Tag Archives: Niki Tsuraya Yaumi

Founder & CEO Goers Sammy Ramadhan

Klaim Telah Profitable, Goers Segera Galang Pendanaan Seri B

Sebagai startup binaan Indigo Creative Nation (ICN), Goers awalnya hadir sebagai penyedia direktori untuk pencarian tiket acara dan atraksi. Kemudian mereka berkembang untuk membantu penyelenggara dalam mempromosikan acara mereka memanfaatkan inovasi teknologi yang mereka miliki.

Saat ini ketika kondisi sudah mulai pulih saat pandemi, mulai banyak minat wisatawan lokal, pemilik venue, hingga tempat wisata yang beroperasi kembali. Hal tersebut dimanfaatkan oleh Goers untuk menambah informasi dari sisi pencarian venue dan atraksi kepada pengguna mereka. Tercatat saat ini Goers telah memiliki sekitar 1,5 juta pengguna.

Disinggung seperti apa strategi Goers untuk bersaing dengan perusahaan teknologi seperti Traveloka dan Tiket melalui kanal experience dan attraction mereka, Founder & CEO Goers Sammy Ramadhan menegaskan, pada dasarnya dengan layanan secara terpadu yang mereka tawarkan juga dengan teknologi yang lebih relevan, persaingan tersebut tidak menjadi kendala. Kebanyakan kanal tersebut hanya fokus kepada penjual saja, tidak terlalu membantu pemilik tempat wisata, atraksi dan venue untuk digitalisasi.

“Kita juga memberikan kebebasan kepada mereka untuk memanfaatkan channel tersebut untuk menambah jumlah penjualan mereka. Namun untuk teknologi dan layanan terpadu hanya Goers yang bisa menyediakan semua,” kata Sammy.

Terkait pendanaan Goers menyebutkan hingga saat ini memang tidak terlalu gencar memberikan informasi seputar kegiatan penggalangan dana mereka. Hal tersebut sengaja mereka lakukan agar bisa fokus mengembangkan bisnis. Tercatat pendanaan pra-seri A yang telah diterima oleh mereka adalah tahun 2016 lalu dari grup Mahaka Media. Sebelumnya Oktober 2015 Goers memperoleh pendanaan awal dari sejumlah investor.

Selama dua tahun terakhir mereka mengklaim telah menerima pendanaan baru dari 2 investor. Di antaranya adalah investor asal Malaysia dan Indonesia. Investor Goers saat ini di antaranya adalah Prasetia Dwidharma, MDI Ventures, dan Mahanusa Capital.

Rencananya di kuartal 3 tahun ini, Goers akan melakukan penggalangan dana seri B. Mengklaim perusahaan sudah profitable tahun lalu, dana segar tersebut jika nanti sudah dikantongi akan digunakan oleh perusahaan untuk mengembangkan Goers Experience Manager (GEM) dan mulai menjajaki pengembangan teknologi yang sedang popular saat ini seperti NFT, Blockchain dan lainnya.

“Saat ini menjadi menarik lagi buat kita ketika NFT dan blockchain sudah mulai ramai diperbincangkan oleh semua penggiat startup dan perusahaan teknologi. Goers pun memiliki rencana untuk menjelajahi peluang tersebut ke dalam teknologi Goers,” kata Sammy.

GEM untuk B2B

Setelah diluncurkan pada tahun 2019 lalu, Goers Experience Manager yang merupakan inovasi teknologi dari Goers mengalami pertumbuhan yang positif. Bukan hanya menyediakan teknologi dan layanan secara end-to-end, teknologi ini juga membantu berbagai tipe destinasi, seperti waterpark, taman hiburan, galeri, museum, tempat wisata alam & buatan, untuk meningkatkan pendapatan dan beroperasi guna membantu pemerintah mengakselerasi pemulihan sektor pariwisata nasional.

Badan Pusat Statistik mencatat bahwa Indonesia memiliki hampir 3.000 destinasi wisata-rekreasi pada 2019. Sayangnya, belum semuanya terdigitalisasi. Sistem pengelolaan manual memiliki pilihan pembayaran yang terbatas dan sangat rentan terhadap kebocoran data dan keuangan karena human error, kebocoran kunjungan karena pemalsuan tiket, serta keterbatasan dalam memonitor jumlah pengunjung.

