Tag Archives: Online advertising

Mengenal Google Adwords, Layanan Iklan Digital untuk Bisnis Anda

Metode periklanan digital banyak diminati di tengah maraknya digitalisasi bisnis. Hal itu sejalan dengan meningkatnya jumlah pengguna internet, media sosial dan konsumen yang berbelanja melalui platform secara online.

Google Adwords atau biasa dikenal dengan istilah Google Ads merupakan salah satu layanan iklan digital yang dapat digunakan oleh berbagai kategori usaha, mulai dari usaha skala kecil hingga skala besar.

Tidak hanya untuk meningkatkan penjualan, Google Ads bisa dimanfaatkan untuk beragam tujuan dan Anda dapat menentukan sendiri tujuan iklan tersebut pada saat pendaftaran Ads. Simak pembahasan dibawah ini untuk mengenal Google Ads lebih mendalam.

Mengenal Google Adwords

Google Adwords atau Google Ads merupakan bentuk layanan periklanan online Google. Google Ads biasa digunakan para sektor usaha untuk mempromosikan bisnisnya dengan menjangkau lebih banyak target konsumen potensial secara online, tidak terbatas jarak dan waktu seperti iklan fisik.

Layanan Google Ads merupakan layanan iklan yang tersegmentasi, Anda dapat menentukan target penerima iklan sesuai dengan target konsumen dari produk atau layanan Anda. Dengan begitu iklan akan menjangkau orang-orang yang tepat dan sesuai dengan target konsumen Anda.

Pengelolaannya yang dilakukan secara online juga akan memudahkan Anda untuk membuat atau melakukan perubahan iklan kapanpun, termasuk konten iklan, pengaturan segmentasi, maupun anggaran yang Anda keluarkan untuk iklan tersebut.

Google Ads menawarkan kemudahan dimana Anda dapat menentukan sendiri tempat iklan muncul dan mengatur pengeluaran iklan sesuai anggaran yang Anda miliki, tentunya hal itu akan berpengaruh terhadap jangkauan yang akan Anda dapatkan. Laporan hasil dari Google Ads akan membantu Anda untuk mengukur pengaruh dan keberhasilan dari iklan.

Manfaat dan kegunaan Google Adwords

  • Membantu meningkatkan penjualan produk atau layanan dengan mencantumkan link online store Anda
  • Meningkatkan brand awareness
  • Meningkatkan traffic ke situs dengan cara mencantumkan tautan atau link website pada iklan
  • Meningkatkan kunjungan toko dengan cara mencantumkan alamat perusahaan pada iklan

Keuntungan menggunakan Google Ads

  • Mencapai target konsumen yang spesifik

Pengiklan dapat memilih target iklan secara spesifik seperti usia target yang ingin dijangkau, minat mereka, lokasi, serta bahasa. Pengiklan juga dapat memilih jenis situs dimana iklan akan ditampilan dan mengatur jadwal tayang iklan.

Selain itu, pengiklan dapat menentukan kata kunci yang akan membantu iklan untuk mencapai targetnya sehingga iklan akan muncul kepada orang yang menelusuri kata kunci tersebut. Dengan begitu, iklan akan menjangkau target yang spesifik sesuai dengan target konsumen dari produk atau layanan Anda.

  • Mencapai target pemasaran

Pengiklan dapat mengatur target atau tujuan dari iklan dengan memanfaatkan fitur yang disediakan oleh Google Ads. Google Ads memiliki fitur tombol telepon untuk mengarahkan penonton iklan melakukan panggilan dengan produk atau layanan yang diiklankan, fitur iklan format video yang akan memungkinkan Anda memamerkan produk atau layanan dalam format video, fitur download aplikasi jika tujuan iklan Anda adalah agar pelanggan mengunduh aplikasi, dan fitur link yang akan mengarahkan pelanggan menuju situs web sehingga akan menaikkan traffic web Anda.

