Tag Archives: oculus rift

Oculus Rift S Resmi Di-discontinue

Dibandingkan HTC Vive, lineup produk virtual reality yang Oculus tawarkan terkesan sangat sederhana. Dalam waktu dekat, portofolio produknya bahkan bakal jauh lebih simpel lagi dengan dihentikannya produksi Oculus Rift S, penerus Oculus Rift orisinal yang diperkenalkan di tahun 2019.

Kalau kita cek di situs resmi Oculus, terpampang status Rift S yang sedang kosong. Kepada UploadVR, Oculus sendiri juga telah mengonfirmasi bahwa mereka tidak berniat menambah stok Rift S, dan ini sejalan dengan rencana awal mereka ketika meluncurkan VR headset baru tahun lalu, yakni Oculus Quest 2. Kala itu, Oculus sempat bilang bahwa Rift S bakal segera di-discontinue.

Keputusan Oculus untuk berfokus pada Quest 2 saja sebenarnya tidak terlalu mengejutkan. Dibanding Rift S, headset tersebut memang menawarkan banyak kelebihan, utamanya adalah kemudahan penggunaan tanpa harus tersambung ke PC. Di saat yang sama, Quest 2 tetap dapat dihubungkan ke PC via kabel seandainya diperlukan (untuk memainkan gamegame yang lebih berat, yang membutuhkan kinerja kartu grafis milik PC).

Oculus Quest 2 / Oculus
Oculus Quest 2 / Oculus

Tidak heran apabila Quest 2 pada akhirnya menjadi produk terlaris Oculus meski baru dipasarkan selama kurang dari enam bulan. Jumlah persis unit yang terjual memang tidak disebutkan, tapi yang pasti lebih banyak ketimbang penjualan headsetheadset lain Oculus digabungkan (Rift, Go, Rift S, dan Quest generasi pertama). Harga yang cukup terjangkau — $299 — tentu turut berkontribusi terhadap kesuksesan Quest 2 di pasaran.

Yang mungkin menjadi pertanyaan adalah, apakah ke depannya Oculus masih akan melanjutkan seri Rift? Pertanyaan ini cukup tricky karena Oculus sendiri sebenarnya sudah pernah mengembangkan Rift 2. Sayangnya produk tersebut tidak pernah terealisasi karena Oculus membatalkan pengembangannya di tahun 2018, padahal tahap produksinya tinggal selangkah lagi kalau kata Palmer Luckey, founder Oculus sekaligus inventor Rift orisinal.

Sebagai gantinya, di tahun 2019 diluncurkanlah Rift S yang merupakan hasil kolaborasi Oculus bersama Lenovo. Dibanding pendahulunya, Rift S menghadirkan penyempurnaan dalam bentuk peningkatan resolusi sekaligus implementasi inside-out tracking, tidak ketinggalan pula banderol harga yang lebih terjangkau di angka $399.

Sumber: UploadVR.

Oculus Quest 2 Disingkap, Bawa Display 90 Hz dan Performa yang Lebih Kencang

Setelah beberapa kali dirumorkan, virtual reality headset Oculus Quest 2 akhirnya resmi menyapa dunia. Melanjutkan jejak pendahulunya sebagai VR headset bertipe standalone, Quest 2 hadir dengan sederet pembaruan yang cukup signifikan.

Kita mulai dari display-nya, yang kini menawarkan resolusi 1832 x 1920 pixel per mata, atau sekitar 50% lebih tinggi daripada milik Quest generasi pertama. Tidak kalah penting dari resolusi adalah refresh rate, dan di sini lagi-lagi Quest 2 juga membawa peningkatan, dari 72 Hz menjadi 90 Hz.

Guna mengakomodasi hardware yang semakin canggih, tentunya dibutuhkan otak yang lebih cerdas lagi. Quest 2 mengandalkan Snapdragon XR2, chipset anyar yang baru Qualcomm perkenalkan menjelang akhir tahun lalu, yang memang dirancang secara khusus untuk VR headset maupun AR headset. Melengkapi spesifikasinya adalah RAM 6 GB dan pilihan storage internal antara 64 GB atau 256 GB.