Manajemen pengelolaan digital yang terautomasi dan mandiri, seperti GEM Solution, memungkinkan operator destinasi wisata-rekreasi untuk memiliki sistem penjualan online dan onsite, penanganan kunjungan hingga promosi yang terautomasi, efisien dan akurat.

“Jika sudah terdigitalisasi, maka destinasi akan lebih mudah ditemukan dan berdampak pada peningkatan kunjungan wisata di Indonesia. Hal ini selaras dengan rencana Kementerian Pariwisata RI untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan dan mengakselerasi pemulihan sektor pariwisata nasional,” kata COO Goers Niki Tsuraya Yaumi.

Tercatat saat ini Goers telah bekerja sama dengan lebih dari 50 destinasi wisata-rekreasi, antara lain Taman Impian Ancol, Go! Wet Grand Wisata Bekasi, Faunaland Ancol, Dunia Fantasi Ancol, dan Rumah Atsiri Indonesia. Mereka juga telah menjalin kemitraan strategis dengan Perhimpunan Usaha Taman Rekreasi Indonesia (PUTRI). Harapannya dengan kemitraan ini anggota dari PUTRI juga bisa menggunakan teknologi Goers untuk mempermudah proses adopsi digital. Target Goers tahun ini selain mengembangkan GEM juga ingin menambah jumlah portofolio mereka hingga 100.

“Fokus kita saat ini adalah bagaimana tempat wisata dan atraksi bisa mengembangkan bisnis mereka lebih baik lagi dengan digitalisasi dan layanan yang mereka butuhkan. Bukan hanya fokus kepada penjualan namun pengembangan bisnis dari berbagai area lainnya” kata Sammy.

Application Information Will Show Up Here
Event virtual menjadi makin diminati, meski tidak bisa 100% menggantikan pengalaman event offline

Potensi Event Virtual Jadi Salah Satu Kegiatan “New Normal”

Banyak hal terdampak pandemi Covid-19 ini. Salah satunya adalah industri berbasis event. Bagi penggiat di sektor ini, mencari cara beradaptasi agar tetap relevan adalah kunci melewati ini semua. Tidak mudah, tapi diupayakan.

Salah satu yang mulai beradaptasi dengan cara tersebut adalah Loket / GoTix. VP of Commercial Loket Mohamad Ario Adimas (Dimas) menjelaskan, kondisi tetap di rumah saja dalam waktu lama membuat masyarakat butuh hiburan. Di sisi lain, musisi dan semacamnya butuh tetap berkarya dan menyapa penggemarnya. Akhirnya event virtual menjadi salah satu solusi.

“Adaptasi ke event online pun menjadi salah satu jawaban. Melalui event online, Loket berupaya untuk mendorong agar industri event dan hiburan tetap hidup, para musisi dan kru event tetap dapat berkarya, serta masyarakat dapat terus memperoleh akses hiburan ke beragam event. Kondisi ini juga yang akhirnya memicu Loket untuk berkolaborasi dengan para event creator dalam menemukan solusi terbaik di tengah krisis ini,” terang Dimas.

Dimas melanjutkan, Loket menyediakan halaman khusus yang bisa memudahkan para event creator untuk membuat sebuah event virtual. Loket juga mengklaim telah berinovasi dengan menggabungkan layanan sistem manajemen tiket dengan streaming video, sehingga mulai dari perencanaan, pengaturan, produksi, hingga komunikasi dengan audiens yang berbentuk website atau yang disebut dengan virtual venue.

“[Kami] menerapkan analogi sebagaimana tiket dalam event offline. Penjualan dan distribusi tiket juga dibuat secara eksklusif, di mana satu link URL hanya bisa digunakan pada satu ​device konsumen. Hal ini menjadi salah satu cara agar para event creator tetap mendapatkan apresiasi yang sepatutnya atas apa yang mereka lakukan,” imbuh Dimas.

Adaptasi serupa juga dilakukan Goers. Dengan layanan Goers Experience Manager (GEM), mereka mencoba beradaptasi dengan perubahan pola event yang ada seperti sekarang ini.