  • Anggaran atau budget dapat disesuaikan

Pengiklan dapat mengatur iklan sesuai dengan anggaran yang dimiliki. Meski begitu, iklan akan tetap bisa menjangkau target konsumen yang spesifik, hanya saja anggaran ini akan berpengaruh pada jangkauan yang didapatkan.

Google Ads juga memungkinkan pengiklan untuk membayar sesuai hasil, dimana pengiklan hanya membayar ketika penonton iklan berinteraksi dengan iklan yang disajikan, seperti mengklik tautan/link atau menonton video iklan sampai selesai.

  • Memperluas pasar dan menjangkau lebih banyak target konsumen potensial

Bagi Anda yang ingin memperluas pasar secara online, maka Google Ads adalah jawabannya. Melalui layanan iklan digital Google Ads memungkinkan Anda menjangkau lebih banyak target konsumen potensial sehingga akan memperluas pasar Anda.

  • Terkoneksi dengan seluruh platfrom

Melalui Google Ads, Anda dapat terhubung dengan seluruh pelanggan potensial di berbagai platform, mulai dari komputer, seluler, maupun aplikasi.

  • Dapat mengukur performa iklan

Beriklan dengan Google Ads akan memudahkan Anda untuk mengukur performa iklan karena Google Ads menyediakan laporan hasil iklan. Melalui data tersebut, Anda dapat melihat apakah iklan Anda memiliki performa yang baik atau tidak. Jika tidak, Anda juga memiliki opsi untuk melakukan perubahan pengaturan iklan dengan mudah di Google Ads.

Infomo disebut melakukan "targeting" berdasarkan lokasi, preferensi, dan data relevan

Gandeng Telkom, Layanan Adtech Infomo Tawarkan Kegiatan Beriklan Alternatif

Facebook dan Google saat ini masih menjadi platform pilihan untuk brand, advertiser, dan publisher melancarkan kegiatan pemasaran. Selain sifatnya yang viral, kedua platform tersebut banyak digunakan masyarakat untuk melihat konten berita, video, dan media lainnya.

Besarnya peluang dan potensi tersebut dianggap tidak dibarengi dengan target pasar yang tepat hingga proses tracking yang akurat. Sifatnya yang memaksakan pengguna untuk melihat iklan juga dinilai kurang personal dan ‘mengganggu’ kegiatan browsing pengguna.

Melihat kekurangan tersebut, Infomo yang merupakan ekosistem iklan dan promosi mobile yang memanfaatkan kekuatan dan jangkauan jaringan seluler dengan komunitas pelanggan mereka, hadir dan siap membantu brand dan advertiser untuk melancarkan kegiatan pemasarannya.

Infomo hadir dengan sebuah ekosistem sebagai alternatif programmatic processes sebagai platform iklan dan promosi seluler berbasis reward yang dirancang khusus untuk operator jaringan seluler maupun mobile application publisher. Pengiriman iklan permission based atau non-intrusive dan sesuai permintaan dimana konten iklan sangat interaktif. Adapun kemunculan iklan dipancing panggilan telepon, SMS, notifikasi, lokasi maupun waktu, serta tidak membutuhkan koneksi internet.

“Kita ingin membantu perusahaan telekomunikasi memanfaatkan data yang mereka miliki sekaligus meningkatkan revenue yang saat ini sudah semakin sulit didapatkan, dengan adanya media sosial seperti Facebook dan Google untuk kegiatan beriklan,” kata Founder dan CEO Infomo Ananda Rao.

Menggandeng Telkom Indonesia, startup, dan media lokal

Untuk langkah awal, Infomo menjalin kolaborasi dengan Telkom Indonesia. Selain itu Infomo juga menggandeng partner lainnya, seperti Uzone.id dari PT Metranet Indonesia, dan Anterin, sebuah perusahaan ride hailing berbasis aplikasi.

Dengan teknologi yang dimiliki, Infomo mengklaim mampu menyediakan ekosistem iklan mobile yang jauh lebih simpel untuk pengiklan, operator, pengguna smartphone, bisa mengurangi biaya beriklan, meningkatkan transparansi, serta mengurangi terjadinya penipuan (fraud).

