Samsung telah meluncurkan tablet terbarunya di Indonesia, bernama Galaxy Tab A7 versi 2020. Tablet kelas menengah ini hadir dengan layar 10,4 inci dan ditenagai oleh chipset Snapdragon 662 yang siap menunjang pekerjaan atau belajar online anak-anak di rumah.
Samsung Galaxy Tab A7 tersedia di Indonesia dalam warna dark gray dan silver dengan harga Rp4.999.000. Pembelian Galaxy Tab A7 hingga 31 Oktober 2020 akan mendapatkan bonus 12 bulan perlindungan dari Samsung Care+ senilai Rp449.000, yang dapat ditukarkan di aplikasi Samsung Gift Indonesia.
Hands-on Samsung Galaxy Tab A7 2020
Unit yang coba varian dark gray dengan bezel layar berwarna hitam, sedangkan untuk warna silver punya bezel putih. Desain tepi bezel layarnya simetris dengan ketebalan 10,5mm yang kelihatan agak tebal tapi masih enak dipandang dan justru bermanfaat untuk mengistirahatkan jempol.
Layar 10,4 incinya menggunakan panel IPS beresolusi 1200×2000 piksel. Ukuran yang lapang membuatnya ideal untuk digunakan multitasking hingga menikmati konten multimedia seperti nonton film dan bermain game. Ditambah keluaran audio yang powerful berkat dukungan quad stereo speaker dengan Dolby Atmos.
Samsung merancang tablet ini agar optimal digunakan secara landscape, posisi kamera depan 5MP berada di sebelah kanan bagian tengah. Orientasi layar ini lebih nyaman untuk mengikuti video conference dan webinar, isi presentasi atau bahan ajaran dari guru terlihat dan terdengar jelas.
Hadir dengan dimensi 247,6×157,4mm dan ketebalan 7mm, bodi Galaxy Tab A7 tergolong ramping. Bobotnya pun ringan di angka 477 gram saja, meski kerangka dan punggungnya dari metal. Untuk mengoptimalkan fungsionalitasnya, sebaiknya langsung beli flip cover yang bisa berfungsi sebagai stand dan keyboard Bluetooth pihak ketiga.
Konektivitas menjadi salah satu keunggulannya, Galaxy Tab A7 dilengkapi jaringan 4G LTE sehingga Anda tidak sepenuhnya bergantung pada WiFi. Anda bisa menyisipkan satu kartu SIM, bisa buat telepon dan juga SMS. Port USB Type-C menjadi konektivitas kabelnya dan juga masih tersedia jack audio 3,5mm.
Tablet Android 10 dengan One UI 2,5 ini juga dibekali sejumlah fitur penting, proses multitasking bisa dilakukan dengan split screen view atau pop-up view. Lalu ada Quick Share untuk membagikan file berukuran besar ke 5 perangkat Galaxy lainnya pada saat bersamaan. Sayangnya, tidak ada antarmuka Samsung Dex yang memberi pengalaman seperti menggunakan desktop.
Juga ada Samsung Kids untuk belajar dan bermain bersama anak. Samsung Kids berisi aplikasi edukasi dan permainan untuk mengasah kreativitas. Untuk anak yang lebih besar, terdapat fitur parental control yang membantu memonitor maupun memahami penggunaan tablet oleh anak secara mendetail. Orang tua dapat mengatur aplikasi apa saja yang dapat dibuka saat tablet digunakan oleh anak, termasuk jam penggunaannya.
Seperti yang disebutkan di atas, Galaxy Tab A7 mengandalkan chipset Snapdragon 662 dengan RAM 3GB dan penyimpanan internal 32GB yang bisa diperluas dengan menyisipkan microSD. Kapasitas baterai 7.040 mAh akan menjaga Galaxy Tab A7 aktif seharian.
Sebagai gambaran, hasil benchmark GeekBench 5 memperoleh skor 311 untuk single-core dan multi-core 1383. Performanya memang tidak terlalu ngebut tapi masih bisa menangani komputasi harian dengan cukup baik. SoC ini dibangun pada process technology 11nm dengan AI Angine generasi ke-3 dan mengemas CPU octa-core yang terdiri dari 4×2.0 GHz Kryo 260 Gold, 4×1.8 GHz Kryo 260 Silver, serta GPU Adreno 610.
