Tag Archives: online travel agent

Traveloka Enters the Car Rental Business

Traveloka Makes an Entrance to Car Rental Business

Lately, Traveloka is actively launched all-new variant services following Lebaran moment and the long holiday. The latest service is car rental. Some services that were previously introduced are bus ticketing, Traveloka Eats, and PayLater lending service.

Christian Suwarna, Senior Vice President of Business Development Traveloka explained, the car rental service completes the effort to meet all demand integrated with one app. Car rental becomes as easy as booking a flight or train tickets.

“After introducing Bus & Travel ticketing service, Traveloka is now fulfilling user’s transportation demand through innovation and technology. Car Rental presents as Traveloka’s commitment in providing the best travel experience for all users,” Suwarna said in the official release to DailySocial, Fri (5/25).

The car rental partners with more than 100 rental providers, accommodating standardized car rental with fare includes a car and a driver for 12 hours. Also, options for all-inclusive additional package includes fuel, parking, toll, and driver’s meal or stay during traveling outside of town. It is available in 11 cities, including Jakarta, Bali, Medan, Yogyakarta, Makassar, Palembang, Malang, Balikpapan, Surabaya, Semarang, and Bandung.

In terms of car rental, customers can book 12 hours before the pick-up time. Next, the customer needs to fill in some booking details of the city, rental date, duration, and pick-up time. Then the customer can choose the car types and providers.

After making the payment, Traveloka will verify and send the booking voucher to customer’s email.

This service is still in beta version and available only for Android. Not all the customers can use the latest service due to the gradual distribution. It will be available for iOS soon. Prior to Traveloka, Tiket.com has provided similar service.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Traveloka Rambah Bisnis Penyewaan Mobil / Traveloka

Traveloka Rambah Bisnis Penyewaan Mobil

Traveloka belakangan ini aktif meluncurkan berbagai layanan baru menyusul tibanya momen Lebaran dan liburan panjang. Yang terbaru adalah Rental Mobil. Layanan sebelumnya yang sudah lebih dahulu hadir seperti pemesanan tiket bus, Traveloka Eats, dan layanan pinjaman PayLater.

Senior Vice President of Business Development Traveloka Christian Suwarna menerangkan Rental Mobil menjadi pelengkap dalam upaya perusahaan dalam menghadirkan berbagai kebutuhan perjalanan yang terintegrasi lewat satu aplikasi. Menyewa mobil jadi lebih mudah seperti saat memesan tiket pesawat dan kereta.

“Setelah menghadirkan layanan pemesanan Tiket Bus & Travel, kini Traveloka juga menjawab kebutuhan transportasi perjalanan para pelanggan melalui inovasi dan teknologi. Layanan Rental Mobil hadir sebagai salah satu komitmen Traveloka dalam menghadirkan pengalaman perjalanan yang menyenangkan bagi para pelanggan,” terang Christian dalam keterangan resmi yang diterima DailySocial, Jumat (25/5).

Rental Mobil menggandeng lebih dari 100 mitra penyedia rental, menghadirkan layanan sewa mobil yang standar dengan tarif yang sudah mencakup jasa sewa mobil dan pengemudi selama 12 jam. Telah tersedia di 11 kota diantaranya, Jakarta, Bali, Medan, Yogyakarta, Makassar, Palembang, Malang, Balikpapan, Surabaya, Semarang, dan Bandung.

Rental Mobil Traveloka menghadirkan layanan sewa mobil yang terstandar dengan tarif yang sudah mencakup jasa sewa mobil dan pengemudi selama 12 jam. Juga, pilihan untuk membeli paket tambahan seperti paket all-inclusive yang mencakup biaya bensin, parkir, tol, serta konsumsi sopir ataupun paket penginapan supir untuk pemakaian ke luar kota.

Untuk pemesanan Rental Mobil, pengguna dapat memesannya 12 jam sebelum waktu penjemputan. Setelah itu, pengguna perlu mengisi detil pemesanan mulai dari kota, tanggal rental, durasi rental, waktu jemput. Kemudian memilih tipe mobil dan penyedia rental yang diinginkan.

