Tag Archives: online seller

Cara Unduh Laporan di Aplikasi Mimin

Anda pengguna Mimin dan ingin mengunduh hasil laporanmu? Artikel ini akan membahas bagaimana caranya.

Anda dapat mengunduh berbagai macam laporan yang disediakan pada aplikasi Mimin, yaitu laporan penjualan, laporan pemesanan, laporan laba rugi, statistik produk, dan laporan transaksi.

Untuk dapat mengunduhnya dalam format Microsoft Excel, Anda dapat membuka akun Mimin pada PC atau unduh melalui browser pada handphone Anda. Namun, Anda juga dapat melihat laporannya, baik melalui aplikasi pada handphone maupun PC Anda.

Berikut cara mengunduh berbagai macam laporan yang disediakan pada aplikasi Mimin.

Cara Download Laporan Pendapatan

  • Buka aplikasi Mimin melalui PC, lalu masuk ke Akun Anda. Isi email dan kata sandi yang terdaftar, lalu klik Login.

  • Pada bagian dashboard, pilih opsi Laporan.

  • Pilih Laporan Pendapatan.

  • Gulir ke bawah hingga menemukan Tabel Laporan Pendapatan.
  • Klik tombol Unduh pada bagian kanan untuk mengunduh Laporan Pendapatan.

Cara Download Laporan Pemesanan

  • Buka aplikasi Mimin melalui PC, lalu masuk ke Akun Anda.
  • Pilih opsi Laporan.
  • Pilih Laporan Pemesanan.

  • Gulir ke bawah hingga menemukan Tabel Laporan Pemesanan.
  • Klik tombol Unduh pada bagian kanan untuk mengunduh Laporan Pemesanan.

Cara Download Laporan Laba Rugi

  • Buka aplikasi Mimin melalui PC, lalu masuk ke Akun Anda.
  • Pilih opsi Laporan.
  • Pilih Laporan Laba Rugi.

  • Gulir ke bawah hingga menemukan Tabel Laporan Laba Rugi.
  • Klik tombol Unduh pada bagian kanan untuk mengunduh Laporan Laba Rugi.

Cara Download Laporan Statistik Produk

  • Buka aplikasi Mimin melalui PC, lalu masuk ke Akun Anda.
  • Pilih opsi Laporan.
  • Pilih Statistik Produk.

  • Gulir ke bawah hingga menemukan Tabel Laporan Produk.
  • Klik tombol Unduh pada bagian kanan untuk mengunduh Laporan Statistik Produk.

Cara Download Laporan Transaksi

  • Buka aplikasi Mimin melalui PC, lalu masuk ke Akun Anda.
  • Pilih opsi Laporan.
  • Pilih Laporan Transaksi.

  • Gulir ke bawah hingga menemukan Tabel Laporan Transaksi.
  • Klik tombol Unduh pada bagian kanan untuk mengunduh Laporan Transaksi.

Itulah cara untuk download hasil laporan penjualan, laporan pemesanan, laporan laba rugi, statistik produk, dan laporan transaksi. Semoga artikel ini bermanfaat untuk Anda.

Mudah! Begini Cara Lengkap Menambahkan Produk Melalui Tokopedia Seller

Cara menambahkan produk melalui Tokopedia Seller adalah satu hal yang wajib Anda ketahui sebagai seller Tokopedia. Tokopedia Seller sendiri merupakan situs untuk pemilik toko di Tokopedia mengelola tokonya, termasuk menambahkan produk.

Cara Menambahkan Produk Melalui Tokopedia Seller

Setelah berhasil membuat toko secara gratis di Tokopedia, kini Anda dapat mulai mengunggah produk-produk Anda agar dapat dilihat oleh jutaan pengguna Tokopedia setiap harinya. Jadi, bagaimana cara menambah produk jualan pada Tokopedia? Berikut adalah langkah-langkahnya:

  • Selanjutnya, Anda akan beralih ke halaman untuk menambahkan produk. Pada halaman tersebut, Anda akan diminta untuk mengisi berbagai informasi terkait produk sebelum diunggah ke toko Anda.
  • Pertama, upload foto produk. Anda bisa menambahkan hingga 5 foto produk termasuk foto utama.

  • Kedua, masukkan nama produk dan pilih kategori produk. Kemudian, Anda juga dapat menambahkan etalase baru atau memilih etalase yang telah tersedia.

  • Ketiga, pilih kondisi produk, tambahkan deskripsi produk, dan tambah URL video (jika ada).

  • Keempat, tambah varian produk, seperti warna, ukuran, rasa, dan lainnya.

  • Kelima, masukkan harga jual produk dan jumlah minimum pemesanan. Kemudian, Anda juga dapat menambah harga grosir (jika ada).

  • Keenam, aktifkan status produk dan masukkan jumlah stok produk.

  • Terakhir, lengkapi informasi pengiriman dan berat produk. Masukkan berat produk dalam satuan gram. Kemudian, masukkan ukuran produk (panjang dan lebar).

  • Lalu, pilih layanan pengiriman (standar/custom) dan pilih kebijakan untuk asuransi pengiriman (wajib/opsional).
  • Kemudian, Anda juga dapat mengaktifkan PreOrder jika Anda membutuhkan waktu lebih lama untuk mempersiapkan dan mengirim pesanan.

  • Apabila semua informasi di atas telah diisi, klik Simpan untuk menambahkan produk dan kembali ke halaman utama atau klik Simpan dan Tambah Baru apabila Anda ingin menambahkan produk lainnya.

Nah, demikian cara menambahkan produk melalui Tokopedia Seller untuk Anda yang telah memiliki toko di Tokopedia. Selanjutnya, jangan lupa untuk selalu mengelola stok dan melakukan update stok melalui dashboard Tokopedia Seller. Selamat mencoba!

iPrice Bantu UMKM Asia Tenggara Go Online melalui Program iPrice Sellers Club

Sejak pandemi Covid-19 melanda, jumlah masyarakat Asia Tenggara yang memulai usaha online ternilai cukup banyak, terutama di Indonesia. Terlebih lagi, banyak pula pelaku usaha yang mulai merambah pasar online dari yang sebelumnya hanya fokus pada penjualan offline agar usaha mereka tetap bertahan.

