Kabar layoff santer terdengar datang dari industri startup tanah air. Salah satu platform konten audio lokal Noice juga diketahui melakukan restrukturisasi dan penyesuaian fokus bisnis. Langkah ini diambil untuk bisa tumbuh lebih relevan dan berkelanjutan serta berinovasi lebih baik di tengah tantangan ekonomi global yang dinamis.
Setelah melakukan serangkaian evaluasi dan peninjauan komprehensif terhadap operasional dan tujuan strategis ke depan, perusahaan mengaku dengan berat hati harus mengambil langkah untuk perampingan pada jumlah tim. Keputusan ini dikabarkan berdampak pada sekitar 25 orang karyawan di perusahaan.
Tertulis dalam keterangan resmi, “Dengan berat hati, langkah sulit ini harus kami ambil sebagai upaya agar Noice tetap bisa beradaptasi dengan situasi pasar dan tantangan yang ada sehingga masa depan perusahaan dapat terus terjaga.”
Perusahaan berkomitmen untuk mendukung para karyawan yang terdampak dari langkah perampingan ini melalui kompensasi yang sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku dari pemerintah Indonesia terkait ketenagakerjaan serta dukungan untuk karir mereka.
Melalui pernyataan resmi, CEO Noice Rado Ardian juga mengungkapkan, “Restrukturisasi ini tidak akan mengubah komitmen kami kepada jutaan pendengar dan ribuan kreator Noice di berbagai daerah untuk terus fokus menghadirkan konten serta produk yang berkualitas di dalam aplikasi Noice. Ke depannya, kami berharap bisa semakin mewujudkan komitmen untuk mengembangkan ekosistem konten audio di Indonesia.”
Perjalanan Noice membangun konten audio di Indonesia
Sebagai startup lokal yang didirikan pada tahun 2018 dan berada di bawah naungan PT Mahaka Radio Integra Tbk, Noice awalnya hanya berfokus pada penyediaan konten radio streaming. Seiring perkembangan bisnis, platform ini mulai menjangkau konten podcast dan pada akhirnya fokus untuk mengembangkan ekosistem konten audio di Indonesia.
Noice juga mengembangkan fitur Noice Live yang memungkinkan para kreator berinteraksi dengan pendengar secara real-time. Fitur lainnya yang turut melengkapi ambisi Noice sebagai rumah konten audio adalah audiobook yang dinamai NoiceBook.
Di akhir tahun 2022 lalu, Noice juga resmi menghadirkan “Noicemaker Studio”, sebuah ruang digital tanpa batas bagi para kreator untuk dapat mengoptimalkan karya mereka di industri konten audio tanah air. Fitur ini merupakan langkah awal yang kami hadirkan untuk mengembangkan potensi konten kreator yang bergabung dan tumbuh di dalam ekosistem NOICE.
Belum lama ini, Noice resmi memperkenalkan fitur video podcast dan video livestream. Fitur ini dibuat sebagai alternatif bagi pengguna untuk memperkaya pengalaman dalam menikmati konten dari kreator favorit. Selain itu memungkinkan para kreator untuk membangun koneksi yang lebih dekat dengan pendengarnya fitur ini juga memperluas kesempatan para kreator untuk melakukan monetisasi lewat konten berbasis audio dan juga visual.
Selama 5 tahun berdiri, perusahaan sudah mendapatkan pendanaan dalam beberapa tahapan. Mulai dari pendanaan tahap awal dari Kenangan Kapital, Alpha JWC, dan Kynesis Group. Lalu diikuti putaran pra-seri A yang dipimpin oleh Alpha JWC Ventures dan Argor Capital.
Teranyar, Noice meraih pendanaan seri A dipimpin oleh Northstar pada awal tahun 2022 lalu. Putaran ini juga diikuti oleh investor-investor sebelumnya, gencarkan percepatan akuisisi konten serta pengembangan platform teknologi audio untuk kreator.
*update: Pihak Noice mengatakan bahwa total layoff sebanyak 25 karyawan
Platform digital lokal berbasis interaksi sosial “Jagat.io” meresmikan kehadirannya, setelah melalui fase tes awal sejak Agustus 2022. Platform Jagat.io dapat diakses melalui play.jagat.io, di situs web dan aplikasi mobile.
Jagat.io merupakan platform dunia visual pertama di Indonesia yang terhubung dengan kota nyata, yakni Ibu Kota Nusantara (IKN). Dalam aplikasinya, pengguna dapat memanfaatkan aplikasi ini untuk mengadakan rapat, pertemuan, nonton bareng film, konser virtual, pertunjukan karya digital, dan interaksi lainnya secara imersif.
Peresmian ini dilakukan oleh Presiden Joko Widodo bertepatan Hari Sumpah Pemuda, di Jakarta (28/10).
Founding Chairman Jagat Nusantara Wishnutama Kusubandio mengatakan, platform Jagat menghadirkan ekosistem teknologi yang terbuka dan inklusif bagi semua kalangan. Jagat Nusantara merupakan platform media sosial, platform e-commerce masa depan, serta platform olahraga dan hiburan masa depan.
“Sebuah platform social immersive berbasis web dan mobile yang menghubungkan pengguna dengan dunia virtual. Kita bisa bilang ini the next generation of social media, hasil kerja keras dan kolaborasi anak-anak muda kita,” kata Wishnu saat peluncuran.
Dia melanjutkan, “Kami sedang mempersiapkan platform ini untuk menjadi the next real estate platform untuk IKN melalui tokenisasi lahan. Bayangkan jika kita dapat memiliki lahan virtual yang juga mewakili kepemilikan lahan yang sesungguhnya nanti di IKN.”
Platform Jagat
Sementara itu, Co-founder & CEO Jagat Barry Beagan mengatakan, semua orang bebas mengekspresikan diri di platform ini. Dengan kehadiran avatar, masyarakat dapat mewujudkan kepribadian yang sesuai dengan aspirasi mereka atau persona suka-suka. Platform ini dapat diakses secara gratis.
