Tag Archives: NRG Esports

NRG Asia

NRG Esports Ekspansi ke Asia; Luncurkan NRG Asia

Organisasi esports asal LA, California, NRG Esports, baru saja mengumumkan ekspansinya ke ranah Asia dengan peluncuran NRG Asia. Anak perusahaan NRG Esports ini akan berbasis di Vietnam, serta menggandeng brand lifestyle Vietnam, CMG.ASIA. Pendirian NRG Asia disebutkan bertujuan untuk “mewakili dan mengembangkan entitas esports di Asia Tenggara”.

Dalam peluncurannya, NRG Asia juga mengumumkan telah mengakuisisi juara regional VCS (Vietnam LoL Championship Series), GAM Esports dari marketing agensi asal Singapura yup.gg. Hingga saat ini, nilai dari kesepakatan ini tidak direncanakan untuk dipublikasikan ke publik.

NRG Asia akan dipimpin oleh duet TK dan Dru Nguyen, yang merupakan pendiri dari grup perhotelan See The World Group. TK akan menjabat sebagai CEO, sedangkan Dru sebagai COO. Menurut keterangan pers, organisasi yang berpusat di Vietnam ini akan menyediakan roster GAM Esports infrastruktur esports terbaik untuk merebut titel juara di League of Legends World Championship selanjutnya.

Nama GAM Esports sudah tidak bisa diremehkan. Mereka selalu hadir di gelaran VCS sejak 2019 silam serta menempati ranking tiga besar tim LoL Vietnam. Pencapaian terakhir mereka adalah kemenangan mutlaknya di VCS Spring Split 2021. Nama GAM Esports cukup mentereng di ranah domestik hingga global.

“Dengan perluasan NRG Esports ke Asia, kami sangat bersemangat untuk memulai perjalanan baru ini di Vietnam. Dimulai dengan GAM Esports yang merupakan juara VCS lima kali berturut-turut, kami ingin mengembangkan GAM dari juara Vietnam menjadi juara dunia dengan memberi mereka sumber daya dan pengetahuan dari para ahli di bidangnya.

Selain itu, memiliki kesempatan untuk bekerja bersama pemimpin luar biasa seperti Andy Miller, yang telah berhasil mencipatakan banyak tim esports papan atas, adalah kesenangan bagi kita semua.” Ujar Tk Nguyen, CEO baru dari NRG Asia.

Perluasan NRG Esports ke Asia bukan yang pertama kalinya dari organisasi esports barat. Pada Mei 2018 silam, OpTic India masuk ke ranah esports India dengan mengakusisi tim CS:GO. Fnatic, TSM, dan Team Vitality adalah nama-nama lain yang telah berekspansi ke ranah esports dan gaming India.

Organisasi esports besar Indonesia, EVOS Esports, juga sudah sering menjajakan kaki di tanah Vietnam dengan mengakuisisi roster Arena of Valor hingga League of Legends.

Perusahaan Esports di Amerika Bertahan Selama Pandemi Berkat Bantuan Pemerintah

Selama masa pandemi ini, dampak ekonomi mungkin bisa dibilang menjadi salah satu yang cukup berat. Esports juga terdampak terhadap hal ini. Walaupun IDC melaporkan bahwa penonton esports meningkat dua kali lipat selama pandemi, namun esports tetap mengalami kerugian-kerugian tertentu dari segi bisnis.

Salah satunya sempat diceritakan oleh CEO NRG Esports, Joe Miller, bagaimana pandemi membuat organisasi mereka kehilangan pendapatan dari gelaran offline Call of Duty League dan Overwatch League, yang dibatalkan karena situasi pandemi. Namun ekosistem esports di AS cukup beruntung, karena pihak pemerintah memiliki sebuah inisiatif untuk ini. Inisiatif tersebut berupa uang pinjaman dalam program yang bernama Paycheck Protection Program (PPP).

Sumber: Call of Duty League Official
Liga skala besar seperti Call of Duty League mungkin jadi salah satu yang paling terdampak karena situasi pandemi ini. Sumber: Call of Duty League Official

Seperti namanya, program tersebut berfungsi sebagai insentif untuk para perusahaan agar tetap dapat membayar gaji pegawainya selama masa resesi ekonomi yang disebabkan oleh pandemi. Uang pinjaman yang diberikan pemerintah AS sendiri bisa mencapai 10 juta dollar AS. Mengutip dari Esports Observer, beberapa tim tersebut adalah Envy Gaming, FaZe Clan, NRG Esports, Complexity Gaming, Sentinels, Misfits Gaming, eUnited, dan Rogue.