Infomo berharap dapat membantu operator meningkatkan pendapatannya serta mengoptimalisasi investasi aset infrastruktur mereka. Selain itu, Infomo juga memberikan hasil yang menarik dan menguntungkan bagi setiap pihak dalam value chain iklan digital.

“Infomo ingin mempermudah proses tersebut dengan fokus kepada brand dan agensi melalui publisher memasarkan iklan di aplikasi mobile atau situs langsung ke konsumen. Dengan proses ini diharapkan konsumen semakin tertarik untuk melihat iklan, dan dari sisi brand menjadi pendekatan menarik untuk kegiatan pemasaran,” kata Ananda.

Glorio Yulianto, CEO UBiklan / DailySocial

“Hybrid Advertising” Gabungkan Kekuatan Media Offline dan Online

Tak dapat dimungkiri, TV saat ini masih menjadi medium paling efektif untuk beriklan. TV unggul karena memiliki jangkauan yang luas, cocok untuk pasar Indonesia. Namun, belanja iklan TV masih paling mahal dibandingkan media-media lainnya.

Pada masanya, produk cetak dan offline menjadi beberapa alternatif utama para pengiklan untuk memasarkan produk. Koran, majalah, dan billboard adalah contoh media iklan yang paling sering kita temui.

Bergerak menuju era internet, pengiklan kini mulai melirik media digital sebagai sarana yang efektif untuk memperkenalkan sebuah produk. Selain minim biaya dan ide kontennya lebih beragam, iklan digital dinilai lebih terukur karena mengandalkan jumlah klik.

Sebetulnya, belanja iklan digital belum melampaui belanja iklan konvensional, seperti media offline maupun media cetak. Namun, sejumlah survei memprediksi belanja iklan digital akan tumbuh pesat seiring semakin meluasnya adopsi internet.

Kami akan membahas tren hybrid advertising sebagai konsep sharing economy baru dalam dunia periklanan. Konsep ini disebut-sebut bakal menjadi tren baru dunia periklanan karena menggabungkan kekuatan dari media offline dan online.

Konsep hybrid advertising saat ini diterapkan UBiklan. Secara singkat, Ubiklan merupakan startup lokal yang menghadirkan platform teknologi untuk layanan iklan berjalan. Ubiklan mengklaim jasa yang ditawarkannya lebih ekonomis, efektif, dan tepat sasaran.

Untuk tahu lebih lanjut mengenai hal ini, simak selengkapnya paparan menarik dari Glorio Yulianto, CEO UBiklan (sebuah layanan car advertising) pada sesi #SelasaStartup berikut ini.

Jangan lupakan media offline

Glorio menilai media offline kini mulai dilupakan sebagai salah satu alternatif utama untuk beriklan. Media digital kini lebih dilirik karena hasilnya lebih terukur dan hal tersebut lebih diinginkan oleh perusahaan.

Diakuinya media offline memiliki kelemahan. Ambil contoh billboard, medium ini memiliki keterbatasan pada pesan yang ingin disampaikan, hanya ada komunikasi satu arah, dan sulit terukur.  Belum lagi isu teknis mulai dari mahalnya teknologi yang ingin dipakai pada billboard hingga sulit untuk memonitor.

Padahal, menurutnya media offline justru memunculkan potensi baru dalam dunia periklanan, terutama di era sharing economy yang banyak diterapkan di banyak perusahaan rintisan.

Mengutip sebuah survei, kata Glorio, saat ini ada 40 persen segmen pembaca media cetak. Namun begitu media online ada, segmen pembaca media online hanya bertambah menjadi 49 persen. Jika dilihat irisannya, cuma 11 persen yang berpindah ke media online.

“Dengan kata lain, masih ada segmen pasar yang tidak berada di dua segmen tersebut. Orang-orang yang online memang penting, tetapi mereka yang tidak pernah akses web (offline) juga sama pentingnya,” tuturnya.