Fitur-fitur yang dihadirkan terinspirasi dari interaksi sehari-hari, ataupun tatap muka secara online melalui kamera. Pengalaman otentik yang diciptakan Jagat menjawab peluang globalisasi di mana interaksi sosial menjadikan generasi muda di seluruh dunia menjadi semakin dekat.
“Jagat mengedepankan interaksi sosial yang berakar pada perasaan senang saat berkumpul interaksi sosial yang berakar pada perasaan senang saat berkumpul bersama teman-teman dan kebersamaan karena menurut kami bersosialisasi tidak bisa lepas dari entertainment,” ucap Barry.
Saat ini, platform Jagat menyuguhkan sensasi metaverse IKN agar pengguna bisa merasakan pengalaman berada di IKN, tepatnya di Titik Nol sebagai downtown (pusat kota) baru serta Istana Negara. Selanjutnya, Jagat akan mengembangkan ruang maupun interaksi baru dan diharapkan bisa membangun kreativitas generasi baru di Jagat, khususnya kalangan muda.
Agar pengalaman imersif, Jagat akan dikembangkan secara bertahap dengan mengumpulkan berbagai masukan dan menganalisis perilaku in-app dari pengguna untuk membuat lebih banyak inovasi sebagai platform inklusif. Nantinya, hal ini bertujuan memenuhi kebutuhan ekspresi lebih banyak masyarakat Indonesia.
Jagat menghadirkan partner-nya yang sudah terjun ke dunia virtual Jagat dengan konsep unik masing-masing, di antaranya Noice, Sociolla, Bumilangit, Hepmil Media Group, ROH Project, Indozone, Jakarta Intercultural School, Pijar Foundation, dan Play3.
Kehadiran Noice sebagai platform audio lokal pertama di Indonesia yang hadir di dunia metaverse merupakan bentuk komitmen dan kontribusi perusahaan untuk turut memajukan industri kreatif Indonesia.
“Dengan menyediakan wadah Noice Space di metaverse, kami ingin mengajak dan memfasilitasi kreator kami untuk bisa berinteraksi langsung dengan pendengar setianya dan memberikan pengalaman virtual yang spesial melalui avatar mereka di Jagat,” kata Chief Business Officer Noice Niken Sasmaya.
Saat ini Jagat telah mempersiapkan peta pengembangan yang tidak hanya membawa Ibu Kota Nusantara masuk ke dalam ekosistem Jagat, tapi juga brand dan kreator lokal untuk berkreasi dan beraktivitas secara nyata.
Menurut Barry, Jagat akan dikembangkan secara bertahap dengan mengumpulkan berbagai masukan dan mengalisis perilaku in-app dari pengguna untuk membuat lebih banyak inovasi di Jagat sebagai platform yang inklusif yang dapat memenuhi kebutuhan ekspresi masyarakat Indonesia.
“Kami melihat Nusantara sebagai aspirasi masa depan bangsa Indonesia, sama seperti Jagat yang membangun user-generated city. Jagat ingin menjadi sarana kreativitas masyarakat untuk menuangkan ekspresi serta harapan mereka untuk masa depan,” pungkas Barry.
Melalui wawancara bersama DailySocial, CEO Noice Rado Ardian membahas tren podcast yang semakin berkembang di Indonesia.
Rado mengatakan, Noice sebagai salah satu platform yang mewadahi para kreator konten audio, menawarkan beragam pilihan kategori dibanding kebanyakan platform audio-on-demand lainnya.
Noice saat ini memiliki lebih dari 2,5 juta pengguna yang menghabiskan 80 menit per harinya.
Seperti apa strategi Noice dalam bersaing di tengah maraknya platform serupa? Lalu, konten-konten seperti apa yang ditawarkan Noice di dalam aplikasinya?
Simak pembahasan tentang Noice yang terangkum di video wawancara berikut.
Untuk video menarik lainnya seputar strategi bisnis dan kontribusi sejumlah startup di Indonesia, kunjungi kanal YouTube DailySocialTV di sesi DScussion.
Hari ini (22/4), NOICE mengumumkan perolehan pendanaan seri A senilai $22 juta atau setara 316 miliar Rupiah. Putaran ini dipimpin oleh Northstar dan diikuti oleh para investor sebelumnya, yaitu Alpha JWC, Go-Ventures, dan Kinesys. Capaian ini akan mendukung ambisi perusahaan menjadi platform audio terbesar di Indonesia melalui percepatan akuisisi konten serta pengembangan platform teknologi audio kreator.
Sebelumnya NOICE telah menutup putaran pendanaan pra-seri A yang dipimpin oleh Alpha JWC Ventures dan Go-Ventures pada 2021 lalu. Belum lama ini, perusahaan juga mendapat dukungan investasi strategis dari RANS Entertainment milik Raffi Ahmad dan Nagita Slavina.
Menurut dari total perolehan yang ada, diperkirakan valuasi NOICE telah mencapai setingkat Centaur (di atas $100 juta).
Dirancang semula sebagai platform radio streaming, NOICE mulai memperlebar segmen layanannya dengan merambah pada konten audio on-demand. NOICE berdiri di bawah naungan PT Mahaka Radio Digital pada 2018 yang merupakan perusahaan patungan milik PT Mahaka Radio Integra Tbk (IDX: MARI) dan PT Quatro Kreasi Indonesia. Adapun Quatro adalah hasil konsorsium perusahaan rekaman di Indonesia, antara lain Musica, Aquarius, My Music, dan Trinity.
Dalam persaingan dengan pemain lokal dan global di industri platform audio streaming, NOICE mengedepankan strategi hyperlocal sebagai bagian dari hipotesis perusahaan yang ingin menjadi rumah konten audio di Indonesia. Sebelumnya, perusahaan juga telah mengenalkan NOICE Live, fitur social networking dalam format audio yang memungkinkan interaksi real-time antara kreator, pendengar, musisi, fans, hingga expert.