Terkait fenomena tersebut, David Chmelar, Co-Founder & Executive Vice Chairman iPrice juga menyampaikan bahwa sejak saat itu, e-commerce di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup cepat.

“Perkembangan platform e-commerce selama 7 sampai 10 tahun terakhir ini cukup cepat. Namun, saat pandemi Covid, perkembangannya menjadi sangat cepat. Satu hal yang selalu terlintas di pikiran saya adalah adanya jutaan seller di ekosistem e-commerce Indonesia yang merasa bersyukur dengan kehadiran platform digital,” ujar David.

Pernyataan tersebut juga didukung sebuah studi yang diadakan oleh Google, Temasek, dan Bain and Company dimana pada studi tersebut menunjukkan 1 dari 3 merchant percaya bahwa tanpa adanya platform digital, usaha mereka tidak akan bertahan di tengah lockdown pandemi Covid-19. Kemudian, masih dari studi yang sama, 4 dari 5 merchant memperkirakan bahwa sebagian besar penjualan mereka di masa depan akan dihasilkan dari platform online.

Sayangnya, meskipun digitalisasi sangat membantu para pengusaha, go digital adalah langkah yang cukup sulit dan mahal terutama bagi para pelaku usaha mikro dan menengah. Hal itu didasari karena mayoritas dari online seller tersebut umumnya bukan merupakan seorang digital expert dan masih perlu banyak belajar untuk bisa membawa usahanya sukses merambah pasar online.

David menyatakan bahwa terdapat beberapa hal yang dapat menjadi halangan dan ditakuti pelaku usaha yang ingin go digital. Pertama, kompetisi di platformplatform penjualan digital dan marketplaces kini semakin ketat. Kedua, biaya dan struktur komisi semakin meningkat. Ketiga, meskipun penjual tidak dikenakan biaya apapun saat masuk ke dalam marketplace, tapi setelahnya banyak biaya yang perlu dikeluarkan seperti biaya untuk beriklan.

Selain hal-hal tersebut, banyak pula seller yang tidak tahu cara set up toko online mereka, bahkan tidak tahu harus mulai dari mana. Atas dasar kekhawatiran tersebut, iPrice kini menghadirkan program iPrice Sellers Club.

iPrice Sellers Club

iPrice Sellers Club merupakan sebuah program khusus untuk para pelaku usaha online dari iPrice yang dihadirkan dengan misi utama mengurangi biaya pemasaran digital mereka. 

Program ini juga diluncurkan sebagai solusi untuk seller dengan tiga kondisi, antara lain seller yang telah tergabung di marketplaces, seller yang memiliki toko online mereka sendiri, dan seller yang belum tergabung di marketplaces dan tidak memiliki toko online tapi mereka ingin mulai untuk go online.

Untuk seller yang telah masuk ke dalam marketplace, seringkali kendala yang terjadi adalah kesulitan untuk mendapatkan visibilitas, meningkatkan traffic, dan membangun reputasi, sehingga terkadang mereka membuat review palsu agar dapat dipercaya oleh pelanggan. Dalam mengatasi hal tersebut, iPrice dapat membantu menampilkan toko dan katalog mereka dari marketplace ke situs iPrice agar dapat dilihat oleh lebih banyak calon pelanggan. Kemudian, saat pelanggan tertarik untuk membeli suatu produk dari seller tersebut, pelanggan akan langsung dialihkan ke marketplace tempat seller memasang produk tersebut.

Selanjutnya, bagi mereka yang memiliki toko online mereka sendiri, David melihat permasalahannya terdapat pada hal- hal teknis dimana seller harus bisa melakukan set up toko online mereka sendiri, seperti payment gateway dan ads. Namun, seringkali seller tidak memiliki waktu dan cukup pengetahuan untuk mengoptimasi hal-hal teknis tersebut, terutama ads. Iklan merupakan hal yang sangat penting karena sebagai sarana pemberitahuan kepada pelanggan akan keberadaan suatu toko online. Dibandingkan harus menggunakan Facebook atau Google Ads yang cenderung mahal, seller dapat bergabung ke iPrice Sellers Club. Dengan program tersebut, iPrice dapat membantu mengarahkan pelanggan dari situs iPrice ke online store para sellers secara gratis sehingga traffic meningkat dan toko online mereka dapat dikenal banyak pelanggan.

Terakhir, iPrice Sellers Club juga hadir untuk para pelaku usaha yang belum aktif secara online dan bingung memulainya dari mana. Pelaku usaha yang belum tergabung di marketplace manapun dan belum memiliki online store mereka sendiri dapat memasang produk mereka di situs iPrice yang mana kemudian pelanggan juga bisa melakukan checkout di sana. iPrice akan membantu para pelaku usaha tersebut dalam berintegrasi, mulai dari persiapan detail produk sampai persyaratan dasar penjualan, hingga mereka siap berjualan di situs iPrice.

“Jadi, bagaimanapun kondisi seller, kami memiliki solusi untuk bisa menjadi partner dalam membangun kehadiran mereka di platform digital melalui iPrice Sellers Club,” kata David.

iPrice Sellers Club sebagai partner UMKM untuk go online memberikan banyak sekali keuntungan bagi para pelaku usaha yang bergabung. Selain gratis dan tidak memungut komisi, cara mendaftar untuk berpartisipasi dalam iPrice Sellers Club juga cukup mudah. Seller dapat langsung menghubungi iPrice melalui email ke sellers@ipricegroup.com.

Kemudian, iPrice memiliki layanan perbandingan harga yang membantu pelanggan menemukan harga terbaik untuk produk yang mereka cari di internet. Layanan ini tentu sangat menguntungkan bagi seller yang menjual produk-produk dengan harga terjangkau.

Lalu, iPrice juga memiliki pengguna tahunan sebanyak 130 juta pengguna. Sehingga, para pelaku usaha yang tergabung dalam iPrice Sellers Club memiliki kemungkinan lebih besar untuk bisa dijangkau oleh lebih banyak pelanggan.

Melalui program tersebut, diharapkan iPrice dapat membantu banyak UMKM, terutama di Indonesia, dalam menurunkan biaya pemasaran dan mencapai profitabilitas.