Di tengah kondisi pandemi, Galaxy Tab A7 akan menjadi perangkat yang serbaguna. Dari memenuhi kebutuhan multimedia, menunjang produktivitas, hingga perangkat keluarga dan alat belajar online anak-anak. Pada rentang harganya, saingan utama Galaxy Tab A7 ialah Huawei MatePad yang memiliki keunggulan aksesori smart keyboard, tapi ia hanya mengandalkan konektivitas WiFi dan tanpa layanan Google Mobile Service.
Samsung belum lama ini meluncurkan Galaxy A31 yang ditujukan untuk mendukung gaya hidup live generation. Smartphone kelas menengah yang dibanderol Rp4.199.000 ini diumumkan lewat acara live streaming mengingat Indonesia saat ini masih dalam kondisi pandemi covid-19.
Sebagai penerus Galaxy A30s, Galaxy A31 pun hadir dengan perbaikan di sejumlah area. Diantaranya peningkatan resolusi layarnya yang kini beresolusi Full HD+, dengan kamera utama 48MP, hingga performa yang harusnya lebih baik.
Apalagi yang menarik dari perangkat terbaru Galaxy A series ini? Berikut review Samsung Galaxy A31 selengkapnya:
Desain Ramping
Dari sisi tampilan, desain Galaxy A31 tidak aneh-aneh, tetap simpel dan minimalis. Bagian mukanya mengemas Infinity-U display dengan bezel samping layar yang tipis dan memiliki lekukan berbentuk U di tepi atas layar guna memuat kamera depan beresolusi 20MP.
Balik ke belakang, back cover-nya disertai pola yang unik dan terdapat efek bias aurora saat melihatnya pada sudut tertentu. Lalu, empat unit kamera belakangnya disusun apik dalam bingkai persegi panjang menyerupai huruf L dan posisinya merapat ke sisi kiri atas.
Hadir dalam dimensi 159.3×73.1×8.6 mm dan bobot 185 gram, profil Galaxy A31 terbilang langsing dan tinggi meski tertanam baterai berkapasitas besar 5.000 mAh. Body-nya memang terbuat dari material plastik, tapi tidak terkesan murahan dan terasa solid di tangan.
Untuk kelengkapan atribut lainnya, tombol power dan volume berada di sisi kanan. Sedangkan, di sisi kiri ada SIM tray yang berisi dua slot nano SIM dan satu slot microSD. Pada sisi atas terdapat mikrofon sekunder, sedangkan jack audio 3,5mm, port USB Type-C, mikrofon utama, dan speaker terletak di sisi bawah.
Infinity U Display 20:9
Panel yang digunakan berjenis Super AMOLED berukuran 6,4 inci dengan resolusi 1080×2400 piksel yang menghasilkan tingkat kepadatan layar 441 ppi. Kualitas layarnya sudah lebih dari cukup untuk menikmati konten video, aktivitas sehari-hari, maupun bermain game, konten tampil cemerlang dengan warna yang menyenangkan dan punya tingkat hitam yang tinggi khas Super AMOLED.
Menggunakan aspek rasio 20:9, layar Galaxy A31 menjulang ke atas terasa sekali amat panjang dan layarnya terlihat agak sempit. Sisi baiknya, Galaxy A31 bisa dipegang satu dengan mudah, apalagi sudut-sudut body-nya agak membulat. Meskipun ibu jari kita hanya bisa menjangkau setengah layar.
Rasio memanjang ini menyuguhkan pengalaman menonton film lebih asyik. Serta, mode split screen view dapat menampilkan dua aplikasi secara bersamaan dengan lebih optimal saat multitasking sehingga bisa lebih produktif.
One UI 2.1
Samsung Galaxy A31 melangkah pada sistem operasi Android 10 dengan user interface One UI terbaru versi 2.1 yang sangat user friendly. Ikon-ikonnya tampak besar dan kaya akan fitur.
Dari sisi layar, Galaxy A31 dilengkapi blue light filter dan dark mode untuk membuat pengguna lebih nyaman dengan antarmuka gelap. Lalu, terdapat screen mode vivid atau natural, tata letak home screen satu lapis atau dua lapis, edge screen yang menyediakan akses cepat, hingga sistem navigasi full screen gestures.
Untuk keamanan, perangkat ini mengandalkan On-Screen Fingerprint bersama face recognition untuk buka dan kunci smartphone secara praktis. Fitur andalan lain pada Galaxy A31 ialah adanya NFC yang bermanfaat untuk mengecek dan mengisi saldo di uang elektronik, serta pembayaran digital dengan Samsung Pay.