“Investasi ini akan kami gunakan untuk mengembangkan komunitas kreator, platform teknologi, dan memperluas cakupan konten audio series untuk menghadirkan cerita-cerita terbaik Indonesia dari komunitas penulis lokal dan mengadaptasinya ke dalam format audio. Kami telah menguji coba format baru ini dan melihat hasil interaksi dan retensi yang sangat menjanjikan. Ini benar-benar ruang baru yang menarik untuk dijelajahi dan memiliki banyak sekali potensi,” ujar CEO NOICE Rado Ardian.
Meluncurkan Noicemaker Studio
Prospek industri konten di Indonesia kian populer dengan semakin menjamurnya kreator yang menciptakan ragam karya melalui berbagai platform. Di tengah pandemi Covid-19, saat banyak sektor usaha turun, ekonomi kreatif melalui kreator konten justru menjadi peluang bagi generasi muda untuk terus berkarya.
Hal ini dilihat sebagai peluang oleh NOICE, perusahaan rintisan teknologi asal Indonesia yang berfokus untuk menghadirkan platform konten audio terlengkap. Dirancang semula sebagai platform radio streaming, NOICE mulai memperlebar segmen layanannya dengan merambah pada konten audio on-demand.
NOICE resmi menghadirkan “Noicemaker Studio”, sebuah ruang digital tanpa batas bagi para kreator untuk dapat mengoptimalkan karya mereka di industri konten audio tanah air. Melalui kanal ini, semua konten kreator dari seluruh daerah di Indonesia dapat menghadirkan karya mereka, khususnya podcast, ke dalam aplikasi NOICE dan menjangkau audiens secara lebih luas melalui jaringan ekosistem perusahaan.
Rado menjelaskan bahwa Noicemaker Studio memungkinkan para konten kreator (Noicemaker) memasukkan konten podcast mereka ke aplikasi NOICE dengan mudah, serta memiliki akses langsung ke dasbor akun kreator NOICE untuk melihat performa karya mereka secara detail. Hal ini secara langsung akan memudahkan mereka untuk mendapatkan berbagai insight menarik yang tentunya akan mendorong kualitas karya mereka ke depan.”
Platform Noicemaker Studio dapat diakses oleh semua kreator tanpa terkecuali. Akan dilakukan screening berkala setiap minggunya untuk memonitor kualitas konten podcast. Selain itu, untuk melindungi sekaligus memastikan kualitas konten tetap terjaga, NOICE juga menghadirkan fitur report bagi pengguna untuk melaporkan jika ada konten yang dirasa vulgar atau tidak layak tayang.
Untuk mulai menggunakan platform ini, kreator dapat mengakses Noicemaker Studio melalui halaman website dan mendapatkan akses untuk menghadirkan konten mereka di NOICE dengan cara memasukkan tautan RSS podcast mereka ke halaman website tersebut. Selain para kreator baru, Noicemaker Studio juga dapat dimanfaatkan oleh para kreator terdaftar untuk melihat performa dari berbagai konten yang mereka hadirkan.
Co-founder & CBO NOICE Niken Sasmaya mengungkapkan “Noicemaker Studio merupakan langkah awal yang kami hadirkan untuk mengembangkan potensi konten kreator yang bergabung dan tumbuh di dalam ekosistem NOICE. Noicemaker Studio sendiri merupakan bagian dari Noicemaker Club Program (NCP), sebuah program terintegrasi yang dihadirkan NOICE untuk mendukung para konten kreator untuk tumbuh dan berkembang seiring dengan kesuksesan performa konten mereka.”
Program ini diharapkan bisa melampaui segala batasan bagi para kreator untuk memperkenalkan dan mempopulerkan karya mereka ke masyarakat secara luas. “Siapapun bisa jadi konten kreator dan podcaster. Dengan hampir 2 juta pendengar NOICE yang terus bertumbuh, kami yakin hal ini akan sangat membantu dalam mewujudkan komitmen NOICE untuk memajukan industri konten audio di tanah air, sejalan dengan posisi kami saat ini sebagai produsen IP (intellectual property) konten audio terbesar di Indonesia ,” ungkap Niken.
The audio content platform, Noice, announced strategic investment with undisclosed value from RANS Entertainment of Raffi Ahmad and Nagita Slavina. RANS will present original podcast content exclusively on the Noice platform as an early stage of its strategic partnership, .
On the general note, RANS Entertainment is an entertainment content company that houses various business lines, from RANS Music, RANS Sportainment, RANS FC, RANS Basket, RANS e-sports, and RANS Beauty. Currently, RANS Entertainment has more than 100 million followers and subscribers on various social media networks.
RANS has started to enter the startup ecosystem by forming RANS Ventures. Its first two portfolios are Upbanx and VCGamers.
Previously, Noice has secured a pre-series A funding round led by Alpha JWC Ventures and Go-Ventures with participation of Kinesys Group and Kenangan Kapital in 2021.
Meanwhile, Alpha JWC Ventures, Kenangan Kapital, and Kinesys Group have participated in Noice’s seed funding.
In the official statement, Noice’s CEO, Rado Ardian said that RANS’ position as a media powerhouse in Indonesia can enrich the content and open up opportunities for collaboration with talents under RANS Entertainment and RANS Music.
“This funding will be used to develop quality content for Indonesian people. With RANS as a strategic partner, the way to develop an audio content ecosystem in Indonesia through cross-platform content, both visual to audio and vice versa, will be more effective,” Rado said.
Through this partnership, Noice users can access RANS Entertainment’s new content exclusively. In addition, RANS Entertainment will use the Noice Live feature to interact directly with their fans. Noice Live is a social networking feature in audio format that allows real-time interaction between creators, listeners, musicians, fans, and experts.
