan banyak uang. Berdasarkan hasil analisis Serkan Toto selaku CEO Kantan Games di blog-nya, Pokémon Go mendongkrak pemasukan The Pokémon Company 26 kali lipat ke US$ 143 juta di tahun lalu.

Sumber: Niantic Labs.