Tag Archives: Oculus VR

Respawn dan Oculus Umumkan Game VR Medal of Honor: Above and Beyond

Nama Respawn mulai terdengar akrab di telinga khalayak berkat tengah naik daunnya Apex Legends, dan banyak gamer sudah mengenalnya ketika studio yang dibentuk oleh dua mantan pendiri Infinity Ward itu meluncurkan Titanfall. Sejak saat itu, Respawn terlibat banyak pengembangan permainan berskala besar, di antaranya Star Wars Jedi: Fallen Order serta game eksklusif Oculus Rift.

Di bulan Oktober 2017, Respawn Entertainment mengumumkan proyek kolaboratifnya bersama tim Oculus Studios. Waktu itu, tim belum menjelaskan apa yang tengah mereka kerjakan, hanya mengutarakan bagaimana teknologi virtual reality dapat memberikan pemain kesempatan buat merasakan kengerian dan kacaunya medan tempur. Dan di perhelatan Oculus Connect 6 kemarin, Oculus akhirnya mengabarkan bahwa game VR tersebut memiliki judul Medal of Honor: Above and Beyond.

Above & Beyond 4

Ada banyak hal menarik dari pengumuman ini. Sebagai awalnya, Above and Beyond akan menjadi permainan Medal of Honor pertama yang Electronic Arts lepas dalam waktu delapan tahun. Seri game bertema perang ini absen dari peredaran setelah sang publisher merilis Warfighter di tahun 2012. Dan dalam mengembangkannya, Respawn dan Oculus Studios mencoba mengembalikan seri Medal of Honor ke tema akarnya.

Dalam Medal of Honor: Above and Beyond, Anda bermain sebagai seorang agen Sekutu yang berkerja untuk Office of Strategic Services (OSS) di era Perang Dunia kedua. Tugas Anda ialah menginfiltrasi, membungkam dan mengalahkan mesin perang Nazi. Game akan membawa Anda mengunjungi lokasi-lokasi tempur bersejarah di Eropa, membantu gerakan pemberontakan di Perancis, hingga menyabotase operasi militer Nazi.

Above & Beyond 3

Aspek unik kedua dari Above and Beyond adalah partisipasi Peter Hirschmann. Ia merupakan produser Dreamworks Interactive, tim yang mengerjakan permainan Medal of Honor pertama dua dekade silam atas permitaan Steven Spielberg. Hirschmann kini bertanggung jawab sebagai game director. Yang menarik lagi ialah, CEO Respawn Vince Zampella juga pernah terlibat dalam pembuatan Medal of Honor: Allied Assault (kisah lengkapnya bisa Anda baca di sini).

Above & Beyond 1

Medal of Honor: Above and Beyond siap menghidangkan mode campaign single-player berisi 50 misi dan aksi multiplayer, serta mode penyampaian cerita unik di mana ‘Anda dapat duduk bersama’ veteran Perang Dunia kedua, mendengarkan kisah mereka sembari menyaksikan kejadian tersebut secara virtual. Tiap-tiap misi single-player kabarnya bisa diselesaikan dengan pendekatan berbeda.

Above and Beyond rencananya akan meluncur di tahun 2020 nanti (namun tanggal pastinya belum diketahui), tersedia secara eksklusif untuk platform Oculus Rift.

Sumber: Blog Oculus.

Rift S Adalah Versi Baru Headset VR Oculus Dengan Teknologi Pelacakan Lebih Canggih

Tes sesungguhnya bagi para pemain di industri VR dimulai dua tiga tahun setelah tersedianya perangkat kelas konsumen. Head-mounted display standalone kini dianggap banyak orang sebagai solusi paling ideal dalam mengakses konten virtual reality karena dibekali hardware pengolah data mandiri serta tidak mengunci pengguna di satu titik. Di kelas ini, Facebook sudah menyiapkan produk bernama Oculus Quest.