Produk esensial berkaitan dengan kebutuhan pokok dan kesehatan paling diminati konsumen Indonesia melalui reseller

Geliat “Reseller” Berjualan di Media Sosial

Pekerja informal merupakan kelompok yang paling rentan terdampak pengaruh pandemi. Mereka harus putar otak mencari pekerjaan tambahan untuk melanjutkan hidup. Pilihan pertama yang biasanya diambil adalah berdagang menjual produk-produk yang sedang dicari masyarakat.

Dalam tulisan DailySocial sebelumnya, pemain social commerce saat ini sedang memanfaatkan momentum dalam menjaring reseller baru karena terjadi pergeseran konsumsi belanja ke platform digital. Dampak kenaikan tersebut tidak merata hanya dinikmati pemain e-commerce, tapi juga platform social commerce.

Platform social commerce menawarkan kesempatan menjadi reseller dengan mudah. Hanya bermodalkan smartphone dan tidak memerlukan modal awal. DailySocial mewawancarai tiga pemain reseller yang kini cukup berbahagia karena kenaikan jumlah reseller yang bergabung, yakni RateS, Woobiz, dan Evermos.

Evermos saat ini melakukan pendekatan yang berbeda dalam menjaring reseller baru. Mereka menggratiskan biaya pendaftaran dari awalnya harus membayar biaya komitmen awal sebesar Rp300 ribu. CEO Evermos Iqbal Muslimin mengatakan pandemi telah memakan lebih dari dua juta orang yang terkena PHK karena itulah kebutuhan orang menghasilkan penghasilan tambahan juga semakin besar.

“Kita membuat dalam rangka memberdayakan para pekerja informal yang terkena dampak langsung seperti driver ojek online dan agen travel umroh bekerja sama dengan PergiUmroh,” ucapnya.

“Alhamdulillah reseller baru juga bisa mulai lancar jualan karena konsumen juga menghindari aktivitas di luar dan mulai beralih ke pesan produk secara online atau lewat WA,” sambungnya.

Dia tidak menyebutkan seberapa besar kenaikan reseller sejak pandemi. Namun ia menyatakan bahwa sekarang ada lebih dari 100 ribu reseller yang bergabung dan tersebar di seluruh provinsi di Indonesia.

Data Woobiz tak jauh berbeda. Co-Founder Woobiz Putri Noor Shaqina menuturkan banyak orang yang tertarik bergabung dengan Woobiz karena mereka bisa mendapatkan pendapatan tanpa perlu meninggalkan tempat tinggal atau pergi jauh.

“Mitra lama kami juga mengalami dampak positif di mana banyak tetangga-tetangga mereka yang berbelanja ke mitra kami. Kami melihat peningkatan rata-rata transaksi mitra kami hingga lebih dari 30% setiap bulannya sejak pandemi ini,” katanya.

Woobiz disebutkan memiliki 10 ribu mitra sejak pertama kali beroperasi pada Juli tahun lalu. Mayoritas mereka berasal dari Jabodetabek, lalu menyebar ke Jawa Barat, Timur, dan Tengah sejak bekerja sama dengan Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPPNU).

RateS juga demikian. Startup asal Singapura ini baru masuk ke Indonesia sejak Juni tahun lalu namun pencapaiannya diklaim memuaskan. Chief Strategy Officer RateS Albert Ho menerangkan, perusahaan kini memiliki ratusan ribu reseller yang bergabung.

“Bisa dikatakan mayoritas reseller kami ada di Pulau Jawa, tapi juga ada di Medan, Makassar, Palembang, dan Balikpapan. Separuh reseller kami tidak ada yang datang dari kota lapis pertama. Kami banyak menyentuh kota lapis dua dan tiga, seperti Sukabumi, Cianjur, dan Malang,” kata Albert.

Terus melengkapi produk

Sama seperti pemain e-commerce, katalog produk semakin dilengkapi agar tetap relevan dengan permintaan yang sedang tinggi, seperti produk-produk yang berkaitan dengan kesehatan dan makanan pokok sehari-hari. Di Evermos, perusahaan menambah kemitraan dengan UKM produsen herbal untuk mengenalkan produk vitamin dan madu untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

Evermos termasuk pemain reseller yang fokus pada produk halal seperti fesyen, makanan, kosmetik, dan kebutuhan rumah tangga.

“Ini [produk vitamin] merupakan salah satu top kategori kita. Kita selalu sesuaikan produk UKM untuk reseller agar bisa dijual dengan mudah apalagi di masa pandemi.”

Sementara itu, kategori produk yang paling laku dijual reseller di RateS adalah bahan pokok rumah tangga, alat masak, dan mainan untuk anak. Lalu alat-alat olahraga, seperti tikar yoga, juga sering dicari. Albert memperkirakan pertumbuhan transaksi di kategori tersebut setidaknya mencapai 30% sejak pandemi.

“Intinya [kenaikan] memang seperti yang kita pikirkan: selama lockdown, orang Indonesia masih ingin menghibur anak-anak mereka dengan mainan, lebih banyak memasak di rumah, lebih banyak hiburan di rumah. Tentunya, produk fesyen saat ini turun sekali,” tutur Albert.

RateS menempatkan dirinya sebagai pemain yang kuat di produk alat-alat rumah tangga dan ibu dan anak. Albert menuturkan dalam pengadaan barang ini perusahaan bekerja sama dengan produsen peralatan asli (original equipment manufacturer/OEM) di luar negeri lalu mengimpornya ke Indonesia. Ada 200 pabrikan yang sudah digaet perusahaan.

Sementara untuk pengadaan produk dari lokal, masih bisa dihitung jari baru lima brand. “Untuk penyimpanan, kami memakai inventaris kami di berbagai gudang di seluruh Indonesia. Idealnya kami ingin sedekat mungkin dengan ekonomi pedesaan, jadi pengiriman jarak jauh kami paling rendah ke pelanggan.”

Woobiz juga memperluas kerja samanya dengan brand FMCG untuk memenuhi permintaan di lapangan. Perusahaan tersebut menyediakan kurasi produk dari beragam brand dari kategori kecantikan, makanan dan minuman, fesyen muslim, aksesoris, perawatan dan kesehatan, ibu dan anak, dan produk segar.

