Tag Archives: online payment

Sepulsa lakukan rebranding menjadi Alterra, perusahaan holding untuk layanan pembayaran dan program inkubator Alterra Academy

Sepulsa “Rebranding”, Jadi Bagian dari Perusahaan Induk “Alterra”

Sepulsa, startup agregator pembayaran online, melakukan rebranding menjadi Alterra, sebuah perusahaan holding yang akan menaungi dan melanjutkan bisnis Sepulsa, dan inkubator untuk individu yang tertarik bekerja di industri TI bernama Alterra Academy.

Transformasi bisnis Sepulsa menjadi Alterra ini diharapkan akan membawa perusahaan menyediakan lebih banyak fitur tidak sekadar berjualan pulsa, melayani pasar lebih luas, sehingga membawa perubahan yang lebih signifikan.

“Secara umum, kami tetap akan menjalankan Sepulsa dan Alpha Tech Company secara independen. Alterra akan menjadi holding company yang akan melanjutkan visi besar kami membangun infrastruktur digital Indonesia,” ujar CEO dan Co-Founder Alterra Ananto Wibisono dalam keterangan resmi.

Sepulsa didirikan pada 2015 dengan bisnis utama berjualan pulsa melalui situs dan aplikasinya. Kemudian, berevolusi dan memiliki beberapa lini bisnis seperti agregator online (B2B bill payment agregator) dan jaringan distribusi.

Dengan koneksi langsung dan lisensi dari seluruh penyedia telekomunikasi, Sepulsa diklaim mampu memproses lebih dari lima juta transaksi setiap bulan dan mendukung berbagai perusahaan teknologi Indonesia seperti Tokopedia, Traveloka, dan Lazada.

Perusahaan juga menyediakan layanan pembayaran di luar telekomunikasi, mulai dari listrik, PDAM, voucher game, cicilan, dan multifinance.

“Klien kami terdiri dari e-commerce, marketplace, travel agregator, hingga perusahaan fintech. Kami berhasil membuktikan bahwa layanan pembayaran, terutama pulsa, adalah cara efektif untuk mendapatkan dan menjaga konsumen bisnis, serta untuk menyediakan use case yang lebih banyak bagi klien,” tambah Head of Commercial Alterra Muhammad Badaruddin.

Anak usaha di bawah Alterra, Alpha Tech Company (ATA) yang akan berganti nama menjadi Alterra Academy, adalah inkubator untuk individu yang tertarik bekerja di industri TI, tanpa memandang latar belakang pendidikannya.

Selama tiga bulan, ATA akan memberikan pelatihan intensif, mulai dari pembuatan situs hingga UI/UX design. Ketika peserta lulus, mereka dapat bekerja sebagai engineer di perusahaan teknologi.

Program ini diadakan di Malang tanpa biaya. Angkatan pertama sudah dimulai pada September 2018 dengan 650 pendaftar dan 18 peserta terpilih yang mengikuti pelatihan hingga selesai. Batch kedua telah dibuka pertengahan Desember 2018 dan pelatihan dimulai pada bulan depan.

Terkait rencana bisnis ke depannya, perusahaan diungkapkan tengah mencari pendanaan seri C. Selain untuk merekrut talenta baru, secara internal Alterra memiliki tim yang solid dengan total lebih dari 250 karyawan yang beroperasi di Jakarta, Jambi, dan Malang.

Sebelumnya Alterra telah mendapatkan pendanaan seri B pada awal tahun lalu dengan nilai tidak disebutkan dari Alpha JWC Ventures sebagai salah satu investor yang turut bergabung dalam putaran tersebut.

Perusahaan juga tengah berpartisipasi dalam program InnoHub Incubator dari Bangkok Bank di Thailand. Lewat program ini, para peserta berkesempatan untuk melakukan kolaborasi bisnis dengan jaringan Bangkok Bank dan menerima pendanaan.

Application Information Will Show Up Here
CEO DANA Vincent Iswara, CCO Dana Chrisma Albandjar, Direktur Marketing DANA Timothius (Timo) Martin / DailySocial

Layanan Pembayaran DANA Tambah Kemitraan dengan TIXid, Reservasi, dan Ramayana

Layanan pembayaran yang mengusung sistem open platform, DANA, kembali menambah kemitraan. Setelah sebelumnya sudah disematkan di aplikasi Bukalapak, BBM, dan Cinema XXI, kini DANA sudah hadir di aplikasi TIXid, Reservasi dan Ramayana Dept Store. Sesuai dengan komitmen awal mereka untuk memanfaatkan ekosistem yang ada di Emtek Group, kerja sama yang terjalin dengan Reservasi dan TIXid, diharapkan bisa memudahkan pengguna untuk mendapatkan pilihan baru untuk pembayaran online.