Dana dan inisiatif ini sendiri diatur oleh US Small Business Administration (SBA), sebuah badan pemerintahan yang tugasnya membantu agar bisnis kecil (seperti UMKM di Indonesia) dapat berkembang. Esports Observer mengutip dari data SBA, mengatakan bahwa pinjaman PPP berhasil mempertahankan 600 pekerja di ekosistem esports.

Namun, pinjaman terhadap beberapa perusahaan esports tersebut juga sempat menuai kritik. Ini karena ada yang menganggap esports mendapat untung karena situasi pandemi COVID-19. Opini tersebut mungkin tidak sepenuhnya salah, karena beberapa waktu belakangan, kita melihat bagaimana ekosistem Sim Racing jadi tumbuh pesat selama pandemi.

Sumber: Autoweek
Ekosistem esports memang luas dan beragam, walau di satu sisi ada CDL dan OWL yang tuai banyak kerugian, di sisi lain ada juga ekosistem Sim Racing yang malah tumbuh pesat selama pandemi. Sumber: Autoweek

Tapi bukan berarti esports secara keseluruhan tidak mengalami kerugian. Beberapa waktu lalu kita juga melihat bagaimana pemilik tim Call of Duty League dan Overwatch League kesulitan selama masa pandemi, bahkan membuat Activision Blizzard dikabarkan turun tangan untuk memberi keringanan finansial.

Memang selama pandemi, walau esports tetap bisa terlaksana secara online, namun bukan berarti tanpa tantangan. Tidak bisa menyelenggarakan event secara offline mungkin baru satu sisi masalah saja, pada sisi lain, ekosistem esports juga jadi kesulitan mendapatkan sponsor karena keadaan ekonomi yang secara umum sedang melesu.

Organisasi Esports Juga Terdampak Virus Corona

Pandemik virus Corona memengaruhi banyak industri, tak terkecuali industri game dan esports. Di satu sisi, semakin banyak orang yang bermain game dan menonton streaming game karena mereka disarankan untuk tidak keluar rumah. Di sisi lain, banyak turnamen esports yang harus ditunda atau bahkan dibatalkan. Organisasi esports juga terkena dampak dari virus Corona. Sebagian dari mereka mau tidak mau harus mengurangi jumlah tim esports mereka atau bahkan merumahkan sejumlah karyawannya.

“Ya, ini adalah masa yang sulit. Tapi, satu hal yang kami yakini adalah kesehatan dan keamanan semua orang adalah prioritas utama,” kata CEO dan pendiri NRG Esports, Andy Miller pada The Esports Observer. Dia juga merupakan salah satu pemilik dari tim basket yang berlaga di NBA, Sacramento Kings. Jadi, dia bisa melihat dampak dari pandemik virus Corona pada tim olahraga dan organisasi esports. “Semoga, kita bisa melewati masa sulit ini tanpa harus mengorbankan keselamatan orang-orang,” ujarnya.

Miller dan tim eksekutif Sacramento Kings telah memutuskan bahwa mereka akan tetap membayar gaji para pekerja mereka selama pertandingan NBA dihentikan. Sebanyak 800 orang pekerja masih akan mendapatkan gaji. Sayangnya, organisasi esports tidak dapat melakukan hal yang sama, mengingat pendapatan mereka tidak sebesar tim NBA.

“Organisasi esports tidak memiliki kas hingga jutaan dollar seperti tim NBA yang bisa mendapatkan uang tersebut dari kontrak hak siar dengan stasiun televisi. Organisasi esports juga harus membayar gaji pemain, membiayai operasi markas mereka dan lain sebagainya,” ungkap Miller. “Bagi sebagian organisasi esports, ini berarti ada yang harus mereka korbankan. Tapi, itu bukanlah sesuatu yang buruk. Penyesuaian ini memang sudah harus terjadi, bahkan sebelum pandemik virus Corona.”

Andy Miller. | Sumber: The Esports Observer
Andy Miller. | Sumber: The Esports Observer

Memang, beberapa pemilik tim esports mengaku, organisasi esports kini menghabiskan uang dalam waktu yang lebih cepat dari sebelumnya. Salah satu alasannya adalah karena gaji pemain yang terus naik. Ini mengharuskan para pemilik tim esports untuk melakukan penyesuaian, seperti dengan memecat karyawan atau menghapus sebagian tim yang ada. Namun, seperti yang disebutkan oleh Miller, esports berbeda dengan olahraga tradisional karena pertandingan esports masih bisa diselenggarakan secara online. Ini, menurut Miller, akan menjadi kunci bagi industri esports untuk bertahan.