Perlu peningkatan kapabilitas

Ketiga pemain reseller ini kompak menyatakan orang Indonesia itu sangat sosial. Masih banyak orang yang membutuhkan bantuan ketika ingin membeli produk secara online. Untuk itu dibutuhkan sosok reseller yang membantu mereka secara personal.

“Target konsumen reseller adalah mereka yang bisa di-touch langsung secara offline atau lewat aplikasi media sosial dan chat messaging mereka,” tandas Iqbal.

Kendati ketiganya membuka channel penjualan di media sosial, mereka juga membuka kesempatan untuk berjualan di platform digital lainnya, misalnya membuka toko di situs e-commerce. Iqbal menuturkan pihaknya membuka portal pribadi bernama Berikhtiar.com untuk mewadahi reseller yang terbiasa berjualan online.

Sementara itu, di RateS, semua reseller diarahkan untuk sepenuhnya berjualan di platform e-commerce. Kata Albert, pilihan tertinggi reseller untuk berjualan adalah di Shopee, disusul Tokopedia.

Di Woobiz, menurut Putri, meski fokusnya berjualan di media sosial, reseller mulai diarahkan untuk untuk berjualan di platform e-commerce agar mereka dapat menjangkau konsumen lebih luas. Reseller dapat mengikuti program kelas internal yang diberi nama Woouniversity.

Reseller kami berjualan di aplikasi media sosial seperti Facebook, WhatsApp, dan Instagram. Ketiganya jadi lebih sering digunakan. Fitur status di media sosial memudahkan mitra memasarkan barang tanpa harus menawarkan secara personal. Bahkan aktivitas berjualan melalui grup komunitas WA semakin gencar untuk meningkatkan penghasilan.”

Dampak ekonomi yang diberikan aplikasi reseller ini sebenarnya cukup jelas. Reseller bisa mendapatkan penghasilan tambahan untuk menyambung hidup. Pemberdayaan secara berkelanjutan tentunya harus dilakukan oleh para pemain tersebut agar reseller tersebut bisa naik tingkat hingga mampu memproduksi barang sendiri.

Kehadiran program pendampingan untuk membimbing mereka perlu disiapkan, seperti cara pemasaran, manajemen keuangan, hingga menyiapkan mental sebagai pengusaha.

“Kami memiliki misi agar para mitra kami dapat mandiri secara finansial, meningkatkan kemampuan ekonomi mereka untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik,” pungkas Putri.

Modalku Is Now Available for Online Business in Social Media and Chat Messaging

Modalku developed a specific financing product targeting online entrepreneurs. Not only businesses on e-commerce platforms, but also social media and chat messaging. Previously, Modalku collaborated with e-commerce platforms such as Tokopedia, Bukalapak, Shopee, and Zilingom in channeling loans to online entrepreneurs.

As quoted from the Central Statistics Agency report “Statistics E-Commerce (2019)” last year, there are 15.08% of the total number of entrepreneurs in Indonesia were online entrepreneurs, the rest were offline entrepreneurs at 84.92%. However, during this pandemic, also stated in other reports by the Coordinating Ministry for Economic Affairs, there was an increase of over 300 thousand.

Modalku’s Co-Founder and COO Iwan Kurniawan said, in the time of pandemic more people are doing their activities through digital platforms, including buying and selling goods. The increase rate should be balanced with on-demand funding accessibility and the characteristics of online entrepreneurs.

“During this pandemic, we continue to grow [channeling financing] at more selective steps. The most commonly used digital services during Covid-19 are e-commerce, digital wallet, health, education, and transportation. We want to serve those segments that need financing,” Iwan said in an online press conference on Wednesday (29/7).

Ensuring Modalku’s strategy before introducing it to the public, the company has surveyed 200 online sellers as respondents last month. These respondents involved are 40% women and 60% men, dominated by people at the age 30-35 years (32%) and 26-29 years (27%). They are located in Jakarta, West Java, East Java and Banten.

The result shows that the online digital platform mostly used by the respondents is dominated by Shopee (77.5%) and Tokopedia (70.5%). However, in the third position is chat messaging applications such as WhatsApp and Line (62%). It is followed by Bukalapak, Facebook, Instagram, Lazada, Blibli, personal sites, JD.id, and others.

The survey also showed 70% of respondents attracted to online loans. The reason is to increase the stock of goods, try new business opportunities, do online marketing, business expansion, maintain cash flow, and other reasons.

“The result shows that every entrepreneur is at least uses three platforms for online business. It is quite difficult for this segment to get access to funding without collateral, even though they are part of the sector that drives the digital economy,” Modalku’s Digital Marketing Director, Alexander Christian said.

Modalku online pers conference today (7/29)
Modalku online pers conference today (7/29)

Loan products

In the latest product, Modalku is targeting all online entrepreneurs selling online in any channel. They can get loans without collateral up to 250 million Rupiah with a maximum tenor of 12 months. Interest charged, starting from 2% per month or 24% per year, depending on the risk profile of each seller.

In terms of submission, prospective borrowers only need a checking account for the past three months and a business owner’s ID. In addition, they are required to have been operating at least more than six months and have a business and are domiciled in Greater Jakarta, Bandung, and Surabaya.

According to Modalku’s Micro Business Project Manager Yuliana Prabandari, this method is quite effective for Modalku in ensuring all online transactions. When you join an e-commerce platform, credit scoring will be far more practical because the company can get all transaction and revenue data in the seller’s account.

“We find that even though this online seller already has a bank account, their businesses are yet to be eligible for credit from banks because they are required to have collateral. In addition, by selling stuff on many platforms, we can picture it as credit scoring,” said Yuliana.

Since three to four years ago working on online entrepreneurs, Modalku claimed to have distributed millions of loan transactions worth hundreds of billions of Rupiah. These borrowers come from various cities in Java, and outside Java, such as Medan, Batam and Makassar. This achievement is a strong foundation for the company to develop widely.

In total, from the beginning up until the first semester Modalku has disbursed loans worth more than 15 trillion Rupiah in Indonesia, Malaysia, and Singapore. The number of transactions reaches more than 2.5 million loans. The increase is quite significant compared to last December at 11 trillion Rupiah.

