Rumor dan bocorannya sempat berseliweran di internet beberapa waktu lalu, tablet Nokia T20 akhirnya resmi diperkenalkan oleh HMD Global. Perangkat ini sekaligus menandai debut perdana HMD di kategori selain smartphone. Meski begitu, T20 bukanlah tablet pertama yang mengusung nama Nokia.
Kenapa tablet dan kenapa baru sekarang? Berdasarkan penjelasan Adam Ferguson, Global Head of Product Marketing HMD, dalam acara virtual yang saya ikuti pekan lalu, perubahan tren pasar menjadi motivasi utama mereka untuk ikut terjun ke segmen tablet.
Mengutip data yang dilaporkan oleh IDC, Adam menjelaskan bahwa untuk pertama kalinya sejak tahun 2014, pertumbuhan di pasar tablet akhirnya mengalami kenaikan pada tahun kemarin. Seperti yang sudah kita alami sendiri, tren bekerja dari rumah dan sekolah online memang memaksa sebagian besar dari kita untuk membeli laptop atau tablet baru demi kelancaran aktivitas sehari-hari.
Nokia T20 hadir membawa spesifikasi ala tablet kelas entry-level. Ia ditenagai chipset octa-core Unisoc T610 dengan pilihan RAM berkapasitas 3 GB atau 4 GB. HMD menawarkan dua opsi penyimpanan internal: 32 GB atau 64 GB, dan kedua varian sama-sama mendukung ekspansi storage via kartu microSD dengan kapasitas maksimum 512 GB.
T20 mempunyai layar 10,4 inci dengan resolusi 2000 x 1200. Tingkat kecerahan maksimum layarnya mencapai angka 400 nit, dan panelnya juga sudah mengantongi sertifikasi low blue light dari SGS demi menjaga kenyamanan mata penggunanya. HMD tak lupa membekali T20 dengan kamera depan 5 megapiksel dan kamera belakang 8 megapiksel.
Untuk mengakomodasi kebutuhan pengguna selama pandemi, T20 datang mengusung mikrofon ganda dengan AI noise reduction dan speaker stereo berteknologi OZO Playback Panorama untuk memastikan pengguna bisa terdengar dan mendengar secara jelas. Colokan headphone tetap tersedia sehingga pengguna tak harus menggunakan Bluetooth jika perlu.
Satu hal yang sangat dibanggakan oleh HMD adalah perihal kapasitas baterai. Di kelas ini, mereka percaya kapasitas 8.200 mAh milik T20 adalah yang terbesar. Sebagai perbandingan, Samsung Galaxy Tab A7 Lite yang juga duduk di kelas entry-level memiliki baterai 5.100 mAh.
Dalam posisi baterainya terisi penuh, T20 dapat digunakan untuk browsing selama 15 jam, streaming video selama 10 jam, atau conference call selama 7 jam. Selain besar, baterai milik T20 juga mendukung fast charging 15 W via USB-C.
Seperti yang sudah menjadi strategi HMD selama ini, Nokia T20 tak hanya menyasar kalangan konsumen rumahan saja, melainkan juga kalangan enterprise. Menurut HMD, Nokia T20 merupakan tablet pertama yang mengusung sertifikasi Android Enterprise Recommended dari Google.
Tipikal HMD, Nokia T20 juga dipastikan bakal menerima pembaruan sistem operasi selama dua tahun, serta security update secara rutin setiap bulannya selama tiga tahun. OS yang digunakan sendiri adalah Android 11, dan HMD tidak lupa menyematkan integrasi Google Kids Space demi mengakomodasi kebutuhan pengguna anak-anak.
Secara fisik, Nokia T20 mengadopsi desain minimalis khas Skandinavia. Struktur bodinya terbuat dari bahan aluminium, dengan bobot di kisaran 465 gram. Perangkat diklaim tahan debu dan tetesan air dengan sertifikasi IP52.
Rencananya, Nokia T20 akan dijual dengan banderol mulai 199 euro (± 3,3 jutaan rupiah), tapi sejauh ini masih belum ada informasi mengenai harga dan ketersediaannya di pasar tanah air. Untuk aksesorinya, HMD bakal menawarkan dua macam rugged case (satu biasa, satu dengan flip cover/stand), serta TWS Nokia Micro Earbuds Pro.
Jika Anda berfikir bahwa Nokia sudah habis, Anda salah. Karena di tengah hiruk pikuk persaingan industri ponsel pintar di pasar global, HMD Global kembali meluncurkan smartphone Nokia yang mengusung konsep lebih berani.