Namun konsep ‘tetheredvirtual reality tetap belum bisa disingkirkan. Untuk sementara, lewat metode inilah dunia maya bisa tersaji optimal karena dukungan PC. Dan di Game Developers Conference 2019, Facebook resmi memperkenalkan versi baru Oculus Rift, kini mengusung teknologi pelacakan ruang serta sistem optik yang lebih canggih demi mendongrak kualitas grafis. Headset anyar itu dinamai Oculus Rift S.

Anda bisa segera melihat perbedaan Rift S dari penampilannya. Headset ini tidak lagi menggunakan strap lentur, digantikan oleh headband melingkar dengan struktur menyerupai PlayStation VR. Itu berarti pemasangannya lebih mudah dilakukan sendiri. Anda tinggal mengenakan headband lalu menarik bagian visor. Arahan desain ini katanya dipilih karena lebih baik dalam mendistribusikan beban di kepala. Perancangan Rift S dilakukan tim Oculus bersama Lenovo.

Potongan bagian luarnya sedikit berbeda dan Anda akan melihat modul-modul lensa. Ia merupakan komponen dari sistem pelacakan berskala ruang Oculus Insight, yang memungkinkan headset bekerja tanpa membutuhkan sensor eksternal. Berbekal Insight dan lima lensa (dua di depan, masing-masing di kiri dan kanan, dan satu lagi di atas), Rift S dapat melacak dan menangkap objek yang ada di sekitar pengguna. Dan ketika dikombinasikan bersama periferal Oculus Touch barunya, pengalaman pemakaiannya jadi jauh lebih natural.

Oculus Rift S 2.

Oculus sebetulnya belum secara resmi mengungkap spesifikasi Rift S, tapi UploadVR menginformasikan pemanfaatan resolusi 2560×1440p – setara Oculus Go. Itu berarti ia punya kepadatan pixel 40 persen lebih tinggi dari Rift standar di 2160x1200p, kemudian bagian optiknya diperbarui buat mengurangi efek screen door dan menghilangkan god rays. Perlu dicatat bahwa layar HMD masih mengusung LCD dan menggunakan backlight sehingga belum bisa menampilkan hitam yang benar-benar pekat. Lalu saya juga baca ada sedikit penurunan refresh rate dari 90Hz ke 80Hz.

Oculus Touch Rift S.

Selain itu, periferal Touch yang menemani Rift S juga mendapatkan modifikasi. Desainer memindahkan bagian ‘cincin pelacak’ dari bawah ke atas, dimaksudkan agar pemancar inframerah dapat mudah terdeteksi headset. Penempatan tombol-tombolnya sendiri masih sama.

Oculus Rift S 1.

Oculus Rift S rencananya akan mulai dipasarkan di ‘musim semi’ tahun ini. Satu unitnya dibanderol US$ 400 untuk varian dengan penyimpanan internal 64GB. Akan tersedia pula opsi ber-storage 128GB.

Headset VR Oculus Quest Mungkin Malah Akan Berkompetisi Dengan Nintendo Switch

Perjalanan industri gaming sangat dinamis: home console membawa aktivitas tersebut dari arena arcade ke dalam rumah, lalu kemunculan sistem handheld memungkinkan kita menikmati game di mana saja. Dan di era modern ini, muncul lagi satu jenis konten serta segenap platform pendukung yang berpotensi mendisrupsi industri hiburan interaktif: VR.

Virtual reality bukanlah cerita baru, namun teknologi ini baru benar-benar bisa dijangkau oleh konsumen setelah Oculus Rift dan HTC Vive dirilis beberapa tahun silam. Meski demikian, saat itu masih ada sejumlah tantangan besar yang menghambat adopsi headset virtual reality: ia membutuhkan dukungan sistem berspesifikasi tinggi, masih minimnya konten, serta pemakaiannya yang mengekang user di satu lokasi.

Kendala terakhir ini mendorong sejumlah perusahaan teknologi untuk megembangkan headset berkonsep VR standalone, dan Anda mungkin tak lagi asing dengannya. Facebook punya Oculus Go, HTV menyediakan Vive Focus, bahkan Lenovo punya penawaran berupa Mirage Solo. Dan minggu lalu, Facebook kembali membuat terobosan di segmen itu lewat pengumuman Oculus Quest.