“We are financing a lot of sectors that grew green during the pandemic, such as health, ICT, e-commerce, and FMCG. This form of financing is divided into supply chain financing, BPJS invoice financing, and employee capital,” Iwan concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Pinjaman Online Seller Modalku

Modalku Kini Biayai Pengusaha Online di Media Sosial dan Chat Messaging

Modalku mengembangkan produk pembiayaan yang khusus menyasar pengusaha online. Tidak hanya yang berjualan di platform e-commerce saja, tapi juga media sosial dan chat messaging. Sebelumnya, Modalku bekerja sama dengan platform e-commerce seperti Tokopedia, Bukalapak, Shopee, dan Zilingom dalam menyalurkan pinjaman kepada pengusaha online yang tergabung di sana.

Mengutip dari hasil laporan Badan Pusat Statistik “Statistik E-Commerce (2019)” mengungkapkan pada tahun lalu, sebanyak 15,08% dari jumlah pengusaha di Indonesia adalah pengusaha online, sisanya adalah pengusaha offline sebanyak 84,92%. Namun akibat dari pandemi ini, mengutip dari hasil laporan lainnya yang diungkap Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, tercatat ada peningkatan hingga lebih dari 300 ribu.

Co-Founder dan COO Modalku Iwan Kurniawan mengatakan, pada kondisi pandemi semakin banyak masyarakat yang melakukan aktivitasnya melalui platform digital, termasuk transaksi jual beli barang. Kenaikan ini perlu diimbangi dengan ketersediaan akses pendanaan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik pengusaha online.

“Selama pandemi ini kami tetap tumbuh [penyaluran pembiayaan] dengan langkah yang lebih selektif. Layanan digital yang paling sering digunakan selama Covid-19 adalah e-commerce, dompet digital, kesehatan, pendidikan, dan transporasi. Kami ingin melayani segmen-segmen tersebut yang membutuhkan pembiayaan,” kata Iwan dalam konferensi pers online, Rabu (29/7).

Untuk memantapkan strategi Modalku sebelum memperkenalkan produk ini ke publik, perusahaan melakukan survei kepada 200 penjual online sebagai responden pada akhir bulan lalu. Responden ini terdiri dari perempuan 40% dan laki-laki 60%, didominasi usia 30-35 tahun (32%) dan 26-29 tahun (27%). Mereka tersebar di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Banten.

Hasilnya menunjukkan platform digital yang digunakan untuk berjualan online didominasi oleh Shopee (77,5%) dan Tokopedia (70,5%). Menariknya, posisi ketiga adalah aplikasi chat messaging seperti WhatsApp dan Line (62%). Selanjutnya disusul oleh Bukalapak, Facebook, Instagram, Lazada, Blibli, situs pribadi, JD.id, dan lainnya.

Survei tersebut juga memperlihatkan 70% responden merasa tertarik pada pinjaman online. Alasan dari mereka adalah untuk meningkatkan stok barang, mencoba peluang usaha baru, melakukan pemasaran online, ekspansi bisnis, menjaga arus kas, dan alasan lainnya.

“Setidaknya dari hasil survei ini memperlihatkan bahwa setidaknya setiap pengusaha menggunakan tiga platform saat berjualan online. Seringkali segmen ini terkendala mendapatkan akses pendanaan karena tidak punya agunan, padahal mereka adalah bagian dari sektor yang menggerakkan ekonomi digital,” ujar Digital Marketing Director Modalku Alexander Christian.

Konferensi pers online Modalku yang digelar hari ini (29/7)
Konferensi pers online Modalku yang digelar hari ini (29/7)

Produk pinjaman

Dalam produk teranyar ini, Modalku menyasar semua pengusaha online yang berjualan di semua kanal online. Mereka bisa mendapatkan pinjaman tanpa agunan hingga 250 juta Rupiah dengan tenor maksimal 12 bulan. Bunga yang dikenakan, dimulai dari 2% per bulan atau 24% per tahun, tergantung dari profil risiko masing-masing penjual.

Untuk pengajuannya, calon peminjam hanya memerlukan rekening koran tiga bulan terakhir dan KTP pemilik usaha. Selain itu, mereka diharuskan minimal sudah menjalankan usahanya lebih dari enam bulan dan memiliki bisnis dan berdomisili di Jabodetabek, Bandung, dan Surabaya.

Menurut Project Manager Micro Business Modalku Yuliana Prabandari, dengan cara ini cukup efektif buat pihak Modalku dalam memastikan seluruh transaksi yang terjadi secara online. Bila sudah bergabung dengan platform e-commerce, skoring kreditnya akan jauh lebih praktis karena perusahaan bisa mendapat seluruh data transaksi dan pendapatan dalam akun penjual tersebut.

“Kami melihat meski penjual online ini sudah memiliki rekening bank, tapi usaha mereka belum layak mendapat kredit dari bank karena diharuskan memiliki agunan. Di samping itu, dengan berjualan di banyak platform, kita bisa melihat banyak gambaran untuk skoring kreditnya,” kata Yuliana.

Sejak tiga sampai empat tahun lalu menggarap pengusaha online, pihak Modalku mengaku telah menyalurkan jutaan transaksi pinjaman senilai ratusan miliar Rupiah. Para borrower ini berasal dari beragam kota di dalam Pulau Jawa, dan di luar Jawa, seperti Medan, Batam, dan Makassar. Pencapaian ini menjadi landasan kuat perusahaan untuk mengembangkan secara luas.

Secara total, dari awal berdiri hingga semester pertama Modalku telah menyalurkan pinjaman senilai lebih dari 15 triliun Rupiah di Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Jumlah transaksinya mencapai lebih dari 2,5 juta pinjaman. Kenaikan ini cukup drastis dibandingkan pada Desember tahun lalu sebesar 11 triliun Rupiah.

“Kami banyak membiayai sektor-sektor yang tumbuh hijau saat pandemi, seperti kesehatan, ICT, e-commerce, dan FMCG. Bentuk pembiayaan itu terbagi jadi pembiayaan supply chain, invoice financing BPJS, dan modal karyawan,” tutup Iwan.

