Tag Archives: online travel agent

Traveloka Lifestyle Superapp

President Traveloka Bercerita tentang Transformasi Layanan Menjadi “Lifestyle Superapp”

Traveloka didirikan tahun 2012 lalu oleh Ferry Unardi, Derianto Kusuma, dan Albert. Platform tersebut pada awalnya hanya fokus kepada pemesanan dan pembelian tiket pesawat dan hotel atau yang dikenal dengan online travel agent (OTA), saat ini telah bertransformasi menjadi lifestyle superapp.

Dalam acara Tech in Asia Conference 2021, President Traveloka Caesar Indra menyebutkan, meskipun sejak lama telah memosisikan perusahaan sebagai lifestyle superapp beberapa waktu lalu, namun saat ini Traveloka telah meresmikan aplikasi mereka lebih dari sekadar platform OTA.

“Transformasi ini saya lihat menjadi relevan dengan makin banyaknya ragam layanan dan produk yang kami hadirkan. Bukan hanya fokus kepada travel saja namun juga ke finansial hingga layanan dan produk gaya hidup.”

Berawal sebagai pemain yang mendominasi di sektor travel kemudian mulai merambah menjadi end to end solution untuk pengguna dan kebutuhan gaya hidup mereka, Traveloka hingga saat ini masih fokus kepada core bisnis mereka yaitu travel, layanan lokal, dan finansial.

Ke depannya perusahaan berencana untuk terus menambah layanan yang dibutuhkan oleh pengguna. Memanfaatkan data dan insight yang mereka miliki, kerja sama lebih luas dengan institusi finansial dan lainnya juga akan menjadi fokus dari Traveloka.

Adaptasi perusahaan saat pandemi

Secara khusus Traveloka saat ini memiliki tiga ekosistem layanan. Di antaranya adalah travel dan akomodasi, Xperience, dan fintech. Setelah diluncurkan tahun 2015 layanan paylater milik mereka yang bertujuan untuk memberikan kemudahan bagi pengguna melakukan pembelian, menjadi salah satu unggulan produk fintech milik Traveloka.

Saat pandemi ketika perusahaan harus melakukan adaptasi terhadap perubahan gaya hidup dari pengguna, pilihan layanan buy now, stay later juga telah menjadi kekuatan perusahaan untuk tetap bisa menjalankan bisnis sekaligus membantu mitra hotel untuk bisa terus beroperasi.

Sementara untuk layanan Xperience yang di dalamnya terdapat Eats, Traveloka saat pandemi juga menghadirkan layanan baru yaitu Order Now serta referensi review dan direktori produk untuk restoran yang tergabung menjadi mitra. Tercatat saat ini ada sekitar 18 ribu restoran yang telah terdaftar dalam platform.

Inovasi lain yang diklaim telah berhasil dilakukan oleh Traveloka adalah, menjadikan platform sebagai pilihan bagi pengguna untuk melakukan Covid-19 testing. Bekerja sama dengan pemerintah Traveloka telah menangani pemesanan testing di sekitar 600 testing center di 130 kota melalui aplikasi.

Effort lain yang kami lakukan adalah untuk menemukan cara baru agar bisa memberikan layanan kepada pengguna menyesuaikan perubahan customer saat ini. Salah satunya adalah ekspansi layanan lokal dan layanan fintech,” kata Caesar.

Rencana bisnis dan IPO Traveloka

Meskipun pandemi belum usai, namun Traveloka optimis kegiatan traveling domestik hingga internasional secara perlahan akan pulih kembali. Dilihat dari mulai dilonggarkannya travel restriction di beberapa negara. Dalam hal ini Traveloka bersama dengan pemerintah Indonesia dan negara lainnya, mulai menggencarkan kegiatan awareness dan edukasi untuk mempermudah kegiatan traveling saat pandemi.

“Kami optimis Indonesia yang merupakan pasar travel terbesar dan didukung dengan pertumbuhan populasi middle class saat ini, masih banyak di antara mereka yang belum pernah melakukan perjalanan wisata ke luar negeri. Semoga dalam waktu dekat dengan mulai dilonggarkannya kegiatan tersebut bisa berjalan normal kembali,” kata Caesar.

Disinggung seperti apa rencana IPO perusahaan ke depannya, Caesar enggan untuk menjelaskan lebih lanjut. Seperti yang diberitakan sebelumnya Co-Founder & CEO Traveloka Ferry Unardi mengatakan, setelah melewati masa tersulitnya di awal Covid-19, tahun ini menjadi waktu yang tepat bagi perusahaan untuk go public. Ia meyakini kondisi perusahaan sudah siap dan pasar juga dinilai akan menyambut baik.