Oculus Quest merupakan head-mounted display yang difokuskan pada ranah gaming, menjanjikan kinerja hardware mendekati Rift dengan fleksibiltas ala Go. Produsen memang belum mengungkap detailnya lebih jauh, namun kabarnya headset didukung oleh sistem tracking mutakhir. Facebook juga punya agenda buat meramaikan peluncuran Quest di ‘musim semi 2019’ dengan lebih dari 50 judul game.

Dalam presentasinya, CTO Oculus VR John Carmack memprediksi bahwa saat dirlis nanti, Oculus Quest boleh jadi malah akan berkompetisi dengan perangkat yang tak terduga, yakni Nintendo Switch. Menurut mantan lead programmer Commander Keen, Wolfenstein 3D dan Doom itu, Quest akan dipilih oleh konsumen sebagai perangkat gaming sekunder, saat mereka sudah memiliki platform gaming utama, misalnya PC atau console current-gen.

Hal tersebut ternyata berkaitan dengan kapabilitas hardware dari Quest. Headset ini kabarnya mempunyai kinerja grafis setara PlayStation 3 dan Xbox 360. Mayoritas permainan di era last-gen di-render di resolusi 1280×720 30fps. Di Oculus Quest, game disuguhkan di 1280x1280p 72fps buat masing-masing mata. Jika dikalkulasi, itu berarti Quest menghidangkan pixel 8,5 kali lebih banyak dari console Xbox 360.

Namun tentu ada banyak hal yang membuatnya lebih unggul dari sistem last-gen. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, Quest dibekali sistem pelacakan gerakan tanpa sensor eksternal dengan ruang deteksi seluas 370 meter persegi, kemudian ia juga mampu membaca gerakan 6DoF (degrees of freedom), dapat mengetahui ketika Anda berdiri, jongkok, atau memiringkan kepala.

Oculus Quest rencananya akan dijajakan seharga US$ 400.

Via Games Industry.

Facebook Perkenalkan Headset VR Standalone High-End Spesialis Gaming Oculus Quest

Tersedianya headset virtual reality kelas konsumen membuka begitu banyak skenario pemakaian, dari mulai di ranah hiburan, edukasi hingga medis. Namun terlepas dari kian canggihnya teknologi pendukung VR, HMD kelas high-end masih mengikat penggunanya di satu lokasi. Dan sebagai jalan keluarnya, para produsen berlomba-lomba menyediakan perangkat berkonsep standalone.

Facebook memang sempat memperkenalkan dan meluncurkan Oculus Go di awal tahun ini. Namun mereka yakin masih bisa menggarap perangkat standalone dengan kapabilitas yang lebih baik darinya. Dalam konferensi Oculus Connect 5, Mark Zuckerberg resmi mengumumkan Oculus Quest, head-mounted display VR all-in-one standalone yang sengaja difokuskan pada ranah gaming.

Oculus Quest merupakan inkarnasi versi konsumen dari proyek Santa Cruz, dan kemandirian merupakan aspek andalan yang ditawarkan olehnya. Headset bisa bekerja tanpa PC, bebas kabel, dan sama sekali tidak membutuhkan sensor eksternal. Seperti Rift, Anda hanya tinggal mengenakannya di kepala dengan bagian visor menutup mata. Lalu untuk berinteraksi dengan konten digital, Quest turut dibundel bersama controller motion Oculus Touch model baru.

Oculus Quest 1

Hal paling menarik dari Quest adalah janji Facebook terhadap kemampuannya menghidangkan kualitas visual hampir setara Rift. Di waktu peluncurannya nanti, Quest rencananya siap menghidangkan lebih dari 50 judul game VR -beberapa yang paling terkenal di antaranya Robo Recall, The Climb dan Moss. Oculus Studios juga sempat mengumumkan Star Wars: Vader Immortal Episode I buat memeriahkan perilisan Quest.