HMD Global memperkenalkan smartphone baru untuk pasar tanah air, yakni Nokia G20. Kalau Anda melihat poninya dan menebak ponsel ini ditujukan untuk segmen entry-level, maka tebakan Anda tepat. Ponsel ini dihargai Rp2.499.000.
Spesifikasinya mencakup chipset MediaTek Helio G35, RAM 4 GB, penyimpanan internal sebesar 64 GB (plus slot kartu microSD), dan baterai berkapasitas 5.050 mAh. Layarnya menggunakan panel IPS 6,52 inci dengan resolusi 1600 x 720 pixel. Sensor sidik jarinya diposisikan di samping, dan ponsel ini sudah dibekali NFC. Semua itu dikemas dalam bodi setebal 9,2 mm dan seberat 197 gram.
Beralih ke kamera, Nokia G20 mengusung kamera depan 8 megapixel dan empat kamera belakang dengan konfigurasi sebagai berikut: kamera utama 48 megapixel f/1.79, kamera ultra-wide 5 megapixel, kamera macro 2 megapixel, dan kamera depth 2 megapixel. Fitur-fitur pendukung seperti Night Mode dan OZO Audio untuk merekam audio dengan efek surround juga tersedia.
Kalau melihat spesifikasinya, sebagian konsumen mungkin bakal merasa ponsel ini terlalu mahal. Namun seperti biasa, HMD percaya spesifikasi belum menceritakan semuanya. Komitmen mereka untuk menjunjung tinggi aspek privasi dan keamanan data juga menjadi salah satu faktor krusial. Anda bisa baca penjelasan dari perwakilan HMD di artikel ini.
Juga sudah menjadi ciri khas Nokia adalah janji pembaruan sistem operasi sampai dua tahun dan security update rutin setiap bulan selama tiga tahun. Secara default, Nokia G20 masih menjalankan Android 11, tapi HMD memastikan bahwa update ke Android 12 dan selanjutnya bakal tersedia.
Salah satu hal yang paling dibanggakan HMD dari Nokia G20 adalah daya tahan baterainya, yang diklaim bisa mencapai 3 hari pemakaian. Tentunya ini sangat bergantung terhadap skenario penggunaan masing-masing, tapi kalau melihat perpaduan chipset, resolusi layar, dan kapasitas baterainya, semestinya klaim ini cukup bisa dipertanggungjawabkan.
Bagi yang berminat, Nokia G20 saat ini sudah dijual secara online di Nokia.com, Tokopedia dan Eraspace dengan harga Rp2.499.000 dan pilihan warna Night atau Glacier. Untuk 100 pembeli pertama, ada bonus speaker Google Nest Mini.
Dulu ponsel Nokia dikenal dengan ketangguhannya dan HMD Global atau perusahaan di balik Nokia itu juga memanfaatkan dengan baik kekuatan tersebut dalam produk buatannya. Perangkat terbarunya, HMD Global telah mengumumkan smartphone 5G tangguh Nokia XR20 dan dijanjikan akan mendapatkan pembaruan selama empat tahun.
Perangkat ini memiliki bodi yang kokoh dengan sertifikasi MIL-STD810H dan dapat menahan saat jatuh dari ketinggian hingga 1,8 meter dan mengantongi sertifikasi IP68 untuk ketahanan terhadap air dan debu. Bagian depannya juga sudah diproteksi oleh Gorilla Glass Victus.
Beralih ke aspek layar, Nokia XR20 mengemas panel IPS berukuran 6,67 inci dengan resolusi FHD+ dan memiliki tingkat kecerahan 550 nits dengan keterbacaan cukup baik di bawah sinar matahari. Layarnya juga dapat berfungsi dengan jari atau sarung tangan yang basah.
Selain itu, Nokia XR20 memiliki speaker stereo 96dB dengan teknologi OZO. Sensor sidik jarinya terletak di sisi kanan pada tombol power dan di sisi atas terdapat tombol khusus yang fungsinya dapat disesuaikan oleh pengguna.
Pada bagian dalam, HMD Global mengandalkan Qualcomm Snapdragon 480, chipset Snapdragon 400 series pertama yang punya modem 5G. SoC 8nm ini dipersenjatai CPU octa-core Kryo 460 yang terdiri dari 2x 2.0 GHz berbasis Cortex-A76 dan 6x 1.8 GHz Cortex-A55, serta GPU Adreno 619. Berpadu RAM 6GB dan penyimpanan 128GB yang dapat diperluas melalui microSD.