Application Information Will Show Up Here
Platform OTA Tiket mengungkapkan sedang mengincar dana segar untuk ekspansi bisnis. Dana lanjutan perdana setelah resmi diakuisisi Blibli pada Juli 2017

Tiket Incar Tambahan Dana Segar, Siap Cetak Laba di Tahun 2021

Platform OTA Tiket mengungkapkan sedang mengincar dana segar untuk kebutuhan ekspansi bisnis. Perusahaan juga menargetkan segera cetak laba pada dua tahun mendatang karena diklaim memiliki revenue stream yang jelas.

CEO Tiket George Hendrata enggan menyebut berapa besar kebutuhan dana yang diincar. Dana segar bakal dipakai untuk ekspansi bisnis perusahaan. Perusahaan sedang giat membuka kantor baru baik di Indonesia maupun di luar negeri.

“Sekarang revenue line (bisnis) sudah jelas dan makin besar (potensi OTA). Pertumbuhan kami per tahunnya selalu di atas 100%, kalau sudah di atas itu kita buka diri lagi untuk fundraising ke investor strategis agar Tiket bisa lebih mantap lagi ke depannya,” ucap dia, kemarin (16/1).

Setelah Tiket diakuisisi penuh oleh Blibli, pada pertengahan Juli 2017, perusahaan tidak melakukan penggalangan dana eksternal. Pun sebelumnya, sejak dibangun pada 2011, Tiket termasuk startup yang tidak pernah mencari pendanaan lanjutan dari investor. Dana awal diperoleh dari angel investor senilai $1 juta.

Menurut George, penggalangan dana adalah suatu kebutuhan buat startup yang ingin tumbuh dengan cepat, di sokong oleh kapital yang selalu tersedia. Kelebihan di dunia OTA, ini adalah industri tertua dibanding e-commerce maupun ride sharing, sehingga penetrasinya lebih tinggi.

Ambil contoh, sambungnya, di negara maju penetrasi OTA mencapai 60%-70%, sedangkan di Tiongkok sudah 50%. Indonesia sendiri sudah 30%. Angka ini berpotensi terus meningkat ke depannya, mengingat melancong sudah menjadi bagian dari kebutuhan hidup.

“OTA di luar (negeri) sudah profit karena punya revenue stream yang jelas, kebutuhan travelling juga besar, makanya size bisnis di pasar ini besar sekali. Kita mau agresif. Tiket ini jago kandang, kalau mau besar dan masuk ke lokasi baru, kita butuh partner yang kuat di daerah masing-masing.”

Terlebih itu, perusahaan berstatus unicorn biasanya memiliki investor lebih dari satu. Hal tersebut memiliki keuntungan, ada nilai tambah dalam pengembangan bisnis si perusahaan tersebut. Dalam artian, kapasitas jadi lebih besar, corporate governance lebih bagus, serta lebih mudah saat menjaring talenta baru.

Dia menyebut, saat ini Tiket mulai agresif mencari talenta baru baik di dalam maupun luar negeri. Ekspansi kantor perdana dimulai dari awal tahun lalu dengan membuka kantor di Vancouver, Kanada sebagai R&D. Pemilihan lokasi ini secara strategis memiliki kedekatan dengan Silicon Valley, menyimpan potensi talenta engineer yang bagus.

“Ada banyak talenta Indonesia yang berkarier di luar, kami berusaha mendekatkan diri ke mereka. Di samping itu, area computer science dan engineer lebih maju, kami perlu talenta seperti mereka.”

Selain Kanada, Tiket punya kantor di Singapura, Malaysia, dan Thailand sebagai kantor pemasaran. Di dalam negeri, Tiket menambah lokasi kantor di Jakarta (tiga kantor), Bali, Surabaya, Yogyakarta, Semarang, Bandung, Medan, dan Makassar.

Lokasi kantor Tiket di Grha Niaga Thamrin (Jakarta), Bandung, dan Yogyakarta menjadi tempat R&D di dalam negeri. Total karyawan Tiket secara keseluruhan ada lebih dari 1.300 orang, meningkat dari akhir 2018 sebanyak 800 orang.

“Kantor Tiket di Singapura sebenarnya sudah dapat entity sejak Maret 2019 pakai nama Global Tiket Network Ltd.,, tapi office-nya baru di resmikan kemarin. Semua kantor kita di luar negeri pakai entitas yang jelas, mengikuti aturan yang berlaku di sana,” tambah Chief People Officer Dudi Arisandi.

Menurut Dudi, pemilihan lokasi kantor Tiket ini berkaca pada tingginya kunjungan destinasi wisata. Perusahaan pun perlu lebih mendekatkan diri kepada konsumen bila ada keluhan, sekaligus permudah relasi dengan mitra hotel demi tambahan suplai inventaris kamar.