Komponen-komponen tersebut dikemas dalam rangka baru yang sedikit lebih kecil sekaligus lebih ringan (503 gram). Seperti yang sudah kita pelajari dari bocoran gambarnya, desainnya sepintas kelihatan kalah premium dari pendahulunya karena tidak ada lagi bahan kain yang melapisi panel plastiknya. Namun itu semestinya tidak perlu menjadi masalah seandainya perangkat bisa terasa lebih nyaman di kepala.

Sebelum ini, sempat muncul kekhawatiran bahwa Quest 2 tidak dilengkapi kenop untuk mengatur jarak fisik antara lensa kiri dan kanan alias IPD (interpupillary distance). Memang benar kenopnya sirna, tapi untungnya Quest 2 masih menawarkan mekanisme untuk menyesuaikan IPD, yakni dengan menggeser kedua lensanya secara manual. Jeleknya, ini berarti pengguna harus melepas perangkat dulu agar bisa melakukan pengaturan.

Oculus tidak lupa menawarkan sejumlah aksesori opsional untuk Quest 2. Jadi seandainya pengguna tidak suka dengan strap yang luwes seperti yang terdapat dalam paket penjualan aslinya, mereka bisa membeli strap model lain yang kaku, atau yang di belakangnya dilengkapi modul baterai tambahan, yang juga berguna untuk semakin menyeimbangkan distribusi berat.

Juga ikut direvisi desainnya adalah controller Oculus Touch, yang diyakini lebih nyaman dalam genggaman ketimbang versi sebelumnya. Kinerja tracking-nya pun telah dioptimalkan agar lebih irit daya – sampai 4x lebih irit kalau kata Oculus sendiri. Bicara soal baterai, Quest 2 sendiri diklaim punya daya tahan yang sama seperti pendahulunya, yakni sekitar 2 – 3 jam dalam sekali charge.

Satu hal yang cukup menarik adalah bagaimana kehadiran Quest 2 memicu Oculus untuk menyetop pengembangan seri Rift. Mereka berdalih Quest 2 lebih superior ketimbang Rift S di segala aspek, dan seandainya pengguna ingin memakai Quest 2 untuk bermain game VR di PC macam Half-Life: Alyx, mereka bisa menyambungkan Quest 2 ke PC menggunakan kabel Oculus Link – yang sayangnya harus ditebus secara terpisah.

Kabar baiknya, Oculus Quest 2 dibanderol cukup terjangkau: mulai $299, alias lebih murah $100 daripada harga pendahulunya saat diluncurkan. Pemasarannya dijadwalkan akan berlangsung mulai 13 Oktober mendatang.

Sumber: Oculus.

Respawn dan Oculus Umumkan Game VR Medal of Honor: Above and Beyond

Nama Respawn mulai terdengar akrab di telinga khalayak berkat tengah naik daunnya Apex Legends, dan banyak gamer sudah mengenalnya ketika studio yang dibentuk oleh dua mantan pendiri Infinity Ward itu meluncurkan Titanfall. Sejak saat itu, Respawn terlibat banyak pengembangan permainan berskala besar, di antaranya Star Wars Jedi: Fallen Order serta game eksklusif Oculus Rift.

Di bulan Oktober 2017, Respawn Entertainment mengumumkan proyek kolaboratifnya bersama tim Oculus Studios. Waktu itu, tim belum menjelaskan apa yang tengah mereka kerjakan, hanya mengutarakan bagaimana teknologi virtual reality dapat memberikan pemain kesempatan buat merasakan kengerian dan kacaunya medan tempur. Dan di perhelatan Oculus Connect 6 kemarin, Oculus akhirnya mengabarkan bahwa game VR tersebut memiliki judul Medal of Honor: Above and Beyond.