Kemudian pada bagian belakang, tersemat dua unit kamera dengan kamera utama 48MP f/1.8 dengan sensor berukuran 1/2.25 inci. Sementara, kamera sekunder 13MP f/2.0 dilengkapi lensa ultrawide dan ditemani dual LED flash. Lalu, di bagian depan terdapat kamera selfie 8MP f/2.0.
Sistem operasi yang dijalankan oleh Nokia XR20 sudah Android 11 dan dipastikan akan mendapatkan pembaruan keamanan bulanan empat tahun, serta tiga tahun pembaruan OS utama. Kapasitas baterainya 4.630 mAh yang diklaim dapat bertahan selama dua hari dalam sekali pengisian ulang dan didukung fast charging 18W atau 15W untuk wireless charging.
Nokia XR20 akan hadir dalam warna Ultra Blue dan Granite Grey dengan harga US$550 atau sekitar Rp7,9 jutaan. Selain Nokia XR2O, HMD Global juga merilis smartphone entry-level Nokia C30 yang dibanderol €99 (Rp1,6 jutaan) dan ponsel klasik Nokia 6310 seharga €40 (Rp600 ribuan).
Dalam kurun waktu hanya sekitar empat tahun, HMD Global telah berevolusi menjadi sebuah startup unicorn yang mewakili Nokia di segmen consumer, sekaligus melebarkan bisnisnya ke segmen enterprise. Belum lama ini, perusahaan asal Finlandia tersebut menjabarkan sejumlah rencananya untuk semakin memperkuat posisinya di pasar enterprise.
Yang pertama adalah kerja sama strategis yang dijalin bersama Nokia, di mana HMD kini memanfaatkan infrastruktur Nokia WING (Worldwide IoT Network Grid) sebagai fondasi teknologi atas solusi konektivitas enterprise yang ditawarkannya. Dijelaskan bahwa Nokia WING memungkinkan HMD untuk melayani konsumen enterprise-nya dengan manajemen dan konektivitas IoT dalam skala global yang kompatibel dengan semua jaringan dan kasus penggunaan.
Salah satu solusi enterprise yang dimaksud adalah HMD Connect Pro, yang memungkinkan perusahaan pelanggan untuk mengelola hingga puluhan ribu perangkat yang terhubung melalui suatu portal manajemen yang mudah digunakan. Lewat integrasi ini, perusahaan bakal mendapat visibilitas real-time ke status perangkat dan aset IoT, mengelola siklus aktif kartu SIM, dan memastikan semuanya aman setiap saat.
Dalam presentasinya, Janne Lehtosalo selaku VP Services HMD Global menjelaskan bahwa kemudahan penggunaan selama ini memang menjadi salah satu nilai plus HMD Connect Pro bagi para pelanggannya. Keterlibatan infrastruktur Nokia WING sekarang pada dasarnya bakal menjadi jaminan masa depan bagi pelanggan seiring skala perusahaan masing-masing terus bertambah besar.
Langkah yang kedua adalah kolaborasi strategis dengan firma konsultasi global CGI, sehingga HMD dapat menawarkan layanan HMD Connect Pro, HMD Enable Pro, maupun perangkat smartphone sebagai bagian dari portofolio layanan end-to-end CGI kepada deretan kliennya. CGI sendiri menawarkan insight mendalam kepada kliennya mengenai integrasi dan pemberdayaan sistem, lengkap dengan analisis data dan infrastruktur cloud.
Dari sisi sebaliknya, kemitraan ini juga akan mengintegrasikan penawaran-penawaran CGI ke portofolio produk enterprise HMD Global. Ini penting mengingat pelanggan enterprise HMD bukan cuma perusahaan besar seperti Intech Medical atau Blue Bird saja, melainkan juga mencakup startup lokal seperti Saebo Technology.
Dari sisi hardware, HMD menjelaskan bahwa pelanggan enterprise-nya memilih smartphone Nokia bukan semata karena faktor keamanan dan privasi yang menjadi prioritas, tetapi juga karena fasilitas-fasilitas ekstra seperti misalnya asuransi terhadap perangkat maupun masa garansi yang lebih panjang dari biasanya, sehingga pada akhirnya lifecycle perangkat pun bisa diperpanjang.
Jauh sebelum iPhone dan smartphone Android eksis, toko ponsel sudah banyak bertebaran di kota-kota di Indonesia. Bagi yang pernah merasakan mampir ke toko ponsel di awal-awal tahun 2000-an, Anda pasti ingat bagaimana Nokia begitu mendominasi, dengan seabrek model dari yang harganya relatif terjangkau sampai yang hanya bisa dibeli oleh kaum 1%.