RANS Entertainment’s Front-man, Raffi Ahmad added, “The business run by Noice is in line with RANS Entertainment’s vision and mission, to develop a digital content ecosystem and creative industry in the country. It makes us very interested to invest in Noice.”
Currently, Noice records around 20,000 podcast episodes with a total user time listening to content of more than one billion minutes. Noice has more than 1.5 million users and more than 300 content creators.
Hyperlocal strategy
Noice is committed to creating an ecosystem of quality audio content in Indonesia, by presenting the most complete multi-vertical audio, such as podcasts, audiobooks, radio, and live audio.
This strategy puts forward local aspects of Indonesian and regional languages with relevant topics in each region. He said, the podcast and non-music audio industry keeps growing, but the platform for providing quality non-music audio content is still very limited.
With a diversified line of business and a large fan base, Noice’s collaboration with RANS Entertainment can be the right strategy to dominate local podcast content. And this might not be Noice’s last exclusive collaboration with a similar company.
Moreover, over the last few years, Indonesian public figures and celebrities have started to form its own entertainment channels by utilizing social media networks, such as YouTube and Instagram. Their number of followers and subscribers is quite large. This trend is also in line with the increasing use of smartphones and the reduced intensity of Indonesian people watching television.
– Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian
Platform konten audio Noice mengumumkan pendanaan strategis dengan nominal yang dirahasiakan dari RANS Entertainment milik Raffi Ahmad dan Nagita Slavina. Sebagai tahap awal kemitraan strategisnya, RANS akan menghadirkan konten podcast original secara eksklusif di platform Noice.
Sebagai informasi, RANS Entertainment merupakan perusahaan konten hiburan yang menaungi berbagai lini bisnis, mulai dari RANS Music, RANS Sportainment, RANS FC, RANS Basket, RANS e-sports, dan RANS Beauty. Saat ini, RANS Entertainment memiliki lebih dari 100 juta follower dan subscriber di berbagai jejaring media sosial.
RANS juga mulai masuk ke ekosistem startup dengan menghadirkan RANS Ventures. Dua portofolio awalnya adalah Upbanx dan VCGamers.
Sebelumnya, Noice memperoleh putaran pendanaan pra-seri A yang dipimpin oleh Alpha JWC Ventures dan Go-Ventures, serta partisipasi dari Kinesys Group dan Kenangan Kapital di 2021.
Adapun, Alpha JWC Ventures, Kenangan Kapital, dan Kinesys Group telah berpartisipasi pada pendanaan awal Noice.
Dalam keterangan resminya, CEO Noice Rado Ardian mengungkap bahwa posisi RANS sebagai media powerhouse di Indonesia dapat memperkuat konten dan membuka peluang kolaborasi dengan talent-talent di bawah naungan RANS Entertainment dan RANS Music.
“Pendanaan ini akan digunakan untuk mengembangkan konten berkualitas bagi masyarakat di Indonesia. Dengan partner strategis seperti RANS, jalan untuk mengembangkan ekosistem konten audio di Indonesia melalui konten cross-platform, baik visual ke audio maupun sebaliknya, akan semakin terbuka,” tutur Rado.
Lewat kemitraan ini, pengguna Noice dapat mengakses berbagai konten baru RANS Entertainment secara eksklusif. Selain itu, RANS Entertainment akan menggunakan fitur Noice Live untuk berinteraksi langsung dengan para fans mereka. Noice Live adalah fitur social networking dalam format audio yang memungkinkan interaksi real-time antara kreator, pendengar, musisi, fans, hingga expert.
Chairman RANS Entertainment Raffi Ahmad menambahkan, “Apa yang dilakukan Noice sejalan dengan visi dan misi RANS Entertainment untuk mengembangkan ekosistem konten digital dan industri kreatif di Tanah Air. Hal-hal tersebut membuat kami sangat tertarik untuk berinvestasi di Noice.”
Saat ini, Noice menyebut telah memiliki lebih dari 20.000 episode podcast dengan total waktu pengguna mendengarkan konten lebih dari satu miliar menit. Noice punya lebih dari 1,5 juta pengguna dan lebih dari 300 konten kreator.
Strategi hyperlocal
Noice berkomitmen untuk menciptakan ekosistem konten audio berkualitas di Indonesia, dengan menghadirkan multi-vertikal audio terlengkap, seperti podcast, audiobook, radio, dan live audio.
Strategi ini mengedepankan aspek bahasa Indonesia dan daerah dengan topik-topik relevan di setiap wilayah. Menurutnya, industri podcast dan audio non-musik terus bertumbuh, namun platform penyedia konten audio non-musik yang berkualitas masih sangat terbatas.
Dengan diversifikasi lini bisnis dan basis penggemar yang besar, kolaborasi Noice dengan RANS Entertainment dapat menjadi strategi yang tepat untuk mendominasi konten podcast lokal. Dan bisa jadi ini bukan kolaborasi eksklusif terakhir Noice dengan perusahaan sejenis.
Apalagi, jika diperhatikan selama beberapa tahun terakhir, publik figur maupun selebritas Indonesia sudah mulai membentuk kanal hiburan sendiri dengan memanfaatkan jaringan media sosial, seperti YouTube dan Instagram. Jumlah follower dan subscriber mereka pun besar. Tren ini turut sejalan dengan meningkatnya penggunaan smartphone dan berkurangnya intensitas masyarakat Indonesia untuk menonton televisi.
To date, the entertainment app competition in Indonesia, either social media or streaming video/audio, is dominated by global players. The opportunity is there for local platforms, however, it requires differentiation and comply with the Indonesian people preferences to acquire new users.
This formula was successfully implemented by Vidio and Mola TV, which survived due to the strategy of broadcasting sports content exclusively, amidst the massive penetration of global video streaming platforms. According to research by Nielsen Sport in 2017, Indonesia (77%) ranks 2nd globally after Nigeria (83%) as a country with high interest in football.