“Ketika Anda membatalkan liga olahraga tradisional, Anda akan kehilangan uang dari penjualan tiket dan sumber pemasukan lain,” ujar Miller. “Satu hal yang bisa membuat esports bertahan di masa sulit seperti ini adalah karena untuk menyelenggarakan pertandingan esports, para pemain tidak harus ada di ruangan yang sama untuk bermain. Para penonton juga tidak harus menonton di tempat untuk bisa menikmati pertandingan esports.”

Saat ini, memang belum ada pemecatan karyawan besar-besaran oleh organisasi esports. Namun, jika pandemik virus Corona terus berlanjut dan kegiatan yang mengumpulkan banyak orang dibatasi, hal ini akan membuat turnamen esports kehilangan sebagianpenontonnya, yang akan merugikan sponsor. Dan jika ini terjadi, kemungkinan, organisasi esports memang harus membuat keputusan sulit.

Zippo Gaet 3 Pemain NRG untuk Promosikan Penghangat Tangan

Di negara-negara yang memiliki musim dingin, para pemain esports profesional biasanya membawa penghangat tangan untuk memastikan bahwa tangan mereka tidak menjadi kaku karena dingin. Zippo, perusahaan yang dikenal sebagai pembuat korek api, juga memiliki produk hand warmer. Penghangat tangan buatan Zippo ini menggunakan baterai yang bisa diisi kembali sehingga ia bisa digunakan berulang kali.

Untuk mempromosikan penghangat tangan HeatBank 9s, Zippo bekerja sama dengan tiga pemain Apex Legends dari tim NRG, yaitu Coby “Dizzy” Meadows, Brandon “Ace” Winn, dan Marshall “Mohr” Mohr. Melalui kerja sama ini, Zippo akan membuat versi khusus dari HeatBank 9s dalam jumlah terbatas. William Kolasa, Senior Director of Integrated Marketing Communications, Zippo mengatakan, penghangat tangan buatan mereka bisa bertahan selama hingga sembilan jam. Tak hanya itu, hand warmer ini juga memiliki port USB yang bisa digunakan untuk mengisi baterai dari berbagai perangkat seperti headset, controller, dan bahkan ponsel.

Tiga pemain Apex Legends NRG. | Sumber: The Esports Observer
Tiga pemain Apex Legends NRG. | Sumber: The Esports Observer

“Kami sangat senang karena bisa bekerja sama dengan anggota NRG, Dizzy, Ace, dan Mohr — tiga pemain terbaik dalam game yang mereka mainkan — untuk meluncurkan edisi terbatas NRG x Zippo HeatBank 9s Rechargeable Hand Warmer,” kata Kolasa, seperti dikutip dari The Esports Observer. “Ini adalah langkah pertama untuk menunjukkan komitmen kami pada komunitas gamer dengan menyediakan berbagai aksesori untuk meningkatkan performa mereka.”

Ini bukanlah kali pertama Zippo bekerja sama dengan organisasi esports. Pada Maret 2019, Zippo mengumumkan kerja samanya dengan Panda Global, organisasi esports asal Amerika Utara yang fokus pada game-game fighting, seperti Street Fighter 5 dan Super Smash Bros. Ketika itu, CEO Panda Global Esports Team, Alan Bunney, yang juga merupakan seorang dokter, menjelaskan mengapa penghangat tangan penting bagi para pemain profesional. Dia mengatakan, jika tangan seorang pemain dingin, ini bisa memperlambat reaksi sang pemain Karena itulah, dia menyebutkan, para pemain Panda Global selalu membawa penghangat tangan dalam setiap kompetisi yang mereka ikuti.

NRG adalah organisasi esports asal Amerika Serikat. Sama seperti kebanyakan organisasi esports lainnya, NRG memiliki tim-tim profesional yang berlaga di berbagai game. Selain Apex Legends, NRG juga memiliki tim yang berlaga di Overwatch League, Call of Duty, Clash Royale, Fortnite, Hearthstone, dan beberapa game lainnya.