Kondisinya sekarang tentu sudah berubah drastis. Nokia bukan lagi merek yang paling diincar oleh konsumen, dan tidak semua toko smartphone menjual produk-produk bikinan perusahaan asal Finlandia tersebut. Pihak yang tadinya sangat dominan kini harus bersaing ketat dengan sederet produsen lain dalam pasar yang demikian progresif.
Tugas berat inilah yang diemban oleh HMD Global, perusahaan asal Finlandia yang sejak Desember 2016 memegang lisensi eksklusif atas brand ponsel Nokia. Baru-baru ini, saya berkesempatan berbincang-bincang dengan Karel Holub, General Manager HMD Global untuk kawasan Indonesia, mengenai perkembangan terkini brand Nokia di pasar smartphone tanah air.
Saya membuka pembicaraan dengan menanyakan mengenai Nokia 5.4, smartphone terbaru yang HMD luncurkan pada bulan Maret lalu. Dibandingkan sejumlah smartphone lain yang dijual di kisaran harga tiga jutaan rupiah, spesifikasi Nokia 5.4 memang bukan yang terbaik. Pada kenyataannya, saya tidak akan heran apabila sebagian dari Anda menganggap harganya kemahalan usai meninjau spesifikasinya secara menyeluruh.
Lalu kenapa bisa begitu? Apa alasan HMD mematok harga yang lebih tinggi dibanding kompetitornya? Terkait hal ini, Karel punya beberapa jawaban. Yang pertama adalah perihal build quality, di mana HMD pada dasarnya ingin meneruskan legasi ponsel Nokia yang dikenal tahan banting.
Kedua, HMD tidak lupa mengedepankan aspek longevity. Hampir semua smartphone Nokia, termasuk halnya Nokia 5.4, dipastikan bakal menerima update sistem operasi sampai dua tahun setelah peluncurannya, yang berarti perangkat bakal punya kesempatan untuk menjalankan hingga dua versi Android berikutnya. Tidak kalah penting adalah janji HMD untuk menghadirkan security update secara rutin setiap bulannya sampai tiga tahun.
Keamanan data dan umur panjang perangkat jadi prioritas
Bicara soal keamanan, Karel lanjut menjelaskan mengenai General Data Protection Regulation, atau biasa disingkat GDPR. Ini merupakan kebijakan privasi data baru yang ditetapkan di kawasan Uni Eropa sejak tahun 2018, yang dipercaya mampu memberikan proteksi yang lebih akuntabel terhadap data konsumen.
Lalu bagaimana ceritanya ponsel Nokia yang dijual di Indonesia bisa ter-cover oleh kebijakan yang dimaksudkan untuk negara-negara Eropa tersebut? Jawabannya adalah karena HMD telah bekerja sama dengan Google untuk membangun data center Google Cloud di Finlandia, sehingga data-data yang disimpan ke cloud oleh smartphone Nokia dipastikan bakal mendekam di Finlandia, yang pada akhirnya berada di bawah perlindungan GDPR.
Ini berbeda dari biasanya, di mana konsumen umumnya tidak punya kontrol atas lokasi data center yang Google pakai untuk menyimpan data. “Nokia adalah satu-satunya brand yang dapat menjamin bahwa data Anda tidak akan dijual ke pengiklan demi memperoleh pemasukan yang tinggi, dan Anda juga tidak akan ditarget berdasarkan pola penggunaan Anda,” jelas Karel mengenai signifikansi GDPR buat para pengguna smartphone Nokia.
Yang jadi pertanyaan berikutnya adalah, apakah alasan-alasan ini pada akhirnya dapat menjustifikasi harga smartphone Nokia yang lebih mahal ketimbang penawaran kompetitor? Karel percaya demikian, sebab spesifikasi bukanlah segalanya. Karel juga sempat menyinggung soal studi yang dilakukan Hootsuite tahun lalu, yang menunjukkan bahwa 56% konsumen sebenarnya peduli terhadap topik privasi.
Menurut Karel, ia sebenarnya cukup sering mendengar komentar bahwa produk-produk Nokia terlalu mahal, dan konsumen sebenarnya bisa membeli ponsel lain dengan spesifikasi yang serupa di harga yang lebih murah. Namun di mata Karel, jika konsumen memutuskan untuk membeli ponsel tersebut, maka mereka pada dasarnya hanya akan mendapat satu versi Android saja, serta proteksi data yang ala kadarnya.
Seperti yang kita tahu, perkara update sistem operasi ini memang sudah menjadi problem umum yang dijumpai oleh pengguna smartphone Android. Tidak jarang, smartphone di kelas menengah ke bawah hanya akan menerima update selama beberapa bulan saja pasca pembelian. Lalu ketika Google merilis Android versi baru di tahun berikutnya, update dari masing-masing pabrikan datang sangat terlambat, atau bahkan tidak datang sama sekali.