“Saat ini kami memang sengaja fokus kepada group yang berada dalam naungan Emtek Group, namun secara perlahan kami mulai menambah kemitraan, salah satunya dengan Ramayana,” kata CEO DANA Vincent Iswara.

Disinggung berapa jumlah pengguna terdaftar dan pengguna aktif DANA, sejak diluncurkan bulan Maret 2018 lalu, Vincent mengungkapkan masih belum bisa memberikan informasi tersebut. Masih fokus kepada pengembangan dan finalisasi penambahan jumlah mitra, DANA menghadirkan promo menarik dengan mitra yang sudah ada saat ini.

“Untuk saat ini promo yang kami hadirkan masih dengan TIXid dan Ramayana. Bagi pengguna yang sudah mengunduh kedua aplikasi tersebut, bisa menikmati promo dari DANA,” kata Direktur Marketing DANA Timothius (Timo) Martin.

Layanan ini telah ditanamkan di aplikasi mitra dan bisa langsung digunakan oleh pengguna. Kendati demikian, tidak menutup kemungkinan pihak DANA meluncurkan aplikasinya sendiri meski belum diungkapkan realisasinya.

“Dalam menggunakan DANA pengguna tidak perlu mengunduh aplikasi terpisah untuk melakukan pembayaran. DANA juga memberikan kemudahan Top Up Saldo di masing-masing aplikasi mitra. Hal tersebut memberikan kemudahan yang optimal kepada pengguna, tanpa menghiraukan faktor keamanan,” kata Timo.

Menargetkan kalangan millennial untuk target pasar, tampilan DANA yang baru saja diperbarui diharapkan bisa memudahkan pengguna menikmatinya di berbagai aplikasi mitra DANA saat ini.

Menerapkan kultur “agile

Untuk menampung 150 pegawai saat ini, kantor baru DANA dengan konsep Modern Indonesia dan Digital Jungle diresmikan kehadirannya. Kepada DailySocial, CEO DANA Vincent Iswara mengungkapkan, DANA mengusung konsep agile untuk kultur perusahaan.

Mengedepankan kolaborasi dan bekerja bersama dengan tidak memberlakukan tempat kerja untuk masing-masing pegawai secara permanen. Hal ini diklaim memudahkan pegawai untuk melakukan kolaborasi dan menciptakan inovasi yang lebih kreatif.

“Dengan menerapkan konsep agile, semua pegawai di DANA bebas untuk memilih meja kerjanya dan menikmati semua fasilitas yang disediakan perusahaan. Dengan demikian kolaborasi bisa lebih terasa di lingkungan kerja kreatif.”

Terletak di gedung Capital Palace Jakarta Selatan, kantor pusat DANA memiliki tema khas Indonesia. Dengan tema ruangan pegunungan, sawah dan lainnya. Ruangan kerja DANA juga dilengkapi dengan lounge dan kursi santai, yang bisa dinikmati pegawai untuk bersantai sambil bekerja.

BCA Introduces “OneKlik”, New Payment Solution for E-Commerce

BCA introduces OneKlik, an online payment solution for e-comerce using BCA debit account as deposit source in a single click. It allows customer to use digital payment without manual transfer or confirmation. Payment status will be updated automatically. BCA invited Bibli as its launching partner.

“We want to make it easy [for customer], but safe. Blibli is for now [as partner], later there will be others,” BCA’s Director Santoso Liem said to DailySocial, Mon, (2/5).

Furthermore, Liem explained, to use OneKlik, customer is required to register their e-banking phone number in ATM and verify in e-commerce app. OneKlik is ready to be uses after registration is successful.

Unlike Klikpay that requires OTP verification, OneKlik has no other layer for payment confirmation. Transaction is one click away. Customers can choose daily transaction limit to avoid any missuse.

E-commerce service that implementing OneKlik will not be keeping information about debit card to ensure data safety. The encrypted token can only be converted by BCA.

Liem claims, this service is not meant to replace BCA’s existing oayment variants, such as KlikPay, KlikBCA, or Sakuku.

