Tag Archives: online job marketplace

Kerjaholic berusaha membantu menghubungkan pencari (Pekerjaholic) dan penyedia kerja (Bossholic)

Mengenal Kerjaholic, Layanan Marketplace Pekerjaan “Freelance” dan Paruh Waktu

Satu dari banyak jenis peluang usaha digital adalah menciptakan platform yang menghubungkan penyedia kerja dan pencari kerja. Salah satu startup yang menjalankan layanan ini adalah Kerjaholic. Meski tergolong baru, Kerjaholic optimis bisa diterima di masyarakat karena mereka mencoba melakukan pendekatan yang berbeda dan terus mengembangkan fitur di aplikasinya. Fokus pasar Kerjaholic adalah pekerja lepas (freelance) dan paruh waktu (part time).

Saat ini Kerjaholic mengklaim sudah mendapatkan 7000 unduhan dengan rata-rata lima lowongan baru setiap harinya. Startup yang beroperasi sejak Juni 2018 ini sudah hadir di Jakarta dan Semarang dan berharap bisa menjangkau kota-kota lainnya.

Perjalanan Kerjaholic dimulai ketika lima co-founder bertemu. Mereka adalah Gibran Rakabuming Raka, Leon Hidajat, Josh Ching, Michael, dan Daniel Hidajat. Kelimanya memiliki cara pandang yang sama mengenai susahnya mencari pekerja yang cocok dan juga tingginya biaya yang dikenakan para makelar. Dari sanalah kemudian lahir Kerjaholic.

“Kami berlima merasakan betapa susahnya mencari pekerja yang cocok dibalik tingginya biaya yang dikenakan para makelar. Di sisi lain banyak para pekerja yang menganggur dan kesulitan mencari lowongan,” terang CEO Kerjaholic Leon Hidajat.

Fokus dan persaingan

Konsep yang diambil Kerjaholic sebenarnya bukan hal baru. Beberapa startup sudah lebih dulu mengusung konsep yang dan memungkinkan adanya persaingan. Menyikapi hal ini, pihak Kerjaholic tetap optimis bisa terus berkembang dan diterima oleh masyarakat. Leon menjelaskan, adanya persaingan menunjukkan bahwa pangsa pasar di sektor marketplace kerja ini cukup besar dan perusahaan terus berupaya untuk terus melakukan validasi dan menerapkan metode Lean Startup untuk terus berkembang.

Dengan modal sendiri dan pre-seed dari angel investor, Kerjaholic fokus pada dua jenis pekerjaan, freelance dan pekerja paruh waktu. Untuk menjangkau lebih banyak pengguna, Kerjaholic berupaya mengoptimalkan iklan di berbagai media sosial dan jmelakukan strategi pemasaran secara offline dengan rajin hadir di banyak bursa lowongan pekerjaan.

User base Kerjaholic akan terus ditingkatkan supaya menapai tahap viral dan kami akan berupaya memastikan pengguna tetap setia menggunakan layanan yang kami berikan,” terang Leon.

Di KerjaHolic pengguna dibedakan menjadi dua. Pertama adalah pencari kerja (Pekerjaholic) dan kedua adalah penyedia lapangan kerja (Bosholic). Untuk para pencari kerja akan ada fitur “status online Instanholic”. Fitur ini memungkinkan para pencari kerja mendapatkan tawaran pekerjaan. Mereka bisa melihat semua daftar lowongan pekerjaan yang tersedia melalui aplikasi atau menggunakan fungsi filter.

Sementara untuk penyedia pekerjaan, fitur Instanholic memungkinkan mereka mencari pekerja secara real time berdasarkan industri dan lokasi terdekat. Fitur ini bisa sangat berguna bagi mereka yang membutuhkan tenaga kerja di situasi-situasi mendesak.

“Saat ini semua fitur kami masih gratis, namun ke depan ada kemungkinan kami akan memungut biaya untuk setiap pemasangan lowongan kerja maupun untuk iklan berbayar,” imbuh Leon.

Di tahun pertamanya, Kerjaholic masih fokus menghadirkan fitur-fitur baru yang bermanfaat, termasuk juga menjadwalkan kehadiran aplikasi iOS mereka.

“Fokus di 2018 adalah mengembangkan fitur-fitur baru pada aplikasi Android dan melakukan penetrasi pasar Kerjaholic di Jakarta dan sekitarnya. Tahun depan akan ada aplikasi kami di iOS dan mulai melakukan pemasaran di kota-kota lain,” tutup Leon.