Siap menuju profitabilitas

George mengklaim perusahaan dalam dua tahun lagi akan menuju profitabilitas, mengikuti jejak pemain OTA global lainnya. Dia juga mulai mempertimbangkan untuk IPO ketika target tersebut dapat tercapai.

Perusahaan OTA, menurutnya, memiliki revenue stream yang jelas. Ada komisi yang didapat dari mitra ketika berhasil menjual kamar hotel atau tiket penerbangan. Revenue take rate di OTA di kisaran 5%-25% tergantung produk yang berhasil di jual. Angka ini jauh lebih tinggi daripada perusahaan e-commerce yang umumnya take rate-nya 1%-2%.

“Lalu persaingan antar pemain OTA ini masih wajar. Tidak terlalu ‘gila’ seperti ride sharing. Jadi path-nya ini sudah bagus dan industrinya jauh lebih sehat. Kalau kita, path-nya ini sudah menuju profit, dalam dua tahun harusnya sudah bisa.”

Pertimbangan untuk melantai di bursa saham pun muncul ketika perusahaan sudah profit. George mengatakan IPO adalah langkah yang perlu bila perusahaan ingin berkembang di negara lain. Pasalnya, perusahaan akan memiliki governance yang lebih bagus, exposure ke investor juga jauh lebih besar.

Tanpa menyebut detail, Tiket mencatat pertumbuhan bisnis lebih dari 150% di 2019 dibandingkan tahun 2018. Kenaikan tertinggi datang dari pemesanan tiket pesawat. Destinasi yang paling banyak dikunjungi adalah Surabaya, Makassar, Medan, Singapura, Kuala Lumpur, dan Hong Kong.

Beberapa fitur yang dikembangkan perusahaan diantaranya Hotel Now, Smart Trip, Pay at Hotel, Smart Refund, Smart Rechedule, Online Check-in, Group Booking, dan Tiket Anti Galau. Perusahaan menyediakan fasilitas Airport Transfer dan Airport Lounge di 10 bandara besar di Indonesia.

Dalam waktu dekat, aplikasi Tiket akan dipersonalisasi sesuai kebiasaan pengguna dengan machine learning dan AI. “Tanpa disuruh [aplikasi] bisa lebih mengerti kita arahnya mau ke mana, ada rekomendasi tujuan yang sudah dipersonalisasi,” tutup George.

Application Information Will Show Up Here
tiket

Tiket Announces Business Growth, Launching Customer Service via WhatsApp

Entering the holiday season, Tiket has claimed an increased traffic for all services. Starts from flight booking, hotel and trains. The current rising price for flight does not lessen people’s enthusiasm in traveling using airplane. The price increases for about 150% from the previous season.

In terms of train ticket, it increased by 52% this year.  It’s in line with Transportation Ministry’s prediction, for the land transportation to be increased by 30 per cent in this year’s mudik period.

“Currently, we are yet to offer bus ticket in the platform. Our focus is still around the flight, train and hotel reservation,” Gaery Undarsa as Tiket’s CMO said.

Customer service via WhatsApp, PayLater and activity

In order to provide better service to the customers, Tiket launches 24-hours customer service using WhatsApp. The strategic partnership by Tiket using WhatsApp is to facilitate customers to have direct interaction with 100 CS team specially prepared.

The customers are getting engaged with this feature due to the fast response and easy access, compared to the call center or email.

“We can make sure in 5 minutes, the CS team will make direct response and help customers. Currently we’re still using CS team, furthermore we also plan to implement AI and machine learning technology for general question,” he added.

To date, Tiket has been offering various payment options to users, from bank transfer to installment without credit card in partnership with Kredivo. Being mentioned about the plan for PayLater, they confirmed, and when it’s done, it’ll be launched this year.

The app with 16 million downloads also claimed to provide additional feature in activity category for business players. The event sale to the concert ticket in the platform also has significant increase.  The latest feature is expected to help users and the business players. Previously, Tiket is reportedly focused on B2B segment.

“When the PayLater’s ready supported by Tiket and product in the activity category targeting B2B segment will also be launched this year,” he said.

Increase partnership

The strategic partnership is also formed between Tiket and Gojek through Go-Travel. Using the service in Go-Jek’s platform, users can now purchase Tiket’s travel products. The latest collaboration is expected to reach more users and supported Gojek’s ambition to become the super app.

“Although Tiket and Gojek are under GDP Venture, the strategic partnership has become our focus in Tiket as local app, just like Gojek. We believe in this collaboration to give positive result,” Gaery said.

Previously, Grab has collaborated with Booking.com and Agoda to provide hotel reservation in Grab app. Shopee on the other hand, has partnered up with Traveloka.