Sumber header: Esports Insider

Evil Geniuses

Bagaimana Tingginya Gaji Atlet Mempengaruhi Sustainability Ekosistem Esports

Beberapa waktu lalu, dunia esports Counter-Strike: Global Offensive (CS:GO) dikejutkan oleh keputusan organisasi NRG Esports untuk melepas tim CS:GO mereka. Pasalnya, NRG Esports bukan tim sembarangan, melainkan tim yang sudah banyak berprestasi dan disegani, khususnya di wilayah Amerika Utara. Mereka sudah pernah memenangkan sederet kejuaraan bergengsi, seperti Intel Extreme Masters, cs_summit, hingga Americas Minor Championship. Di kompetisi StarLadder Berlin Major 2019 pun NRG Esports berhasil finis di peringkat Top 4.

Di akhir September kemarin, NRG Esports akhirnya memutuskan untuk menjual tim CS:GO mereka kepada Evil Geniuses. Co-CEO NRG Esports, Andy Miller, kemudian menjelaskan bahwa alasan di balik keputusan itu adalah masalah ekonomi di ekosistem esports CS:GO yang tidak stabil, dan cenderung buruk terhadap keberlanjutan sebuah organisasi. Hal ini ia ungkapkan dalam sebuah wawancara bersama Dexerto.

Andy Miller
Andy Miller | Sumber: Robert Paul via Esportz Network

Miller berkata bahwa esports CS:GO saat ini kurang terstruktur dan terlalu mahal, karena standar gaji pada atletnya yang begitu tinggi. Ada beberapa hal yang menyebabkan tingginya gaji tersebut, salah satunya yaitu adanya pemain hebat yang gembar-gembor bahwa mereka akan masuk ke dunia pro tapi tidak memiliki tim. Ini juga dipengaruhi oleh para pemilik organisasi yang bersedia membayar gaji sedemikian besar.

“Sejujurnya, saya rasa semua ini merupakan bisnis yang buruk bagi sebuah organisasi saat ini, sayangnya,” kata Miller. Ia menyebut gaji atlet di dunia CS:GO sebagai sesuatu yang ngawur (dumb), dan memberikan kerugian yang tidak bisa diterima. “Kami ingin NRG bertahan untuk waktu yang lama, dan model (bisnis) CS zaman sekarang tidak akan membantu kami menuju ke arah sana,” ujar Miller dalam sebuah thread AMA (Ask Me Anything) di Reddit.

Seberapa tinggi gaji yang dimaksud? Sayangnya tidak ada informasi pasti soal gaji terbaru, tapi sebagai gambaran, sebuah wawancara di tahun 2017 dengan atlet CS:GO Patrick “es3tag” Hansen menyebutkan bahwa gaji pemain di tim G2 Esports mencapai 180.000 Kroner, atau sekitar Rp278,7 juta per bulannya. Bila gaji satu pemain saja sedemikian besar, bayangkan berapa banyak pemasukan yang harus diraih organisasi untuk menutup pengeluaran tersebut setiap tahunnya.

“Para pemain ingin mendapat (keuntungan) sebanyak mungkin sekarang, itu sudah seharusnya, karena memang itulah cara mereka mencari nafkah. Tapi sebagai sebuah organisasi itu membuat segalanya sangat sulit,” kata Miller. Ia menyatakan bahwa saat ini NRG Esports tidak punya rencana untuk kembali ke dunia esports CS:GO. Mereka lebih memilih untuk fokus pada Overwatch League, serta membeli slot franchise untuk esports Call of Duty sebagai wakil kota Chicago. NRG Esports merupakan pemilik tim San Francisco Shock yang belum lama ini menjadi juara Overwatch League Season 2.

San Francisco Shock
San Francisco Shock, juara OWL Season 2 | Sumber: Robert Paul via Esportz Network

Keputusan NRG Esports ini menunjukkan bahwa ekosistem esports yang sepenuhnya terbuka terkadang bisa menimbulkan dampak negatif, karena seluruh aktivitas ekonomi di dalamnya tidak ada yang mengatur. Organisasi raksasa yang punya modal besar bisa menawarkan gaji setinggi-tingginya, juga bisa “menculik” talenta-talenta dari tim lain. Sebagai atlet, tawaran untuk bermain di tim besar selain soal gaji tentu juga dapat memberikan kebanggaan tersendiri.

Namun bila praktik seperti itu terus berlanjut, maka ekosistem esports itu akan sangat sulit ditembus oleh organisasi baru atau tim kecil. Andai pun ada organisasi yang berhasil mengumpulkan talenta hebat kemudian meraih prestasi, roster mereka bisa bubar seketika karena dicaplok oleh organisasi yang lebih besar.