Quad Camera 48MP
Kamera belakang Galaxy A31 cukup lengkap, ada empat unit dengan lensa berbeda. Kamera utamanya beresolusi 48MP Quad Bayer dengan aperture f/2.0, menggunakan sensor Samsung ISOCELL Bright GM2 didukung ISP (Image Signal Processor) suguhan chipset MediaTek Helio P65.
Secara default hasil optimalnya 12MP dengan ukuran per piksel besar 1.6µm sehingga mampu menangkap lebih banyak cahaya dan dapat diandalkan dalam kondisi low light. Kendati begitu, mode foto beresolusi juga tetap tersedia di pengaturan rasio dan pilih 4:3 48MP.
Selanjutnya ada kamera 8MP f/2.2 dengan lensa ultra wide 13mm untuk fasilitas wide angle. Fitur ini tersedia pada mode foto maupun video, caranya dengan menggeser ikon dua pohon ke tiga pohon yang berada tepat di atas tombol rana.
Sisanya masing-masing 5MP f/2.4 dengan lensa macro dan sebagai depth sensor atau memperoleh foto dengan efek bokeh. Saya cukup terkesan dengan hasil foto macro-nya, hasilnya lumayan meski masih kurang tajam. Kuncinya ada pada jarak pengambilan yaitu 3-5 cm, jadi perlu maju mundur untuk memastikan kita mendapatkan fokus yang tepat.
Kamera belakang dan depannya ini dapat merekam video sebatas 1080p 30fps, belum sampai 4K. Oh iya, kamera depannya beresolusi 20MP dengan aperture f/2.2. Fitur kamera pada Galaxy A31 terbilang minim. Selain mode foto dan video, hanya ada mode live focus, pro, panorama, macro, dan food. Serta, fitur Scene Optimizer, Bixby Vision, dan AR Zone. Berikut hasil foto Samsung Galaxy A31:
Hardware dan Performa
Di sisi hardware, Galaxy A31 ditenagai chipset MediaTek Helio P65. SoC ini mengemas CPU octa-core, terdiri dari dual-core Cortex-A75 berkecepatan 2.0GHz dan hexa-core Cortex-A55 1.7GHz, serta GPU Mali-G52 2EEMC2.
Cortex-A75 sendiri sekitar 22 persen lebih cepat dibanding Cortex-A73 yang digunakan pada seri sebelumnya (Helio P60). Kinerjanya didukung RAM 6GB dan penyimpanan internal 128GB yang bisa diperluas lewat slot microSD. Performa di dunia nyata harusnya tidak ada kendala.
Setidaknya itu yang saya alami, tugas-tugas yang diberikan dapat dijalankan dengan lancar. Sedangkan untuk kebutuhan daya, Galaxy A31 dibekali baterai berkapasitas 5.000 mAh dengan fast charging 15W, dengan penggunaan normal kemungkinan bisa bertahan sepanjang hari dalam sekali charge.
Verdict
Secara keseluruhan, Samsung Galaxy A31 cukup kompetitif di kelas menengah level bawah. Dibanding pendahulunya, sejumlah peningkatan dibawanya. Mulai dari layar Super AMOLED yang kini beresolusi Full HD+, kamera utamanya 48MP, hingga hadirnya fitur NFC.
Penggunaan aspek rasio layar 20:9 secara mengejutkan juga meningkatkan pengalaman pengguna, bersama One UI versi 2.1 terbaru yang berkonsentrasi pada kemudahan penggunaan. Dibanderol dengan harga Rp4.199.000, harganya tidak terpaut jauh dengan Galaxy A51 yang posisinya lebih tinggi.
Sparks
Super AMOLED Full HD+
Quad Camera dengan kamera utama 48MP
NFC
Android 10 dengan One UI 2.1
Baterai 5.000 mAh dengan fast charging
Slacks
Fitur kamera minim
Harganya relatif mahal, tidak jauh dengan Galaxy A51
Dengan semua perangkat yang dikeluarkan oleh Samsung, mungkin Samsung Galaxy Z Flip merupakan yang pertama yang terlihat sangat cantik. Z Flip merupakan perangkat Android kedua dari Samsung yang memiliki layar yang dapat dilipat. Yang pertama, tentu saja Galaxy Fold.
Samsung Galaxy Z Flip sendiri secara tiba-tiba datang ke meja pengujian DailySocial, dua hari sebelum kantor kami memutuskan untuk melakukan Work From Home. Sayangnya, keadaan membutuhkan saya untuk bolak-balik periksa akan penyakit yang sedang merebak saat ini. Jadi, cukup lama setelah itu, saya baru bisa memegang barang yang satu ini. Okey, cukup curhatnya.