Above & Beyond 4

Ada banyak hal menarik dari pengumuman ini. Sebagai awalnya, Above and Beyond akan menjadi permainan Medal of Honor pertama yang Electronic Arts lepas dalam waktu delapan tahun. Seri game bertema perang ini absen dari peredaran setelah sang publisher merilis Warfighter di tahun 2012. Dan dalam mengembangkannya, Respawn dan Oculus Studios mencoba mengembalikan seri Medal of Honor ke tema akarnya.

Dalam Medal of Honor: Above and Beyond, Anda bermain sebagai seorang agen Sekutu yang berkerja untuk Office of Strategic Services (OSS) di era Perang Dunia kedua. Tugas Anda ialah menginfiltrasi, membungkam dan mengalahkan mesin perang Nazi. Game akan membawa Anda mengunjungi lokasi-lokasi tempur bersejarah di Eropa, membantu gerakan pemberontakan di Perancis, hingga menyabotase operasi militer Nazi.

Above & Beyond 3

Aspek unik kedua dari Above and Beyond adalah partisipasi Peter Hirschmann. Ia merupakan produser Dreamworks Interactive, tim yang mengerjakan permainan Medal of Honor pertama dua dekade silam atas permitaan Steven Spielberg. Hirschmann kini bertanggung jawab sebagai game director. Yang menarik lagi ialah, CEO Respawn Vince Zampella juga pernah terlibat dalam pembuatan Medal of Honor: Allied Assault (kisah lengkapnya bisa Anda baca di sini).

Above & Beyond 1

Medal of Honor: Above and Beyond siap menghidangkan mode campaign single-player berisi 50 misi dan aksi multiplayer, serta mode penyampaian cerita unik di mana ‘Anda dapat duduk bersama’ veteran Perang Dunia kedua, mendengarkan kisah mereka sembari menyaksikan kejadian tersebut secara virtual. Tiap-tiap misi single-player kabarnya bisa diselesaikan dengan pendekatan berbeda.

Above and Beyond rencananya akan meluncur di tahun 2020 nanti (namun tanggal pastinya belum diketahui), tersedia secara eksklusif untuk platform Oculus Rift.

Sumber: Blog Oculus.

Oculus Rift Cuma Cocok untuk Gaming, Layanan Video On-Demand-nya Dihentikan

Apa fungsi VR headset selain untuk gaming? Tidak ada, kalau konteks yang dibicarakan adalah VR headset kelas desktop macam Oculus Rift. Bukankah penggunanya juga bisa menikmati video 360 derajat? Ya, namun potensi besar perangkat itu sebaiknya diarahkan ke gaming saja sepenuhnya.

Kalau Anda tidak percaya, coba lihat kebijakan terbaru yang ditetapkan Oculus. Mereka baru saja menghentikan layanan video on-demand (VOD) untuk Oculus Rift, yang berarti pengguna headset tersebut tak lagi bisa membeli atau menyewa video untuk ditonton menggunakan perangkatnya masing-masing.

Buat yang sudah terlanjur membeli, koleksi videonya masih bisa dinikmati sampai 20 November nanti, namun Oculus juga berencana untuk mengganti pengeluaran konsumen Rift di layanan VOD-nya selama ini. Kalau memang masih ngotot ingin menonton video 360 derajat, toh masih ada sajian dari platform seperti Facebook 360.

Keputusan ini didasari observasi Oculus yang menyimpulkan bahwa mayoritas konsumen Rift menggunakan perangkatnya murni untuk gaming. Lain halnya dengan Oculus Go, yang lebih diarahkan ke multimedia mengingat spesifikasinya memang lebih ‘lemah syahwat’.

Itulah mengapa layanan VOD masih bakal bisa diakses oleh konsumen Oculus Go. Yang masih tanda tanya adalah Oculus Quest, namun dugaan saya perangkat itu juga akan diperlakukan seperti Rift saat dirilis tahun depan, mengingat spesifikasinya memang jauh lebih mumpuni ketimbang Go.