Facebook belum menginformasikan spesifikasi Quest secara lengkap, namun head of VR Oculus Hugo Barra menjelaskan bahwa headset ini mendukung sistem tracking seluas 370 meter persegi. Quest juga ditunjang oleh teknologi Oculus Insight yang mengusung kapabilitas pelacakan luar-dalam. Dipadu kebebasan bergerak enam-derajat, HMD dapat tahu saat Anda berdiri, jongkok, atau memiringkan kepala. Lewat Insight, Oculus bisa menerapkan fitur pengaman ‘Guardian’ yang memungkinkan kita mengetahui keadaan di sekitar meski sedang berada di alam virtual.

Quest menyimpan aspek optik serupa Oculus Go, menyuguhkan layar beresolusi 1600x1440p untuk masing-masing mata. Selain itu, headset turut dibekali sistem audio built-in yang menjanjikan output berkualitas tinggi dengan bass bertenaga.

Facebook punya agenda untuk mulai memasarkan Oculus Quest di musim semi 2019. Produk akan dijajakan seharga US$ 400 untuk model dengan penyimpanan 64GB – dua kali lipat harga Oculus Go. Perilisan Quest di tahun depan itu kabarnya menandai akhir dari pengembangan perangkat VR Oculus generasi pertama.

Sumber: Oculus.

Marvel Powers United VR Ajak Anda dan Kawan Bermain Bersama Sebagai Superhero Marvel via Oculus Rift

Umumnya para produsen console-lah yang sering menyediakan produk edisi khusus. Langkah ini jarang dilakukan perusahaan hardware PC, kecuali jika mereka melakukan  kolaborasi bersama pemilik franchise hiburan ternama dunia. Tapi ternyata bukan para pemain lama di bisnis consumer electronics saja yang melihat efektivitas dari strategi bundel hardware dan game ini.

Dalam acara Comic Con San Diego 2018 yang dibuka kemarin, Facebook memperkenalkan Oculus Rift edisi khusus Marvel Powers United VR. Marvel Powers United VR ialah game berbasis virtual reality yang mempersilakan kita bertransformasi jadi karakter-karakter di jagat Marvel. Dan untuk memudahkan konsumen menikmatinya, Oculus VR sudah menyiapkan bundel berisi hardware dan permainannya.

Bundel Oculus Rift Marvel Powers United VR menyajikan unit HMD Rift, sepasang controller Oculus Touch dan satu kopi game Marvel Powers United VR. Jika kebetulan sudah mempunyai Oculus Rift, Anda tentu saja bisa membeli permainan secara terpisah. Produsen tampaknya tidak mengimplementasikan desain khusus pada edisi bundle Rift tersebut, hanya bungkusnya saja yang berbeda.

Marvel Powers United VR mempunyai konsep gameplay yang menarik. Permainan ini mengedepankan elemen multiplayer kooperatif dan menyuguhkan formula action. Anda dan kawan-kawan diperkenankan memilih bermain sebagai tokoh-tokoh superhero Marvel – termasuk para karakter yang saat ini belum masuk di Marvel Cinematic Universe – misalnya anggota dari X-Men.

Marvel Powers United VR 1

Video trailer promosi Marvel Powers United VR menyoroti empat superhero Marvel, yaitu Captain America, Doctor Strange, Spider-Man dan Wolverine. Tak perlu cemas cemas, ada lebih banyak karakter yang dapat Anda pilih. Tim Sanzaru Games menyiapkan 18 opsi hero. Berdasarkan gambar dan trailer, developer telah mengonfirmasi sejumlah nama: Captain Marvel, Storm, Iceman, Black Panther, Thor, Gamora, Black Bolt, Rocket Raccoon, Hawkeye, Black Widow, Deadpool, Crystal, Star-Lord dan Hulk.

Masing-masing hero mempunyai kemampuan dan gaya bermain berbeda. Hulk misalnya. Saat memilih jadi alter-ego Bruce Banner tersebut, lawan-lawan Anda jadi terlihat lebih kecil. Kemudian sebagai Rocket Raccoon, Anda akan lebih banyak menggunakan persenjataan jarak jauh. Ada kemungkinan developer juga akan menambah opsi superhero Marvel di waktu yang akan datang via update.