Galaxy Z Flip merupakan salah satu perangkat Android di Indonesia yang menggunakan SoC Snapdragon seri 800, yaitu 855+. Tentu saja hal ini menggembirakan mengingat banyak orang yang menunggu perangkat Samsung dengan SoC tersebut. Hal ini tentu saja terkait dengan kebijakan Samsung untuk menjual perangkat flagship mereka dengan menggunakan cip Exynos.
Spesifikasi dari Samsung Galaxy Z Flip adalah sebagai berikut
167.3 x 73.6 x 7.2 mm (terbuka), 87.4 x 73.6 x 17.3 mm (dilipat)
Bobot
183 gram
Baterai
3300 mAh
Kamera
12 MP utama, 12 MP Ultrawide, 10 MP Selfie
OS
Android 10 One UI 2.0
Seperti inilah hasil dari CPU-Z dan Sensorbox:
Satu hal yang cukup disayangkan adalah Samsung Galaxy Z Flip tidak disertai dengan kemampuan untuk melakukan pengisian baterai dengan lebih cepat. Tentu saja, sepertinya flagship yang ada saat ini sudah menggunakan pengisian 30 watt. Namun, Z Flip ternyata masih bertahan di 18 watt saja.
Unboxing
Seperti inilah paket penjualan dari Samsung Galaxy Z Flip
Saya pun telah membuat video unboxing dan hands on dari Z Flip. Simak videonya di bawah ini.
Desain
Dulu, saya pernah memiliki sebuah ponsel Samsung Candybar Flip E1272 di tahun 2013-an. Dan tentu saja, “game” terbaik pada saat itu adalah melakukan buka tutup flip-nya sampai setiap hari. Hal yang sama tentu saja akan saya lakukan jika benar-benar memiliki Samsung Galaxy Z Flip ini.
Bagian terluar dari Samsung Galaxy Z Flip terbuat dari kaca. Sebelumnya, pada video saya mengatakan bahwa bagian luar dari smartphone ini terasa ringkih. Namun, ternyata bagian belakangnya dilapisi oleh Gorilla Glass 6, sehingga seharusnya memang lebih kuat. Sayangnya, standar pengujian saya tidak sampai pada tes jatuh, sehingga mohon dimaklumi kalau tes ketahanan tidak dilakukan. Gunakanlah case yang sudah ada pada paket penjualannya.
Layar dari Galaxy Z Flip memiliki resolusi yang cukup tinggi, yaitu 2636×1080 dengan rasio 19,5:9. Jenis layar yang digunakan adalah Dynamic AMOLED yang bisa dilipat atau foldable. Namun pengguna harus berhati-hati, layar jenis ini sangat rentan terhadap goresan sehingga penambahan lapisan anti gores sangat dianjurkan sehingga terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Layarnya sendiri menggunakan desain punch hole di bagian tengah atas. Pada lubang tersebut, terdapat sebuah kamera depan dengan resolusi 10 MP. Dengan desain ini, memang perangkat akan terlihat lebih menarik dibandingkan dengan model poni. Walaupun pada kenyataannya sama saja fungsinya dengan menggunakan poni.
Pada bagian luarnya, yang menjadi bagian belakang saat smartphone ini dibuka, terdapat dua buah kamera pada bagian atasnya. Di sebelahnya, ada sebuah layar kecil yang akan memberikan informasi singkat mengenai waktu, baterai, dan lain sebagainya. Dan dengan pantulan gambar dari bahan kaca yang ada, membuat selfie dengan kamera utama menjadi lebih mudah. Dan bagian bawahnya dapat ditempelkan kartu uang elektronik karena di sanalah NFC berada.
Pada bagian kanannya (saat perangkat ini dibuka) terdapat tombol volume serta power yang juga merupakan pemindai sidik jari. Pada bagian kirinya, akan ditemukan slot SIM yang bisa diisi sebuah nano SIM. Pada bagian atasnya terdapat sebuah microphone. Dan pada bagian bawahnya terdapat sebuah slot USB-C, speaker, serta microphone.
Sistem operasi yang digunakan pada smartphone ini adalah Android 10. Samsung Galaxy Z Flip menggunakan antar muka terbaru mereka, yaitu One UI versi 2. One UI sendiri masih menggunakan app drawer sehingga semua icon aplikasi dikumpulkan pada satu wadah.