Sumber: Variety.

Marvel Powers United VR Ajak Anda dan Kawan Bermain Bersama Sebagai Superhero Marvel via Oculus Rift

Umumnya para produsen console-lah yang sering menyediakan produk edisi khusus. Langkah ini jarang dilakukan perusahaan hardware PC, kecuali jika mereka melakukan  kolaborasi bersama pemilik franchise hiburan ternama dunia. Tapi ternyata bukan para pemain lama di bisnis consumer electronics saja yang melihat efektivitas dari strategi bundel hardware dan game ini.

Dalam acara Comic Con San Diego 2018 yang dibuka kemarin, Facebook memperkenalkan Oculus Rift edisi khusus Marvel Powers United VR. Marvel Powers United VR ialah game berbasis virtual reality yang mempersilakan kita bertransformasi jadi karakter-karakter di jagat Marvel. Dan untuk memudahkan konsumen menikmatinya, Oculus VR sudah menyiapkan bundel berisi hardware dan permainannya.

Bundel Oculus Rift Marvel Powers United VR menyajikan unit HMD Rift, sepasang controller Oculus Touch dan satu kopi game Marvel Powers United VR. Jika kebetulan sudah mempunyai Oculus Rift, Anda tentu saja bisa membeli permainan secara terpisah. Produsen tampaknya tidak mengimplementasikan desain khusus pada edisi bundle Rift tersebut, hanya bungkusnya saja yang berbeda.

Marvel Powers United VR mempunyai konsep gameplay yang menarik. Permainan ini mengedepankan elemen multiplayer kooperatif dan menyuguhkan formula action. Anda dan kawan-kawan diperkenankan memilih bermain sebagai tokoh-tokoh superhero Marvel – termasuk para karakter yang saat ini belum masuk di Marvel Cinematic Universe – misalnya anggota dari X-Men.

Marvel Powers United VR 1

Video trailer promosi Marvel Powers United VR menyoroti empat superhero Marvel, yaitu Captain America, Doctor Strange, Spider-Man dan Wolverine. Tak perlu cemas cemas, ada lebih banyak karakter yang dapat Anda pilih. Tim Sanzaru Games menyiapkan 18 opsi hero. Berdasarkan gambar dan trailer, developer telah mengonfirmasi sejumlah nama: Captain Marvel, Storm, Iceman, Black Panther, Thor, Gamora, Black Bolt, Rocket Raccoon, Hawkeye, Black Widow, Deadpool, Crystal, Star-Lord dan Hulk.

Masing-masing hero mempunyai kemampuan dan gaya bermain berbeda. Hulk misalnya. Saat memilih jadi alter-ego Bruce Banner tersebut, lawan-lawan Anda jadi terlihat lebih kecil. Kemudian sebagai Rocket Raccoon, Anda akan lebih banyak menggunakan persenjataan jarak jauh. Ada kemungkinan developer juga akan menambah opsi superhero Marvel di waktu yang akan datang via update.

Facebook dan Sanzaru Games berencana untuk meluncurkan Marvel Powers United VR serta bundel Oculus Rift-nya pada tanggal 26 Juli 2018. Game dijajakan seharga US$ 40, sedangkan bundel Rift dibanderol US$ 400. Pre-order sudah bisa dilakukan di situs Oculus.com.

Sumber: Oculus.com.

 

Fitur Baru Oculus Rift ke Depannya Hanya Bisa Diakses Jika PC Menjalankan Windows 10

Pengalaman virtual reality terbaik yang bisa didapat konsumen secara luas saat ini masih harus bergantung pada PC. PC-nya pun tidak boleh sembarangan, melainkan yang memiliki spesifikasi cukup tinggi sehingga game VR dapat berjalan secara mulus dan sensasi immersive yang didapat bisa maksimal.