“We have no plans to ditch the others. Let [give] customers [option to] decide.”

Digital payment solutions has increasingly becoming popular among banking. Previously, BNI has launched Yap mobile app for shopping payment with three source options, credit card, debit card, or UniKQu e-money. The payment will be using QR code.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

BCA Tawarkan Solusi Pembayaran Baru untuk Layanan E-Commerce, “OneKlik”

BCA menghadirkan solusi pembayaran online untuk situs e-commerce OneKlik, memanfaatkan kartu debit BCA sebagai sumber dana dalam satu kali klik. OneKlik memungkinkan nasabah melakukan pembayaran digital tanpa repot melakukan transfer atau konfirmasi manual. Status pembayaran langsung dikonfirmasi secara real time. Untuk tahap awal, BCA menggandeng Blibli sebagai mitra pertama menggunakan solusi ini.

“Kita mau buat kemudahan saja, supaya [nasabah] enggak ribet, tapi tetap aman. Saat ini baru Blibli, namun tentunya akan ke [layanan e-commerce] yang lain,” terang Direktur BCA Santoso Liem kepada DailySocial, Senin (5/2).

Untuk menggunakan OneKlik, terang Santoso, nasabah harus mendaftarkan nomor ponsel e-banking di ATM BCA dan memverifikasi nomor ponsel di aplikasi e-commerce rekanan. Setelah registrasi berhasil, OneKlik dapat langsung digunakan untuk bayar belanja.

Dibandingkan Klikpay yang membutuhkan verifikasi OTP, OneKlik tidak memiliki lapisan lain untuk mengonfirmasi pembayaran. Sekali klik dan dana berpindah. Nasabah bisa memilih limit transaksi harian agar dapat membatasi dari penyalahgunaan pihak yang tidak bertanggung jawab.

Dalam menjamin keamanan transaksi, layanan e-commerce yang mengimplementasi OneKlik tidak menyimpan data kartu debit nasabah BCA. Mereka hanya menyimpan token yang telah terenkripsi dan hanya bisa dikonversi sistem BCA.

Menurut Santoso, layanan ini tidak menggantikan variasi produk BCA yang sebelumnya sudah ada untuk pembayaran digital, seperti KlikPay, KlikBCA, atau layanan e-money Sakuku.

“Kita tidak ada rencana untuk geser produk lainnya. Biarkan nasabah yang pilih saja.”

Solusi pembayaran digital semakin menjadi perhatian perbankan. Sebelumnya, BNI juga meluncurkan aplikasi Yap untuk pembayaran belanja dengan memanfaatkan tiga sumber dana yang bisa dipakai nasabah, yaitu kartu kredit, debit, dan uang elektronik UnikQu. Untuk cara pembayarannya, Yap memanfaatkan pemindaian kode QR.

Penerimaan Masyarakat Terhadap Layanan Virtual Berbayar dan Pembayaran Digital

Seiring dengan peningkatan pengguna internet untuk mengakses berbagai layanan virtual membuat banyak bisnis digital mulai mengadopsi cara virtual dalam proses pembayaran. Pertanyaan besarnya tentu apakah masyarakat Indonesia sebagai konsumen sudah terbiasa atau setidaknya mau untuk menggunakan model pembayaran virtual. Isu klasik masih seputar kepercayaan pengguna pada mata uang digital. Namun untuk membuktikan anggapan tersebut, DailySocial mencoba melakukan survei bekerja sama dengan JakPat untuk mengetahui pemahaman pengguna smartphone di Indonesia terhadap barang dan cara pembayaran virtual.

Survei ini melibatkan 1051 responden dari seluruh wilayah Indonesia yang menggunakan smartphone untuk aktivitas sehari-hari. Dari jawaban responden didapatkan beberapa temuan, pertama seputar layanan virtual yang paling umum digunakan. Sebanyak 45,39% dari responden mengaku pernah melakukan pembelian atau pembayaran untuk Google Play Store, kendati persentasenya juga nyaris berimbang dengan yang tidak pernah melakukan pembelian sama sekali, yakni 42,15%. Menarik, pasalnya untuk pembayaran sendiri sebenarnya sudah banyak opsi yang bisa dipilih, mulai dari potong pulsa, voucher, ataupun transfer bank manual.

