Tag Archives: nikel

Peluncuran chatbot "Bu Mira" di Jakarta (16/1) / DailySocial.id

Nikel dan USAID Luncurkan “Finclusion”, Program Pembiayaan Khusus UKM Perempuan

Startup pengembang embedded finance untuk pinjaman, Nikel (sebelumnya bernama Impact Credit Solution) dan Badan Pembangunan Internasional AS (USAID) mengumumkan Finclusion, program pembiayaan untuk mendukung UKM milik perempuan (UKM-W) di Indonesia.

Finclusion adalah program bernilai $1,2 juta (sekitar Rp18,8 miliar) untuk menyalurkan $50 juta (sekitar Rp781,6 miliar) pinjaman kepada pelaku usaha perempuan. Pada tahap awal, Finclusion akan dilaksanakan selama dua tahun ke depan dengan fokus sebagai berikut:

  • Menargetkan 180 ribu pelaku UKM milik wanita.
  • Memfasilitasi akses pinjaman usaha ke 4.000 UKM wanita dari bank lokal setempat dan/atau bank lain.
  • Mendapatkan komitmen dari bank lokal dan/atau sumber pendanaan lain untuk mengalokasikan pinjaman sebesar $50 juta untuk pelaku UKM-W.

CEO Nikel Reinier Musters mengungkap sempat melakukan penelitian mendalam selama satu tahun untuk memahami kebutuhan pelaku usaha wanita, baik terkait pengelolaan keuangan, akses modal, strategi pemasaran.

“Kami berupaya memformulasikan bagaimana program ini tepat sasaran sesuai kebutuhan mereka, jadi kami tahu apa tantangannya,” tuturnya saat peluncuran Finclusion baru-baru ini.

Dari hasil risetnya, Nikel memaparkan tantangan lain yang kerap dihadapkan oleh pelaku usaha perempuan. Misalnya, soal pengelolaan hasil usaha dan rumah tangga. Pihaknya menemukan pemilik bisnis rumahan sering kali tidak mencatat hasil penjualan dan pengeluaran, bahkan terkadang pemakaiannya digabung dengan kebutuhan rumah tangga.

Dari sisi penyedia pinjaman, pihaknya mendapati bahwa banyak lembaga keuangan, terutama bank, tidak memiliki strategi untuk masuk ke sektor UKM maupun mengatasi tantangan spesifik yang dihadapi UKM-W.

Musters juga menyoroti alasan program ini belum dapat membidik unbanked, atau segmen yang belum punya akses ke layanan keuangan formal. Utamanya, segmen ini tidak memiliki rekening bank dan mengandalkan uang tunai dalam melakukan transaksi. Ini menyulitkan Finclusion untuk melakukan assessment.

“Kami tidak punya datanya. [Ini juga berpotensi] menaikkan struktur biaya lebih besar ketika harus melakukan pencairan dan pelunasan karena mereka terbiasa cara manual, terutama di kawasan pedesaan. Kami sedang mempertimbangkan cara-cara lainnya. Apabila ada provider lain–biasanya platform digital punya kemampuan untuk melacak hal ini–ini bisa jadi proxy kami.”

Asisten virtual “Bu Mira”

Dalam acara peluncurannya di Jakarta (16/1), Nikel turut memperkenalkan chatbot WhatsApp “Bu Mira” yang akan menjadi pendamping virtual pelaksanaan Finclusion, misalnya dalam mengakses modul literasi keuangan dan mengajukan pinjaman.

Nikel melakukan live demo kemampuan Bu Mira pada proses pengajuan pinjaman. Dijelaskan, para pelaku usaha akan diminta melampirkan sejumlah dokumen, seperti bank statement. Verifikasinya akan diproses di sistem mitra lender Nikel, yang mana persetujuannya disampaikan kembali melalui WhatsApp.

Perlu dicatat, tak hanya akses pengajuan pinjaman, Bu Mira memiliki fitur live agent untuk melacak pembayaran pinjaman dan pengingat pembayaran. Adapun, tingkat bunga dan tenor pinjaman ditentukan oleh KlikA2C sebagai mitra lender Nikel.

“Data dan informasi peminjam yang dikirim ke KlikA2C, tidak kami simpan karena kami tidak punya izin dari OJK untuk melakukan hal itu. Persetujuan tetap dilakukan oleh KlikA2C. Begitu juga soal standar mitigasi apabila peminjam terlambat atau gagal bayar. Namun, kami pastikan akan menerapkan SOP yang layak untuk penagihan pinjaman,” jelas Musters.

Potensi embedded finance bagi inklusi keuangan

Sekadar informasi, Impact Credit Solution melakukan rebranding menjadi Nikel pada tahun lalu usai diakuisisi oleh Felgo Capital Pte Ltd. Sejauh ini Nikel menawarkan solusi embedded finance untuk pinjaman, seperti Nikel Lend dan Nikel Fund.