HMD paham betul bahwa kepercayaan konsumen merupakan nilai utama yang selalu dipegang oleh Nokia sejak lama, dan itulah yang ingin terus mereka pertahankan sekarang dan ke depannya. Pun begitu, kita memang tidak boleh lupa dengan yang namanya user error, dan bagaimana data konsumen sebenarnya bisa dicuri akibat kesalahan sendiri. Namun apabila konsumen bisa menjaganya dengan baik, maka HMD juga akan memastikan perlindungan yang maksimal terhadap data-data mereka.
Terlepas dari semua itu, Karel tidak menepis fakta bahwa spesifikasi perangkat tetap merupakan parameter yang krusial. Menurutnya, spesifikasi yang mumpuni juga punya peran dalam memperpanjang umur perangkat. Tanpa spesifikasi yang baik, perangkat mungkin bakal kesulitan mempertahankan relevansinya dalam jangka panjang, dan pada akhirnya rentetan update sistem operasi yang dijanjikan tadi pun bakal terkesan sia-sia.
Strategi ala enterprise untuk segmen consumer
Menariknya, pembicaraan panjang lebar soal keamanan data dan umur panjang perangkat ini sebenarnya mengacu pada smartphone yang duduk di kelas menengah ke bawah. Kalau yang dibahas adalah smartphone high-end, maka komitmen perusahaan terkait keamanan dan longevity seperti itu mungkin bakal terdengar wajar. Itulah mengapa Karel sangat bangga dengan fakta bahwa Nokia adalah satu-satunya brand yang berani menawarkan proposisi tersebut di harga tiga jutaan rupiah ke bawah.
Menurut Karel, tidak jarang pabrikan lain hanya menekankan perkara proteksi data dan update yang berkelanjutan pada produk-produk yang duduk di kelas high-end saja, sehingga pada akhirnya tidak bisa menjangkau mayoritas konsumennya.
Cara berjualan yang diterapkan HMD ini sebenarnya sangat cocok untuk segmen enterprise. Karel sadar betul akan hal itu, dan ia juga dengan percaya diri mengklaim bahwa Nokia punya penawaran terbaik untuk kalangan enterprise di Indonesia sejauh ini. Antusiasme tersebut bukan tanpa bukti; salah satu klien enterprise terbesar HMD untuk pasar Indonesia saat ini adalah Blue Bird.
Yang mungkin masih belum terbukti adalah seberapa efektif strategi tersebut di pasar consumer smartphone secara luas. Saya pribadi bisa membayangkan betapa sulitnya mempromosikan soal privasi dan perlindungan data ke konsumen Indonesia di saat negaranya sendiri malah terkesan kurang peduli terhadap keamanan data rakyatnya. Semoga saja dengan adanya kasus tersebut, publik bisa semakin melek terhadap topik privasi dan keamanan data.
5G dan komitmen HMD ke depannya
Sesi wawancara singkat dengan seorang petinggi perusahaan smartphone tentu tidak akan lengkap tanpa perbincangan seputar 5G. Meski memang masih jauh dari kata mainstream, teknologi jaringan generasi kelima itu pada akhirnya sudah tersedia secara resmi di Indonesia, dan ini sudah pasti menjadi menjadi lampu hijau bagi produsen untuk menghadirkan smartphone 5G di pasar tanah air.
HMD pun juga demikian. Saat ini sebenarnya sudah ada beberapa smartphone 5G dari Nokia, seperti misalnya Nokia 8.3 5G, Nokia X10, maupun Nokia X20, tapi belum ada satu pun yang masuk ke Indonesia secara resmi. Seandainya komersialisasi 5G di Indonesia sudah dimulai sejak tahun lalu, kita mungkin sudah bisa membeli Nokia 8.3 5G secara resmi. Sayang kenyataannya tidak demikian.
Meski begitu, Karel menjelaskan bahwa HMD sudah punya rencana untuk mendatangkan smartphone 5G ke Indonesia secepat mungkin. Kemungkinan adalah Nokia X Series tadi, yang spesifikasinya mencakup chipset Snapdragon 480, salah satu chipset yang paling banyak dibicarakan belakangan ini berkat performa dan efisiensinya yang sangat baik, serta tentu saja kompatibilitas dengan jaringan 5G di kelas harga yang relatif terjangkau.