Selain hardware, software rupanya juga perlu diperhatikan. Lihat saja Oculus, yang baru-baru ini menyarankan pengguna headset Rift untuk meng-update PC-nya ke Windows 10 jika belum. Menurut Oculus, 95% konsumennya memang sudah menjalankan Windows 10, tapi sisanya masih bertahan di Windows 7 dan Windows 8.1.

Alasannya, selain karena Microsoft sendiri sudah mulai mengurangi dukungan atas Windows 7 dan 8.1, fitur-fitur baru Rift ke depannya hanya dapat dinikmati jika PC kita menjalankan Windows 10. Sederhananya, Rift masih bisa digunakan bersama Windows 7 atau 8.1, hanya saja ketika ada fitur baru yang dirilis, Anda tak akan bisa menikmatinya sebelum meng-update PC ke Windows 10.

Salah satu fitur eksklusif Windows 10 yang dimaksud mencakup Oculus Desktop, yang pada dasarnya memungkinkan pengguna untuk mengakses desktop dalam tampilan yang dioptimalkan untuk VR. Ini jelas jauh lebih praktis ketimbang harus melepas headset setiap kali hendak mengakses desktop di sela-sela sesi VR.

Di samping itu, Oculus juga memperbarui spesifikasi PC minimum dan yang direkomendasikan untuk Rift. Lengkapnya sebagai berikut:

Minimum

  • GPU: Nvidia GTX 1050 Ti / AMD Radeon RX470 atau di atasnya
  • GPU Alternatif: Nvidia GTX 960 / AMD Radeon R9 290 atau di atasnya
  • Prosesor: Intel i3-6100 / AMD Ryzen 3 1200, AMD FX4350 atau di atasnya
  • RAM: 8 GB atau lebih
  • Output Video: HDMI 1.3
  • USB: 1x port USB 3.0 plus 2x USB 2.0
  • OS: Windows 10

Recommended

  • GPU: Nvidia GTX 1060 / AMD Radeon RX 480 atau di atasnya
  • GPU Alternatif: Nvidia GTX 970 / AMD Radeon R9 290 atau di atasnya
  • Prosesor: Intel i5-4590 / AMD Ryzen 5 1500X atau di atasnya
  • RAM: 8 GB atau lebih
  • Output Video: HDMI 1.3
  • USB: 3x port USB 3.0 plus 1x USB 2.0
  • OS: Windows 10

Sumber: Oculus.

Menurut Sony, Pertumbuhan VR Belum Sesuai Harapan

Sebelum perangkat-perangkat head-mounted display VR standalone seperti Oculus Go, HTC Vive Focus serta Lenovo Mirage Solo dipasarkan, PSVR merupakan pilihan paling ideal. Mutu kontennya jelas lebih baik dibanding headset berbasis smartphone yang dahulu sempat populer, tapi ia juga tidak membutuhkan PC berspesifikasi tinggi dan langsung kompatibel ke PS4.

Sejak dirilis di bulan Oktober 2016 hingga Desember 2017 kemarin, Sony telah menjual lebih dari dua juta unit PlayStation VR. Menurut perhitungan IDC, penjualan perangkat VR dan AR diestimasi akan meningkat menjadi 12,4 juta di tahun ini. Sebagai perbandingan, ada delapan juta produk yang dipasarkan di tahun lalu. Namun ternyata Sony masih belum puas pada performa penjualan produknya.

Dalam Corporate Strategy Meeting minggu ini, Sony Interactive Entertainment menyampaikan bahwa terlepas dari meningkatnya penjualan PSVR, pertumbuhan pasar virtual reality berada di bawah ekspektasi mereka. Dan bukan hanya sang console maker Jepang itu yang berpendapat seperti itu. Matt Conte dari Oculus VR juga menyampaikan pandangan serupa.