Gambar 1

Lalu survei juga mencoba mendalami tentang pemahaman masyarakat tentang barang virtual. Dalam survei tersebut diberikan beberapa opsi pilihan, rata-rata mendefinisikan sebagai sebuah layanan yang diakses melalui internet atau berbentuk digital. Persentase lain juga menunjukkan, bahwa apa yang disebut dengan barang virtual rata-rata diketahui mulai dari layanan games dan apps yang biasa digunakan.

Gambar 2

Penetrasi internet dan penggunaan smartphone sendiri selalu digadang-gadang menjadi landasan mendasar untuk improvisasi layanan digital. Salah satunya peluncuran model transaksi virtual yang diusung oleh berbagai jenis layanan online, yang paling banyak oleh layanan on-demand dan e-commerce. Fungsionalitasnya secara sederhana ialah menampung jumlah kredit uang tertentu ke layanan dompet digital yang dimiliki pengusung layanan. Banyak keuntungannya bagi bisnis, salah satunya loyalitas pengguna.

Saat ini sudah ada beberapa layanan dengan tipikalnya masing-masing. Dari yang ada, GO-PAY menjadi yang paling banyak digunakan, disusul oleh voucher Google Play dan TokoCash. Sayangnya karena ada isu seputar lisensi e-money, beberapa layanan dihentikan sementara, termasuk TokoCash, GrabPay, dan BukaDompet. Karena jika layanan tersebut sudah memutar transaksi di atas 1 miliar rupiah, maka harus memiliki perizinan dari BI.

GAMBAR 3

Lalu bagaimana dengan kecenderungan masyarakat saat ini berkaitan dengan layanan pembayaran. Masih dari responden yang sama, sebagian besar masih menempatkan metode tunai atau cash pada peringkat pertama, disusul menggunakan ATM atau kartu debit. E-money, kartu kredit dan virtual currency masih ada di prioritas yang terakhir.

Gambar 4

Angka ini tentu masih akan fluktuatif, mengingat ada banyak inovasi yang terus digencarkan oleh pengusung layanan –termasuk menawarkan kelebihan lebih dan keuntungan lainnya, seperti program reward.

Selain empat temuan di atas, masih ada banyak lagi hasil survei mengenai penerimaan masyarakat terhadap barang dan pembayaran virtual. Laporan selengkapnya dapat diunduh secara gratis di Virtual Goods and Digital Goods Survei 2017.

Beberapa Insight Menarik iPrice tentang Bisnis E-Commerce Indonesia

Bisnis e-commerce di Indonesia saat ini terpantau masih terus menguat. Berbagai pihak mencoba untuk memetakan pergerakannya dengan merilis statistik dari tren e-commerce, baik dari kalangan konsumen, pola transaksi, sistem keamanan dan lain sebagainya. Salah satu yang cukup concern merilis data tersebut adalah iPrice Indonesia. Layanan perbandingan item antar toko online dan kupon belanja tersebut telah beberapa insight yang bisa dipetakan sebagai karakteristik menarik dari pergerakan sistem belanja online di Indonesia.

Transaksi online sebagai salah satu backbone layanan e-commerce

Seiring dibutuhkannya efisiensi, model pembayaran transaksi belanja online mulai bervariasi. Kendati model tradisional (bank transfer atau cash on delivery) masih tetap disematkan di hampir semua platform e-commerce, namun model yang lebih baru mulai disajikan. Salah satunya melalui e-money yang digadang-gadang akan booming di masa medatang. Transformasi sistem pun terjadi, termasuk bagaimana sistem kredit dimodifikasi sedemikian rupa sehingga tidak mewajibkan pengguna untuk memiliki kartu kredit. Seperti kita ketahui, penetrasi kartu kredit di Indonesia sendiri sangat minim.

Di luar variasi pilihan pembayaran yang makin beragam, keraguan pengguna dalam melakukan pembayaran secara online masih banyak dikeluhkan. Hal ini lantaran di antara demografi pengguna juga banyak yang berasal dari kalangan digital immigrant. Lebih mendasar dari itu, kalangan tersebut juga masih sering bertanya-tanya keabsahan sebuah platform, misalnya meragukan apakan informasi kartu kredit akan disalahgunakan, apakah toko tersebut sah di mata hukum, kualitas barang dan sebagainya.