GEM resmi diluncurkan oleh Goers pada tahun lalu. Tujuannya memberikan pengalaman bagi para pemilik acara maupun pengguna yang ingin mengikuti acara. Kini, di tengah situasi pandemi, GEM menjadi salah satu layanan penting yang bisa membantu penyelenggaraan event online.

“Goers Experience Manager adalah sebuah platform bagi experience creators untuk membuat experience, mendigitalisasi penjualan tiket secara online dan offline, dan terhubung dengan lebih dari 450 ribu pengguna Goers,” ujar Co-Founder dan COO Goers Niki Tsuraya Yaumi.

Ia menambahkan, melalui GEM para pemilik acara disediakan berbagai macam fitur untuk pengelolaan acara, mulai dari email blast, laporan dan settlement, kustomisasi URL, hingga penggunaan kode voucher.

Event virtual jadi salah satu new normal

Event online atau virtual mulai ramai sejak pandemi memaksa semua kegiatan offline batal dan pemerintah menghimbau untuk tinggal di rumah saja. Beragam bentuk kegiatan diselenggarakan, mulai dari konser musik, workshop atau pelatihan, webinar, dan semacamnya.

Dimas percaya ke depannya event online akan menjadi new normal yang terus diminati meskipun seandainya pandemi ini berakhir. Ia berkaca pada lonjakan pembuatan event online di Loket. Sejauh ini ada 2.000 event dalam kurun waktu satu bulan terakhir, di antaranya konser online yang berhasil menjual hingga 5000 tiket.

“Angka yang cukup tinggi untuk penjualan tiket event online di Indonesia. Ke depan, kami berkomitmen untuk terus berupaya meluncurkan inovasi-inovasi baru bagi industri event dan hiburan, dan tak henti untuk terus giat berkontribusi. Loket berharap para event creator dan audiens dapat memaksimalkan fitur event online ini dan menjadikannya sebagai solusi untuk tetap produktif,” jelas Dimas.

Hal senada disampaikan Niki. Ia menilai meski suatu saat pandemi usai, perkembangan teknologi dan kebiasaan melakukan banyak hal dari tempat lain secara fleksibel akan membuat event online akan terus tumbuh dan tetap memiliki peminat. Di sanalah GEM mengambil posisi sebagai platform yang memudahkan bagi pembuat event.

“Event offline terbatas oleh jarak dan waktu, sedangkan event online tidak. Kami melihat masa depan online event sangat cerah. Sebagai perbandingan, beberapa partner kami ada yang merasakan kenaikan jumlah peserta sebesar 50% karena mengadakan acara secara online,” imbuh Niki.

Kendati tidak 100% bisa menggantikan pengalaman acara secara langsung, penyelenggaraan secara online akan menjadi salah satu pilihan penyelenggaraan acara saat ini. Fleksibilitas yang ditawarkan di dalamnya menjadi daya tarik tersendiri bagi para penontonnya. Momok terbesarnya saat ini, khususnya di Indonesia, adalah kestabilan jaringan internet dan ketersediaan infrastruktur secara nasional.

Goers melebarkan bisnisnya melalui kehadiran platform pengelolaan event, atraksi, dan bisnis experience

Platform Pengelolaan Event “Goers Experience Manager” Resmi Meluncur, Wadahi Kreator Lokal

Startup penyedia solusi ticketing dan pencarian event Goers resmi meluncurkan Goers Experience Manager (GEM). Platform ini memungkinkan para kreator lokal untuk mengembangkan bisnis experience, mulai dari konser musik, atraksi, workshop, hingga kelas seni.

Ditemui di acara peluncuran, Co-founder dan COO Goers Niki Tsuraya Yaumi mengatakan, platform GEM sebetulnya sudah beroperasi sejak 2018. Namun belum resmi dirilis ke publik saat itu karena alasan pengembangan produk.

“Saat itu kami terus menunggu feedback dulu dari pengguna untuk tahu bagaimana experience mereka. Dari situ kami melakukan perbaikan dan penambahan fitur,” ujar Niki.

Menurut Niki, platform GEM dikembangkan bukan sebagai lini bisnis baru, melainkan dukungan ekosistem terhadap aplikasi Goers yang sudah lebih dulu ada untuk pencarian tiket event.