That “exclusivity” formula doesn’t apply to audio streaming apps. There is no local platform dominates in this entertainment vertical. The opportunity has finally emerged since podcasts have mushroomed in Indonesia. DailySocial once reviewed how big the chances of local players to win in their own country through this voice-based content. Noice is one of which that is trying to pursue this position.
In an interview with DailySocial, Noice’ CEO Rado Ardian said, the podcast and non-music audio industry continues to grow, but the platform for providing quality non-music audio content is still very limited. As a result, Indonesia is still in a significant asymmetry position for support to digital-based entertainment content.
In Noice’s research, at least within 24 hours, Indonesians consume visual or on-screen content within 12 hours, then four hours off-screen which is an opportunity for audio platforms, and the remaining eight hours to rest.
Off-screen moments, or Noice calls them screenless moments, are moments where users listen to audio content, making it easy for those who are multitasking and productive in doing activities without looking at the screen, such as studying, driving, driving, or sports, but still want to enjoy entertainment content. quality.
This is validated by Noice’s annual achievements. Noice users increased by 144% in the last year or reached almost 1 million users. The average daily active listener spends more than 60 minutes on the Noice platform each day. In general note, users listen to the content at night before going to bed.
These users come from the age range of 18-34 years with various occupational backgrounds, including students, fresh graduates, employees, workers, and housewives. It is recorded that there are more than 100 original content has been produced by Noice’s creators, the number of which continues to grow. Comedy, horror, and hobbies are the favotite genres most people listen to.
“When the shows [we make] are getting more listeners, this is a validation of Indonesian people needs of screenless moment. We want to give a moment which the video content can’t provide,” Rado said.
Hyperlocal content
Noice always emphasizes on the hyperlocal strategy they bring as differentiation to similar players, also as part of the company’s hypothesis to be the home of audio content in Indonesia. Rado explained that this hyperlocal content prioritizes aspects of Indonesian and regional languages with relevant topics in each region.
In further translating this strategy, Noice has developed a lot of tools to increase growth in terms of supply and demand. In increasing supply, the company will collaborate more with local communities to find quality creators to work through Noice.
From Noice’s observation, there are many local creators with quality content, but in visual form. For this reason, an educational process is needed through various webinars, therefore, creators can create quality audio content. In fact, the process of creating audio content is not arbitrary as it plays an element of the brain’s imagination with a series of words.
“Because making audio content is different from visual ones because you have to play a theater of mind, you have to know how to capture it in audio format. Therefore, you don’t just convert from visual content to audio, because the target audience is different,” Noice’s Chief Business Officer, Niken Sasmaya added.
In the process of creating audio content, she said, is much simpler than visual because it does not need to include supporting images. The thing is to arrange the flow of discussion and speaking style, therefore, it can capture the listener’s imagination, and the tapping experience will be even more different.
Niken continued, the Noice team provides full support with studio facilities, production and marketing teams specifically for creators who want to create original and exclusive content on Noice. “There are producers and programmers who will help us think of the concept we want to make in accordance to the listener’s interest, then we look for suitable talents. It’s vice versa with the process [if any talent comes to Noice]. Thus, we’ll brainstorm with talent, what topics he likes to discuss.”
With the support of the Mahaka Group, which is Noice’s parent company, finding local talent will be easier because of its extensive network in the radio industry throughout Indonesia. Niken said Mahaka’s support in boosting Noice’s penetration was also intense, both in content partnerships and in collaboration with radio broadcasters.
“There are many famous radio influencers in Mahaka, we want to collaborate in these two worlds. We’re working on a plan regarding this.”
Apart from discovering and improving talent capabilities, Noice also creates a platform for more local creators can distribute their work via RSS feeds. Thus, Noice’s content supply is not only original and exclusive works.
Niken said, if there is a potential content in the future from this feature, it is possible that they will be invited to collaborate more deeply with Noice to become an exclusive partner.
Currently, there are some local creators have been recruited by Noice in its respective regions in the form of Original and Exclusive Noice, including Lambemu (Surabaya), Capila (Sulawesi), Balik Bandoeng (Bandung), and Stories of Hometown (Yogyakarta).
The presence of these local creators is able to boost the spread of Noice users. Although the majority are still in Jakarta (18.05%), there are also contributions from listeners in Surabaya (16.45%), Depok (8.24%), Makassar (5.29%), and Bandung (5.28). %).
Noice Live
Meanwhile, to increase the demand side, Noice has developed a lot of features with objective to increase two-way interaction between creators and their listeners. The feature to represent that objective is Noice Live which the company just launched and will be a big feature in Noice.
Noice Live is actually not much different from Clubhouse because it allows real-time interaction between creators and listeners. The topics raised were varied, ranging from small talk, comedy, music, business, and current issues.
However, Rado said there are several differentiations that make Noice Live unique with Indonesian nuances. It includes providing live comment for listeners in the room. This feature is created because Indonesians like to be directly involved with their favorite creators.
Listeners who have registered can simply open the Noice application and click on the room to listen to the content. In addition, verified creators who want to create content in the Noice Live room can also invite listeners to become speakers/guests in the room.
“We want to create a new experience to increase engagement between creators and listeners in a two-way manner. From the existing collaborations with creators, the engagement is quite good, many of the live sessions last long because listeners are happy with the content. This is a new color for us, in the future, Noice Live will be able to be used in other formats.”
Noice Live is more selective for creators who want to create rooms, it only allows those who have been verified. Therefore, it’s not simply anyone can open a room. This is to maintain the quality of the content presented by Noice.
“Not everyone wants to be a speaker, some people want to stay behind the scenes. That’s why we made the room only for selective creators. However, there is a possibility for it to be open to more people, such as public figures or celebrities, therefore, the content can be of higher quality and more engagement occurs.”