HMD mengakui bahwa mereka masih punya banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Brand Nokia memang sudah ada di Indonesia selama 25 tahun, akan tetapi posisi HMD di kancah smartphone masih bisa digolongkan sebagai startup, dengan umur tim yang masih sangat muda. Bukan sembarang startup memang, melainkan yang sudah berstatus unicorn.
Kalau menurut Karel sendiri, tujuan akhir yang hendak dicapai oleh HMD di Indonesia adalah supaya konsumen bisa mampir ke toko smartphone apapun, lalu membeli smartphone Nokia dengan mudah. Kurang lebih sama mudahnya seperti belasan tahun lalu ketika ponsel Nokia masih dijual di mana-mana pada masa kejayaannya. Bukan tugas yang gampang memang, apalagi mengingat jumlah pesaingnya jauh lebih banyak daripada dulu.
Di saat yang sama, HMD juga tidak mau mengesampingkan aspek-aspek penunjang lainnya, seperti salah satunya layanan purna jual. Saya melihat hal ini kerap dipandang sebelah mata oleh sejumlah pabrikan, padahal sebenarnya sangat krusial untuk membangun kepercayaan konsumen.
Dalam melayani konsumennya, HMD juga tidak mau pilih-pilih. Pada kenyataannya, HMD justru memberikan pelayanan khusus bagi konsumen Nokia C1, smartphone paling murah Nokia yang harganya tidak sampai satu juta rupiah; di mana seandainya ponsel mereka rusak, mereka bisa langsung mampir ke toko untuk menukarkannya dengan unit yang baru. Kebijakan ini juga mereka tetapkan untuk kategori feature phone, seperti misalnya Nokia 5310 yang sarat nuansa nostalgia.
Nokia mungkin tidak akan pernah lepas dari nostalgia. Bagaimanapun juga, sejarah mencatat nama Nokia sebagai salah satu merek telepon seluler yang paling mendunia, dan sekarang tugas HMD adalah mempertahankan sekaligus meneruskan legasi tersebut agar bisa tetap relevan ke depannya.
Menjelang akhir tahun 2020 kemarin, HMD Global memperkenalkan Nokia 5.4 sebagai penawaran terbarunya di segmen menengah ke bawah. Tiga bulan berselang, smartphone tersebut sudah resmi mendarat di Indonesia melalui sebuah acara peluncuran singkat yang digelar via Zoom.
Kalau kita tinjau spesifikasinya, smartphone ini sebenarnya terkesan biasa saja, apalagi setelah mempertimbangkan harga jual resminya yang dipatok di angka Rp3.599.000. Layarnya memiliki bentang diagonal 6,39 inci, dengan resolusi 1560 x 720 pixel alias HD+. Dibandingkan pendahulunya, layar milik Nokia 5.4 ini bakal kelihatan lebih tajam bukan karena resolusinya meningkat, melainkan karena ukuran layarnya mengecil.
Urusan performa, Nokia 5.4 mengandalkan chipset Qualcomm Snapdragon 662, RAM 6 GB, dan kapasitas penyimpanan internal sebesar 64 GB. Baterainya tercatat memiliki kapasitas 4.000 mAh, serta sudah mendukung fitur fast charging dengan output maksimum sebesar 10 W.
Lalu kalau soal kameranya, modul membulat yang diposisikan di atas sensor sidik jarinya itu terdiri dari kamera utama 48 megapixel, kamera ultra-wide 5 megapixel, kamera macro 2 megapixel, dan depth sensor 2 megapixel. Untuk kamera depannya yang sudah mengadopsi model hole-punch, Nokia 5.4 menggunakan sensor beresolusi 16 megapixel.
Lantas apa nilai ekstra yang bisa Nokia 5.4 tawarkan kalau bukan spesifikasinya? Kalau menurut Karel Holub, General Manager HMD Global untuk region Indonesia, jawabannya adalah komitmen mereka untuk urusan software update. Jadi sampai setidaknya dua tahun dari sekarang, pengguna Nokia 5.4 dipastikan bakal menerima pembaruan perangkat lunak secara rutin.
Strategi ini sebenarnya sudah HMD jalankan sejak lama, termasuk juga untuk ponsel-ponsel mereka yang lain. Gagasan utama yang hendak diangkat adalah, dengan terus menerima versi Android terbaru — kalau dua tahun dari sekarang berarti semestinya termasuk Android 12 dan Android 13 — konsumen jadi tidak perlu berganti smartphone setiap tahun.
Bukan cuma itu, HMD juga menjanjikan security update secara rutin setiap bulan selama tiga tahun. Ditambah lagi dengan inisiatif HMD untuk menggunakan data center yang berlokasi di Finlandia — yang otomatis berada di bawah perlindungan General Data Protection Regulation (GDPR) di Eropa — pengguna jadi bisa merasa lebih terjamin soal keamanan datanya.