Startup binaan Indigo Creative Nation (ICN) di 2015 ini awalnya hadir sebagai penyedia direktori untuk pencarian tiket event dan atraksi. Kemudian mereka berkembang untuk membantu penyelenggara acara mempromosikan acara mereka.

Lebih lanjut, pihaknya berupaya untuk menjawab kebutuhan para kreator lokal atau siapa saja yang mengalami tantangan dan hambatan dalam membuat event atau bisnis experience lainnya.

Tantangan yang dimaksud misalnya sistem yang masih manual dan tidak terintegrasi sehingga membuat biaya operasional tidak efisien, sulitnya mengelola saluran penjualan karena terlalu banyak, atau tidak adanya database pengunjung yang dapat dikelola secara berkelanjutan.

Saat ini platform GEM baru dapat diakses melalui situs, namun Niki menjanjikan aplikasi GEM dapat meluncur di kuartal pertama 2020. Hingga sekarang, GEM telah digunakan 1.200 kreator lokal di Indonesia.

Fitur unggulan untuk scale up bisnis para kreator

Untuk dapat bersaing di industri ini, Niki mengungkap bahwa pihaknya mengembangkan sejumlah fitur unggulan yang dinilai dapat membantu para kreator untuk melakukan scale up bisnisnya.

Menurutnya, yang membuat Goers berbeda dengan platform serupa di Indonesia adalah fokus perusahaan terhadap kreator lokal. “Karena siapapun bisa [membuat event]. Kami mengembangkan teknologi yang mudah digunakan mereka sehingga mereka bisa scale up,” tuturnya.

Beberapa fitur GEM yang diunggulkan antara lain ticketing management system (TMS) dan sistem penjualan tiket online terintegrasi, sistem pengelolaan distribusi penjualan, Point of Sales (POS) dengan berbagai metode pembayaran, fitur untuk promosi, Goers Ticket Scanner untuk memantau jumlah pengunjung, laporan analisis event beserta database peserta, dan kustomisasi tiket.

Untuk menghindari event fiktif, Goers mengklaim telah menjalankan mekanisme tertentu untuk memvalidasi para kreator, seperti NPWP untuk legalitas dan verifikasi email.

Dorong sektor pariwisata di Tanah Air

Di kesempatan sama, Dirjen Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) Samsul Widodo mengungkapkan bahwa kehadiran platform ini tak hanya mendorong pelaku bisnis experience dalam negeri, tetapi juga mendorong sektor pariwisata Indonesia.

Samsul mencontohkan bagaimana sebelumnya Pemerintah bekerja sama dengan Goers untuk melakukan digitalisasi ticketing di desa-desa tertinggal. Dengan platform GEM, ada banyak peluang untuk menghadirkan event-event budaya dan pariwisata.

“Di Lombok saja, kami berencana melakukan digitalisasi ticketing di 30 desa tertinggal. Nah, saat ini ada 7.000 desa yang memiliki potensi untuk menjadi tujuan wisata. Ini dapat dikembangkan melalui digitalisasi.

Application Information Will Show Up Here

Strategi Bukalapak, Goers, dan Seekmi Melakukan Perekrutan “Engineer”

Berbicara mengenai talenta di dunia startup masih menjadi persoalan yang berkepanjangan. Masih minimnya jumlah serta kualitas dari SDM Indonesia di bidang pengembangan teknologi, tidak dibarengi dengan makin meningkatnya jumlah startup berbasis teknologi lokal hingga asing di tanah air.

Kami mencoba berbincang dengan sejumlah penggiat startup lokal tentang bagaimana mereka menyikapi hal ini dan strategi apa yang mereka lakukan untuk menyiasatinya.

Kurangnya pengalaman dan ketrampilan mahasiswa lulusan baru

Menurut CEO Seekmi Clarissa Leung, salah satu alasan utama adalah masih kurangnya pengalaman dan ketrampilan mahasiswa lulusan IT (Sistem Informasi maupun Teknik Informatika) untuk mengisi posisi engineer yang saat ini banyak dicari startup.