Another feature to complements Noice’s ambition as a home for audio content is an audiobook named NoiceBook. It is said that currently 70 audiobook titles have been published, the plan is to reach 150 titles by the end of this year.
Aiming for a sustainable company
Rado said, Noice’s various efforts described above are to show its ambition to set a benchmark in the industry on how to create quality audio content, considering that the audio content industry is relatively new in Indonesia. “We wanted to participate in the industry with a benchmark set to inspire other podcasters looking to create audio content.”
Apart from that, the company has also made a series of monetization plans in the future to become a sustainable company. Niken explained that in the common audio content industry, there are many ways of monetization, for example adlibs that generate revenue sharing between companies and creators, as is what the radio industry is currently doing.
The company is to use the strategy this year. The monetization plan Noice’s has been doing is currently for original content produced in collaboration with creators appointed as talents. There is value given to them.
The company has also created virtual gifts on Noice Live for users to give to their favorite creators and it can also be cashed out. YouTube has implement this strategy through Super Chat.
“In the future we will start to generate monetization plan outside of exclusive and original content, there will be several monetization features to develop. We want to make it possible for creators to make Noice their livelihood,” concluded Niken.
– Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian
Hingga hari ini peta persaingan aplikasi hiburan di Indonesia, baik itu media sosial ataupun streaming video/audio, didominasi pemain global. Kesempatan platform lokal sebenarnya masih ada, tapi butuh diferensiasi mencolok dan sesuai dengan kegemaran orang Indonesia agar dapat mengakuisisi pengguna baru.
Formula tersebut berhasil diterapkan Vidio dan Mola TV yang bertahan karena strateginya menayangkan konten olahraga secara eksklusif, di tengah gempuran platform streaming video global. Menurut penelitian Nielsen Sportdi 2017, Indonesia (77%) menduduki posisi ke-2 secara global setelah Nigeria (83%) sebagai negara yang memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap sepak bola.
Formula “eksklusivitas” itu tidak berlaku untuk aplikasi streaming audio. Tidak ada platform lokal yang mendominasi di vertikal hiburan ini. Kesempatan akhirnya mencuat sejak podcast menjamur di Indonesia. DailySocial pernah mengulas seberapa besar peluang pemain lokal untuk menjadi raja di negeri sendiri lewat konten berbasis suara ini. Noice adalah salah satu yang sedang berusaha mengejar posisi tersebut.
Dalam wawancara bersama DailySocial, CEO Noice Rado Ardian mengatakan, industri podcast dan audio non-musik terus bertumbuh, namun platform penyedia konten audio non-musik yang berkualitas masih sangat terbatas. Alhasil, Indonesia masih dalam posisi asimetri yang signifikan dalam dukungan konten hiburan berbasis digital.
Dalam riset Noice, setidaknya dalam 24 jam, orang Indonesia mengonsumsi konten visual dalam 12 jam atau disebut on-screen, kemudian empat jam off-screen yang menjadi peluang platform audio, dan sisanya delapan jam untuk waktu istirahat.
Momen off-screen, atau Noice menyebutnya dengan screenless moment, adalah momen di mana pengguna mendengarkan konten audio memberikan kemudahan bagi mereka yang sedang multitasking dan produktif berkegiatan tanpa melihat layar, seperti belajar, berkendara, menyetir, atau olahraga, namun tetap ingin menikmati konten hiburan berkualitas.
Validasi tersebut terbukti dengan pencapaian tahunan Noice. Pengguna Noice naik sebesar 144% dalam setahun terakhir atau mencapai hampir 1 juta pengguna. Pendengar aktif harian rata-rata menghabiskan lebih dari 60 menit di platform Noice setiap harinya. Umumnya pengguna mendengarkan konten pada malam hari sebelum tidur.
Para pengguna ini datang dari rentang usia 18-34 tahun dengan berbagai latar belakang pekerjaan, termasuk pelajar, fresh graduate, karyawan, pekerja, dan ibu rumah tangga. Terhitung ada lebih dari 100 konten original yang sudah diproduksi kreator Noice yang jumlahnya terus bertambah. Genre favorit yang banyak didengarkan adalah komedi, horor, dan hobi.
“Ketika show yang [kami buat ternyata yang] mendengarkan semakin banyak, ini menjadi validasi bahwa orang Indonesia butuh screenless moment. Kita mau berikan momen yang tidak diberikan oleh video,” kata Rado.
Konten hyperlocal
Diferensiasi yang selalu ditekankan Noice dibandingkan pemain sejenis adalah strategi hyperlocal sebagai bagian dari hipotesis perusahaan yang ingin menjadi rumah konten audio di Indonesia. Rado menjelaskan konten hyperlocal ini sangat mengedepankan aspek bahasa Indonesia dan bahasa daerah dengan topik-topik yang relevan di tiap wilayah.
Dalam menerjemahkan lebih jauh strategi ini, Noice banyak melakukan pengembangan tools demi meningkatkan pertumbuhan dari sisi suplai dan demand. Dalam meningkatkan suplai, perusahaan bakal banyak melakukan kolaborasi dengan komunitas lokal untuk menemukan bibit kreator berkualitas dapat berkarya melalui Noice.
Dari pantauan Noice, ada banyak kreator lokal dengan konten berkualitas, namun dalam bentuk visual. Untuk itu, diperlukan proses edukasi melalui berbagai webinar agar para kreator dapat membuat konten audio yang berkualitas. Pasalnya, proses membuat konten audio tidak sembarangan karena memainkan unsur imajinasi otak dengan rangkaian kata-kata.
“Sebab membuat konten audio ini berbeda dengan visual karena harus memainkan theater of mind, harus tahu bagaimana meng-capture-nya dalam format audio. Jadi tidak asal convert dari konten visual ke audio, sebab target pendengarnya berbeda,” tambah Chief Business Officer Noice Niken Sasmaya.