Facebook dan Sanzaru Games berencana untuk meluncurkan Marvel Powers United VR serta bundel Oculus Rift-nya pada tanggal 26 Juli 2018. Game dijajakan seharga US$ 40, sedangkan bundel Rift dibanderol US$ 400. Pre-order sudah bisa dilakukan di situs Oculus.com.

Sumber: Oculus.com.

 

Menurut Sony, Pertumbuhan VR Belum Sesuai Harapan

Sebelum perangkat-perangkat head-mounted display VR standalone seperti Oculus Go, HTC Vive Focus serta Lenovo Mirage Solo dipasarkan, PSVR merupakan pilihan paling ideal. Mutu kontennya jelas lebih baik dibanding headset berbasis smartphone yang dahulu sempat populer, tapi ia juga tidak membutuhkan PC berspesifikasi tinggi dan langsung kompatibel ke PS4.

Sejak dirilis di bulan Oktober 2016 hingga Desember 2017 kemarin, Sony telah menjual lebih dari dua juta unit PlayStation VR. Menurut perhitungan IDC, penjualan perangkat VR dan AR diestimasi akan meningkat menjadi 12,4 juta di tahun ini. Sebagai perbandingan, ada delapan juta produk yang dipasarkan di tahun lalu. Namun ternyata Sony masih belum puas pada performa penjualan produknya.

Dalam Corporate Strategy Meeting minggu ini, Sony Interactive Entertainment menyampaikan bahwa terlepas dari meningkatnya penjualan PSVR, pertumbuhan pasar virtual reality berada di bawah ekspektasi mereka. Dan bukan hanya sang console maker Jepang itu yang berpendapat seperti itu. Matt Conte dari Oculus VR juga menyampaikan pandangan serupa.

“Saya tidak mau mengurangi faktanya: VR masih kecil,” kata Conte pada Games Industry. “Persebaran headset di luar sana tidak sebesar seperti yang kita bayangkan beberapa tahun lalu. Angka adopsinya memang tumbuh, dan momentum kenaikannya tidak buruk. Tapi hal yang kini mesti developer  prioritaskan adalah mencari cara agar karya mereka bisa sampai ke tangan konsumen sebanyak mungkin.”

Menurut Matt Conte, konten VR sebaiknya didistribusikan ke seluruh platform yang tersedia: Oculus, PlayStation VR, Steam hingga mobile jika bisa. Developer tidak memerlukan eksklusivitas seperti game tradisional karena yang saat ini virtual reality butuhkan ialah tumbuh sepesat-pesatnya.

Namun di sisi lain, pengembangan konten VR dihadang masalah biaya. Sebagian besar developer aplikasi/game virtual reality adalah studio independen dengan modal seadanya. Untuk bisa meneruskan proyek, mereka kadang harus mengadakan kesepakatan dengan pemilik platform seperti Facebook dan Microsoft untuk mendapatkan bantuan dana dengan syarat memasarkan kreasi tersebut secara eksklusif.

Saya sendiri mendengar langsung dari para developer VR lokal perjalanan panjang seperti apa yang sudah mereka lalui. Tidak aneh jika konten yang developer garap sangat berbeda dari visi awal mereka.

Ambil contohnya Mindvoke punya ShintaVR. Dahulu, developer menyiapkan IP ini sebagai platform kreasi berbasis perangkat mobile. Karena gagasan tersebut terlalu maju dan khalayak saat itu masih belum siap menerimanya, Mindvoke berevolusi menjadi game berkonsep kooperatif. Masih belum menemukan ‘tujuan’ dari penyajian permainan, ShintaVR akhirnya memodifikasinya lagi hingga menyuguhkan pengalaman multiplayer kompetitif.

Via Eurogamer.

Oculus Pamerkan Headset VR Purwarupa yang Lebih Canggih dari Rift

Sejak mulai bermain di ranah VR selama empat tahun dan menggelontorkan modal sebesar US$ 3 miliar, Facebook akhirnya mempersilakan publik memesan produk yang selama ini menjadi visi perusahaan dalam meramu headset virtual reality portable ideal: Oculus Go. Begitu ditunggunya perangkat itu, stok di Amazon segera ludes hanya beberapa jam setelah tersedia.