Terlepas dari pesatnya perkembangan digital, media offline diyakini masih memiliki sejumlah keunggulan. Masih banyak segmen pasar yang lebih percaya dengan melihat produk secara langsung ketimbang di dunia digital.

“Tantangan lain pada media offline adalah kreativitas, compeling activity. Kalau tidak ada itu, sama saja. Nah, masalah-masalah di atas yang ingin kita atasi,” ujar Glorio.

Hybrid advertising munculkan peluang baru

Sebagai jawaban atas masalah yang kerap ditemui di atas, Glorio mengungkap bahwa ada konsep baru dalam dunia periklanan yang memiliki potensi besar, yaitu hybrid advertising. Konsep ini menggabungkan kekuatan yang dimiliki media online dan offline.

Dalam hal ini, pengiklan tetap beriklan offline dengan mengandalkan kendaraan sebagai medianya. Sementara, sisi online tetap berperan dalam menyediakan analytic kepada si pengiklan. Dapat dikatakan iklan semacam ini disebut iklan berjalan di mana potensi jangkauannya lebih luas.

“Media offline sebagai media iklan, sedangkan analytic-nya berbasis online. We called it hybrid advertising media. Kami bisa ambil budget (pengiklan) dari dua divisi, yakni online dan offline,” ujar Glorio.

Ia mengungkap hybrid advertising menawarkan layanan atau jasa yang minim biaya, efektif, dan tepat sasaran. Di UBiklan, mereka menawarkan jasa sewa space untuk beriklan pada kendaraan mobil dan motor.

Setiap kendaraan dapat dilacak secara real-time dari GPS di aplikasi pengguna. UBiklan menyediakan dashboard di mana pengiklan dapat memonitor termasuk memasang rencana campaign iklan.

Glorio membandingkan biaya yang dikeluarkan untuk billboard dapat mencapai Rp100 juta, di mana biaya iklan berjalan hanya berkisar Rp1 juta per kendaraan per bulan di UBiklan.

Namun, lanjutnya, perlu dicatat bahwa tidak semua jenis produk dapat memanfaatkan keunggulan dari hybrid advertising demi tujuan awareness. Mass product dinilai lebih cocok untuk menggunakan jasa ini ketimbang produk tertentu yang segmen pasarnya terbatas.

“Bagaimana masa depan hybrid advertising? Ada saat di mana siklusnya akan berputar. Akan ada saat di mana (iklan) digital kembali ke konvensional, dengan catatan harus ada perubahan dan added value. Nanti akan seterusnya begitu, siklusnya kembali ke awal,” ujarnya.

Pendiri GetCraft Patrick Searle dan Anthony Reza. GetCraft meluncurkan Marketplace untuk membantu menghubungkan brand dengan pembuat konten / GetCraft

GetCraft Perkenalkan Marketplace untuk Konten Kreatif

Seiring dengan semakin terbiasanya masyarakat berbelanja di layanan e-commerce, sistem online cart diadopsi untuk memudahkan konsumen, baik perorangan maupun korporasi, “berbelanja” berbagai macam hal, termasuk konten kreatif. GetCraft melihat tren ini dan hari ini secara resmi meluncurkan platform Marketplace untuk menjembatani discoverability industri kreatif di Asia Tenggara. Layanan Marketplace tersedia di Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Singapura.

GetCraft yang berbasis di Indonesia saat ini telah mengorganisir lebih dari 4000 kreator konten dan penerbit dan telah bekerja sama dengan lebih dari 250 brand. Secara total dalam tiga tahun terakhir mereka mengklaim total nilai proyek mencapai $10 juta.

Kehadiran Marketplace diharapkan menjadi jembatan antara kedua belah pihak untuk saling mengenal dan membuka potensi bisnis. Di sini kita menemukan berbagai jenis pembuat konten, termasuk yang berbasis video (YouTube), foto (Instagram), dan situs (media atau blog).