The other strategic partnership by Tiket is formed with Umroh.com marketplace. The startup under Tiket’s founder guidance provides free umrahwithin Tiket’s special promo. In order to build up ecosystem, Tiket routinely held mentoring session to the related startups.

“In addition, we also have other startups which receives education also direct mentoring from us. Furthermore, we also plan to add new mentoring program for the relevant startups,” he said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Bisnis Tiket.com

Tiket Klaim Pertumbuhan Bisnis, Luncurkan Layanan Pelanggan via WhatsApp

Jelang libur lebaran, Tiket mengklaim mengalami peningkatan dari sisi trafik untuk semua layanan yang dimiliki. Mulai dari pemesanan tiket pesawat, hotel hingga kereta api. Adanya kenaikan harga tiket pesawat yang terjadi saat ini ternyata tidak menurunkan animo masyarakat untuk melakukan perjalanan menggunakan moda transportasi udara. Pemesanan tiket pesawat mengalami kenaikan 150% dibandingkan dengan periode mudik 2018.

Sementara untuk pemesanan kereta api untuk mudik 2019 meningkat hingga 52% dibandingkan periode tahun lalu. Kenaikan ini sejalan dengan prediksi dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub), yaitu arus mudik di jalur darat akan meningkat sekitar 30 persen pada lebaran 2019.

“Saat ini kami belum memiliki rencana untuk menghadirkan pembelian tiket bus dalam platform. Fokus kami masih seputar tiket pesawat terbang, kereta api dan tentunya hotel,” kata CMO Tiket Gaery Undarsa.

Layanan pelanggan via WhatsApp, PayLater dan aktivitas

Bertujuan untuk memberikan pelayanan lebih kepada pengguna, Tiket meluncurkan layanan pelanggan 24 jam memanfaatkan WhatsApp. Kemitraan strategis yang dilancarkan oleh Tiket dengan WhatsApp ini, memberikan kemudahan kepada pengguna untuk berinteraksi langsung dengan 100 orang tim Customer Service (CS) yang secara khusus disiapkan oleh Tiket.

Fitur WhatsApp ini sudah mulai diminati oleh pengguna, karena sifatnya yang cepat dan tentunya lebih mudah diakses, dibandingkan layanan pelanggan memanfaatkan telepon atau email.

“Kita bisa pastikan dalam waktu 5 menit, tim CS langsung menyapa pengguna dan memberikan bantuan yang dibutuhkan. Saat ini kita masih memanfaatkan tenaga tim CS, ke depannya kita juga berencana untuk menerapkan teknologi AI hingga machine learning untuk pertanyaan yang umum,” kata Gaery.

Saat ini Tiket sudah menghadirkan beragam pilihan pembayaran kepada pengguna, mulai dari bank transfer hingga cicilan tanpa kartu kredit bermitra dengan Kredivo. Disinggung apakah Tiket memiliki rencana untuk meluncurkan PayLater, disebutkan rencana tersebut memang ada, dan jika persiapan sudah final PayLater akan diluncurkan tahun 2019 ini.

Aplikasi yang sudah diunduh 16 juta orang ini mengklaim juga bakal menghadirkan fitur tambahan dalam kategori aktivitas, yang bisa dimanfaatkan oleh pemilik bisnis. Penjualan acara hingga tiket konser dalam platform Tiket juga saat ini mengalami peningkatan yang signifikan. Dengan diluncurkannya fitur baru ini, diharapkan bisa membantu pengguna sekaligus pemilik bisnis. Sebelumnya dikabarkan Tiket mulai fokus merambah segmen B2B.

“Jika sudah siap PayLater yang didukung langsung oleh Tiket dan produk dalam kategori aktivitas yang menyasar segmen B2B akan kami hadirkan juga tahun ini,” kata Gaery.

Menambah kemitraan

Kerja sama strategis juga sudah dilakukan oleh Tiket dengan Gojek melalui Go-Travel. Memanfaatkan layanan yang tersedia di platform Tiket, kini pengguna Go-Jek bisa melakukan pembelian produk travel milik Tiket. Kolaborasi yang baru diresmikan awal bulan Mei ini, diharapkan bisa menjangkau lebih banyak pengguna dan mendukung tujuan dari Gojek untuk menjadi Super App.

“Meskipun Tiket dan Gojek berada dalam naungan yang sama yaitu GDP Venture, namun kemitraan strategis ini sudah menjadi perhatian kami di Tiket yang juga merupakan aplikasi karya anak bangsa, sama halnya dengan Gojek. Kami optimis kolaborasi ini bisa memberikan hasil yang positif,” kata Gaery.

Sebelumnya Grab juga telah menggandeng Booking.com dan Agoda menyediakan pilihan pemesanan hotel dalam aplikasi Grab. Sementara Shopee telah menggandeng Traveloka.