Dalam proses pembuatan konten audio, menurutnya, jauh lebih simpel daripada visual karena tidak perlu memasukkan gambar pendukung. Yang dibutuhkan adalah menyusun alur pembahasan dan gaya bicara agar dapat menangkap imajinasi pendengar, sehingga pengalamannya saat tapping pun jauh lebih berbeda.
Niken melanjutkan, tim Noice memberikan dukungan penuh dengan fasilitas studio, tim produksi dan marketing khusus untuk kreator yang ingin membuat konten original dan eksklusif di Noice. “Ada produser dan programmer yang akan bantu memikirkan konsep yang ingin kita buat sesuai minat pendengar, dari situ kita cari talent yang sesuai. Vice versa juga prosesnya [kalau ada talent yang datang ke Noice]. Jadi kita ada brainstorming dengan talent, topik apa yang suka dia bahas.”
Dibantu Grup Mahaka, yang merupakan induk Noice, pencarian talenta lokal akan lebih mudah karena jaringannya di industri radio yang sudah luas di seluruh Indonesia. Niken menuturkan, dukungan Mahaka dalam mendongkrak penetrasi Noice juga gencar, baik dalam content partnership maupun bekerja sama dengan para penyiar radionya.
“Di Mahaka ada banyak radio influencer yang terkenal, kita mau kolaborasikan dua dunia ini. Sedang kita godok rencananya terkait ini.”
Selain menemukan dan meningkatkan kapabilitas talenta, Noice juga membuka wadah agar semakin banyak kreator lokal yang dapat mendistribusikan karyanya lewat feed RSS. Dengan demikian, suplai konten di Noice tidak hanya karya original dan eksklusif saja.
Menurut Niken, apabila ada konten yang berpotensi tumbuh bagus ke depannya dari fitur ini, tidak menutup kemungkinan mereka bakal diajak kerja sama lebih dalam dengan Noice untuk menjadi mitra eksklusif.
Saat ini terdapat sejumlah kreator lokal yang telah direkrut Noice di daerahnya masing-masing dalam bentuk Noice Original maupun Exclusive, di antaranya Lambemu (Surabaya), Capila (Sulawesi), Balik Bandoeng (Bandung), dan Cerita Kampung Halaman (Yogyakarta).
Kehadiran kreator lokal ini mampu mendongkrak persebaran pengguna Noice. Meski mayoritas masih di Jakarta (18,05%), namun terdapat kontribusi yang menarik dari pendengar di Surabaya (16,45%), Depok (8,24%), Makassar (5,29%), dan Bandung (5,28%).
Noice Live
Sementara untuk meningkatkan sisi demand, Noice banyak melakukan pengembangan fitur yang memiliki objektif dapat meningkatkan interaksi dua arah antara kreator dengan para pendengarnya. Fitur yang sejauh ini mewakili objektif tersebut adalah Noice Live yang baru diluncurkan perusahaan dan akan menjadi fitur besar di Noice.
Noice Live sebenarnya tidak jauh berbeda dengan Clubhouse karena memungkinkan para kreator dapat berinteraksi dengan pendengarnya secara real-time. Topik yang diangkat pun beragam, mulai dari obrolan ringan, komedi, musik, seputar bisnis, hingga isu terkini.
Kendati begitu, menurut Rado, ada beberapa diferensiasi yang membuat Noice Live khas dengan nuansa Indonesia. Yakni, memungkinkan pendengar untuk langsung memberikan komentarnya di dalam room secara live. Fitur ini hadir karena orang Indonesia senang dilibatkan secara langsung dengan kreator favoritnya.
Pendengar yang telah teregistrasi akun cukup membuka aplikasi Noice dan mengklik room yang ingin didengarkan kontennya. Selain itu, para kreator yang sudah terverifikasi yang ingin membuat konten di room Noice Live juga bisa mengundang pendengar untuk menjadi pembicara/guest dalam room tersebut.
“Kami ingin buat pengalaman baru dalam meningkatkan engagement antara kreator dengan pendengarnya secara dua arah. Dari kolaborasi yang sudah kita lakukan dengan kreator, engagement-nya bagus, live session-nya banyak yang stay sampai akhir karena pendengar senang dengan kontennya. Ini jadi warna baru bagi kami, ke depannya Noice Live akan bisa dipakai dalam format lain.”
Noice Live lebih selektif dalam membuka kesempatan bagi kreator yang ingin membuat room, hanya mereka yang sudah terverifikasi saja. Jadi tidak sembarang orang dapat membuka room. Hal tersebut untuk menjaga kualitas konten yang disajikan Noice.
“Tidak semua orang mau jadi speaker, ada yang ingin di belakang layar saja. Makanya kita buat room itu hanya untuk selective creator. Tapi ada kemungkinan bakal kita buka ke lebih banyak orang, seperti publik figure atau selebgram, sehingga konten bisa lebih berkualitas dan lebih banyak engagement terjadi.”
Fitur lainnya yang turut melengkapi ambisi Noice sebagai rumah konten audio adalah audiobook, dinamai NoiceBook. Disebutkan saat ini 70 titel audiobook yang telah dipublikasi, rencananya sampai akhir tahun ini ditargetkan dapat mencapai 150 titel.
Menjadi perusahaan berkelanjutan
Rado menuturkan berbagai upaya Noice yang telah dijelaskan di atas untuk memperlihatkan bahwa pihaknya ingin membuat benchmark di industri bagaimana membuat konten audio yang berkualitas, mengingat industri konten audio itu terbilang masih baru di Indonesia. “Kami ingin berpartisipasi di industri dengan set benchmark agar bisa menginspirasi podcaster lain yang ingin membuat konten audio.”