“Walaupun fakta bahwa brand dan agensi sekarang menargetkan lebih dari 50% populasi dunia melalui iklan online, ketika dalam proses pencarian dan perekrutan kreator berkualitas tinggi, tidak ada perubahan yang berarti. Ini yang kami harap bisa ubah, ketika apa yang sebelumnya membutuhkan waktu 2-3 minggu bisa dilakukan dalam 2-3 jam saja!” kata Co-Founder dan Group CEO GetCraft Patrick Searle.

Menggunakan platform Marketplace ini, brand bisa melihat dengan jelas siapa saja kreator konten yang dicari, tarif yang ditetapkan, dan apa yang bisa dijanjikan berdasarkan kategori yang diinginkan.

“Fitur hebat Marketplace kami adalah memberikan para pemasar estimasi biaya atau potensi pemirsa berdasarkan kreator konten atau mitra konten bersponsor yang mereka pilih. Klien kami bisa menggunakan kapabilitas ini untuk merencanakan kampanye pemasaran kontennya.”

GetCraft didirikan oleh Patrick dan Anthony Reza Prasetya. Reza kini menjadi CEO GetCraft untuk Indonesia. GetCraft telah mendapatkan pendanaan awal dari 500 Startups dan Convergence Ventures dan merencanakan untuk menggalang dana Seri A di tahun 2019 untuk membantu mereka mengglobal.

Pasar iklan digital Asia Tenggara

Menurut data eMarketer, yang dikutip dari Mumbrella, di tahun 2018 ini diperkirakan belanja iklan global di sektor online akan mencapai 48,8%, sebelum lewati batas 50% tahun depan. Menariknya, masih banyak potensi iklan digital di Asia Tenggara, karena realisasinya masih di bawah 30% di banyak negara. Bahkan di Indonesia sendiri angkanya masih belum menembus 20%.

Sejauh ini Google dan Facebook mendominasi pasar ini dan mereka telah memberikan gambaran yang jelas, dari sisi biaya dan ekspektasi jangkauan pemirsa, sehingga memudahkan brand untuk membuat strategi pemasaran. Hal ini yang coba didorong GetCraft dengan Marketplace-nya.

“Dengan membantu kreator dan pemasar saling memahami nilai konten [melalui Marketplace], kami berharap bisa mendorong terjadinya ‘ledakan Cambrian’ di industri kreatif,” ucap Patrick.

Adsvokat's management in the launching event / Adsvokat

Adtech Platform Adsvokat Plans for New Fundraising This Year

To support its platform, both on developing news features and achieving growth, Adsvokat, an adtech platform founded by Daniel Tumiwa, plans to raise new funding round this year. Currently running as bootstrap business using personal money and funding from angel investors, Adsvokat focuses to raise Series A fund.

“Previously, we had a meeting with 26 local and global investors. There are currently three investors in a serious appraisal for the next funding round,” Daniel Tumiwa, ADSvokat’s Co-Founder and Chief ADSvokator, said.

Adsvokat implements O2O (Online-to-offline) concept and starts operating since July 2017. The company already has 100 students as member and four clients. They are Tokopedia, Telkomsel, Clear (Unilever), and BCA.

“Our next target is to have at least 60 thousand adsvokator [Adsvokat users] of student and 60 clients of various brands,” he said.

While simple, it’s using machine learning

Besides applying selfie to measure the campaign success. Adsvokat also pin an in-app tracker to see adsvokator activities in various medium. Adsvokat utilizes stickers on cars, helmets, smartphones, and clothing as a medium.

“The sticker must match the set criteria for its placement. Ideally, it cannot be combined with other brand’s stickers. One adsvokator can choose up to 3 medium from the select brand for a campaign,” Achmad M. Usa, Adsvokat’s COO, said.

Even with simple technology, Adsvokat claims to use machine learning technology to determine how many student adsvokators interested in existing campaigns and how many supporting products required by each campaign.

“We also ensure the Adsvokat app to minimize battery drain on smartphones. We apply data optimization with a comprehensive compression method. By those means, automatic data procession can be avoided and certainly conserve the phone’s battery,” Heru Herlambang, Adsvokat’s CTO, said.