Kerja sama strategis lainnya yang diperkenalkan oleh Tiket adalah dengan platform marketplace Umroh.com. Startup yang secara khusus merupakan binaan dari para founder Tiket ini, menyediakan hadiah umroh gratis dalam promo spesial Tiket. Untuk memperkuat ekosistem, Tiket secara rutin memberikan mentoring kepada startup terkait.

“Selain Umroh kita juga masih memiliki startup binaan lainnya yang telah mendapatkan edukasi hingga mentoring langsung dari kami. Ke depannya kami juga berencana untuk menambah mentoring program ini untuk startup yang relevan dengan kami,” kata Gaery.

Application Information Will Show Up Here
JD.id Tiket Bus

JD.id Bermitra dengan RedBus untuk Sediakan Tiket Bus Online

JD.id dan startup pemesanan tiket bus RedBus mengumumkan kolaborasi bisnis untuk melengkapi layanan JD Travel. Pembelian tiket bus dan shuttle dari RedBus kini bisa dilakukan melalui aplikasi JD.id.

Head of Partnership, Alliance, dan Virtual Category JD.id Abraham Harahap menjelaskan, pihaknya berharap dapat memberikan lebih banyak moda transportasi untuk konsumen. Semakin lengkapnya layanan JD Travel ini, tentunya dalam rangka menyambut momen rutin mudik lebaran yang segera tiba.

“Sekaligus memberikan opsi perjalanan bagi pelanggan JD.id dengan menyediakan penjualan tiket shuttle dan bus yang lengkap, terjangkau, dan variatif,” terangnya kepada DailySocial.

Setiap layanan OTA yang tersedia di JD.id, sambungnya, adalah hasil kerja sama dengan pihak ketiga sehingga lebih praktis, mudah, murah, dan cepat. Mereka juga terbukti memiliki lisensi OTA, yang mana belum dimiliki perusahaan.

Alasan memilih RedBus pun lantaran startup ini memiliki rute yang lengkap untuk tiket bus dan shuttle dari berbagai operator utama di Indonesia. Secara teknologi pun sudah cukup mumpuni untuk mendukung kebutuhan konsumen.

Pembelian tiket bus hanya bisa dilakukan lewat aplikasi JD.id. Perusahaan menyediakan opsi pembayaran dengan mencicil sampai tiga bulan dengan bunga 0%.

Abraham menargetkan kehadiran tambahan layanan ini setidaknya dapat berkontribusi sebesar 10% dari total penjualan di JD.id ketika seluruh produk perjalanan sudah lengkap dan sempurna. Sayangnya, Abraham enggan menyebut lebih detail soal kontribusi JD.id yang terkini.

JD Travel menyediakan pembelian tiket pesawat, kereta api, dan rental mobil. Konsumen juga dapat memesan tiket hotel dari berbagai properti. AiryRooms termasuk salah satu pemain OTA yang ikut listing dalam JD Travel.

RedBus sendiri baru mengumumkan kehadirannya di Indonesia sejak tahun lalu. Diklaim perusahaan telah bermitra dengan lebih dari 110 operator bus dan shuttle terkemuka, menciptakan 1400 rute unik yang menghubungkan lebih dari 150 kota. Tahun ini diharapkan dapat melipatgandakan jumlah mitra jadi 200 operator dan menjual 200 ribu kursi setiap harinya.

Application Information Will Show Up Here
Airy untuk Bisnis

Airy Kini Layani Pemesanan Tiket untuk Korporasi

Startup OTA Airy merilis layanan terbaru Airy Business, sebuah manajemen online untuk perjalanan dinas bagi pengguna di kalangan perusahaan. Tersedia pilihan 9 ribu rute penerbangan dan lebih dari 20 ribu hotel dan akomodasi Airy di seluruh Indonesia.

Airy Business ini berbasis situs, sehingga bisa dikunjungi tanpa batasan waktu dan tempat. Panel dasbor yang sederhana menyajikan informasi lengkap dan data real time untuk memudahkan pemantauan pembiayaan atas reservasi perjalanan bisnis.

Corporate Communications Airy Stephan Sinisuka menuturkan, mengutip dari Data Kementerian Pariwisata selama Januari-Agustus 2017 terjadi 248.400 perjalanan yang berasal dari Jakarta –sebagai sentra perekonomian negara, untuk tujuan bisnis, kongres/seminar dan pelatihan ke daerah lain.

“Airy Business menangkap potensi pasar travel korporasi dan mengantisipasi kebutuhan pengguna yang terus berkembang. Aktivitas yang serba cepat, juga mobilitas para karyawan dan tim manajemen yang semakin tinggi tentu memerlukan sarana praktis yang lebih dari sekadar meringkaskan alur administrasi,” kata Stephan dalam keterangan resmi, Kamis (14/2).