“Saya melihat hanya dalam jumlah kecil lulusan terbaik dari Universitas ternama di Indonesia yang sudah bisa langsung bekerja sesuai dengan standar dari startup yang merekrut. Sebagian lagi masih perlu pelatihan dan training lebih lanjut.”

Persoalan belum maksimalnya kemampuan dari lulusan IT saat ini, bukan hanya terjadi di Indonesia saja. Berdasarkan pengalaman pribadinya saat kunjungan ke Silicon Valley beberapa waktu lalu, Clarissa melihat banyak anak muda yang melanjutkan studinya untuk mempelajari coding.

Alasan lain minimnya jumlah engineer di Indonesia adalah,kebanyakan mahasiswa lulusan IT, lebih memilih untuk bekerja di perusahaan multinasional dengan gaji yang lebih besar ketimbang bekerja di startup atau membangun startup sendiri. Pada akhirnya menyulitkan startup untuk mencari engineer terbaik hingga CTO yang berkualitas.

Memanfaatkan rekomendasi internal dan referral

Bukalapak sebagai salah satu layanan marketplace terbesar di Indonesia, melakukan proses perekrutan posisi engineer dengan cara yang berbeda. Memanfaatkan informasi dari pegawai sendiri, Bukalapak mampu menghasilkan rekomendasi engineer yang diinginkan sesuai dengan kriteria. Menurut VP Engineering Bukalapak Ibrahim Arief, cara tersebut cukup ampuh untuk mengatasi kesulitan mencari talenta baru di bidang pengembangan teknologi.

“Melihat mayoritas engineer berkualitas yang lolos seleksi kami berasal dari referral  pegawai internal, kami menyediakan internal referral  bonus sebesar 20 juta Rupiah untuk setiap engineer yang lolos.”

Untuk menambah opsi yang ada, Bukalapak juga mengadakan berbagai programming dan kompetisi app development dengan hadiah ratusan juta rupiah untuk menjaring talenta engineering Indonesia yang berbakat.

Strategi tersebut ternyata juga dilakukan di Goers. Menurut Co-Founder dan COO Goers Niki Tsuraya Yaumi, meskipun kerap mengalami kesulitan untuk menemukan engineer yang sesuai, namun perekrutan melalui referral dari engineer yang sudah ada cukup efektif untuk dilakukan.

“Ketika kami melakukan hiring, setiap kandidat akan menemui minimal tiga orang untuk dinilai.”

Selain itu Goers juga membuat pengumuman lowongan pekerjaan di universitas-universitas yang memiliki potensi mahasiswa lulusan IT, bekerja sama dengan acara-acara di kampus dan internship program jalur untuk menjadi pegawai tetap.

“Buat Goers, mencari engineer juga menjadi suatu tantangan, karena kami mencari tidak hanya dari segi skill saja, namun juga dari sisi culture fit,” kata Niki.

Perekrutan bertahap memanfaatkan akun media sosial

Berbeda dengan Bukalapak dan Goers, di Seekmi proses perekrutan lebih dilakukan secara bertahap dan tidak terbuka. Dengan melihat secara detil informasi pendidikan dan pengalaman bekerja, Clarissa menyebutkan untuk perekrutan Seekmi masih terus mencari namun tidak dalam skala yang besar. Jika saat tertentu Clarissa dan tim menemukan engineer yang sesuai dengan kriteria dan cocok untuk ditempatkan posisi tertentu, engineer tersebut akan langsung direkrut tanpa menyebarkan lowongan pekerjaan di job listing

“Tidak selamanya Seekmi melakukan perekrutan untuk engineer. Dari berbagai channel jika ada engineer yang qualified, pasti akan langsung kita rekrut,”

Clarissa menambahkan masih kurangnya pengalaman dan pendidikan informal yang dimiliki oleh mahasiswa lulusan teknologi informasi saat ini, masih menyulitkan startup untuk memperkerjakan tenaga baru tersebut.

Untuk ke depannya diperkirakan akan lebih banyak lagi SDM Indonesia di bidang pengembangan teknologi dibutuhkan. Untuk bisa menemukan engineer yang berkualitas, startup dan pihak terkait tentunya harus bisa lebih agresif lagi melakukan pendekatan, edukasi dan awareness terkait dengan Teknologi Informasi agar lebih tertarik untuk berprofesi menjadi engineer.