Alasan laris manisnya Oculus Go tak sulit ditebak. Head-mounted display ini bisa bekerja mandiri tanpa dukungan perangkat lain, menyimpan hardware  bertenaga untuk menghidangkan kualitas visual yang lebih baik dibandingkan headset berbasis smartphone, serta dijajakan di harga kompetitif. Namun bahkan sebelum Oculus Go benar-benar sampai di tangan konsumen, Facebook sudah memamerkan model purwarupa yang lebih canggih dari Oculus Rift.

Dalam konferensi F8 yang dilangsungkan hari Rabu silam, Facebook menyingkap HMD prototype ‘Half Dome’. Desain headset ini hampir identik dengan varian Oculus Rift standar, tetapi mempunyai sejumlah bundaran (benjolan) kecil di sisi depan – mengingatkan saya pada cekungan-cekungan bundar di HTC Vive. Facebook dan Oculus belum memberi tahu apa gunanya. Saya pribadi menerka, bagian tersebut berhubungan dengan fungsi pelacakan posisi.

Oculus

Aspek paling unik di Half Dome terletak di dalam, dan belum pernah dimanfaatkan oleh HMD komersial lain. Headset tersebut menyimpan mekanisme yang memungkinkan bagian lensa bergerak maju dan mundur dari mata pengguna secara cepat saat menangani aplikasi virtual reality. Maria Fernandez Guajardo selaku head of product management Oculus menamakan sistem ini sebagai displayvarifocal‘.

Display varifocal dapat menyesuaikan jarak lensa ke mata dalam hitungan di bawah milimeter. Dengan kemampuan tersebut, Half Dome bisa membuat detail pada gambar lebih ‘jernih’, misalnya teks. Meski demikian, sejauh ini belum diketahui apakah kapabilitas itu dimungkinkan karena headset sanggup mendeteksi fokus mata kita atau memanfaatkan software untuk ‘mendekatkan’ konten ke mata.

Keunggulan prototype Half Dome lainnya adalah pemakaian lensa yang lebih besar. Saat Oculus Rift dan HTC Vive menyuguhkan field of view seluas 110-derajat, unit baru ini menjanjikan FoV 140 derajat. Namun buat sekarang, Oculus belum mengungkap detail Half Dome secara lebih rinci; di antaranya resolusi, jenis layar (OLED atau LED) hingga apakah headset akan kembali menggunakan desain Fresnel seperti Rift.

Oculus juga belum menginformasikan kapan rencananya teknologi-teknologi baru Half Dome akan dituangkan menjadi produk konsumen. Namun mengevaluasi dari penyajiannya, boleh jadi ia akan disiapkan sebagai penerus atau vesi lebih canggih dari Rift, seperti Vive dan Vive Pro; dan tetap memanfaatkan PC untuk mengolah konten.

Sumber: Arstechnica.

Performa Oculus Go Kabarnya Berada di Atas Samsung Gear VR Plus Galaxy S7

Dengan dukungan canggihnya hardware PC, kualitas visual yang disuguhkan HTC Vive dan Oculus Rift memang mengagumkan. Tapi ada beberapa hal perlu terpenuhi agar proses adopsi headset VR kelas konsumen berjalan lebih cepat: pemakaiannya harus mudah, kontennya melimpah, harganya terjangkau, dan sebisa mungkin tidak membelenggu mobilitas sang pengguna.

Itulah faktor pencetus tren HMD VR standalone di kalangan produsen hardware, dan Facebook menjawabnya dengan memperkenalkan Oculus Go di bulan September silam. Dalam pengumumannya, sang produsen berniat untuk meluncurkan Oculus Go di awal tahun ini. Namun memasuki bulan ketiga 2018, produk ini masih belum tersedia.