Dia melanjutkan penggunaan data real time dalam Airy Business memungkinkan pelaporan secara komprehensif sehingga menciptakan transparansi antara karyawan dan manajemen perusahaan. Tidak hanya menjaga anggaran, –sebab tim manajemen sudah memonitor pengeluaran perjalanan per departemen, Airy Business juga membantu perusahaan dalam menegaskan penerapan kebijakan perjalanan kepada seluruh karyawannya.

Perusahaan menyiapkan dedicated account manager untuk menangani masing-masing pengguna perusahaan. Mereka siap dihubungi 24 jam setiap hari untuk mengatur kelancaran perjalanan dinas.

Dalam rangka menjaga kenyamanan perjalanan bisnis, Airy menyediakan akses ke berbagai maskapai penerbangan dan beragam akomodasi yang terkurasi dari inventori Airy. Baik dari kelas bujet sampai hotel bintang lima.

Ketersediaan akomodasi diperkuat lagi, dengan menyediakan lebih dari 1000 properti mitra Airy yang tersebar di 90 kota. Mitra properti ini sudah dijamin memenuhi standar kenyamanan yang ditetapkan Airy.

“Bukan hanya memberi manfaat kepada pengguna perusahaan, kami optimis Airy Business juga mendorong tingkat okupansi para pemilik properti yang menjadi mitra. Tahun lalu ada jutaan transaksi pemesanan yang berhasil kami catatkan.”

Stephan menambahkan, pihaknya akan terus mengembangkan Airy Business dengan fitur dan produk mutakhir lainnya yang segera meluncur pada tahun ini. Secara paralel, penambahan jumlah properti, perluasan pasar lewat kolaborasi dengan berbagai situs e-commerce, dan beberapa startup OTA juga terus digalakkan.

Sebelum Airy, perusahaan OTA lainnya yang sudah mulai garap pasar segmen yang sama adalah Tiket, Via, dan Bhinneka. Lewat kemitraan dengan Loket, Bhinneka menyediakan penjualan tiket hiburan, theme park, dan MICE untuk nasabah B2B dalam jumlah besar.

Application Information Will Show Up Here
Tiket introduces a service for business client

Tiket Enters Travel Planning Industry for Corporate

Tiket is adding travel planing service for corporate customers. The new product makes the corporate market more attractive for business.

There is no official statement from Tiket until the news revealed.

Tiket provides special website for business customers to handle all their needs. All tickets from flight, hotel, train, car rental, and entertainment can be ordered through corporate account. The required documents to make corporate accounts include establishment license, company’s TIN, domicile certificate (SKDP), business trading license (SIUP), company registration (TDP), ID representative, and others.

In the explanation, the corporate account can be made into several sub accounts to make it easier for some divisions to make a booking. Each corporate account will be given online access to make a booking and purchasing via website and app.

In terms of payment system, sub account member don’t have to worry about the limit, they’re free to submit as needed. Reservation can be made in advance. Consumers only need to discuss with Tiket team regarding invoice date for company to be issued and paid.

This type of order is highly attractive for big corporate which holding routine events, such as business trip or outing. Each division should be flexible to plan their trip without having to use travel agent.

On the other side, travel agent business cake is predicted to be more challenging due to OTA’s players targeting corporate consumers. Aside from Tiket, participated also in this market other OTAs, such as Via and Bhinneka. Through partnership with Loket, Bhinneka provides ticketing service for entertainment, theme park, and MICE for B2B consumers in large numbers.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Tiket.com B2B

Tiket Rambah Pemesanan Perjalanan untuk Korporat

Tiket merambah layanan pemesanan perjalanan untuk nasabah dari korporat. Kehadiran produk baru ini menjadikan pasar korporat semakin menarik untuk diseriusi.

Belum ada keterangan resmi yang diberikan oleh pihak Tiket hingga berita ini diturunkan.

Tiket menyediakan situs khusus yang dapat digunakan konsumen bisnis untuk memesan semua kebutuhannya. Semua produk Tiket mulai dari tiket pesawat, hotel, kereta, sewa mobil, dan hiburan dapat dipesan, cukup membuat akun korporat.

Dokumen yang dibutuhkan dalam membuat akun korporat di antaranya akta pendirian, NPWP perusahaan, surat keterangan domisili perusahaan (SKDP), surat ijin usaha perdagangan (SIUP), tanda daftar perusahaan (TDP), KTP penanggungjawab atau direksi, dan sebagainya.

Dalam penjelasannya, akun korporat ini dapat dibuat menjadi beberapa sub akun untuk memudahkan berbagai divisi di perusahaan dalam melakukan pemesanan. Setiap anggota akun korporat akan diberikan akses online untuk melakukan pemesanan dan pembelian via situs dan aplikasi.