Sementara mereka yang tidak memiliki latar belakang pendidikan IT bisa memanfaatkan kelas coding yang saat ini sudah banyak tersedia di Jakarta dan kota-kota besar lainnya.

Goers Mudahkan Pencarian Event dengan Kehadiran Situs Versi Lengkap

Setelah menghadirkan inovasi yang diharapkan bisa memudahkan wisatawan asing dan lokal mencari rekomendasi tempat wisata, Goers yang menampilkan beragam kegiatan, acara, kuliner dan informasi terkini kembali mengumumkan inovasinya. Setelah sebelumnya fokus di pengembangan aplikasi mobile, kini situs Goers bisa digunakan untuk memperoleh pengalaman yang sama.

Kepada DailySocial, COO Goers Niki Tsuraya Yaumi mengungkapkan fungsi situs Goers kini lebih lengkap dan beragam. Bermanfaat untuk pengguna sekaligus penyelenggara acara yang ingin mempromosikan acaranya melalui Goers.

“Dulu situs kami bukan menjadi fokus utama karena semua fitur dan informasi lengkap kami pusatkan di aplikasi, kini di situs Goers semua acara dan aktivitas seru di Jakarta dan Bandung bisa diakses melalui situs dan aplikasi,” kata Niki.

Saat ini Goers telah bekerja sama dengan ratusan partner di Jakarta dan Bandung, serta menyediakan ribuan informasi event setiap bulannya. Kategori event yang tersedia diaplikasi juga sangat beragam, dari event konser musik, pameran seni, event keluarga, festival kuliner, event belanja, event olahraga, hingga hiburan malam.

Beberapa layanan lain yang sebelumnya bersifat mobile only, atau hanya memberikan layanan di platform mobile, kini akhirnya juga mengembangkan situs (desktop dan mobile web) agar konsumen memiliki pilihan saat mengakses layanannya.

Situs Goers dilengkapi dengan fitur pencarian dan kumpulan event yang direkomendasikan berjudul Editor’s Pick. Meskipun demikian, saat konsumen ingin membeli tiket, flow-nya masih diarahkan untuk mengunduh aplikasi terlebih dahulu.

“Perihal booking saat ini masih fokus di aplikasi mobile saja, namun ke depannya tidak menutup kemungkinan untuk dilakukan juga di situs Goers,” kata Niki.

Dashboard khusus untuk penyelenggara acara

Layanan tambahan yang saat ini juga sudah tersedia untuk pihak penyelanggara adalah dashboard atau tampilan khusus untuk penyelenggara acara yang mempromosikan acaranya melalui Goers.

Di laman Partnership, penyelenggara acara dapat mengetahui bagaimana Goers dapat membantu melancarkan event melalui Goers Solution. Dashboard tersebut juga dilengkapi dengan berbagai macam brand yang sudah bekerja sama dengan Goers serta testimonial dari para partner Goers.

“Dashboard khusus penyelenggara acara sendiri sebelumnya sudah tersedia di Goers, namun kini sudah sangat mumpuni untuk menangani beragam jenis acara dan aktivitas yang ada,” kata Niki.

Application Information Will Show Up Here

Goers Hadirkan Panduan Informasi Tujuan Wisata

Pasca mendapatkan investasi Pra-Seri A dari Mahaka Media bulan Agustus 2016 lalu, Goers yang merupakan Startup jebolan Indonesia Next Apps 2.0 terus melakukan pembaruan dan inovasi di aplikasinya. Salah satunya adalah yang menyasar sektor pariwisata.

Sebagai aplikasi yang menampilkan beragam kegiatan, acara, kuliner dan informasi terkini, Goers berencana menghadirkan inovasi baru yang diharapkan bisa memudahkan wisatawan asing dan lokal mencari rekomendasi tempat wisata.

“Konsepnya tidak akan jauh berbeda dengan yang saat ini kami jalani. Kami akan menyajikan informasi mengenai kegiatan, aktivitas, acara, dan tempat-tempat bepergian yang sedang tren di Indonesia seperti restoran, museum, dan lain-lain, untuk dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun internasional.,” kata Co-Founder dan COO Goers Niki Tsuraya Yaumi Kepada DailySocial.

