Tag Archives: Niko Ariansyah

Marketplace JaringLaut menawarkan komoditas hasil laut, seperti rumput laut dan garam, bekerja sama dengan Kementerian Desa

DanaLaut Kenalkan “JaringLaut”, Marketplace untuk Pasarkan Komoditas Laut

DanaLaut memperkenalkan “JaringLaut”, marketplace yang disiapkan untuk memasarkan produk kelautan seperti rumput laut dan garam. JaringLaut juga menjalin kerja sama dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT). Kesepakatan keduanya memungkinkan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di puluhan Kabupaten untuk terhubung dengan JaringLaut.

Kepada DailySocial, Direktur Utama DanaLaut Niko Ariansyah menjelaskan bahwa JaringLaut akan bekerja dengan menghubungkan antara petani/nelayan dan pelaku usaha sektor kelautan dengan pembeli secara online. Gagasan JaringLaut sendiri berangkat dari permasalahan umum yang dijumpai yang kesulitan mencari pasar dengan harga yang wajar, sebaliknya industri kesulitan mencari bahan baku.

“DanaLaut yang selama ini telah menyalurkan pembiayaan kepada pelaku ekonomi kelautan menyadari pentingnya suatu platform yang dapat menghubungkan supplier dengan pembeli dalam hal ini nelayan atau petani dengan pabrikan secara langsung. Hadirnya JaringLaut kami harapkan dapat memberikan keseimbangan harga baru yang memberikan manfaat bagi produsen dan pembeli,” terang Niko.

Tim DanaLaut ketika turun ke lapangan / DanaLaut
Tim DanaLaut ketika turun ke lapangan / DanaLaut

Untuk bisa menjalankan fungsi dari JaringLaut pihak DanaLaut terjun langsugn ke lapangan dan berusaha menjalin kerja sama dengan para stakeholder yang terlibat. Seperti menjalin komunikasi dengan asosiasi, koperasi, dan BUMDes. Untuk saat ini sistem JaringLaut masih dalam tahap percobaan, rencananya selain menggunakan web juga akan bisa diakses melalui Google Play dan AppStore.

Fitur JaringLaut akan memiliki fungsionalitas layaknya marketplace kebanyakan, pengelolaan barang, harga, hingga transaksi. Ke depan pihak DanaLaut juga berencana menambahkan fitur manajemen gudang dan logistik, quality control, dan sistem pre-order yang memungkinkan pembeli memesan langsung ke BUMDes.

“Saat ini JaringLaut mengawali kegiatannya untuk Komoditas rumput laut dan garam. Hal ini karena produksi rumput laut dan garam yang sangat tinggi tiap tahunnya. Untuk target di awal ini kami menyasar pada BUMDes di kabupaten-kabupaten yang menjadi produsen rumput laut dan garam, nantinya kami juga menargetkan koperasi-koperasi dan pelaku usaha kelautan di bidang perikanan dan tambak. Selain itu di awal ini kami masih menargetkan produk kelautan ini B2B di tinggat nasional, namun ke depannya kami berusaha agar dapat memperluas pasar hingga ke internasional,” tutup Niko.

DanaLaut Pinjaman Nelayan

DanaLaut Hadirkan Layanan P2P Lending Khusus Sektor Kelautan

DanaLaut menyajikan layanan p2p lending untuk sektor kelautan, dimulai dengan memfasilitasi permodalan untuk sektor usaha bahari di Indonesia bagian timur. Sejak 8 Juni 2018 lalu, DanaLaut sudah terdaftar dan diawasi operasionalnya oleh OJK.

Penilaian kredit (credit scoring) dipadukan dengan kearifan lokal, sehingga memberikan jaminan lebih kepada masyarakat yang ingin menginvestasikan dananya. Sistem bagi hasil diterapkan, peminjam tidak dibebankan bunga, sementara pendana tetap mendapatkan hasil dengan persentase menarik.

“DanaLaut saat ini beroperasi dengan mengenakan marketplace fee pada setiap pendanaan — kepada pendana dan peminjam, masing-masing 3% seperti yang tertera dalam fact sheet. Saat ini Danalaut sudah mendapatkan dukungan dari beberapa angel investor,” jelas Head of Marketing Communication DanaLaut Assed Lussak.

Sepanjang tahun 2018, DanaLaut mengklaim telah menyalurkan pendanaan senilai lebih dari 1 miliar Rupiah, dengan fokus awal penyaluran di Kepulauan Kei, Maluku Tenggara. Beberapa pengusaha laut daerah di sekitarnya juga sudah mulai mendapatkan penyaluran dana, meliputi wilayah Evu, Letuvuan, Satean, Hoat, dan Faan.

Rata-rata nelayan/petani/pedagang mendapatkan pinjaman 10-20 juta Rupiah. Sementara unit usaha yang meminjam rata-rata mengajukan 100-300 juta Rupiah. Pencapaian tersebut membuat tim optimis untuk mengembangkan sektor kelautan melalui jalur inklusi keuangan.

Menurut tim DanaLaut, ada tiga tantangan utama untuk mengembangkan sektor kelautan di sini. Pertama ialah soal harga yang cenderung tidak stabil. Lalu yang kedua adalah akses permodalan dan penjualan yang sulit bagi para pengusaha kecil. Dan yang ketiga rantai pasokan yang masih panjang.

Startup yang didirikan Niko Ariansyah (CEO) dan Ilham F. Novtenli (COO) tersebut mencoba menyelesaikan salah satu permasalahan utama di atas, yakni terkait akses permodalan.

Tim lapangan untuk kelancaran usaha

DanaLaut
Niko Ariansyah (CEO) & Field Manager DanaLaut di tempat budidaya rumput laut / DanaLaut

Hal yang menarik dari DanaLaut, dalam penyaluran modal kepada para nelayan/petani/pedagang, mereka turut menyertai dengan edukasi peningkatan produktivitas melalui tim pendamping lapangan.

“DanaLaut memiliki tim lapangan yang bertugas mendampingi peminjam. Tim lapangan tersebut secara rutin mengadakan diskusi dengan para peminjam terkait teknis perkembangan budidayanya, manajemen keuangan, dan pengelolaan. Mitigasi risiko kredit dilakukan dengan memperhatikan masa tanam/panen. Sehingga pemberian kredit dilakukan di waktu yang tepat,” lanjut Assed.

Disampaikan juga, selain membantu mengelola budidaya dan keuangan, tim lapangan DanaLaut juga siap membantu mencarikan pasar. Karena DanaLaut juga menggenggam misi sosial untuk turut mengembangkan dan mengakselerasi ekonomi kelautan di Indonesia.

“Tahun 2019 DanaLaut memiliki target penyaluran pembiayaan hingga 50 miliar rupiah ke lima sektor kelautan, yakni pertanian garam, budidaya rumput laut, usaha turunan produk laut, tambak, dan pusat pengolahan hasil laut. Setidaknya akan ada 150 proyek pendanaan yang akan dikerjakan sepanjang tahun 2019”, tutup Assed.