Dalam presentasinya, Karel cukup bangga menyebut Nokia sebagai satu-satunya brand di Indonesia yang berkomitmen untuk menyediakan peningkatan software dengan jangka waktu selama itu di rentang harga ini. Yang mungkin jadi pertanyaan adalah seberapa efektif proposisi semacam ini dalam menarik minat konsumen Indonesia, yang sebagian besar mungkin masih belum begitu melek soal privasi?
HMD terkesan cukup antusias. Namun yang pasti menarik melihat mereka mencoba menawarkan nilai yang berbeda dari angle keamanan seperti ini, terlebih di saat pabrikan-pabrikan lain saling beradu spesifikasi dalam harga yang semurah mungkin. Buat yang tertarik meminang Nokia 5.4, HMD juga akan mengadakan program pre-order yang akan berlangsung mulai 26 Maret sampai 1 April mendatang.
Selama program pre-order berlangsung, Nokia 5.4 dihargai Rp3.099.000, dan 100 pembeli pertamanya berhak mendapatkan bonus Nokia Essential True Wireless Earphone E3100, paket data Indosat sebesar 60 GB, dan gratis berlangganan Amazon Prime Video selama satu bulan. Selain di gerai offline atau platform e-commerce, Nokia 5.4 kabarnya juga bakal bisa dipesan langsung melalui situs resmi Nokia.
Menjelang pergantian tahun, HMD Global memperkenalkan smartphone Nokia baru untuk segmen menengah ke bawah. Ponsel tersebut adalah Nokia 5.4, penerus langsung dari Nokia 5.3 yang diluncurkan pada bulan Maret lalu.
Secara estetika, Nokia 5.4 masih mempertahankan desain yang diusung pendahulunya, tapi dengan sejumlah revisi agar secara keseluruhan bisa kelihatan lebih manis. Perubahan yang paling mencolok terdapat pada wajahnya, dengan poni yang sudah digantikan oleh lubang kamera kecil di ujung kiri atas layar.
Yang mungkin agak mengherankan adalah, ukuran layarnya menyusut dari 6,55 inci menjadi 6,39 inci. Sepintas kesannya seperti turun pangkat, akan tetapi menurut saya downgrade ini cukup rasional mengingat resolusi layarnya tidak berubah dan masih HD+ (1560 x 720 pixel), sehingga semestinya layarnya bakal kelihatan lebih tajam karena kepadatan pixel-nya justru naik.
Juga ikut diubah adalah jeroannya. Nokia 5.4 ditenagai chipset Qualcomm Snapdragon 662, yang kalau secara performa mungkin tidak jauh berbeda dari Snapdragon 665 milik Nokia 5.3, tapi lebih kaya fitur. Mendampingi chipset tersebut adalah RAM 6 GB dan kapasitas penyimpanan internal 64 GB, tidak ketinggalan juga baterai berkapasitas 4.000 mAh dengan dukungan fast charging 10 W.
Perubahan yang paling signifikan dapat kita jumpai pada kameranya. Nokia 5.4 mengemas kamera utama 48 megapixel, plus tiga kamera lain yang disatukan dalam modul membulat di atas sensor sidik jarinya, yakni kamera ultra-wide 5 megapixel, kamera macro 2 megapixel, dan depth sensor 2 megapixel. Di depan, resolusi kamera selfie-nya sudah ditingkatkan menjadi 16 megapixel.
Semua itu dikemas dalam bodi berwarna biru atau ungu setebal 8,7 mm, dengan bobot tak lebih dari 180 gram. Seperti biasa, HMD turut menjanjikan dukungan pembaruan software hingga dua tahun ke depan, plus security update secara rutin setiap bulan selama tiga tahun.
Di Eropa, Nokia 5.4 dipasarkan dengan harga mulai 189 euro (± Rp3,25 jutaan). Penjualannya di Indonesia dijadwalkan baru berlangsung pada akhir kuartal pertama tahun 2021, dan harganya mungkin bisa lebih mahal mengingat harga tadi adalah untuk varian RAM 4 GB, sedangkan yang bakal tersedia di Indonesia adalah varian RAM 6 GB.
Di bawah arahan HMD Global, brand Nokia tak hanya bangkit dari mati dan kembali menjalani bisnis di bidang telepon seluler, tapi juga perlahan berevolusi dan merambah kategori lain, seperti misalnya TV. Sekarang, Nokia malah juga punya sebuah laptop.