Setelah melakukan pembayaran, Traveloka akan memverifikasinya dan mengirimkan voucher pemesanan ke email pengguna.

Layanan ini masih bersifat beta dan baru hadir untuk versi Android. Belum semua pengguna bisa menikmati layanan terbaru tersebut karena masih digulirkan secara bertahap. Versi iOS akan hadir beberapa waktu mendatang. Sebelum Traveloka, Tiket.com sudah lebih dahulu menghadirkan layanan rental mobil.

Application Information Will Show Up Here
Traveloka Begins Testing "Traveloka Eats"

Traveloka is Testing New Restaurant Directory “Traveloka Eats”

Traveloka is trying out the “Traveloka Eats” feature to provide users with the whole experience while traveling. The new feature is currently available in Android version of Traveloka app.

Traveloka Eats is a restaurant directory service with voucher packages available in each destination. It also provides reviews, photos, along with the menu from each restaurant.

This feature completes the entertainment and utility products in Traveloka. Previously, ticket booking is available for cinema, beauty & spa, bill payment, also top-up balance & data.

Users can also make a reservation through phone numbers provided in the app, as it hasn’t fully covered in the system. However, Traveloka provides thematic content to boost its transactions.

“The product is indeed our commitment to complete the travel journey of Traveloka customers. In this product, we offer deals and food directory. It is soon to be officially launched,” Busyra Oryza, Traveloka’s PR Manager, said to DailySocial (4/12).

Based on our observation, Traveloka Eats is currently available only for Android users in Jakarta with the limited choice of restaurants.

The interface of Traveloka Eats gives the similar ambiance with Zomato, Qraved, or Pergi Kuliner, exclude the voucher packages.

In addition, Traveloka was previously launched bus ticket booking feature that completing its services for all types of transportations.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Traveloka Uji Coba Fitur Direktori Restoran “Traveloka Eats”

Traveloka tengah melakukan uji coba fitur “Traveloka Eats” sebagai strategi untuk melengkapi kebutuhan pengguna saat melancong. Saat ini fitur tersebut baru hadir di aplikasi Traveloka versi Android.

Traveloka Eats adalah layanan direktori restoran yang dikemas dengan voucher penawaran menu yang tersedia dalam tiap destinasi. Disediakan pula fitur ulasan dari setiap restoran, foto suasana restoran, beserta menu makannya.

Fitur tersebut melengkapi produk entertainment & utilities yang sudah tersedia di Traveloka. Sebelumnya sudah ada layanan pemesanan tiket bioskop, beauty & spa, bills & top up, dan top up & data packages.

Melalui Traveloka Eats pengguna juga dapat melakukan booking restoran. Kendati demikian, saat ini Traveloka baru menyediakan nomor telepon yang bisa dihubungi, belum sepenuhnya tersistem online. Traveloka menghadirkan konten tematik untuk dorong transaksinya.

“Jadi memang ini produk baru sebagai komitmen kami untuk melengkapi travel journey customer Traveloka. Yang kami tawarkan di produk ini adalah pilihan deals dan food directory. Dalam waktu dekat akan di-launching,” ucap PR Manager Traveloka Busyra Oryza kepada DailySocial, Kamis (12/4).

Berdasarkan pemantauan DailySocial, Traveloka Eats baru tersedia untuk pengguna yang berada di lokasi Jakarta dan jumlah restoran yang terdaftar pun masih terbatas. Perusahaan menggunakan API dari TripAdvisor untuk perlengkap konten, dan Google Maps untuk permudah direktori.

Ketika membuka Traveloka Eats, nuansanya seperti membuka aplikasi direktori restoran Zomato, Qraved, ataupun Pergi Kuliner hanya saja tidak dikemas dengan voucher penawaran.

Selain menghadirkan Traveloka Eats, sebelumnya Traveloka meluncurkan layanan pemesanan tiket bus, semakin melengkapi layanannya sebagai pemesan tiket untuk berbagai moda transportasi.

Application Information Will Show Up Here

Airy dan Komitmennya Bermain di Bisnis Hotel Budget

Startup jaringan hotel budget Airy menggelar roadshow pelatihan khusus “Airy Academy” untuk mitra akomodasi agar dapat bersaing dengan hotel berbintang. Strategi tersebut merupakan salah satu cara yang dipilih Airy untuk meningkatkan transaksi sekaligus meningkatkan repeat order, di samping dengan memperluas jumlah dan cakupan kemitraan.