Di dalam fitur tersebut nantinya juga akan disematkan menu City Attraction yang berisi informasi mengenai tempat yang bisa dikunjungi oleh para wisatawan. Tujuannya adalah agar para wisatawan dapat menemukan informasi mengenai acara-acara dan kegiatan-kegiatan lokal di lokasi wisata, serta merasakan pengalaman baru dengan mendatanginya.

Keseriusan Goers untuk mulai merambah sektor pariwisata di Indonesia dikukuhkan dengan nota kesepahaman yang dijalin antara Goers dan Menteri Pariwisata Arief Yahya baru-baru ini.

“Saat ini kami telah menjalin kesepahaman dengan Kementerian Pariwisata untuk Goers bisa mempromosikan destinasi-destinasi wisata di Indonesia,” kata Niki.

Tahun ini Goers berencana melakukan ekspansi ke tiga kota tujuan wisata di Indonesia.

Menyajikan informasi film di bioskop dan pembelian tiket

Tim Goers dan jajaran manajemen

Layanan lain yang bakal dihadirkan Goers adalah platform lengkap untuk jadwal film di bioskop terkini. Layanan tersebut juga nantinya dilengkapi dengan kesempatan melakukan pembelian tiket. Belum ada informasi kapan fitur ini bakal diluncurkan.

“Kami sadar bahwa salah satu kegiatan yang paling sering dilakukan oleh masyarakat Indonesia untuk mengisi waktu luang mereka adalah bepergian untuk menonton film layar lebar. Kami ingin menjadi solusi untuk mempermudah semua orang mendapatkan informasi serta pembelian tiket untuk menonton film layar lebar,” kata Niki.

Application Information Will Show Up Here

Goers Umumkan Perolehan Investasi Pra-Seri A dari Mahaka Media

Startup jebolan Indonesia Next Apps 2.0 kompetisi yang diselenggarakan oleh Telkomsel dan Samsung, Goers, secara resmi mengumumkan perolehan investasi Pra-Seri A, dalam jumlah yang tidak disebutkan dari grup Mahaka Media. Sebelumnya Oktober tahun lalu Goers memperoleh seed funding dari sejumlah investor. Goers adalah startup binaan Indigo Incubator dan juga telah memperoleh pendanaan dari MDI Ventures.

Dalam rilis yang dikirimkan kepada DailySocial disebutkan perolehan pendanaan ini dilakukan untuk terus meningkatkan layanan konten dan memperluas pasar. Peresmian pendanaan ini dilakukan Goers tanggal 1 Agustus 2016 lalu.

Pendanaan ini disebutkan sangat strategis karena Mahaka membawahi sejumlah bisnis event yang bersinggungan dengan Goers, seperti Raja Karcis, Mahaka Sports and Entertainment, dan Alive! Indonesia. Hal ini tidak menutup kemungkinan peluang akuisisi di masa depan karena solusi Goers memudahkan layanan-layanan ini menjangkau lebih banyak konsumen, terutama kaum millenial.

CEO Goers Sammy Ramadhan dalam pernyataannya menyebutkan,” Strategic Partner adalah salah satu key success untuk dapat sustain dalam industri startup yang sangat competitive ini.”

Hingga kini Goers mengklaim telah memiliki 1200 kegiatan setiap bulannya dan memiliki 300 partnership dalam waktu kurang dari satu tahun. Dalam kesempatan terpisah, COO Goers Niki Tsuraya sempat mengungkapkan kepada DailySocial bahwa kalangan mahasiswa dengan beragam acara komunitasnya merupakan potensi yang saat ini tengah digali dan memiliki peluang yang besar untuk dikembangkan.

Application Information Will Show Up Here

INA 2.0 Champion Goers Secures Seed Funding from Five Investors

INA 2.0 champion Goers is on the move, as it just sealed an investment from five different parties, which are three angel investors, a financial institution, and Indigo Incubator. It has just released its Android app, which has been downloaded 3000 times so far. Continue reading INA 2.0 Champion Goers Secures Seed Funding from Five Investors