Application Information Will Show Up Here

Laporan DailySocial: Survei Situs & Layanan Pencarian Kerja 2017

Dengan semakin jamak dan umumnya penggunaan Internet untuk berkomunikasi, proses pencarian kerja dan melamar kerja pun juga telah semakin umum dilakukan melalui Internet juga. Sederhananya, surat lamaran kerja pun lebih umum diminta untuk dikirimkan via email daripada per pos; terutama untuk melamar pekerjaan pegawai di perusahaan-perusahaan swasta.

Tapi bagaimana untuk pekerjaan sektor informal? Apakah para pelamar pekerja ART ataupun pekerja bangunan juga melamar melalui Internet? Bagaimana dengan situs-situs sektor informal? Dan masihkah situs-situs seperti JobsDB dan JobStreet dipakai secara luas, atau justru pelamar kerja & perekrut lebih percaya pada WhatsApp Group dan Linkedin?

Survei Situs & Layanan Pekerjaan 2017 dilaksanakan untuk mendapat gambaran sekilas bagaimana masyarakat/ konsumen Indonesia melamar kerja di era Media Sosial sekarang ini. Survei dilaksanakan oleh DailySocial.id bekerjasama dengan Jakpat Mobile Survey Platform terhadap sejumlah 997 responden yang disampel proporsional dari populasi pengguna smartphone se-Indonesia. Beberapa temuan riset antara lain:

  • 67% responden menyatakan sedang mencari pekerjaan baru.
  • 60.66% responden menyatakan belum pernah mendengar situs-situs pekerjaan informal seperti tukangers.com dan maidium.id
  • 60.06% responden pernah menggunakan JobStreet dan 44.06% pernah menggunakan Karir.com
  • 52.11% pernah menggunakan WhatsApp Groups untuk mencari informasi lowongan

Laporan selengkapnya bisa diunduh di halaman riset Job Recruitment Sites & Services Survey 2017.

Marketplace Rekrutmen Ekrut Umumkan Perolehan Pendanaan Awal dari East Ventures

Marketplace rekrutmen berbasis kurasi Ekrut mengumumkan perolehan pendanaan awal dari East Ventures dengan nilai yang tidak disebutkan. Ini merupakan pengumuman pendanaan perdana East Ventures pasca penggalangan dana baru 365 miliar Rupiah ($27.5 juta). Ekrut berharap ke depannya bisa “mengganggu” industri headhunting di kawasan Asia Tenggara.

Ekrut adalah layanan HR yang fokus pada perekrutan, menawarkan proses headhunting yang lebih efisien, dari yang biasanya 8 minggu menjadi 4 minggu. Ekrut didirikan oleh mantan Entrepreneur-In-Residence East Ventures Steven Suliawan bersama Ardo Gozal dan Anthony Kusuma. Steven sebelumnya juga pernah membangun startup jebolan program Ideabox, Loyalbox.

Sebelum Ekrut, East Ventures juga telah berinvestasi di platform pembantu rekrutmen lain, Rekruta. Rekruta lebih fokus sebagai SaaS rekrutmen untuk perusahaan.

Co-Founder dan CEO Ekrut Steven Suliawan kepada DailySocial mengatakan, “Pendanaan difokuskan untuk membangun tim, mendapatkan traksi, dan mengembangan produk inti.”

Sejak peluncurannya bulan September 2016, Ekrut mengklaim telah membantu lebih dari 30 perusahaan berbasis teknologi, termasuk Tokopedia dan Go-Jek. Saat ini disebutkan mereka memiliki lebih dari 1000 talenta dalam basisdatanya.

Sepanjang tahun 2016 bermunculan startup-startup baru yang fokus di sektor HR, khususnya rekrutmen. Mereka mencoba menjangkau pasar yang mungkin belum menjadi fokus perusahaan headhunting tradisional atau layanan marketplace pekerjaan besar.

“Ada banyak engineer di Indonesia, tapi yang sangat baik jumlahnya terbatas. Hal ini mendorong terjadinya kompetisi ketat untuk [perekrutan] engineer berkemampuan tinggi. Hal ini merupakan alasan kami mengkurasi talent pool di Ekrut, untuk membantu klien menemukan kandidat berkualitas,” ujar Co-Founder dan COO Ekrut Ardo Gozal.