Referral feature

Using referral feature, by asking 10 friends, to help marketing activities, Adsvokat is positioned as marketing medium that’s yet to be developed by other services. As a bridge between brand and users, Adsvokat claims it’s a powerful way for offline marketing.

“Impression for the current product is considered small in measurement compared to direct advocacy. Hence  the utilization of referral system to expand the current market activities,” Tumiwa said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Jajaran C-level Adsvokat saat acara peluncuran / Adsvokat

Adsvokat Berencana Galang Dana Seri A Tahun Ini

Untuk mengembangkan berbagai fitur dan mempercepat pertumbuhan, Adsvokat, platform adtech yang didirikan Daniel Tumiwa, berencana melakukan penggalangan dana tahun ini. Sementara menjalankan bisnis secara boostrap, memanfaatkan uang pribadi dan pendanaan dari angel investor, Adsvokat fokus melakukan fundraising tahapan Seri A.

“Sebelumnya kami telah melakukan pertemuan dengan 26 investor lokal dan asing. Saat ini sudah 3 investor yang masih dalam tahapan penjajakan serius dengan kami untuk pendanaan berikutnya,” kata Co-Founder dan Chief ADSvokator ADSvokat Daniel Tumiwa.

Adsvokat mengusung konsep O2O (online-to-offline) dan mulai beroperasi sejak Juli 2017 lalu. Perusahaan telah memiliki 100 mahasiswa yang bergabung dan empat klien, yaitu Tokopedia, Telkomsel, Clear (Unilever), dan BCA.

“Target kami selanjutnya adalah memiliki sekitar 60 ribu adsvokator [pengguna Adsvokat] dari kalangan mahasiswa dan 60 klien dari berbagai brand,” kata Daniel.

Simpel dengan pemanfaatan machine learning

Selain menerapkan selfie untuk pengukur kesuksesan kampanye, Adsvokat juga menyematkan tracker di aplikasi untuk melihat aktivitas yang telah dilakukan adsvokator tersebut dalam berbagai medium yang dipilih. Adsvokat memanfaatkan stiker di mobil, helm, smartphone, pakaian sebagai medium.

“Stiker tersebut harus sesuai dengan kriteria yang ditetapkan untuk penempatannya. Idealnya tidak menyatu dengan stiker dari brand lainnya. Satu orang adsvokator bisa memilih 3 medium dari brand yang dipilih untuk satu kampanye, kata COO Adsvokat Achmad M Usa.

Meskipun teknologi yang digunakan terbilang sederhana, Adsvokat mengklaim menggunakan teknologi machine learning untuk bisa menentukan berapa banyak adsvokator dari kalangan mahasiswa yang tertarik dengan kampanye yang ada, hingga berapa banyak produk pendukung yang dibutuhkan oleh masing-masing kampanye tersebut.

“Kami juga memastikan agar aplikasi Adsvokat tidak menghabiskan daya batere di smartphone. Kami terapkan optimasi data dengan metode kompresi yang komprehensif. Dengan cara tersebut bisa menghindari pemrosesan data secara berkala dan tentunya menghemat batere smartpone,” kata CTO Adsvokat Heru Herlambang.

Fitur referral

Meskipun metode pengukuran yang dimiliki Adsvokat saat ini terbilang belum menyeluruh, namun melalui fitur referral, yaitu mengajak 10 teman untuk membantu kegiatan pemasaran, Adsvokat berharap bisa menjadi medium kegiatan pemasaran yang belum banyak dikembangkan oleh layanan lainnya. Sebagai jembatan antara brand dan pengguna, Adsvokat mengklaim cara tersebut sangat ampuh untuk kegiatan pemasaran secara offline.

“Impresi untuk produk saat ini memang terbilang kecil pengukurannya dibandingkan dengan advokasi secara langsung, yaitu memanfaatkan sistem referral untuk memperluas kegiatan pemasaran yang ada,” kata Daniel.