Di luar itu, perusahaan juga sudah membuat sejumlah rencana monetisasi yang akan dilakukan Noice ke depannya agar menjadi perusahaan yang berkelanjutan. Niken menerangkan secara umum di industri konten audio ada banyak cara monetisasi, contohnya iklan adlibs yang membuka revenue sharing antara perusahaan dengan kreator, seperti yang dilakukan industri radio saat ini.
Cara tersebut akan dilakukan perusahaan pada tahun ini. Adapun strategi monetisasi yang sudah dilakukan Noice baru untuk konten original yang diproduksi bekerja sama dengan kreator yang diangkat sebagai talenta. Ada value yang diberikan untuk mereka.
Perusahaan juga sudah membuat virtual gift di Noice Live yang diberikan pengguna kepada kreator favoritnya dan dapat diuangkan. Hal tersebut sudah dilakukan YouTube melalui Super Chat.
“Ke depannya kami akan mulai buka monetisasi di luar konten eksklusif dan original, akan ada beberapa fitur monetisasi yang akan kita coba. Kami ingin membuat kreator itu bisa menjadikan Noice sebagai mata pencaharian mereka,” tutup Niken.
Platform audio on-demand Noice resmi menutup putaran pendanaan pra-seri A yang dipimpin Alpha JWC Ventures dan Go-Ventures dengan nominal yang dirahasiakan. Beberapa investor lainnya kembali berpartisipasi pada putaran ini, yakni Kinesys Group dan Kenangan Kapital.
Sebelumnya, baik Alpha JWC Ventures, Kenangan Kapital, dan Kinesys Group sudah lebih dulu berpartisipasi pada pendanaan tahap awal Noice yang diumumkan Maret lalu.
Disampaikan dalam siaran persnya, Partner Alpha JWC Ventures Eko Kurniadi mengatakan berkomitmen mendukung pertumbuhan bisnis Noice ke depan. Menurutnya, platform Noice telah menunjukkan perkembangan signifikan berkat konsep all-in-one yang diusung, strategi hyperlocal, serta ekspansi tim dan komunitasnya.
“Visi Noice untuk menciptakan ekosistem konten audio menjadi alasan kuat yang meyakinkan kami terhadap potensi Noice sebagai yang terbaik di ranah lokal. Apa yang ditawarkan Noice ke depan sangat menarik dan ini akan membawa perubahan besar bagi industri konten di Indonesia,” ujarnya.
Sementara bagi SVP of Investments Go Ventures Aditya Kumar, kenaikan konsumsi konten digital di Indonesia menunjukkan adanya kesenjangan cukup signifikan dari segmen konten audio. “Kebutuhan konten hiburan berkualitas meningkt karena semakin banyak kegiatan kerja dan belajar yang dilakukan dari rumah. Noice hadir untuk memenuhi kebutuhan tersebut,” tuturnya.
Noice berdiri di bawah naungan PT Mahaka Radio Digital pada 2018 yang merupakan perusahaan patungan milik PT Mahaka Radio Integra Tbk (IDX: MARI) dan PT Quatro Kreasi Indonesia. Adapun Quatro adalah hasil konsorsium perusahaan rekaman di Indonesia, antara lain Musica, Aquarius, My Music, dan Trinity.
Gencar kembangkan produk dan tim
Putaran pendanaan ini cukup menjelaskan langkah agresif yang diambil Noice sejak awal 2021 untuk merealisasikan targetnya sebagai platform konten audio lokal terbaik di Indonesia. Pihaknya berupaya memperkuat tiga aspek lewat pendanaan baru ini, yaitu produk, program, dan ekspansi.
“Kami terus mengembangkan teknologi, konten original dan menambah jumlah tim kami dari berbagai latar belakang terbaik. Kami juga tengah menggabungkan fitur-fitur baru untuk memperluas distribusi konten, membangun sistem untuk kreator, monetisasi, serta meningkatkan interaksi antara kreator dan pendengar di aplikasi NOICE,” papar CEO Rado Ardian.
Dalam artikel sebelumnya, Noice mulai menambah jumlah timnya, terutama untuk memperkuat divisi teknologi. Perusahaan juga menunjuk dua pimpinan baru, yakni Rado Ardian sebagai Chief Executive Officer dan Niken Sasmaya sebagai Chief Business Officer. Keduanya sama-sama veteran dari raksasa teknologi Google dengan berbagai pengalaman kerja di kawasan Asia Pasifik.
Per kuartal ketiga 2021, Noice telah mengantongi sebesar lebih dari 1 miliar menit konten yang telah diputar oleh pengguna. Jumlah penggunanya juga meningkat 144% dalam satu tahun terakhir dengan 800 ribu registered listener. Dari sisi konten, Noice telah memiliki lebih dari 3.100 episode podcast, dan 200 katalog podcast, baik konten orisinal maupun eksklusif. Noice juga telah bekerja sama dengan lebih dari 100 podcaster.
Salah satunya adalah Noice Live, fitur pelengkap pada konten podcast, audiobook, dan radio streaming. Rado berujar, Noice Live akan menawarkan pengalaman social networking yang berbeda dalam format audio, di mana akan ada interaksi real-time antara para kreator, pendengar, musisi, fans, dan bahkan para ahli.
Sementara Niken menambahkan, pihaknya berupaya mengakomodasi kebutuhan konten pengguna yang berada di luar Jakarta. Dengan strategi hyperlocal, Noice akan menggandeng berbagai macam kreator lokal yang menciptakan konten yang relevan sesuai daerahnya masing-masing. “Visi kami adalah menciptakan ekosistem kreator konten audio sehingga kreator dapat berkembang dan terhubung dengan para pendengarnya.”
Berdasarkan data Spotify, Indonesia mendominasi konsumsi podcast terbanyak se-Asia Tenggara pada 2020. Sebanyak 20% dari total pengguna Spotify di Indonesia mendengarkan podcast setiap bulan, dan jumlah tersebut lebih tinggi dari persentase rata-rata global.