Mungkin tidak banyak yang tahu, tapi sebelum ini Nokia sudah pernah memproduksi laptop-nya sendiri, yakni Nokia Booklet 3G di tahun 2009. Booklet 3G adalah laptop pertama sekaligus terakhir Nokia, namun setelah lebih dari satu dekade berlalu, Nokia kembali melirik segmen tersebut dengan bantuan dari platform e-commerce terbesar India, Flipkart.
Dinamai Nokia PureBook X14, laptop ini mengusung desain yang simpel sekaligus elegan. Bobotnya cuma 1,1 kg, dan bezel layarnya cukup tipis dengan rasio layar ke bodi sebesar 86%. Sesuai namanya, layarnya punya bentang diagonal 14 inci, dengan resolusi sebesar 1920 x 1080 pixel dan dukungan teknologi Dolby Vision. Potensinya di bidang multimedia semakin diperkuat berkat kehadiran speaker stereo yang mendukung Dolby Atmos.
Di balik keyboard dan trackpad-nya yang berukuran cukup besar itu bernaung prosesor quad-core Intel Core i5 generasi ke-10, lengkap dengan GPU terintegrasi Intel UHD 620, RAM 8 GB dan SSD tipe NVMe berkapasitas 512 GB. Ya, cukup disayangkan yang digunakan bukan prosesor Intel generasi ke-11 yang punya GPU terintegrasi jauh lebih mumpuni.
Tidak diketahui berapa kapasitas baterai yang mengisi sisa ruangnya, akan tetapi daya tahannya diestimasikan mencapai angka 8 jam pemakaian. Pada sisi kiri dan kanannya, pengguna bakal menjumpai satu port USB-C, dua port USB 3.1, satu port USB 2.0, serta port HDMI dan Ethernet.
Kalau melihat spesifikasinya, Nokia PureBook X14 bisa menjadi alternatif yang cukup menarik di kelas menengah. Sayang laptop ini hanya akan dijual di India, dan sejauh ini belum ada info terkait rencana pemasarannya di negara lain. Di India, PureBook X14 dibanderol 59.990 rupee, atau kurang lebih setara Rp11,5 jutaan saat artikel ini ditulis.
HMD Global terus memperluas portofolio Nokia di ranah audio. Setelah menyingkap TWS baru dan speaker Bluetooth berukuran mini pada bulan September lalu, HMD kini memperkenalkan Nokia Essential Wireless Headphones, headphone jenis over-ear dengan desain yang minimalis dan daya tahan baterai yang sangat awet.
Sebelumnya, perangkat ini sudah hadir lebih dulu tapi khusus di pasar Tiongkok, dan sekarang HMD siap membawanya ke pasar global. Secara estetika, desainnya kelihatan sangat simpel sekaligus elegan. Bantalan yang tebal di bagian telinga dan kepala merupakan jaminan akan kenyamanannya, ditambah lagi bobotnya yang sangat ringan di angka 197 gram.
Supaya tetap terasa kokoh, HMD tidak lupa menambahkan material aluminium pada rangka terluar perangkat. Saat sedang tidak digunakan, perangkat juga dapat dilipat sehingga mudah dibawa-bawa.
Di balik masing-masing earcup-nya, tertanam unit dynamic driver berdiameter 40 mm dengan respon frekuensi 20 – 20.000 Hz. Kalau berdasarkan penjelasan HMD sendiri, sepertinya driver ini di-tune agar lebih fokus ke bass, cukup wajar mengingat ini memang yang diinginkan oleh sebagian besar konsumen.
Urusan konektivitas, headphone ini sudah mengandalkan Bluetooth versi 5.0. Tentu saja pengguna juga dapat memakainya untuk berinteraksi dengan Google Assistant atau Siri via perintah suara. Pengoperasiannya sendiri mengandalkan beberapa tombol yang ditambatkan ke bagian pinggir earcup sebelah kanan.
Namun yang paling mengesankan dari headphone ini adalah daya tahan baterainya. Dalam sekalian pengisian, ia sanggup memutar musik sampai 40 jam nonstop. Sayang sekali charging-nya masih mengandalkan sambungan micro USB, dan lama waktu pengisiannya diperkirakan mencapai tiga jam. Andai diperlukan, perangkat masih bisa digunakan selagi tersambung via kabel audio 3,5 mm standar.
Nokia Essential Wireless Headphones dijadwalkan hadir di pasaran mulai bulan November ini juga dengan harga 59 euro, atau kurang lebih sekitar 1 jutaan rupiah. Belum diketahui apakah HMD juga berniat membawanya ke Indonesia, akan tetapi baru-baru ini mereka sudah menghadirkan TWS barunya di sini.