Koneksi ke PC
Fasilitas ini sebenarnya bukan lah hal yang baru. Microsoft selama ini menyematkan aplikasi Your Phone ke dalam Windows 10. Tujuannya adalah untuk mengakses SMS, notifikasi, dan menelepon langsung dari PC dengan melakukan sambungan nirkabel ke smartphone Android.
Sayangnya, kita tidak bisa mengontrol perangkat kita dari Windows 10. Namun, sepertinya kerja sama antara Samsung dan Microsoft pun membuat hal tersebut bisa terwujud. Dengan menggunakan Your Phone, sepertinya perangkat Samsung merupakan yang pertama yang mampu dioperasikan langsung melalui layar PC Windows tanpa harus terhubung dengan kabel.
Saat dioperasikan, nantinya sebuah layar kecil akan muncul pada layar PC Windows. Dari situ, kita bisa melihat layar smartphone Samsung layaknya sebuah emulator. Jadi, saat kita sedang bekerja, feature ini pun sangat berguna apabila kita mendapatkan panggilan atau pesan yang sangat penting.
Jaringan
Samsung selalu mendukung kanal-kanal 4G LTE yang ada di Indonesia pada setiap smartphone mereka. Namun, sepertinya Galaxy Z Flip berbeda karena menggunakan SoC Snapdragon 855+. Kanal yang didukung adalah 1(2100), 2(1900), 3(1800), 4(1700/2100), 5(850), 7(2600), 8(900), 12(700), 13(700), 14(700), 17(700), 18(800), 19(800), 20(800), 25(1900), 26(850), 28(700), 29(700), 30(2300), 34(2000), 38(2600), 39(1900), 40(2300), 41(2500), 46(5200), 66(1700/2100), dan 71(600). Tentunya, hal ini tidak hanya mencakup Indonesia saja, namun mungkin semua negara di seluruh dunia.
Kamera
Kamera tentu saja menjadi salah satu daya tarik dari Galaxy Z Flip dan semua flagship dari Samsung. Namun, saat dilihat dari spesifikasinya, sensor yang digunakan sepertinya sama dengan yang digunakan oleh Samsung Galaxy S10. Jadi, kami mengira bahwa perangkat ini menggunakan antara ISOCELL Plus S5K2L4 atau Sony SAK2L4 (keduanya sama). Kamera depannya pun juga menggunakan Sony IMX 374.
Sayang memang, dalam masa karantina ini, saya tidak bisa jalan-jalan seperti biasanya. So, saya hanya bisa keliling komplek perumahan untuk mengambil gambar. Jadi, gambarnya ya itu-itu saja hehehe…
Sensor yang digunakan pada kamera utamanya ini memang mampu menangkap gambar dengan bagus. Hasilnya memang sangat mirip dengan Samsung Galaxy S10 yang membuahkan gambar yang cukup tajam, rendah noise, serta warna yang pas.
Kamera wideangle juga mampu menangkap gambar dengan cukup baik, asalkan cahaya yang ada cukup terang
Kamera depannya juga cukup baik untuk menangkap dalam keadaan cahaya yang terang. Saat melakukan hands-on, saya tidak mematikan fitur beautify sehingga kumis dan jenggot tidak tergambar dengan baik. Saat mematikan fitur tersebut, ternyata gambarnya tajam. Jika ingin mendapatkan gambar yang lebih baik lagi, gunakan saja kamera belakangnya dengan menggunakan badan belakang Z Flip sebagai kaca.
Pengujian
Menguji kinerja dari sebuah perangkat Samsung flagship yang menggunakan SoC Snapdragon memang menjadi impian sejak lama. Dengan menggunakan Snapdragon 855+ membuat kinerjanya menjadi tidak perlu lagi diragukan. Hal ini membuat Samsung Z Flip menjadi salah satu smartphone Samsung yang kencang.
Menggunakan Snapdragon 855+ membuat perangkat ini memiliki tiga cluster pada SoC-nya. 1 CPU Kryo 485 dengan kecepatan paling tinggi, 2.95 GHz, tiga Kryo 485 dengan kecepatan 2,41 GHz, dan terakhir empat CPU Kryo 485 dengan kecepatan 1,78 GHz. Walaupun SoC tahun lalu, namun kinerjanya masih tergolong salah satu yang sangat kencang di tahun ini.
Dengan SoC itu pula, saya penasaran dengan yang digunakan pada Samsung Galaxy S10+. Galaxy S10 di Indonesia dijual dengan SoC Exynos 9820 yang dinyatakan setara dengan Snapdragon 855. Oleh karena itu, kami kembali menyajikan Galaxy S10 sebagai pembanding, dan juga sebuah perangkat Snapdragon 845 untuk membandingkan antara keduanya.