Info lebih jauh terkait kinerja hardware Oculus Go belum lama diungkap oleh chief technical officer Oculus VR John Carmack lewat Twitter. Menanggapi pertanyaan mengenai kemampuan headset VR tersebut, Carmack menyatakan bahwa Oculus Go mampu menyuguhkan kualitas grafis lebih baik dari Samsung Gear VR yang dipasangkan dengan smartphone Galaxy S7.

Di bulan Januari kemarin, Oculus VR mengumumkan kolaborasi bersama Xiaomi untuk memproduksi Oculus Go, serta mempersilakan produsen elektronik Beijing itu buat memasarkan HMD standalone Mi VR-nya sendiri khusus di wilayah Tiongkok. Walaupun berbeda nama, penampilan serta spesifikasi keduanya serupa. Mereka dibekali Qualcomm Snapdragon 821 – SoC yang turut mengotaki Google Pixel dan LG G6.

Pemilihan chip ini cukup menarik mengingat waktu itu Snapdragon 835 sudah tersedia. Sepertinya keputusan Oculus VR dipengaruhi oleh keinginan mereka menjajakan Oculus Go sebagai HMD virtual reality terjangkau. Dan karena tidak didesain untuk menjalankan fungsi-fungsi smartphone, Snapdragon 821 dapat lebih dioptimalkan ke aspek penyajian virtual reality.

Oculus Go menyajikan layar ‘fast-switch‘ 2K 2560x1440p. Carmack menjelaskan, panel tersebut mengusung jenis LCD, sehingga level kontrasnya tidak istimewa. Tetapi display ini mempunyai lebih banyak subpixel, lalu Oculus VR juga bilang telah memperbaiki masalah yang menyebabkan rendahnya mutu warna.

Selain aspek visual, produsen juga memperhatikan sisi output suara serta kebebasan interaksi. Oculus VR melengkapi Go dengan sistem audio spasial serta unit controller motion. Dan di waktu ke depan, produsen akan membubuhkan fitur ‘casting‘ konten ke layar sekunder.

Oculus Go rencananya akan dijajakan di harga US$ 200.

Berbicara soal performa, sulit bagi Oculus Go untuk mengejar headset ber-platform  Snapdragon 845 Mobile VR. Namun pemanfaatan Snapdragon 821 sendiri menunjukkan kesiapan Qualcomm memenuhi permintaan terhadap chip pendukung headset VR standalone di kelas berbeda.

Via VentureBeat.

Facebook Luncurkan App Sosial Berbasis VR Spaces di HTC Vive

Facebook mengumumkan Spaces dalam konferensi developer F8 di bulan April silam. Space adalah versi virtual reality dari app sosial media populer tersebut yang dirancang untuk digunakan dari head-mounted display Oculus Rift, mempersilakan para penggunanya untuk berbagi ‘ruang’ dan mengakses foto-foto serta video 360 derajat dengan berbekal avatar.

Oculus VR mungkin masih terlihat enggan menghadirkan konten-kontennya ke platfform virtual reality kompetitor, namun tampaknya sang perusahaan induk tidak terlalu keberatan dengan hal itu. Pada tanggal 19 Desember kemarin, Facebook resmi meluncurkan app Spaces untuk headset HTC Vive. Aplikasi Spaces di Vive merupakan versi beta serupa seperti yang sudah tersedia di Oculus Store sejak bulan Juli 2017.

Tentu saja ada beberapa batasan yang tak mau Facebook langkahi. User Vive memang telah diperkenankan memanfaatkan aplikasi sosial ini, tapi mereka tetap harus mengunjungi laman Spaces di Facebook untuk bisa mengunduhnya karena Spaces belum tersedia di store digital Steam ataupun Viveports. Cara mendapatkannya sangat mudah, cukup dengan mengklik tautan ‘Spaces on Vive’ untuk men-download file installer-nya.

Di dalam Spaces, Anda dipersilakan menggunakan foto profile untuk diubah jadi karakter digital. Kita hanya tinggal menentukan satu foto favorit, dan kemudian, Facebook segera menyiapkan beberapa alternatif yang dapat dipilih. Selanjutnya, Anda bisa mengustomisasi avatar tersebut lebih jauh seperti memodifikasi model rambut, warnanya, warna mata, serta mengustomisasi fitur-fitur lain di wajah.