“Saya tidak mau mengurangi faktanya: VR masih kecil,” kata Conte pada Games Industry. “Persebaran headset di luar sana tidak sebesar seperti yang kita bayangkan beberapa tahun lalu. Angka adopsinya memang tumbuh, dan momentum kenaikannya tidak buruk. Tapi hal yang kini mesti developer  prioritaskan adalah mencari cara agar karya mereka bisa sampai ke tangan konsumen sebanyak mungkin.”

Menurut Matt Conte, konten VR sebaiknya didistribusikan ke seluruh platform yang tersedia: Oculus, PlayStation VR, Steam hingga mobile jika bisa. Developer tidak memerlukan eksklusivitas seperti game tradisional karena yang saat ini virtual reality butuhkan ialah tumbuh sepesat-pesatnya.

Namun di sisi lain, pengembangan konten VR dihadang masalah biaya. Sebagian besar developer aplikasi/game virtual reality adalah studio independen dengan modal seadanya. Untuk bisa meneruskan proyek, mereka kadang harus mengadakan kesepakatan dengan pemilik platform seperti Facebook dan Microsoft untuk mendapatkan bantuan dana dengan syarat memasarkan kreasi tersebut secara eksklusif.

Saya sendiri mendengar langsung dari para developer VR lokal perjalanan panjang seperti apa yang sudah mereka lalui. Tidak aneh jika konten yang developer garap sangat berbeda dari visi awal mereka.

Ambil contohnya Mindvoke punya ShintaVR. Dahulu, developer menyiapkan IP ini sebagai platform kreasi berbasis perangkat mobile. Karena gagasan tersebut terlalu maju dan khalayak saat itu masih belum siap menerimanya, Mindvoke berevolusi menjadi game berkonsep kooperatif. Masih belum menemukan ‘tujuan’ dari penyajian permainan, ShintaVR akhirnya memodifikasinya lagi hingga menyuguhkan pengalaman multiplayer kompetitif.

Via Eurogamer.

Oculus Pamerkan Headset VR Purwarupa yang Lebih Canggih dari Rift

Sejak mulai bermain di ranah VR selama empat tahun dan menggelontorkan modal sebesar US$ 3 miliar, Facebook akhirnya mempersilakan publik memesan produk yang selama ini menjadi visi perusahaan dalam meramu headset virtual reality portable ideal: Oculus Go. Begitu ditunggunya perangkat itu, stok di Amazon segera ludes hanya beberapa jam setelah tersedia.

Alasan laris manisnya Oculus Go tak sulit ditebak. Head-mounted display ini bisa bekerja mandiri tanpa dukungan perangkat lain, menyimpan hardware  bertenaga untuk menghidangkan kualitas visual yang lebih baik dibandingkan headset berbasis smartphone, serta dijajakan di harga kompetitif. Namun bahkan sebelum Oculus Go benar-benar sampai di tangan konsumen, Facebook sudah memamerkan model purwarupa yang lebih canggih dari Oculus Rift.

Dalam konferensi F8 yang dilangsungkan hari Rabu silam, Facebook menyingkap HMD prototype ‘Half Dome’. Desain headset ini hampir identik dengan varian Oculus Rift standar, tetapi mempunyai sejumlah bundaran (benjolan) kecil di sisi depan – mengingatkan saya pada cekungan-cekungan bundar di HTC Vive. Facebook dan Oculus belum memberi tahu apa gunanya. Saya pribadi menerka, bagian tersebut berhubungan dengan fungsi pelacakan posisi.

Oculus

Aspek paling unik di Half Dome terletak di dalam, dan belum pernah dimanfaatkan oleh HMD komersial lain. Headset tersebut menyimpan mekanisme yang memungkinkan bagian lensa bergerak maju dan mundur dari mata pengguna secara cepat saat menangani aplikasi virtual reality. Maria Fernandez Guajardo selaku head of product management Oculus menamakan sistem ini sebagai displayvarifocal‘.