Dari hasil benchmark di atas menunjukkan bahwa memang SoC yang digunakan pada Samsung Galaxy Z Flip memiliki kinerja yang tinggi. Disusul oleh Exynos 9820 dan terakhir Snapdragon 845. Namun jika dilihat, ternyata Exynos masih tertinggal dalam urusan perhitungan AI. Dan tentu saja, tidak ada SoC yang pelan pada perbandingan kali ini, semua memiliki kinerja yang menakjubkan.
Sayangnya, setelah semua benchmark berakhir, ada sebuah masalah yang cukup menghantui beberapa pengguna. Apalagi kalau bukan panas yang cukup terasa di tangan. Walaupun begitu, pada saat pengujian, saya belum menemukan lag akibat CPU yang throttle.
Uji Baterai dengan MP4
Pengujian kami kali ini menggunakan video MP4 yang dimainkan secara berulang-ulang. Videonya sendiri menggunakan resolusi 1920×1080 dengan codec H.264 dan berdurasi 120 menit. Pengujian berlangsung selama 12 jam 31 menit pada unit yang kami dapatkan.
Menggunakan charger bawaan, saya berhasil melakukan pengisian ulang dengan baterai sebesar 3300 mAh ini. Ternyata dari habis sampai 100%, perangkat ini bisa diisi dalam waktu sekitar 110 menit. Hal ini memang tergolong cukup lama mengingat kapasitas yang tidak terlalu besar dan perangkat ini hanya bisa diisi dengan 15 watt saja.
Verdict
Akhirnya, smartphone lipat dengan dimensi yang tidak besar mendarat di Indonesia. Perangkat ini tidak hanya mementingkan dari sisi lifestyle saja, namun juga kinerjanya sangat baik untuk bermain game dengan seting maksimum. Selain itu, Z Flip juga membawa nostalgia lama di mana perangkat lipat banyak digemari oleh sebagian besar kalangan.
Berbicara mengenai kinerja, tidak perlu lagi dipertanyakan. Dengan membawa Qualcomm Snapdragon 855+, semua aplikasi yang ada di Google Play Store akan berjalan dengan maksimal. Namun yang perlu diingat, semakin tinggi kinerja yang dibutuhkan oleh sebuah aplikasi, maka panas yang dihasilkan juga akan lebih terasa.
Kamera pada Samsung Galaxy Z Flip memang membuahkan hasil yang memukau. Ketiga kamera yang terpasang memang mampu diandalkan dalam mengambil gambar pada setiap momen. Oleh karena itu, Anda tidak lagi perlu memiliki sebuah kamera saku jika sudah memiliki perangkat ini.
Mengenai harga, menurut saya memang Samsung Galaxy Z Flip tergolong mahal. Dengan Rp. 21.888.000, Anda bisa memiliki perangkat cantik dan kencang yang satu ini. Namun, jika Anda menginginkan kinerja tersebut tanpa memiliki dana yang ada, Anda bisa memilih Samsung Galaxy S20 yang memiliki kinerja yang lebih tinggi, dan tentu saja lebih murah harganya.
Sparks
Kinerja tinggi
Have to say this: Qualcomm Snapdragon 855+ pada perangkat mungil
Tanggal 11 Februari 2020 yang lalu merupakan tanggal kelahiran dari sang penerus Samsung Galaxy S10. Tidak menggunakan nama S11, Samsung menamakan perangkat flagship terbarunya tersebut dengan nama Galaxy S20. Acara peluncuran yang diadakan di San Francisco, Amerika Serikat tersebut ternyata juga diadakan secara live, dengan menggunakan kamera dari Samsung Galaxy S20 itu tersebut.
Samsung meluncurkan tiga jenis Samsung Galaxy S20, yang terdiri dari S20 itu sendiri, S20 +, dan terakhir adalah S20 Ultra. Perbedaan antara ketiganya terletak dari dimensi layar, kamera, serta baterai yang digunakan. Samsung juga mengeluarkan ketiga perangkat tersebut dengan dua versi, yaitu versi 5G dan LTE.
Sayangnya, versi yang dikeluarkan di Indonesia merupakan varian LTE. Hal tersebut juga berkaitan dengan tidak tersedianya infrastruktur 5G di Indonesia. Namun, semua spesifikasi yang diusung adalah sama.
