OCBC NISP Ventura (ONV) melanjutkan strategi investasi beyond banking dengan memperkenalkan Vilo sebagai portofolio terbarunya. Vilo adalah perusahaan gelato Indonesia di segmen consumer retail, yang menerima pendanaan dengan nominal yang dirahasiakan dalam bentuk utang (venture debt).
Dihubungi DailySocial.id secara terpisah, Direktur Utama OCBC Ventura Darryl Ratulangi mengungkap bahwa perusahaan tengah dalam proses merampungkan kesepakatan pendanaan pada 2-3 portofolio baru menjelang akhir 2023.
“Di tahun 2023, kami memang sedang mengembangkan venture debt dengan fokus pada area consumer retail–termasuk F&B–dan healthcare. Kami melihat ada peluang di mana sektor tersebut masih underbanked, tetapi [sektor ini] tidak terlalu cocok untuk investasi dengan skema venture capital,” ujar Darryl.
Sejak beroperasi di 2020, OCBC Ventura telah mengucurkan pendanaan ke 15 startup lainnya di berbagai vertikal, termasuk agritech (EdenFarm), e-commerce enabler (Sirclo), fintech (AwanTunai, GajiGesa), online media (IDN Media, USS Networks), dan proptech (99 Group, Dekoruma, Rukita).
Ia menambahkan, OCBC Ventura memiliki metrik berbeda-beda untuk mengukur sinergi portofolio dari ragam sektor yang dimasukinya. Ia meyakini tidak ada satu metrik sama yang dapat diaplikasikan ke seluruh portofolio, tetapi perusahaan terus mendorong kemitraan untuk menciptakan produk dan solusi bagi pelanggan.
Sekilas mengenai Vilo, perusahaan gelato ini didirikan oleh Vincent Kusuma, Christian Susilo, dan Tomi Lunardi pada 2017. Pendanaan ini akan digunakan untuk mendorong ekspansi outlet secara nasional hingga mempercepat inovasi produk dengan menghasilkan serangkaian rasa gelato baru.
Vilo telah memproduksi lebih dari 21 ton gelato per bulan dan mengoperasikan lebih dari 20 outlet di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Bali. Pihaknya ingin menghadirkan gelato lokal yang mampu bersaing dengan merek internasional.
“Kolaborasi kami dengan OCBC Ventura adalah suatu pencapaian penting dalam perjalanan kami dan kemitraan finansial ini akan memperkuat posisi kami di pasar gelato. Kami harap dapat memberikan nilai yang lebih besar kepada para pelanggan dan mitra kami,” ujar CEO Vilo Vincent Kusuma dalam keterangan resminya.
Skema venture debt menjadi instrumen keuangan baru yang diperkenalkan OCBC Ventura agar startup dapat mengoptimalkan modal dan mempercepat pertumbuhan bisnisnya.
Skema tersebut kini banyak digunakan oleh bank maupun pemodal ventura di Indonesia. Bagi founder, venture debt dinilai memiliki risiko lebih rendah dan lebih nyaman untuk diambil karena tidak mengurangi porsi kepemilikan saham perusahaan. Founder tetap dapat memegang kendali perusahaan.
Bank CIMB Niaga dan Genesis Alternative Ventures adalah salah satunya yang memiliki venture debt khusus untuk pembiayaan startup di bidang fesyen, ritel, F&B, kesehatan, hingga manufaktur.
Potensi healthtech dan consumer retail
Sektor healthtech dan consumer retail menjadi sektor yang cukup banyak dilirik oleh pemodal ventura selama beberapa tahun terakhir. Pandemi Covid-19 menjadi faktor signifikan yang ikut mendorong perubahan perilaku konsumen dalam mengonsumsi layanan kesehatan maupun barang.
Laporan DS/X Ventures mengungkap nilai industri healthcare di Indonesia diproyeksi mencapai $68 miliar pada 2030. Dari data yang dihimpun selama sepuluh tahun terakhir, total pendanaan yang mengalir ke startup healthtech di Indonesia sebesar $231,7 juta.
Sementara, kemunculan startup consumer retail memanfaatkan pendekatan direct-to-consumer (D2C) untuk memperkenalkan produknya. Ekosistem marketplace, pembayaran, hingga logistik memungkinkan pemain D2C untuk menjangkau konsumen langsung dengan memotong sejumlah rantai distribusi.