Terkait keraguan dalam melakukan transaksi online sendiri, statistik iPrice Indonesia berikut ini menarik untuk disimak:

Data statistik e-commerce iPrice Group tentang keraguan pembarayan online
Data statistik e-commerce iPrice Group tentang keraguan pembarayan online

Layanan logistik menjadi salah satu penentu keputusan konsumen

Pengiriman barang turut menjadi salah satu target improvisasi yang kini banyak difokuskan oleh penyedia platform. Mulai membangun sistemnya sendiri, menjalin kerja sama dengan layanan transportasi berbasis aplikasi, hingga membuka gudang di berbagai wilayah menjadi strategi yang terus digencarkan. Hal ini krusial, lantaran “kasta” toko online saat ini sudah jauh menjadi lebih general, berlomba memberikan pengalaman yang sama bagi konsumen ketika mereka berbelanja langsung ke gerai atau toko.

Menurut iPrice Group, sesuai disampaikan Andrew Prasatya dari tim marketer, tahun 2017 bisnis e-commerce akan semakin fokus meningkatkan layanan ini. Akan banyak inovasi-inovasi yang dilakukan agar proses pengiriman semakin efisien. Terlebih saat ini banyak startup lain yang mencoba menjembatani kebutuhan ini, seperti Deliveree, Etobee, hingga PopBox.

Berbagai program untuk membangun traksi pengunjung

Demi meningkatkan traksi, terutama untuk loyalitas pengguna, banyak cara yang ditempuh oleh layanan e-commerce, mulai dari insentif, program loyalitas, sistem kupon dan melibatkan diri dalam beragam program tahunan belanja online. Dari sebuah data tren e-commerce, 49% pelanggan yang melakukan transaksi online mengatakan bahwa mereka rela berganti brand produk demi kupon (merujuk pada diskon). Saat ini sudah banyak kupon-kupon khusus yang dibuat oleh e-commerce untuk mendukung pengalaman belanja pelanggan.

Menurut statistik iPrice Indonesia, model kupon didominasi penggunaannya oleh kalangan produktif. Kalangan produktif ini dinilai memiliki pola konsumsi yang lebih besar dibandingkan dengan yang lainnya.

Data statistik e-commerce iPrice Group tentang demografi usia penikmat kupon belanja online
Data statistik e-commerce iPrice Group tentang demografi usia penikmat kupon belanja online

Dari analisis iPrice, di tahun 2017 layanan e-commerce akan semakin banyak membuat penawaran-penawaran seperti kupon untuk menarik lebih banyak pelanggan belanja di website mereka. Kupon eksklusif di hari-hari besar, seperti perayaan keagamaan  atau kupon khusus untuk pengguna aplikasi, akan semakin banyak bertebaran.

Langkah Layanan E-Wallet MatchMove untuk Menangkan Pasar Indonesia

Metode pembayaran memegang peran penting dalam pertumbuhan bisnis digital. Faktor keamanan, kemudahan, dan teknologi menjadi hal yang wajib dipertimbangkan untuk menghadirkan metode pembayaran yang banyak digunakan. Di era digital, banyak startup yang fokus menyuguhkan solusi metode pembayaran untuk melengkapi bisnis-bisnis yang sudah ada.

Salah satu bisnis yang menyuguhkan metode pembayaran ini adalah MatchMove. Perusahaan teknologi finansial asal Singapura yang didirikan Shailesh Naik dan Hsueh Huah Leow ini mencoba peruntungannya masuk ke pasar Indonesia yang dinilai potensial.

MatchMove memiliki ketertarikan untuk meningkatkan solusi pembayaran agar lebih menjangkau pasar yang kebanyakan tidak memiliki kartu kredit atau akun bank untuk melakukan pembayaran online.

MatchMove menyediakan solusi end to end enterprise payment untuk membantu startup, dan juga perusahaan besar, berupa solusi mobile wallet. Termasuk di dalamnya peer to peer transfer, remittance, channel top up, pembayaran virtual, dan beberapa fitur lainnya. Sistem API MatchMove diklaim sangat mudah diintegrasikan dengan sistem-sistem yang ada.

MatchMove dan pergerakannya di Indonesia

Sebagai layanan penyedia e-wallet, MatchMove bukan menjadi yang pertama di Indonesia. Kehadirannya di Indonesia tentu harus disertai strategi dan kelebihan untuk bisa bersaing. Menjawab hal ini, pihak MatchMove menjelaskan bahwa mereka adalah Wallet Operating System. Mereka menyediakan solusi untuk perusahaan atau startup membangun digital wallet mereka sendiri.