Sistem pembayarannya, setiap anggota sub akun tidak perlu khawatir dengan batas penggunaan, bebas mengajukan plafon penggunaan sesuai kebutuhan. Pemesanan dapat dilakukan di muka. Konsumen tinggal mendiskusikan dengan pihak Tiket terkait tanggal invoice yang pas untuk diterbitkan dan dibayar perusahaan.

Model pemesanan seperti ini tentunya menarik untuk korporat besar yang rutin mengadakan perjalanan dinas atau outing rutin tiap tahunnya. Setiap divisi dapat merencanakan perjalanan secara fleksibel tanpa harus mengandalkan lagi jasa agen perjalanan.

Di sisi lain, kue bisnis dari agen perjalanan diprediksi akan semakin tertantang karena pemain OTA mulai melirik potensi dari konsumen korporat. Selain Tiket, pemain OTA lainnya yang turut meramaikan pasar ini adalah Via dan Bhinneka. Lewat kemitraan dengan Loket, Bhinneka menyediakan penjualan tiket hiburan, theme park, dan MICE untuk nasabah B2B dalam jumlah besar.

Application Information Will Show Up Here
Aplikasi booking hotel BukaKamar memperkenalkan diri ke publik, unggulkan fitur last minute dan local rate untuk mendorong okupansi hotel lebih tinggi

BukaKamar Diperkenalkan ke Publik, Unggulkan Fitur “Last Minute Booking”

Aplikasi booking hotel BukaKamar memperkenalkan diri ke publik untuk pertama kalinya, meski secara produk belum siap menerima booking. Layanan ini hadir untuk mengakomodasi kebutuhan pelancong dan pelaku bisnis yang membutuhkan booking hotel secara langsung dan spontan.

CEO BukaKamar Boby Haryadi menuturkan, aplikasi baru resmi live di Google Play per hari ini (18/10). Namun pihaknya sengaja belum memasukkan inventaris kamar hotel ke dalam aplikasi demi menjamin kesiapan aplikasi dengan tampilan antarmuka yang lebih sempurna.

Secara kesepakatan bisnis, BukaKamar telah bermitra dengan 15 hotel yang tersebar di Jakarta, Bali, Bandung, Surabaya, Makassar, Palembang, Pekanbaru, dan Solo.

Untuk monetisasinya, perusahaan mengambil komisi dari setiap booking yang terjadi. Operasional BukaKamar masih dilakukan secara bootstrap. Tim terdiri dari enam orang, termasuk Boby sendiri.

“Hari ini untuk perkenalan dulu ke publik. Rencananya mulai Senin besok (22/10) kami mulai perlahan-lahan masukkan inventaris kamar hotel ke aplikasi,” tuturnya.

Fitur unggulan BukaKamar

Untuk fitur unggulannya last minute booking, pengguna dapat memesan kamar dalam rentang waktu maksimal 14 hari sebelumnya. Diskon yang didapat pengguna dari fitur ini diklaim lebih rendah dari harga normal, sekitar 15%-25%.

Fitur lainnya yakni local rate. Dalam radius 5 km jangkauan pengguna, apabila melakukan booking kamar mereka akan dapat diskon tambahan 10%.

Seluruh fitur ini diharapkan dapat memberi nilai tambah bagi para pelancong dan pelaku bisnis untuk menggunakan BukaKamar. Apalagi di kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya, lebih dari 60% rata-rata booking 1-5 hari sebelumnya.

“Jadi prinsipnya itu, lebih baik kasih diskon daripada okupansi hotel berkurang. Sebab di industri hospitality itu kamar kosong sama dengan rugi karena biaya lainnya kan tetap berjalan, seperti listrik, gaji karyawan, dan sebagainya.”

Seluruh booking, sambungnya, hanya bisa dilakukan lewat aplikasi. Untuk situs desktop hanya bisa diakses mitra hotel untuk mengontrol manajemen kamar. Saat ini aplikasi BukaKamar baru tersedia di platform Android.

Ke depannya, BukaKamar ditargetkan dapat menjaring 1000 kamar dari mitra hotel. Diharapkan target tersebut dapat terealisasi paling lambat pada Januari 2019.

Boby mengungkapkan, target tersebut akan dicapai dengan menggaet jaringan hotel yang sudah memiliki banyak cabang dan kamar di seluruh Indonesia. Dengan cara itu, dapat dengan singkat BukaKamar dapat mengakuisisi kamar dalam waktu singkat.