Application Information Will Show Up Here

Grab to Expand User Base, Evolving GrabFood Merchant Into GrabMerchant

Grab replaced the GrabFood Merchant for culinary merchants with the GrabMerchant application. The objective is for Grab to reach more GrabFood culinary merchants, as well as non-culinary merchants, to join GrabMart.

Grab Indonesia’s Managing Director, Neneng Goenadi explained, GrabMerchant is a one-stop solution to take more micro-businesses independently to the digital world. As well as accessing all Grab services which relevant to their business inquiries, starting with the delivery service for food, goods, non-cash payments, and so on.

Moreover, she quoted the data on 13% of Indonesia’s small and micro businesses that have just entered the digital world. In other words, there are still 87% of other businesses still uncovered. Meanwhile, looking at the current situation in Southeast Asia, only 34% of businesses have gone digital.

“Covid-19 pandemic causes significant changes in consumer behavior towards online-based services throughout the world. This also triggers the creation of various innovations in Indonesia, on the other hand, creates the risk of widening the digital gap. […] SMEs should start the digital transformation. The Grab Merchant platform is a form of our long-term commitment,” she explained in an online press conference on Thursday (11/6).

Press Conference - Peluncuran GrabMerchant App / Grab
Press Conference – GrabMerchant App launching / Grab

Further explained, of all GrabFood merchants which joined in Grab, around 80% of them are micro and medium businesses. They have been directed to switch to the latest application. In the Grab consumer application, the merchant marker has switched to a new application visible from the appearance of a blue checkmark.

GrabMart itself is a new feature released by Grab during the pandemic. This feature connects consumers with merchants who sell daily groceries and supply chains. In addition, in Indonesia, Grab collaborates with nine traditional markets for consumers to shop for meat, fish, agricultural products, and others at affordable prices.

GrabMerchant features

GrabMerchant is available in the form of applications and websites, which are equipped with features to help merchants manage daily business operations and access business growth support features.

Meanwhile, the GrabMerchant website provides comprehensive information on business performance throughout the online store network. This site is accessible per July 2020.

The main features of GrabMerchant include:

1. Self registration: merchants can register and sell the fastest within 24 hours. The registration process is fully carried out digitally and merchants can see the registration status in real-time through the application.

2. Profile of the owner, store manager and cashier for extra security: this application included three user profiles. As from the owner who have full access to various GrabMerchant services and features, such as operational management, business performance monitoring and analysis, payment settlement, inventory management, marketing campaigns, to filing financial facilities.

Next, the store manager’s profile helps the owner supervise and manage the day-to-day operations of the store, and the cashier profile is only used to use the payment and order management functions.

Grab parties ensure that there is no limit to the number of employees who can access the application, as long as they have an email account and a registered telephone number.

3. Wholesale: Grab works with partners providing basic ingredients such as TaniHub and Sayurbox. Merchants can purchase supplies and materials at wholesale prices, while enjoying the convenience of a one-day delivery service. This feature is available for 100 thousand merchants in several regions in seven cities in Indonesia.

4. Marketing: merchants can advertise to increase customer awareness and increase sales. Here merchants can create banner ads and search ads, choose the target audience, and access real-time ad performance through easy-to-understand reports. In addition, the advertising budget installed can be adjusted to the merchant’s pocket, starting at $ 1 per day. This feature was only available in July 2020.

5. Business reports: this feature gives merchants an overview of their business in terms of sales performance, operational efficiency, customer spending habits, and effectiveness of the marketing campaigns conducted. These insights can help them find new business opportunities. Just like the previous feature, this feature will be present in July 2020.

For the record, the closest competitor Grab also has a similar application to target culinary merchants, namely GoBiz, a merchant super-app. Its function is to arrange delivery, payment (at outlets and online), business management (POS and keyboard for online stores).


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

GrabMerchant

Perluas Target Pengguna, Grab Ubah GrabFood Merchant Menjadi GrabMerchant

Grab menghapus aplikasi khusus merchant kuliner GrabFood Merchant dan menggantinya dengan aplikasi GrabMerchant. Tujuannya agar Grab bisa menjangkau lebih banyak merchant kuliner GrabFood, juga non-kuliner untuk bergabung di GrabMart.

Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi menjelaskan, GrabMerchant adalah solusi satu pintu untuk menggaet lebih banyak usaha mikro masuk ke dunia digital secara mandiri. Serta mengakses seluruh layanan Grab yang relevan dengan kebutuhan bisnis mereka, mulai dari layanan pesan antar makanan, barang, pembayaran non-tunai, dan sebagainya.

Terlebih itu, dari data yang ia kutip, usaha kecil dan mikro Indonesia yang baru masuk ke dunia digital baru 13%. Dengan kata lain, masih ada 87% usaha lainnya yang belum tersentuh. Adapun, bila melihat kondisi di Asia Tenggara, baru 34% usaha yang sudah go digital.

“Covid-19 menyebabkan perubahan perilaku konsumen yang signifikan terhadap layanan berbasis online di seluruh dunia. Hal tersebut turut memicu terciptanya berbagai inovasi di Indonesia, namun di sisi lain menimbulkan risiko semakin lebarnya kesenjangan digital. [..] UMKM harus segera melakukan transformasi digital. Platform Grab Merchant ini salah satu wujud komitmen jangka panjang kami,” terangnya dalam konferensi pers secara online, Kamis (11/6).

Press Conference - Peluncuran GrabMerchant App / Grab
Press Conference – Peluncuran GrabMerchant App / Grab

Dijelaskan lebih jauh, dari seluruh merchant GrabFood yang sudah bergabung di Grab, sekitar 80% di antaranya adalah usaha mikro dan menengah. Mereka sudah diarahkan untuk beralih ke aplikasi terbaru. Di aplikasi konsumer Grab, penanda merchant sudah beralih ke aplikasi baru terlihat dari munculnya tanda centang biru.

GrabMart itu sendiri merupakan fitur baru yang dirilis Grab saat pandemi terjadi. Fitur ini menghubungkan konsumen dengan merchant yang menjual kebutuhan sehari-hari dan bahan pokok. Tak hanya itu, di Indonesia saja, Grab menggaet sembilan pasar tradisional sehingga konsumen bisa belanja daging, ikan, hasil bumi, dan lainnya dengan harga terjangkau.