Disebutkan bahwa MatchMove telah menjajaki sejumlah kerja sama dengan beberapa perusahaan terkemuka di Indonesia.

Untuk keunikan dan potensi pasar di Indonesia, MatchMove justru memberikan fokus lebih pada regulasi lokal yang ada. Sejauh ini teknologi finansial di Indonesia masih dalam tahap bertumbuh, baik dari para pemainnya maupun aturan-aturan di dalamnya.

“Kami melihat semua pemain di industri ini sebagai potential partner yang bisa melengkapi kekuatan mereka. Selain memungkinkan client untuk meluncurkan e-wallet mereka sendiri, kami juga mendukung e-wallet yang ada untuk bisa meningkatkan kemampuan mereka. MatchMove mendukung integrasi dengan jaringan global dan lokal, dan juga merupakan mitra MasterCard Worldwide. Operasi global kami memungkinkan kami memberikan pengalaman terbaik untuk Indonesia dan juga menghubungkan perusahaan Indonesia secara global,” terang Market Development & Corporate Affair Manager Arya Syahairudin.

Pengusung TrueMoney Jalin Kemitraan dengan Ant Financial, Targetkan Pasar Asia Tenggara

Ant Financial Group perusahaan digital payment pengusung Alipay hari ini umumkan cetak biru global untuk inklusi keuangan digital bebarengan dengan kerja sama strategis dengan Ascend Money yang berbasis di Thailand. Nama Ascend Money mungkin jarang didengar, di Indonesia TrueMoney Witami adalah perusahaan yang diusung oleh grup tersebut. Bergabungnya dua pemain digital finance global tersebut memiliki visi untuk mempercepat pertumbuhan mobile lifestyle dan digital financial pltform di Asia Tenggara.

Ant Financial dan Ascend Money akan bermanuver pada penumbuhan sistem pembayaran, baik online ataupun offline, memanfaatkan tren bertumbuhnya ekosistem e-commerce di kawasan Asia Tenggara. Menariknya keduanya memiliki pengalaman yang tidak diragukan lagi. Alipay menjadi salah satu yang melandasi sistem pembayaran raksasa e-commerce Alibaba yang mengakomodir lebih dari 450 juta pengguna. Sedangkan kiprah Ascend Money di Asia Tenggara saat ini juga mulai memuncak.

Apakah ini menjadi strategi Alibaba bawa sistem pembayaran digital ke Indonesia?

Kekuatan Ant Financial seringkali ditunjukkan pada kapabilitas teknologi yang dimiliki, mencakup digital payment, big data analytics, risk control management dan cloud computing (Alibaba Cloud). Kemitraannya bersama Ascend Money bukan kali ini saja, sebelumnya keduanya telah menanamkan investasi $680 juta di startup pengembang mobile payments dan commerce platform asal India, Paytm.

Di Indonesia sendiri layanan TrueMoney tengah menunjukkan taringnya. Baru-baru ini pihaknya mengumumkan rencana ekspansinya ke beberapa negara di seputaran Indonesia. Potensi yang besar untuk pasar uang elektronik di Indonesia juga tengah memberikan banyak dampak di sektor digital-commerce. Artinya menjadi “lahan hijau” bagi kedua perusahaan besar tersebut, Ant Financial dan Ascend Money, untuk menggarap potensi tersebut.

Alibaba sendiri menjadi salah satu kiblat perkembangan e-commerce di tanah air. Sempat santer diberitakan bahwa pemerintah berencana menunjuk pendiri Alibaba Jack Ma sebagai penasihat ekonomi pemerintah, khususnya untuk urusan e-commerce. Kepercayaan tersebut tentu saja bisa menjadi sebuah pintu masuk berbagai layanan Alibaba untuk masuk.

“Imajinasi, inovasi dan informasi merupakan kunci untuk mewujudkan visi Ant Financial untuk mempromosikan akses yang sama ke layanan keuangan pada platform global […] Pasar pembayaran (digital) di Asia Tenggara memiliki potensi yang belum banyak dimanfaatkan dan kami berdedikasi untuk memberikan kontribusi,” sambut CEO Ant Financial Eric Jing.

Sejak tahun 2014, Alipay telah menjalin kerja sama dengan beberapa pemain e-commerce di luar Tiongkok. Per tahun 2016 tercatat lebih dari 80 ribu merchant di 70 negara telah memanfaatkan layanan tersebut. Di Asia Tenggara, layanan Alipay telah singgah di Thailand, Singapura, Malaysia, dan Vietnam. Kuartal ketiga tahun ini pihaknya menerangkan adanya kenaikan hingga empat kali lipat dibanding tahun lalu.