Application Information Will Show Up Here

Survei Baidu: Efektivitas Iklan Online di Indonesia Masih Rendah

Kendati banyak yang menilai bahwa In-App Purchase akan menjadi masa depan monetisasi aplikasi mobile, saat ini kontribusi mobile advertising masih mendominasi untuk pendapatan pengembang, sekaligus menjadi cara yang efektif untuk menjalin pangsa pasar. Per tahun 2015 di Indonesia, menurut studi bertajuk “Mobile Apps Market Study Indonesia” yang dilakukan Baidu, mobile advertising menyumbang $20,8 juta dari total pendapatan aplikasi mobile sebesar $28,1 juta.

Terkait efektivitas mobile advertising dalam membangun kesadaran publik, Managing Director Baidu Indonesia Bao Jianlei menyampaikan seputar karakteristik mobile advertising di Indonesia:

“Sebanyak 27% pengguna smartphone di Indonesia dalam setiap bulannya selalu meng-klik iklan online yang menyambangi perangkatnya. Uniknya, peminat iklan online ini mayoritas berasal dari segmentasi sosial ekonomi kelas C, berusia antara 23-32 tahun dan sebagian besar adalah laki-laki. Karakteristik pengakses iklan online yang ditemukan melalui studi ini dapat dijadikan pertimbangan bagi para pemasar dalam menyiapkan bentuk komunikasi yang tepat.”

Efektivitas iklan online di Indonesia masih rendah

Kendati demikian, jika minilik hasil riset secara mendalam, iklan online secara keseluruhan masih menunjukkan efektivitas yang rendah di Indonesia. Sementara itu iklan di media sosial dan mesin pencari dinilai memiliki efektivitas yang lebih baik sehubungan dengan kemampuannya membangun tingkat kesadaran yang tinggi di kalangan pengguna perangkat mobile.

Dari survei Baidu ditemukan fakta sebanyak 68% responden mengaku sadar akan kehadiran iklan di media sosial dan 13% mengaku melakukan pengaksesan terhadap iklan tersebut. Sementara itu, sebanyak 69% responden menyadari adanya iklan di mesin pencari yang tengah mereka gunakan di perangkat mereka dan 12% memutuskan untuk mengklik iklan tersebut.

Dan berikut ini adalah persentase penggunaan iklan online dan traksi pengguna dari berbagai platform iklan online yang ada di Indonesia:

Online Advertising Indonesia

“Video Ads menjadi salah satu iklan yang kehadirannya cukup berhasil membangun kesadaran pemirsanya. Namun tingkat efektivitasnya ternyata masih rendah mengingat masih sedikit pemirsa yang lantas memutuskan untuk mengaksesnya. Implikasi atau makna dari fakta ini adalah para pengiklan harus benar-benar memperhatikan daya tarik konten yang disampaikan agar tingkat interaksi yang terbangun dengan pemirsanya bisa menjadi semakin mendalam,” pungkas Bao Jianlei.

Interspace Hadirkan Simple Data Feed untuk Permudah Layanan E-Commerce Memasang Iklan Digital

Pada konsep bisnis online modern, data menjadi komponen kunci sebagai landasan utama analisis penentuan tindakan bisnis. Terlebih bagi layanan yang diakses signifikan oleh publik, seperti sebuah portal e-commerce. Menyadari kesadaran pebisnis online tentang pentingnya analisis data, melalui anak usahanya di Indonesia Interspace Co.,Ltd. memulai sebuah jasa layanan data feed optimization (DFO) untuk optimasi data di situs e-commerce.

Layanan DFO yang dikembangkan Interspace dijuluki dengan Simple Data Feed (SDF). Layanan ini dikembangkan guna mengkonversi data e-commerce untuk tujuan pengiklanan digital. Saat ini diketahui terdapat banyak sekali saluran media iklan online yang dapat digunakan oleh pemilik layanan e-commerce, mulai dari Google Ads, Facebook dan sebagainya. Di sinilah sebuah sistem DFO bekerja, yaitu dengan menyederhanakan proses pengiklanan produk yang memungkinkan pengguna hanya perlu mempersiapkan satu tipe masukan, karena setiap kanal pengiklan memiliki format berbeda.