Spesifikasi lengkap dari S20 yang beredar di Indonesia adalah sebagai berikut
Selain itu, Samsung juga memperkenalkan generasi baru dari Samsung Galaxy Buds. Dengan nama Galaxy Buds+ yang memiliki teknologi AKG, perangkat ini dilengkapi dengan 2-way speakers dan 3 microphone. Daya tahan baterai juga telah diperpanjang hingga 11 jam dan tambahan 11 jam dari case nya.
Hands On
Di Indonesia sendiri, Samsung juga mengundang para jurnalis untuk melakukan quick hands on dari Samsung Galaxy S20 Ultra. Acara yang diadakan pada tanggal 12 Februari 2020 bertempat di Hotel Raffles Jakarta tersebut menghadirkan satu jenis varian saja.
Sayang memang, Samsung tidak memperbolehkan para peserta untuk mentransfer hasil foto serta melakukan benchmarking pada perangkat Samsung Galaxy S20 Ultra tersebut. Padahal, segala perlengkapan untuk hal tersebut sudah saya bawa dan siap untuk diterbitkan.
Saat memegang perangkat ini, Samsung Galaxy S20 Ultra memang kokoh seperti layaknya smartphone flagship. Dan tidak seperti kebanyakan perangkat yang beredar saat ini, Samsung tidak menggunakan poni lagi, melainkan punch hole di bagian tengah atas. Hal ini tentu saja membuat tampilannya tidak lagi terblokir warna hitam.
Layar depan dari perangkat ini menggunakan Gorilla Glass 6 yang sudah terbukti tahan terhadap benturan mau pun saat jatuh. Layarnya sendiri juga sangat responsif saat digunakan. Dengan One UI versi terbaru, membuat antar mukanya juga sangat mudah untuk digunakan, walaupun oleh orang awam sekali pun.
Satu hal yang saya sangat penasaran adalah kameranya. Dengan 108 MP, ternyata sensor yang digunakan berbeda dengan pesaingnya. Samsung Galaxy S20 Ultra menggunakan ISOCELL Bright HM1. Teknologinya tidak lagi menggunakan TetraCell atau Quad Bayer, tetapi menggunakan NonaCell atau menggunakan 9 piksel kecil yang dijadikan satu untuk membuat satu piksel sebesar 2,4 mikron. HMX sendiri hanya memiliki 1,6 mikron.
Pengambilan gambar pun juga dibawah cahaya yang seadanya. Namun, hal ini membuktikan bahwa Galaxy S20 Ultra mampu mengambil gambar dengan baik. Saya melihat hasilnya tajam dan rendah noise pada cahaya lampu seadanya.
Selanjutnya? Tentu saja zoom! Samsung Galaxy S20 Ultra bisa mengambil gambar dengan zoom 100x. Buat apa? Well, terserah sang pengguna, sih…
Dalam melakukan zoom dari 2x, 4x, dan 10x, gambar yang saya dapatkan masih dapat dikatakan cukup bagus. Namun, untuk 30x dibawah cahaya yang kurang sepertinya tidak perlu dilakukan. Untuk 100x? Memang benar-benar harus dilakukan dibawah cahaya sinar matahari. Hasilnya memang sama sekali tidak tajam.
Ada alasan mengapa Samsung tidak memperbolehkan untuk mem-benchmark dan mengambil file gambar dari S20 Ultra, sih. Samsung masih meningkatkan performa dari perangkat ini sampai dengan produk siap ditangan para konsumen. Produk ini pun juga masih purwarupa, sehingga belum tentu juga menggunakan firmware paling akhir.
Hal pertama yang saya tanyakan tentu saja produk demo untuk melakukan review. Samsung pun juga menyatakan bakal menyediakan perangkat untuk review. Oleh karena itu, penilaian tentu saja bisa berubah.
Keluarga Samsung Galaxy S10 pada akhirnya diluncurkan oleh Samsung. Dan seperti biasanya, Samsung Indonesia pun langsung mengundang para jurnalis untuk melakukan Open Box smartphone terbaru mereka. Undangan tersebut dilaksanakan pada Hotel Fairmont Senayan Jakarta pada tanggal 21 Februari 2019.
Tiga buah smartphone Samsung terbaru diperlihatkan pada acara tersebut. Ketiganya adalah Samsung Galaxy S10+, S10, dan S10e. Tentunya, ketiganya juga memiliki dimensi layar yang berbeda pula. Galaxy S10+ menggunakan layar 6,4 inci (S10+). Untuk Samsung Galaxy S10 berdimensi 6,1 inci. Sementara, Galaxy S10e memiliki layar Flat Dynamic AMOLED 5,8 inci dengan resolusi Full HD+ dan rasio layar 19:9.