COO Kredivo Umang Rustagi dan CEO Kredivo Akshay Garg berfoto bersama setelah diskusi bersama media / DailySocial

Kredivo Targetkan Kuasai Transaksi E-commerce Hingga $2 Miliar di ASEAN

Platform kartu kredit virtual Kredivo menargetkan lima tahun mendatang (2021) dapat mengendalikan transaksi e-commerce antara hingga $2 miliar di kawasan ASEAN. Target tersebut dibuat dengan asumsi total transaksi e-commerce ASEAN di tahun tersebut mencapai $50 miliar.

Akshay Garg selaku CEO Kredivo menjelaskan untuk mencapai target tersebut pihaknya akan melakukan ekspansi ke beberapa negara di wilayah ASEAN. Ekspansi tersebut akan digalakkan mulai dari tahun depan. Ada beberapa negara yang menjadi pertimbangan untuk singgah, seperti Malaysia, Filipina dan Thailand. Kendati demikian pihaknya masih terus mempelajari pasar untuk menemukan sasaran yang ideal.

“Rencana ekspansi ke negara berikutnya masih dalam kajian, kemungkinan pada kuartal I 2017 akan kami umumkan,” ujarnya, Kamis (15/9).

Garg mengaku, target ini dibuat berdasarkan hasil riset yang dilakukan Kredivo. Pasar utama kartu kredit di seluruh dunia masih dominan dikuasai oleh MasterCard. Pihaknya membutuhkan waktu untuk berkembang dan menguasai pasar. Oleh karenanya Kredivo ingin lebih fokus membuat produk cerminan dari pengembangan MasterCard, supaya lebih mudah diadopsi.

Ia melanjutkan, nantinya saat ekspansi dapat terealisasi pihaknya akan menggunakan brand Kredivo untuk diboyong ke luar negeri. Selain itu Kredivo juga akan membuka peluang untuk bekerja sama dan menggandeng partner dari lembaga keuangan asal negara tersebut yang akan bertindak sebagai lender.

“Kami membuka peluang untuk seluruh institusi keuangan asal negara tersebut menjadi partner bisnis. Kami masih lihat-lihat bagaimana regulasinya dan kontur pasarnya.”

Seperti diketahui, Kredivo menggandeng PT BFI Finance Indonesia Tbk menjadi pihak lender tunggal untuk penyaluran pembiayaannya. Grag mengungkapkan pihaknya memilih BFI karena adanya kesamaan visi dan misi. Di satu sisi, BFI membutuhkan pangsa pasar baru di tengah lesunya pembiayaan untuk sektor otomotif.

Perkembangan Bisnis di Indonesia

Kredivo baru melesatkan layanan di Indonesia sejak November 2015. Grag mengaku sejak enam bulan terakhir secara rerata per bulannya bisnis tumbuh lebih dari 50%, baik dari segi pengguna maupun transaksi. Kini Kredivo sudah bekerja sama dengan 45 e-commerce untuk memproses transaksi di dalamnya.

Beberapa e-commerce tersebut termasuk Bhinneka, Global Teleshop, Wellcomm Shop, Jualo, Sepulsa, Lensza, AsmaraKu, dan lain-lain. Pihaknya menargetkan sampai akhir tahun ini jumlah kerja sama bisa bertambah hingga 100 e-commerce, sementara pada tahun depan jumlahnya bisa berlipat ganda hingga 300 e-commerce.

“Merchant e-commerce di Indonesia terus bertambah setiap minggunya. Kami targetkan pada tahun depan jumlah merchant bisa menyentuh angka 300 e-commerce.”

Menurutnya dengan bekerja sama dengan banyak e-commerce Kredivo secara langsung dapat berperan menjadi stimulus penjualan bagi bisnis online dan membuat transaksi online lebih terjangkau dan aman bagi konsumen. Pasalnya pertumbuhan e-commerce di Indonesia sangat luar biasa, namun belum dibarengi dengan ekosistem pembayaran yang matang.