Fitur GrabMerchant

GrabMerchant tersedia dalam bentuk aplikasi dan situs web, yang dilengkap dengan fitur-fitur untuk membantu merchant mengelola operasional bisnis sehari-hari dan mengakses fitur-fitur penunjang pertumbuhan bisnis.

Sementara itu, situs web GrabMerchant menyediakan informasi komprehensif mengenai kinerja bisnis di seluruh jaringan toko online yang mereka jalankan. Situs ini baru bisa diakses pada Juli 2020 mendatang.

Fitur-fitur utama dari GrabMerchant antara lain:

1. Pendaftaran mandiri: merchant dapat mendaftar dan berjualan paling cepat dalam jangka waktu 24 jam. Proses pendaftaran sepenuhnya dilakukan secara digital dan merchant dapat melihat status pendaftaran secara real-time melalui aplikasi.

2. Profil pemilik, pengelola toko, dan kasir untuk keamanan ekstra: aplikasi ini dilengkapi dengan tiga profil pengguna. Mulai dari profil pemilik yang bisa mengakses penuh ke berbagai layanan dan fitur GrabMerchant, seperti manajemen operasional, pemantauan dan analisis kinerja bisnis, pelunasan pembayaran, manajemen inventaris, kampanye pemasaran, hingga pengajuan fasilitas keuangan.

Berikutnya, profil pengelola toko untuk membantu pemilik mengawasi dan mengelola operasional toko sehari-hari, dan profil kasir hanya digunakan untuk menggunakan fungsi pembayaran dan pengelolaan pesanan.

Pihak Grab memastikan tidak ada batasan jumlah karyawan yang bisa mengakses aplikasi tersebut, asalkan memiliki akun email dan nomor telepon yang didaftarkan.

3. Grosir: Grab bekerja sama dengan mitra penyedia bahan-bahan pokok seperti TaniHub dan Sayurbox. Merchant dapat membeli persediaan dan bahan-bahan dengan harga grosir, sekaligus menikmati kenyamanan layanan pengiriman barang satu hari sampai. Fitur ini tersedia untuk 100 ribu merchant di beberapa wilayah di tujuh kota di Indonesia.

4. Pemasaran: merchant dapat beriklan untuk meningkatkan awareness pelanggan dan meningkatkan penjualan. Di sini merchant dapat membuat iklan banner dan iklan pencarian, memilih sasaran audiens, dan mengakses kinerja iklan secara real-time melalui laporan yang mudah dipahami. Di samping itu, budget iklan yang dipasang dapat disesuaikan dengan kantong merchant, mulai dari $1 per hari. Fitur ini baru tersedia pada Juli 2020.

5. Laporan bisnis: fitur ini memberikan merchant gambaran tentang bisnis mereka dari sisi kinerja penjualan, efisiensi kegiatan operasional, kebiasaan belanja pelanggan, dan efektivitas dari kampanye pemasaran yang dilakukan. Insight tersebut bisa membantu mereka menemukan peluang bisnis baru. Sama seperti fitur sebelumnya, fitur ini akan hadir pada Juli 2020.

Sebagai catatan, kompetitor terdekat Grab juga memiliki aplikasi sejenis untuk menyasar merchant kuliner, yakni GoBiz, super-app khusus merchant. Fungsinya untuk mengatur pesan antar, pembayaran (di outlet dan online), pengelolaan usaha (POS dan keyboard untuk toko online).

Application Information Will Show Up Here
Akibat pandemi, pemain offline bergeser ke online, menjadi merchant di platform e-commerce atau ride hailing

Sederet Aplikasi Belanja Online Terpopuler Selama Pandemi

Melanjutkan rangkaian survei yang dibuat DailySocial dan platform riset pasar Populix, artikel kali ini membahas aktivitas belanja online selama pandemi. Menggunakan sampel yang sama, responden memilih kegiatan ini di urutan ketiga (52%), setelah aplikasi produktivitas (68%), dan aplikasi hiburan (66%).

Dipicu oleh faktor pemberlakuan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) dan karantina di rumah, membuat pemenuhan kebutuhan rumah tangga mayoritas beralih ke platform online. Baik itu belanja melalui platform e-commerce, layanan yang lebih spesifik (niche), atau layanan pesan antar makanan.

Pertanyaan pertama yang kami ajukan adalah aplikasi e-commerce mana yang paling banyak diakses?. Aplikasi teratas yang dipilih adalah Shopee (85%), disusul Tokopedia (66%), Lazada (49%), Bukalapak (41%), JD.id (27%), Blibli (27%), dan lainnya (2%).

Pertanyaan kedua adalah aplikasi apa yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan (bahan makanan atau sebagainya) sehari-hari?. Mayoritas responden memilih HappyFresh (41%), Sayurbox (31%), FreshBox (15%), TaniHub (23%), TukangSayur.co (15%), Brambang (10%).

Berikutnya, Wahyoo Mart (8%), Chilibeli (8%), Kecipir (7%), RegoPantes (6%), Etanee (6%), lainnya (3%), dan terakhir tidak menggunakan aplikasi untuk membeli bahan makanan (33%).

Pertanyaan terakhir adalah layanan pesan antar makanan apa yang dipilih?. Responden menjawab GrabFood (48%), lalu GoFood (51%), dan lainnya (1%). Anggaran yang dihabiskan untuk belanja melalui layanan tersebut, terbanyak menjawab antara Rp50 ribu-Rp100 ribu (59%), di bawah Rp50 ribu (30%), dan di atas Rp100 ribu (11%).

Kami menanyakan alasan responden menggunakan GrabFood atau GoFood. Mereka kompak menyatakan bahwa layanan tersebut memberikan layanan tersebut memberikan potongan harga lebih besar (74%), promo gratis ongkos kirim (60%), dan lainnya (11%).

Kondisi ini selaras dengan hasil survei yang dilakukan oleh Nielsen, seperti dirangkum GDP Venture bertajuk “The Impact of Covid-19 Pandemic”. Dinyatakan sebanyak 30% responden berencana untuk belanja lewat platform online lebih sering.

Meski kontribusi dari jalur online relatif kecil untuk FMCG, tapi niat untuk belanja online dapat digiring oleh produk FMCG karena konsumen berencana mengurangi kunjungan ke toko grosir atau toko modern.