Evil Geniuses - ESL One
Baru diakuisisi, ex-roster NRG langsung menjuarai ESL One New York 2019 | Sumber: Evil Geniuses

Sementara liga esports tertutup, seperti Overwatch atau Call of Duty, memang membebani organisasi dengan sejumlah biaya pembelian slot di depan. Namun dalam perjalanannya liga ini justru bisa lebih stabil. Karena tiap organisasi sudah pasti mendapat tempat berkompetisi, perebutan talenta antar organisasi jadi tidak seganas liga esports terbuka. Penyelenggara liga juga bisa menetapkan aturan dan standar tertentu untuk menjaga supaya aktivitas ekonomi di dalamnya tidak menjadi liar.

Baik liga terbuka maupun tertutup sama-sama memiliki kekurangan dan kelebihan. Tapi rasanya kita bisa sepakat bahwa ada satu hal yang jelas dibutuhkan oleh industri esports, tak peduli seperti apa sistemnya, yaitu keberlanjutan (sustainability). Bila terjadi fenomena yang mengancam sustainability ini, mungkin sudah waktunya para pelaku industri di dalamnya untuk mengambil langkah perubahan, entah seperti apa perubahannya.

Sumber: Dexerto

Akusisi Roster NRG, Evil Geniuses Bakal Kembali Bertanding di CS:GO

Evil Geniuses akan kembali bertanding di Counter-Strike: Global Offensive setelah mengakuisisi roster tim NRG. Dengan begitu, pada ESL One New York, tim NRG akan bertanding di bawah nama Evil Geniuses. Ini agak mengagetkan, terutama karena NRG sukses meraih juara dua pada StarLadder Major Berlin 2019, yang membuat tim esports tersebut menjadi perhatian banyak orang.

Evil Geniuses pernah memiliki tim CS:GO pada 2007. Tim tersebut kemudian dibubarkan pada 2012. Beberapa tahun belakangan, memang banyak rumor yang menyebutkan bahwa Evil Geniuses akan kembali berlaga di CS:GO, terutama pada 2014, ketika EG hampir mengakuisisi tim iBUYPOWER. Namun, pada akhirnya EG memutuskan untuk membatalkan rencana itu setelah muncul kabar bahwa para pemain tim tersebut terlibat dalam skandal match-fixing. Sementara NRG telah ada di scene CS:GO sejak 2016. Mereka sempat mengubah roster mereka sebelum memutuskan untuk menggunakan roster saat ini.

“Setelah negoisasi panjang dengan NRG Esports, Evil Geniuses dengan bangga mengumumkan bahwa kami telah mengakuisisi tim Counter-Strike: Global Offensive dan spot mereka untuk bertanding di ESL Pro League,” kata Evil Geniuses dalam pengumuman resminya. “Anggota tim telah siap untuk bertanding di ESL One New York, dan mereka akan berkompetisi di bawah nama EG.” Dalam situs resminya, Evil Geniuses juga menjelaskan bahwa selama beberapa bulan belakangan, mereka memang mencari cara untuk bisa kembali bertanding di CS:GO. Mereka bahkan sempat mempertimbangkan untuk mencari tim di luar kawasan Amerika Utara. Namun, pada akhirnya, pilihan mereka jatuh pada tim NRG. “Sejak roster mereka dipastikan pada Juli, roster NRG masuk ke dalam tim top 5 dunia, menurut daftar hltv.org,” ujar EG.

“Ini adalah tahun ke-20 EG menjadi organisasi esports, dan Counter-Strike memiliki peran besar dalam kesuksesan kami,” kata CEO Evil Geniuses, Nicole LaPointe Jameson, seperti dikutip dari situs resmi EG. “Saya senang bisa membawa EG kembali ke posisi puncak di CS:GO setelah berdiam diri dalam waktu lama; franchise CS:GO telah terbukti sebagai game esports legendaris. Banyak fans kami yang meminta kami untuk kembali ke CS, dan kami senang untuk membawa Evil ke scene CS:GO dan komunitasnya — roster kami juga sangat senang untuk bisa bertading di bawah nama EG, dan kami akan memberikan performa terbaik kami pada akhir pekan ini.”

Evil Geniuses bukannya satu-satunya organisasi esports yang tertarik untuk kembali berlaga di scene CS:GO. Minggu lalu, Dignitas dan Misfits Gaming juga mengaku akan membuat tim CS:GO pria lagi.