Head of Pricing & Distribution Airy Rooms Viko Gara menuturkan, lewat roadshow pelatihan ini pihaknya ingin memberdayakan akomodasi lokal independen agar dapat terus berkomitmen mempertahankan pelayanannya kepada konsumen.

Pasalnya untuk memberi pelayanan berkelanjutan terkesan agak sulit dilakukan. Padahal pada dasarnya industri hospitality memiliki standar pelayanan yang tidak jauh berbeda, budget hotel dapat memberikan pelayanan maksimal dengan harga kamar terjangkau.

“Airy hanya bisa memantau dan maintain layanan dari sisi aplikasi saja, dari pencarian hotel hingga pembayarannya. Namun pada akhirnya seluruh pelayanan akan bermuara di mitra akomodasi itu sendiri, bagaimana mereka bisa maintain layanan sesuai standar Airy, itu yang mau kita tingkatkan,” terang Viko dalam sesi wawancara bersama DailySocial, kemarin (28/3).

Dalam rangkaian pelatihan tersebut, sambung Viko, mitra mendapat wawasan dan pembekalan, serta mempraktikannya secara langsung dari fasilitator berpengalaman di dunia hospitality. Pada akhir sesi, mereka mendapat sertifikasi sebagai bukti keikutsertaannya.

Peserta housekeeping diajarkan bagaiamana cara membersihkan kamar dan tempat tidur dengan baik. Personal front office diajarkan berupa simulasi cara menerima tamu dengan baik, menanggapi dan menangani keluhan tamu, serta melakukan proses check-in dan check-out dengan benar.

Tahun ini, Airy melatih 258 SDM dari sekitar 100 mitra akomodasi yang tersebar di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, dan Malang. Inisiasi Airy Academy ini sebenarnya baru mulai di tahun lalu, dengan mengadakan di dua kota yakni Medan dan Yogyakarta.

Kinerja Airy

Airy tergolong startup yang cukup jarang membeberkan informasi seputar informasi terbarunya. Startup ini sudah berdiri sejak pertengahan 2015 dan diklaim sebagai startup jaringan hotel budget terbesar di Indonesia lantaran jumlah kamar yang sudah diakuisisi lebih dari 10 ribu di 1.000 mitra akomodasi, tersebar di 72 kota.

Tak hanya menyediakan pemesanan kamar, Airy juga menyediakan tiket pesawat untuk rute domestik hasil bekerja sama dengan berbagai maskapai penerbangan. Aplikasi Airy sendiri sudah diunduh lebih dari 1 juta kali (Android saja). Mayoritas pemesanan dikontribusikan dari aplikasi, dan lokasi favorit pemesanan kamar adalah Jakarta, Surabaya, dan Bandung.

Viko enggan membeberkan apakah perusahaan pernah mendapat investasi dari eksternal atau masih bootstrapping.

Application Information Will Show Up Here
Menyimak dinamika OTA dan budget hotel sepanjang tahun 2017 / Pexels

Dinamika yang Terjadi di Sektor Travel Selama Tahun 2017

Sepanjang tahun 2018 banyak perkembangan menarik di sektor pariwisata, terutama yang menyasar kepada Online Travel Agent (OTA). Sebagai salah satu industri yang menunjukkan peningkatan, bahkan mengalahkan layanan e-commerce berdasarkan laporan dari Bain & Company, disebutkan penjualan tiket pesawat, hotel, penyewaan tempat tinggal sementara hingga tiket untuk acara dan atraksi wisata menjadi pilihan orang banyak dan paling populer.

Memasuki tahun 2018 diperkirakan industri OTA dan terkaitnya makin menunjukkan kompetisi yang sengit, dengan diakuisisinya Tiket oleh Blibli, hingga status unicorn dari Traveloka. Berikut adalah rangkuman peristiwa sepanjang tahun 2017 di sektor OTA Indonesia.