Mendukung temuan di atas, Brandwatch, dan dikompilasi dari sumber lainnya, aplikasi e-commerce mencatat kenaikan aktivitas belanja hingga 30% untuk pembelian produk kesehatan dan medis, bahan makanan, dan pesan antar makanan.

Dari hasil survei lain yang dikumpulkan JakPat, disebutkan mayoritas responden di berbagai lokasi memilih untuk menyiapkan santapannya di rumah, entah untuk diri sendiri (67%) maupun keluarga (44%).

Sementara responden yang menyantap makanan dari luar rumah, entah lewat aplikasi atau take-out, kebanyakan dilakukan oleh responden yang bertempat tinggal di luar Jakarta. Hal ini dipicu kebijakan PSBB di wilayah Jabodetabek yang menjadi titik pusat persebaran Covid-19.

Temuan lainnya menyatakan bahwa responden yang bekerja di Pulau Jawa (termasuk Jakarta) cenderung menggunakan aplikasi pesan antar makanan. Sementara mereka yang ada di luar Jawa cenderung memilih untuk menyiapkan santapannya sendiri. Di samping itu, ibu rumah tangga di Pulau Jawa (di luar Jakarta) memiliki persentase pemesanan terbesar melalui aplikasi online.

Pasar besar

Layanan pesan antar makanan bukan hal baru, tapi berkat aplikasi dan smartphone ada perluasan jangkauan pengiriman. Secara global, pangsa pasarnya bernilai lebih dari $35 miliar per tahun dan diperkirakan akan mencapai $365 miliar pada 2030 mendatang.

Salah satu manfaat dari pengiriman online adalah konsumen dimanja oleh pilihan karena mereka dapat memesan berbagai menu melalui satu aplikasi. Alhasil tiap hari mereka dapat mencoba makanan baru, termasuk menyesuaikan pilihan menu untuk pelanggan yang sadar kesehatan.

Laporan Google dan Temasek “e-Conomy SEA 2019” menyatakan pangsa pasar sektor ini bakal terus menggeliat hingga $8 miliar pada 2025 dari $2 miliar di 2018. Gojek dan Grab yang ikut serta di sektor ini menggunakan keunggulan mereka berkat mereknya yang sudah tersohor dan basis pengguna yang besar untuk bersaing dengan “pemain murni” pengiriman makanan, seperti Deliveroo dan Foodpanda.

Pengaruh pandemi memaksa banyak bisnis terpengaruh untuk cepat beradaptasi atau harus gulung tikar, termasuk bisnis restoran dari berbagai skala bisnis. Salah satu opsi tercepat adalah bergeser ke jalur online, menjadi penjual di platform e-commerce karena sudah ada traksi dan banyak digunakan konsumen, atau menjadi merchant di GoFood dan GrabFood.

Tokopedia mencatat terjadi kenaikan transaksi yang eksponensial, baik dari pembelian maupun jumlah penjual yang bergabung. Tidak disebutkan secara rinci kenaikannya. Namun, diberikan gambaran bahwa tahun lalu penjual di Tokopedia sekitar 5 juta, sementara saat ini sudah mencapai 7,8 juta.

AVP of Product Tokopedia Priscilla Anais mengatakan kenaikan ini dipicu banyaknya bisnis yang terpaksa menutup toko fisiknya dan membatasi operasionalnya karena pandemi. Akhirnya mereka perlahan mengalihkan bisnisnya ke online dari offline.

“Jadi pertumbuhannya eksponensial. Kita mengalami kenaikan penjual baru yang cukup drastis di masa-masa Covid-19. Kebanyakan adalah penjual offline yang migrasi ke online,” ujarnya.

Dari kategori produk yang banyak dibeli, dijelaskan yang mengalami kenaikan adalah perawatan dan kesehatan pribadi, produk hiburan, dan produk untuk mendukung kerja dan belajar dari rumah.

Temuan Shopee, pilihan tertinggi dari responden survei DailySocial bersama Populix, kurang lebih mirip dengan Tokopedia. Dalam keterangan resmi, perusahaan menyatakan kenaikan permintaan terjadi untuk kategori perlengkapan rumah, makanan dan minuman, hingga kebutuhan ibu & bayi selama pandemi.

Selama bulan Ramadan, Shopee mengamati ada tren kenaikan untuk kategori fesyen musim dan ponsel & aksesoris menjadi yang terpopuler. Di samping itu, ada kenaikan permintaan untuk kategori dekorasi rumah dan home & living.

Menariknya, baik Tokopedia dan Shopee, sama-sama mengembangkan kurasi kategori populernya menjadi lebih tersegmentasi sesuai jenisnya dan lokasi terdekat dari pembeli. Kategori makanan, belanja bahan pokok, hingga makanan beku kini ada kategorinya sendiri. Layanan ini, dibandingkan vertikal bisnis pesan antar makanan milik Gojek dan Grab, bisa dikatakan bersaing.

Pergeseran pola konsumsi masyarakat yang drastis memaksa pebisnis terus beradaptasi dengan cepat, meski sebenarnya ini bukan sesuatu yang mudah. Menurut BCG Henderson Institute, implikasi karantina di rumah, bagi sejumlah bisnis ada yang merana ada yang panen untung. Aktivitas belanja online masuk ke bagian terakhir.


Disclosure: Artikel ini didukung oleh platform market research Populix

Multiply Marketplace Kini Untuk User Asia Tenggara

Kalau ada social network asal US yang tidak fokus pada pengguna di US, Multiply adalah salah satunya. Setelah memanjakan para pengguna Indonesia dengan meluncurkan Marketplace khusus untuk para pedagang di Multiply asal Indonesia, kini Multiply memperluas  Marketplace ini untuk user Asia Tenggara.

Perubahan pada fitur marketplace terjadi terutama pada tampilannya. Kini tampilannya terbagi menjadi dua kelompok, di bagian kiri berisi kategori sedangkan bagian kanan terdapat para pedagang Multiply yang terkatagorikan dalam Premium Listing di bagian atas, dan di bagian bawah terdapat Featured Seller.

Continue reading Multiply Marketplace Kini Untuk User Asia Tenggara