Display varifocal dapat menyesuaikan jarak lensa ke mata dalam hitungan di bawah milimeter. Dengan kemampuan tersebut, Half Dome bisa membuat detail pada gambar lebih ‘jernih’, misalnya teks. Meski demikian, sejauh ini belum diketahui apakah kapabilitas itu dimungkinkan karena headset sanggup mendeteksi fokus mata kita atau memanfaatkan software untuk ‘mendekatkan’ konten ke mata.

Keunggulan prototype Half Dome lainnya adalah pemakaian lensa yang lebih besar. Saat Oculus Rift dan HTC Vive menyuguhkan field of view seluas 110-derajat, unit baru ini menjanjikan FoV 140 derajat. Namun buat sekarang, Oculus belum mengungkap detail Half Dome secara lebih rinci; di antaranya resolusi, jenis layar (OLED atau LED) hingga apakah headset akan kembali menggunakan desain Fresnel seperti Rift.

Oculus juga belum menginformasikan kapan rencananya teknologi-teknologi baru Half Dome akan dituangkan menjadi produk konsumen. Namun mengevaluasi dari penyajiannya, boleh jadi ia akan disiapkan sebagai penerus atau vesi lebih canggih dari Rift, seperti Vive dan Vive Pro; dan tetap memanfaatkan PC untuk mengolah konten.

Sumber: Arstechnica.

Skyrim VR Akan Tersedia Untuk HTC Vive dan Oculus Rift Bulan Depan

Terlepas dari menjamurnya formula open world dengan skala yang kian mengagumkan, hampir tak ada permainan yang bisa mengalahkan level detail judul-judul kreasi Bethesda. Hal ini disebabkan oleh tingginya tingkat interaksi antara pemain dan objek di dalam game. Dan upaya untuk mendongkrak level immersive-nya berbekal VR dan hardware tambahan sudah lama dilakukan.

Baru di ajang E3 2016 Bethesda Game Studios diketahui punya agenda untuk menuangkan dua game andalannya ke alam virtual reality, yakni Fallout 4 dan The Elder Scrolls V: Skyrim. Fallout 4 VR dirilis tanggal 10 November kemarin, lalu disusul Skyrim VR berbarengan dengan versi Nintendo Switch seminggu setelahnya. Sayangnya, versi virtual reality Skyrim baru dilepas untuk PlayStation VR saja.

Dan minggu ini, akhirnya terdengar kabar yang telah dinanti-nanti para antusias VR. The Elder Scrolls V: Skyrim VR rencananya akan dirilis secara lebih luas di platform cross reality lain. Eksistensi permainan tersebut tersingkap melalui munculnya page Skyrim VR di Steam. Di sana, diinformasikan bahwa game dapat dinikmati oleh para pemilik HTC Vive, Oculus Rift, serta perangkat Windows Mixed Reality.

The Elder Scrolls V Skyrim VR 1

Skyrim VR menyajikan konten serupa versi PC ataupun console-nya, mempersilakan Anda bertualang ke pegunungan bersalju, menjelajahi reruntuhan kuno, hingga bertempur melawan naga. Bedanya, pengalaman tersebut dapat dinikmati melalui perangkat virtual reality, membawa pemainnya masuk lebih jauh ke Tamriel dan merasakan dunia berskala masif yang sudah developer ciptakan.

The Elder Scrolls V Skyrim VR 2

The Elder Scrolls V: Skyrim VR disiapkan sebagai satu bundel lengkap, telah dibekali oleh tiga add-on pasca rilis, meliputi Dawnguard, Hearthfire dan Dragonborn. Permainan juga didukung oleh fitur achievement Steam dan penyimpanan Steam Cloud. Sebagai metode kendali, Anda dipersilakan menggunakan gamepad ataupun controller berbasis motion.

The Elder Scrolls V Skyrim VR 3

Berita gembiranya tak berhenti sampai di sana, waktu peluncuran The Elder Scrolls V: Skyrim VR akan dilakukan tidak lama lagi, tepatnya pada tanggal 3 April besok. Namun saat artikel ini ditulis, developer belum mengungkap daftar kebutuhan hardware komputer untuk menjalankan permainan secara optimal.