Secara sederhana cara kerja SDF ialah (1) setelah data diunggah/dihubungkan oleh pengguna melalui dashboard, data akan ditarik dengan cara crawling (2) sistem melakukan analisis, lalu memproses data dan menyesuaikan dengan media pengiklanan yang akan menampilkan.

DFO

Business & Partnership Interspace Indonesia Ardi Renaldi mengatakan:

“Untuk saat ini, tujuan utama Simple Data Feed adalah meningkatkan kualitas dan kinerja data produk dari e-commerce. Tetapi tidak menutup kemungkinan ke depannya kami akan ekspansi ke jenis website lain seperti hotel, transportasi, sumber daya manusia, properti dan sebagainya.”

Ardi juga menambahkan bahwa SDF merupakan sebuah layanan eksternal, jadi pengguna tidak perlu melakukan pengembangan kode di sistem. Pengguna akan diberikan dashboard sehingga bisa melakukan pengunggahan data produk yang diinginkan. Cara lain adalah dengan pengunggahan otomatis melalui API dan sistem crawling yang akan disiapkan oleh Interspace, sehingga memungkinkan data produk pengguna ditarik secara otomatis oleh sistem SDF.

Untuk sebuah perusahaan, tak jarang data menjadi salah satu hal yang cukup sensitif dan sangat membutuhkan privasi, menanggapi hal ini Ardi mengatakan:

“Setiap klien mendapatkan dashboard sendiri-sendiri untuk menjamin keamanan dan privasi data. Data yang diunggah ke kami adalah data-data produk yang sudah dipublikasikan berisi keterangan seputar produk seperti: nama produk, warna, jenis, model, kategori, harga dan URL produk. Untuk sistem crawling data, kami memakai kode enkripsi terbaik dan server kami memiliki metode proteksi untuk menjamin keamanan dan privasi pengguna. Setiap kanal iklan juga memiliki format yang berbeda-beda sehingga data produk tidak akan tertukar ke kanal lain.”

Analisis DFO juga bisa membantu e-commerce yang ingin menggunakan data produk sebagai iklan karena memiliki kemungkinan terjual lebih tinggi, bukan sekedar banner yang berisi nama e-commerce. Karena saat ini e-commerce memiliki target baru selain meningkatkan lalu lintas kunjungan, yaitu meningkatkan penjualan. DFO sendiri merupakan perpaduan dari sebuah pemrosesan big data dan machine learning.

Adknowledge Partners with Axiata Group to Enter APAC’s Digital Ads Market

U.S-based ads company Adknowledge shows the desire to control the ads market in APAC by partnering with Axiata Digital Advertising. Axiata Group, the parent company of second largest telco in Indonesia, XL Axiata. This cooperation help the advertisers entering a number of promising markets, including Indonesia, Singapore, Malaysia, Hong Kong, and India. Continue reading Adknowledge Partners with Axiata Group to Enter APAC’s Digital Ads Market

DS Dramas

Funday Morning by Daniel Peacock
Funday Morning by Daniel Peacock

It’s been an interesting week. Most interestingly, Aulia wanted me to take the post down. The Twitter Drama post was deemed irrelevant and confusing. I mustered some effort to explain why I posted it there – primarily because it was Part II to a series of (mostly planned) posts on how to make sense of the Indonesian internet scene. I ended up promising him to write more often. Maybe I will.

I chose Twitter as a general illustration of a new medium – widely popular and recognizable to most – even if they don’t monetize yet. Or Detik.com – Maximum Reach with Tabloid Quality – except this one monetize.

The case studies confuse a whole lot of people and they saw many, many, many internet shops in Indonesia faltered and died because the ad money never comes.

Well, you can’t sit around and expect people come to give you money. Not in any business model, or any market. You have to work to make money and you have to work hard, but I will not write another post to state the obvious.

I would simply offer you another perspective: online advertising is peanuts.

Continue reading DS Dramas