Layanan embedded finance tengah berkembang di Indonesia sejalan dengan meningkatkan adopsi layanan digital, terutama layanan keuangan. Solusi ini memungkinkan pemilik bisnis atau perusahaan (B2B) untuk memiliki layanan keuangan tanpa perlu membangun dari awal dan mengajukan lisensi

Beberapa pemain di pasar ini ada DigiAsia Bios dan Finfra. Finfra adalah bagian dari Dana Bijak, penyedia pinjaman online. Sementara DigiAsia punya empat lisensi layanan keuangan, yang juga sudah berbasis API, sehingga bisa dihubungkan ke enterprise seusai kebutuhan

Berdasarkan laporan AC Ventures dan Boston Consulting Group (BCG) terkait fintech Indonesia, embedded finance berpotensi menjadi game changer berikutnya di industri keuangan regional. Khususnya di Indonesia, kebijakan BI pada BI FAST dan SNAP menjadi dorongan penting terhadap perkembangan embedded finance.

Bagi industri perbankan, hal ini memudahkan mereka untuk mengurangi pembukaan kantor cabang baru, dan mendorong kerja sama dengan pihak ketiga untuk membuka akses keuangan lebih luas kepada masyarakat.

Application Information Will Show Up Here
Jajaran tim Nikel di Indonesia / Nikel

Startup Fintech Nikel Resmi Diakuisisi

Startup pengembang layanan embedded finance untuk sistem pinjaman Nikel (sebelumnya bernama Impact Credit Solution) dikabarkan telah diakuisisi. Belum diketahui dengan pasti perusahaan mana yang mencaplok bisnis tersebut, namun menurut informasi yang dilaporkan ke regulator Felgo Capital Pte Ltd. menjadi entitas yang melakukan akuisisi. Dari sumber yang kami dapatkan, seluruh investor juga exit bersamaan dengan aksi korporasi ini.

Pada pertengahan tahun 2022 lalu, Nikel baru mengumumkan pendanaan seri A1 mereka. Dana senilai $2,5 juta berhasil dibukukan dari Vectr Fintech, Patamar Capital, Mitra M Venture, Looking Glass Ventures, dan alokasi dana pribadi dari founder. Di putaran sebelumnya, 500 Starups, BCA, Mitra Integra, dan sejumlah investor lain turut berpartisipasi dalam pendanaan.

Akhir 2021 lalu Nikel juga telah menjalin kerja sama strategis dengan BCA, menawarkan pembiayaan yang terjangkau untuk sektor kesehatan Indonesia selama pandemi. Investasi strategis dengan bank BCA memungkinkan mereka untuk memberikan likuiditas yang dibutuhkan di sektor kesehatan, untuk memastikan keluarga-keluarga di Indonesia menerima perawatan dan pasokan medis yang memadai selama pandemi ini.

Sajikan platform embedded finance

Didirikan oleh Reinier Musters (CEO) dan Mackenzie Tan (COO) di Singapura, Nikel resmi masuk ke Indonesia sejak 2021 dengan menunjuk Dewi Wiranti sebagai Country Head. Mereka membawa “Nikel Lend”, layanan API end-to-end yang memungkinkan bank atau fintech memberikan layanan pinjaman langsung ke UMKM dengan menyediakan sistem credit analytics, origination/underwriting, eKYC, eSignature, dan collateral tracking.

Selain itu Nikel juga menyediakan platform B2B marketplace yang menghubungkan bank dengan fintech. Juga Nikel Fund, untuk memungkinkan investor menciptakan dana kelolaan khusus untuk menjangkau sektor tertentu.

“ICS adalah perusahaan teknologi keuangan yang melayani pinjaman UMKM di Asia Tenggara. Kami membangun embedded lending solution yang dapat digunakan oleh perusahaan teknologi, P2P, atau bank mana pun untuk membuat produk pinjaman,” ujar Mackenzie kala itu kepada DailySocial.id.

Menurut penelitian Research and Markets, ukuran pasar layanan embedded finance di Asia Pasifik berhasil tumbuh 39,7% pada 2022 dengan nilai $108,5 miliar. Diproyeksikan akan tumbuh dengan CAGR 24,4% sampai 2029 dengan proyeksi nilai $357,9 miliar. Dorongan layanan inovasi digital di segmen keuangan menjadi salah satu pendorong utama dalam bisnis ini.

Di Indonesia sendiri, tren embedded finance turut mendapati sorotan dari inovator. Finfra menjadi salah satu startup lokal yang ada di area ini menawarkan layanan embedded lending, mempermudah klien meluncurkan produk berbasis pinjaman digital yang berlisensi OJK.

Ternyata Smartphone BlackBerry Tidak Cocok untuk Penderita Alergi Nikel dan Kobalt

BlackBerry masih menjadi platform smartphone yang populer di dunia, termasuk di Indonesia, meskipun secara penjualannya masih terus menerus. Tapi jika kita mempertimbangkan aspek kesehatan, apalagi jika memiliki riwayat alergi, mungkin BlackBerry harus dicoret di daftar wishlist. Menurut para ahli kesehatan, BlackBerry tidak aman jika dibandingkan dengan iPhone ataupun ponsel-ponsel Android.

Continue reading Ternyata Smartphone BlackBerry Tidak Cocok untuk Penderita Alergi Nikel dan Kobalt