“Semakin banyak kamar hotel yang bisa kami akuisisi tentunya akan semakin baik buat pengguna karena mereka bisa memiliki banyak pilihan,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here
Tampilan terbaru aplikasi Traveloka versi 3.0 / Traveloka

Traveloka Rombak Tampilan Aplikasi, Coba Pendekatan Lewat Bercerita

Aplikasi Traveloka versi terbaru (versi 3.0) sudah resmi meluncur sejak sebulan belakangan. Banyak perubahan besar, baik dari segi UI/UX-nya dan kini menonjolkan unsur bercerita lewat berbagai konten inspirasi yang disajikan.

Senior Brand and Design Manager Traveloka Taufiq Adhie Wibowo menuturkan, dalam tampilan terbarunya ini perusahaan ingin menjembatani pengguna dengan produk Traveloka lewat inspirasi kisah seputar destinasi terkenal.

Kemudian Traveloka ingin menciptakan engagement yang lebih kuat dengan pengguna, betah berlama-lama di aplikasi, sehingga tidak hanya sekedar menarik potensi terjadinya transaksi. Hal ini berbeda dengan pendekatan versi sebelumnya, yang lebih menonjolkan produk dan promosi.

“Ternyata story adalah komponen yang penting dalam travelling. Kami mau hadir sebagai travel companion secara end-to-end buat pengguna,” terangnya kepada DailySocial, Senin (28/5).

Taufiq enggan membeberkan dampak yang dihasilkan dari peluncuran tampilan terbarunya tersebut, seperti lama durasi kunjungan, traffic, dan sebagainya. Menurutnya peluncurannya baru sekitar sebulan, sehingga belum bisa diungkapkan hasilnya secara langsung.

Tampilan UI/UX dari versi 2.0 dan 3.0 / Traveloka
Tampilan UI/UX versi 2.0 dan 3.0 / Traveloka

Perombakan UI/UX ini, sambungnya, baru dilakukan untuk di Indonesia. Di lima negara lainnya, pendekatannya berdasarkan masalah yang dihadapi masing-masing negara, misalnya lebih mengedepankan sistem pembayaran untuk Traveloka Thailand.

Produk Traveloka yang lebih beragam disediakan untuk bersaing di Indonesia. Saat ini hampir 20 produk yang tersedia. Di luar negeri, produk Traveloka yang paling diandalkan adalah pembelian tiket pesawat dan hotel.

Disebutkan proses perombakan ini memakan waktu kurang lebih enam bulan, dimulai dari pertengahan tahun lalu sampai akhir 2017.

Traveloka memproduksi konten tematik yang secara berkala terus diperbarui oleh tim in-house. Tak hanya berbentuk tulisan, tersedia juga foto-foto yang dilengkapi dengan video 360 derajat agar terlihat lebih menggugah. Cara ini juga dimanfaatkan untuk mempromosikan destinasi yang kurang begitu terkenal, namun memiliki potensi alam yang luar biasa.

Di dalam beberapa konten, tim memberikan rekomendasi destinasi yang diselipkan penjualan produk. Misalnya dalam mempromosikan destinasi di Korea, diselipkan informasi seputar atraksi yang menarik dan tiketnya bisa dibeli melalui Traveloka.

Tantangan bisnis OTA

Senior Brand and Design Manager Traveloka Taufiq Adhie Wibowo / Traveloka
Senior Brand and Design Manager Traveloka Taufiq Adhie Wibowo / Traveloka

Taufiq menuturkan, semakin besar skala bisnis perusahaan, maka semakin ketat pula persaingannya di pasar, apalagi untuk skala Asia Tenggara. Bagi bisnis OTA, keputusan seseorang untuk membeli tiket perjalanan kini sudah tidak lagi linier, malah cenderung tidak beratur.

Awalnya urutan pertama dimulai dari riset, kemudian membuat rencana, dan memesan tiket. Setelah itu seseorang akan mendapatkan pengalaman dan akhirnya berbagi pengalaman tersebut kepada orang lain.

“Kita enggak cuma sekadar beri inspirasi, tapi bagaimana konten yang kami berikan bisa jadi jembatan untuk ambil keputusan [membeli tiket].”

tim UI/UX Traveloka disebut selalu mengedepankan konsep DEDI (Data Informed, Emphatic, Deliver, Iterate). Informasi data didapat dari hasil riset para pengguna yang nantinya akan menjadi bahan hipotesis.

Dari situ, tim bisa mendapatkan terjemahan mentah apa yang bisa mereka lakukan sebelum disampaikan ke para pengguna. Proses tersebut akan terus berulang sampai akhirnya bertemu titik temu.

“Kami percaya produk yang bagus itu tidak pernah selesai. Makanya end goal kami konstan, terus menerus dilakukan. Tantangan sekarang makin berat, industri [OTA] makin mature, makanya harus beri inovasi terbaru,” pungkas Taufiq.

Application Information Will Show Up Here