Sumber: VPesports, Dexerto, HotSpawn, Dot Esports

Sumber header: Dexerto

Tim Esports Amerika Serikat Mulai Buka Divisi Apex Legends

Apex Legends belakangan sedang menjadi fenomena yang menghebohkan industri game sedunia. Walau dirilis tiba-tiba tanpa ada marketing sama sekali, karya terbaru Respawn Entertainment ini berhasil menggaet lebih dari 10 juta pemain dalam waktu tiga hari saja. Respawn juga telah bekerja sama dengan Twitch untuk mengadakan turnamen berhadiah US$200.000, sebuah gerakan yang disebut oleh beberapa orang sebagai strategi post-release marketing.

Digadang-gadang sebagai game battle royale terbaik di pasaran, bahkan “Fortnite killer”, tampaknya hanya soal waktu sampai Apex Legends masuk menjadi salah satu cabang esports populer. Electronic Arts dan Respawn Entertainment memang belum mengumumkan adanya liga atau turnamen resmi, namun hal itu tak mencegah organisasi esports untuk mempersiapkan diri menyambut tren baru yang akan segera datang.

NRG Esports - Apex Legends
NRG Esports membuka lowongan untuk atlet Apex Legends | Sumber: NRG Esports

Salah satu organisasi esports yang mencuri start itu adalah NRG Esports, organisasi asal Amerika Serikat yang didirikan oleh co-owner tim NBA Sacramento Kings. NRG Esports saat ini bergerak di belasan cabang olahraga elektronik, mulai dari Counter-Strike: Global Offensive, Hearthstone, hingga Super Smash Bros. Ultimate. Dan mereka telah membuka perekrutan untuk pemain serta content creator khusus Apex Legends.

Lowongan terbuka ini diumumkan oleh NRG Esports lewat akun Twitter resmi mereka pada hari Sabtu, 9 Februari lalu. Menurut mereka, jumlah pendaftar sudah sangat banyak dan dalam waktu dekat mereka akan mengumumkan pemain pertama yang masuk ke dalam roster tim Apex Legends. Di luar divisi khusus ini, atlet-atlet NRG Esports yang sudah ada pun banyak yang sudah memainkan Apex Legends. Contohnya KingRichard (Richard Nelson), streamer sekaligus atlet NRG Esports divisi Fortnite.

https://twitter.com/NRGgg/status/1093660677372207109

Masuknya Apex Legends ke dalam NRG Esports terbilang cocok, karena sepanjang tahun 2018 organisasi ini telah menunjukkan prestasi yang memuaskan di bidang first-person shooter. Divisi CS:GO mereka berhasil menjadi juara di dua turnamen bergengsi, yaitu cs_summit 3 (turnamen CS:GO buatan Beyond the Summit), serta Intel Extreme Masters (IEM) XIII Shanghai yang digelar oleh ESL. Tim Overwatch mereka juga menjuarai Overwatch PIT Season 3, namun sayangnya pencapaian di Overwatch League masih perlu ditingkatkan.

Kesuksesan Apex Legends juga mendatangkan imbas luar biasa terhadap kondisi finansial penerbitnya, Electronic Arts (EA). Bloomberg baru-baru ini melaporkan bahwa nilai saham EA telah meroket begitu cepat, hingga menyentuh angka US$97. Nick Licouris, konsultan investasi industri game, bahkan berkata, “Saya tidak pernah melihat begini banyak ledakan antusiasme dari gamer saat sebuah game keluar, apalagi dari game battle royale.”

Namun ada kekhawatiran bahwa suksesnya Apex Legends justru dapat berimbas buruk terhadap game terbitan EA lainnya. Battlefield V misalnya, direncanakan untuk mendapatkan update mode battle royale bernama Firestorm pada bulan Maret 2019. EA juga akan merilis third-persoon shooter berjudul Anthem di akhir Februari ini.

Meski bisa saja tiga game ini memiliki pangsa pasar berbeda, tidak menutup kemungkinan Apex Legends dapat menenggelamkan minat para gamer terhadap Firestorm dan Anthem. Apalagi Apex Legends gratis, dan telah terbukti memiliki kualitas yang sangat terpoles rapi. Dulu, Titanfall 2 buatan Respawn Entertainment kurang laku karena dirilis berdekatan dengan judul-judul shooter besar lain. Akankah kali ini Respawn memutarbalikkan nasib tersebut?

Sumber: VP Esports, Bloomberg, NRG Esports, Polygon