Sejumlah fitur unggulan yang ditawarkan antara lain Dynamic AMOLED display, (generasi selanjutnya dari layar Super AMOLED) dengan kompatibilitas HDR10+. Sudah menjalankan Android 9.0 Pie dengan One UI, chipset Exynos 9820 Octa/ Snapdragon 855, in-display Ultrasonic Fingerprint Scanner, lensa ultra-wide, dan Wireless PowerShare.
Saat dilakukan pembukaan kotak paket penjualan, ternyata ketiga smartphone membawa perlengkapan yang sama: kepala charger yang dapat menghantarkan 9v 1,67 Ampere, kabel USB-C, converter USB ke USB-C, dan sebuah earphone buatan AKG.
Harga untuk penjualan di Indonesia pun juga sudah dikeluarkan oleh Samsung. Berikut adalah skema harga dan paket dari ketiga perangkat Android tersebut.
Samsung Galaxy S10:
8GB/128GB: Rp 12.999.000
Bundling pre-order: Paket Smart TV 32 inch + Cashback Rp 1 juta dari mitra bank + Bundling Package dari Telkomsel, XL, dan Indosat
Samsung Galaxy S10+:
12GB/1TB: Rp 23.999.000
8GB/512GB: Rp 18.499.000
8GB/128GB: Rp 13.999.000
Bundling pre-order: Paket Galaxy Watch (42mm) + Cashback Rp 1 juta dari mitra bank + Bundling Package dari Telkomsel, XL, dan Indosat
Samsung Galaxy S10e:
6GB/128GB: 10.499.000
Bundling pre-order: Paket Galaxy Buds + Cashback Rp 1 juta dari mitra bank + Bundling Package dari Telkomsel, XL, dan Indosat.
Setelah pembukaan paket penjualan, Samsung biasanya akan melakukan acara peluncuran untuk ketiga perangkat tersebut. Namun, penjualan online secara pre-order pun sudah dilakukan oleh Samsung. Bagi yang ingin mendapatkannya, jangan sampai ketinggalan, karena beberapa paket sudah habis terjual.
Samsung boleh memimpin di pasar smartphone Android, akan tetapi bukan rahasia apabila skin Android versinya bukanlah favorit semua orang. Samsung sadar akan hal ini, dan mereka pun memutuskan untuk berbenah.
Dalam konferensi developer-nya baru-baru ini, mereka menyingkap One UI. Update Android Pie yang bakal menghampiri Galaxy S9, S9 Plus dan Note 9 rupanya juga akan datang bersama tampilan baru yang lebih segar.
Bukan hanya secara estetika, One UI juga membawa perbaikan dari segi fungsionalitas. Samsung bilang bahwa One UI memungkinkan interaksi yang lebih mudah meski ukuran smartphone bertambah besar. Caranya dengan membagi tampilan layar menjadi dua zona.
Zona tengah ke atas merupakan area visual, biasanya diisi gambar atau teks header berukuran besar. Sebaliknya, zona tengah ke bawah merupakan area interaksi. Dengan begitu, pengguna tak perlu bersusah payah meraih bagian atas layar menggunakan ibu jarinya saat sedang menggunakan smartphone dengan satu tangan saja.
Arahan seperti ini mungkin terkesan seperti menyia-nyiakan ruang yang ada. Namun kalau saya pribadi disuruh memilih, saya lebih mementingkan kenyamanan daripada kelengkapan. Toh terlalu banyak informasi yang ditampilkan secara bersamaan juga bisa membuat bingung.
Pada aplikasi Gallery misalnya, layar besar bukan berarti jumlah foto yang ditampilkan harus lebih banyak, tapi sebaliknya bisa juga lebih sedikit, namun lebih besar ukurannya. Selain lebih manis secara visual, foto-foto tersebut juga bisa disentuh tanpa terlalu presisi. Sekali lagi semuanya demi kemudahan pengoperasian.
Terakhir, ada Dark Mode yang lebih menyeluruh, sehingga layar ponsel Samsung yang demikian vibrant tidak ‘membutakan’ mata ketika digunakan sebelum tidur malam. Dark Mode secara teori juga berguna untuk menghemat baterai pada perangkat yang mengemas panel layar jenis AMOLED.
Update One UI saat ini telah dirilis, tapi masih dalam status beta dan untuk konsumen di beberapa negara saja. Perilisan versi finalnya dijadwalkan berlangsung mulai Januari 2019.