Via Spaces, kita bisa melakukan atau menerima panggilan video ke teman (meski mereka tidak mengaksesnya via virtual reality), mengaktifkan mode live, men-share foto serta video, menggambar objek-objek tiga dimensi, hingga mengambil foto selfie avatar. Spaces memanfaatkan periferal motion controller sebagai metode utama berinteraksi dengan kontennya.

Fitur menggambar 3D di Spaces sendiri sangat unik karena dapat dimanfaatkan untuk beragam permainan: gambar pedang dan Anda bisa mengajak teman buat berduel, lalu kita dapat menikmati permainan-permainan tabletop dadakan semisal tic-tac-toe. Kawan-kawan Anda di sana diperkenankan untuk berinteraksi dengan objek tiga dimensi buatan Anda, dan juga sebaliknya.

Seperti di Oculus Rift, para pemilik HTC Vive bisa menikmati versi beta dari Facebook Spaces secara gratis.

Via Games Industry.

Headset VR Oculus Rift Memperoleh Pemangkasan Harga Besar-Besaran Secara Permanen

Di awal ketersediaannya, aspek utama yang menghambat pemasaran headset VR adalah tingginya harga dan kebutuhan hardware. Pelan-pelan hal itu berubah. Kini makin banyak tersedia sistem VR ready, baik dalam wujud desktop maupun laptop. Dan ada kabar gembira saat fokus produsen mulai beralih pada penyediaan unit standalone: harga HMD VR generasi pertama mulai menurun.

Di awal bulan Oktober, HTC mengabarkan pemotongan harga head-mounted display Vive ke US$ 600 dan membundelnya dengan game  Fallout 4 VR. Facebook tampaknya tak mau ketinggalan. Setelah resmi menyingkap Oculus Go, produsen juga mengumumkan pemangkasan harga Rift secara besar-besaran. Headset virtual reality yang dahulu dibanderol US$ 600 itu kini hanya dijajakan seharga US$ 400.

Lewat blog resmi, tim Oculus menjelaskan bahwa alasan mereka mengurangi harga Rift ialah karena ingin agar konten VR dapat bisa dinikmati oleh lebih banyak orang. US$ 400 adalah harga paket all-in-one, sudah termasuk unit controller Oculus Touch serta sensor. Oculus belum mengabarkan apakah diskon berlaku buat headset yang dijual tanpa Touch.

Dan soal bonus konten, Facebook tak mau kalah dari penawaran HTC dengan Fallout 4 VR. Rift turut dibundel bersama tak kurang dari enam aplikasi gratis – di antaranya ada Robo Recall, dua tool garapan Oculus, yaitu Medium dan Quill, game shooter ARKTIKA.1, serta permainan Lone Echo dan Echo Arena.

Mereka menyampaikan, “Rift tetap akan ada dan siap menghidangkan pengalaman virtual reality luar biasa hingga bertahun-tahun ke depan. Kami tidak sabar untuk menyingkap kejutan-kejutan yang telah disiapkan, dari mulai beragam fitur menarik di software baru, konten-konten seru, serta IP-IP kelas blockbuster.”

Sebelumnya, produsen sempat mengurangi harga Oculus Rift di bulan Juli silam, lalu memperpanjang program diskon ke bulan Agustus karena tingginya permintaan. Menurut informasi dari Oculus, konsumen mereka lebih memilih bundel all-in-one ketimbang membeli unit headset-nya saja. Promo tersebut dijadwalkan untuk berakhir pada tanggal 21 Agustus, namun kini Oculus malah menerapkannya secara permanen.

Berkat pemotongan harga di periode summer sale kemarin, penjualan Rift meningkat cukup drastis – sebesar delapan persen – membuatnya jadi pilihan lebih populer dari HTC Vive. Persentase market share sementara antara Oculus Rift dan HTC Vive yang diperoleh PCGamesN di bulan September ialah 43,81% versus 52,31% – menempatkan headset VR HTC itu di depan Rift.

Sumber: Oculus.