Hal ini tercermin dari rendahnya tingkat penetrasi kartu kredit di Indonesia, merupakan terendah di Asia Tenggara. Menurut laporan Asosisai Kartu Kredit Indonesia, pada Juli 2016 jumlah kartu kredit yang beredar hanya sebesar 17 juta dengan rata-rata dua kartu kredit per orang. Ini menunjukkan jumlah pemilik kartu kredit di Indonesia berada di angka sekitar 8 juta orang.

“Ke depannya kami ingin berkolaborasi dengan lebih banyak pemain e-commerce dan memperluas inklusi kartu kredit di Indonesia melalui teknologi,” pungkasnya.

Startup Fintech Asal Makassar DavestPay Coba Hadirkan Layanan Online Payment B2C (UPDATED)

PT Hensel Davest Indonesia didirikan pada tahun 2009. Bermula sebagai usaha pengisian pulsa elektrik, kini berkembang ke transaksi multi-biller yang menyasar segmen B2C (Business to Customer). Melihat tingginya permintaan masyarakat akan sebuah aplikasi pembayaran secara online, maka pada Desember 2015 DavestPay diluncurkan sebagai solusi pembayaran tagihan dan pembelian online untuk semua orang. Seperti apa aplikasi DavestPay ini dan seperti apa model bisnisnya? Berikut wawancara DailySocial dengan Pangerang Andrian selaku Digital Marketing & O2 Merchant Manager PT Hensel Davest Indonesia, perusahaan yang membawahi DavestPay.

Latar belakang dan tujuan membuat DavestPay

“DavestPay didirikan ketika kami merasakan bagaimana selama ini masyarakat harus datang ke loket yang letaknya jauh dari tempat tinggal, mengantri berjam-jam, bahkan untuk menghindari antrian ramai, tidak jarang mereka harus datang pagi sekali. Berapa banyak waktu dan tenaga yang terbuang hanya untuk membayar tagihan,” ujar Andrian.

DavestPay memiliki ragam fitur pembayaran dalam satu aplikasi, seperti pembayaran listrik (prepaid, post-paid, non-taglis), iuran BPJS, tagihan PDAM, tagihan telepon, tagihan internet, TV berlangganan, pembayaran cicilan kendaraan, pembelian pulsa, tiket pesawat, voucher hotel, hingga voucher game. Ke depan mereka juga akan memiliki fitur transfer serta peminjaman uang.

Sistem kerja dan keunggulan aplikasi DavestPay

Semua transaksi pembayaran di DavestPay dilakukan secara online. Para merchant mengisi saldo deposit yang kemudian bisa digunakan untuk bertransaksi. Dengan cara ini, setiap merchant bisa membuka usaha loket pembayaran sendiri. Keunggulan aplikasi DavestPay dibanding pesaing sejenis adalah ragam produk yang jauh lebih lengkap dengan harga yang lebih murah dibanding kompetitor. Serta aplikasi yang berjalan multi-platform, mobile dan web. Sejauh ini sudah beberapa merchart yang bergabung, seperti PLN, Telkom, BPJS, semua operator pulsa, semua maskapai penerbangan domestik, serta beberapa hotel di tanah air.

“Total agen DavestPay sendiri sekarang sudah berjumlah 10,000 agen tersebar di seluruh kota besar di Indonesia,” Andrian menjelaskan.

Keuntungan yang didapat merchant adalah akses ke harga produk paling murah. Sedangkan kemudahan yang didapat konsumen dengan adanya aplikasi ini, yang mana mereka dapat melakukan segala jenis pembayaran tagihan langsung dari smartphone dan dengan harga murah yang tidak ditemui oleh aplikasi sejenis.

Mengenai model bisnis yang diterapkan, Andrian menyebutkan, saat ini, DavestPaymemiliki model bisnis transactional fee serta penerapan biaya registrasi untuk menjadi merchant. Namun, di luar itu, merchant juga bisa menggunakan aplikasi ini dengan cara download gratis, tetapi harga produk sama dengan harga jual normal pada umumnya.

Saat ini pengisian deposit saldo DavestPay dilakukan dengan cara transfer ke rekening bank nasional yang bekerja sama dengan mereka. Pembagian keuntungan merchant mendapat keuntungan dari komisi langsung pada setiap transaksi.

Andrian mengatakan, berhubung DavestPay masih sangat baru, kurangnya awareness masih menjadi kendala terbesar. Tetapi saat ini, tim Hensel Davest Indonesia sudah menyiapkan sejumlah strategi seperti kampanye digital marketing dan brand activation di beberapa kota besar di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here