Di Indonesia The Elder Scrolls V: Skyrim VR bisa dimiliki dengan merogoh kocek cukup dalam, dibanderol seharga Rp 800 ribu.

Keputusan Bethesda buat menghadirkan Skyrim VR di Vive dan Rift cukup menarik mengingat Fallout 4 malah belum tersedia di PlayStation VR. Dan semoga sesudah pekerjaan porting mem-porting ini beres, Bethesda Game Studios akhirnya bisa fokus mengerjakan proyek mereka selanjutnya: The Elder Scrolls VI.

Performa Oculus Go Kabarnya Berada di Atas Samsung Gear VR Plus Galaxy S7

Dengan dukungan canggihnya hardware PC, kualitas visual yang disuguhkan HTC Vive dan Oculus Rift memang mengagumkan. Tapi ada beberapa hal perlu terpenuhi agar proses adopsi headset VR kelas konsumen berjalan lebih cepat: pemakaiannya harus mudah, kontennya melimpah, harganya terjangkau, dan sebisa mungkin tidak membelenggu mobilitas sang pengguna.

Itulah faktor pencetus tren HMD VR standalone di kalangan produsen hardware, dan Facebook menjawabnya dengan memperkenalkan Oculus Go di bulan September silam. Dalam pengumumannya, sang produsen berniat untuk meluncurkan Oculus Go di awal tahun ini. Namun memasuki bulan ketiga 2018, produk ini masih belum tersedia.

Info lebih jauh terkait kinerja hardware Oculus Go belum lama diungkap oleh chief technical officer Oculus VR John Carmack lewat Twitter. Menanggapi pertanyaan mengenai kemampuan headset VR tersebut, Carmack menyatakan bahwa Oculus Go mampu menyuguhkan kualitas grafis lebih baik dari Samsung Gear VR yang dipasangkan dengan smartphone Galaxy S7.

Di bulan Januari kemarin, Oculus VR mengumumkan kolaborasi bersama Xiaomi untuk memproduksi Oculus Go, serta mempersilakan produsen elektronik Beijing itu buat memasarkan HMD standalone Mi VR-nya sendiri khusus di wilayah Tiongkok. Walaupun berbeda nama, penampilan serta spesifikasi keduanya serupa. Mereka dibekali Qualcomm Snapdragon 821 – SoC yang turut mengotaki Google Pixel dan LG G6.

Pemilihan chip ini cukup menarik mengingat waktu itu Snapdragon 835 sudah tersedia. Sepertinya keputusan Oculus VR dipengaruhi oleh keinginan mereka menjajakan Oculus Go sebagai HMD virtual reality terjangkau. Dan karena tidak didesain untuk menjalankan fungsi-fungsi smartphone, Snapdragon 821 dapat lebih dioptimalkan ke aspek penyajian virtual reality.

Oculus Go menyajikan layar ‘fast-switch‘ 2K 2560x1440p. Carmack menjelaskan, panel tersebut mengusung jenis LCD, sehingga level kontrasnya tidak istimewa. Tetapi display ini mempunyai lebih banyak subpixel, lalu Oculus VR juga bilang telah memperbaiki masalah yang menyebabkan rendahnya mutu warna.

Selain aspek visual, produsen juga memperhatikan sisi output suara serta kebebasan interaksi. Oculus VR melengkapi Go dengan sistem audio spasial serta unit controller motion. Dan di waktu ke depan, produsen akan membubuhkan fitur ‘casting‘ konten ke layar sekunder.

Oculus Go rencananya akan dijajakan di harga US$ 200.

Berbicara soal performa, sulit bagi Oculus Go untuk mengejar headset ber-platform  Snapdragon 845 Mobile VR. Namun pemanfaatan Snapdragon 821 sendiri menunjukkan kesiapan Qualcomm memenuhi permintaan terhadap chip pendukung headset VR standalone di kelas berbeda.

Via VentureBeat.