Januari 2017

Awal tahun belum banyak aktivitas yang berarti di sektor pariwisata dan OTA di tanah air. Namun demikian mulai banyak bermunculan beberapa startup baru yang mencoba untuk menghadirkan layanan penyediaan travel dan hotel. Di antaranya adalah peluncuran Tinggal, startup yang menjajakan hotel-hotel independen dengan harga bersaing saat ini telah menawarkan lebih dari 400 hotel sejak pertama kali beroperasi awal tahun lalu. Tinggal ingin terus berbenah untuk bisa menjembatani kesenjangan antara banyaknya hotel budget dengan konsumen melalui teknologi yang inovatif.

Februari 2017

Di bulan kedua tahun 2017, layanan penyedia kamar hotel ekonomis NIDA Rooms mendapatkan pendanaan seri A senilai $5,6 juta dari Shanda Group dan beberapa investor Asia Tenggara lainnya. Dengan pendanaan ini, artinya NIDA Rooms telah membukukan total pendanaan senilai $11 juta. Investasi ini akan difokuskan untuk memperluas kerja sama dan jaringan hotel serta meningkatkan kapabilitas teknologi NIDA Rooms.

Sementara itu kerja sama strategis juga mulai marak hadir, dengan diumumkannya kemitraan antara ZEN Rooms dan Tokopedia memberikan harga istimewa untuk pengguna di Indonesia yang membeli tiket kereta api melalui desktop atau aplikasi mobile Tokopedia, kemudian secara otomatis akan mendapatkan diskon hingga 30% untuk pemesanan hotel di ZEN Rooms.

Maret 2017

Sebagai pemain yang cukup dominan di sektor travel dan pariwisata, awal bulan Maret 2017 lalu, Traveloka mengumumkan kerja sama strategisnya dengan PT KAI. Layanan yang sudah hadir sejak akhir tahun 2016 ini, diklaim mendapatkan sambutan baik dari pengguna Traveloka, yang ingin mendapatkan tiket kereta api langsung melalui aplikasi.

Di bulan yang sama Bukalapak juga tidak mau ketinggalan, dan mengumumkan kerja sama strategisnya dengan PT KAI dalam hal pembelian tiket kereta api melalui Bukalapak. Sebelumnya Tokopedia telah terlebih dulu memiliki kanal pembelian tiket kereta api.

Bulan Maret 2017 juga diramaikan dengan kehadiran HelloWings yang menyediakan perbandingan harga tiket maskapai di level pasar LCC (Low Cost Carrier).

April 2017

Memasuki bulan April 2017 penyedia akomodasi budget hotel di Indonesia RedDoorz mengumumkan keberhasilannya dalam meraih pendanaan sebesar $1 juta (atau senilai Rp13,3 miliar) dari InnoVen Capital yang merupakan joint venture dari Temasek Holding Singapura dan Bank UOB. Ini menjadi pendanaan lanjutan setelah sebelumnya RedDoorz membukukan pendanaan seri A tahun 2016 yang dipimpin oleh Asia Investment Fund, World Bank Group dan Jungle Ventures.

Sementara itu di bulan yang sama, ZEN Rooms mengumumkan perolehan pendanaan seri A. Pendanaan tersebut diperoleh dari investor Redbadge Pacific dan SBI Investment Korea, turut berpartisipasi juga Asia Pacific Internet Group (APACIG). Nilai yang digelontorkan mencapai $4,1 juta atau setara dengan Rp54,4 miliar. Pendanaan tersebut melambungkan nilai ekuitas perusahaan menjadi $8 juta.

Di akhir bulan April 2017 StubHub, marketplace jual beli tiket asal Amerika Serikat, mengumumkan ekspansinya ke Indonesia dengan menggandeng Kaskus sebagai mitra eksklusif untuk pengadaan konten. Lewat kerja sama ini, Kaskus akan memberikan konten terkait event terkini yang dapat diakses melalui widget StubHub di Kaskus, untuk mendorong transaksi jual beli tiket.

Mei 2017

Di pertengahan bulan Mei 2017, DailySocial secara eksklusif memberitakan tentang adanya rencana akuisisi dari GDP Venture terhadap lebih dari 50% saham startup travel Tiket. Tiket adalah startup yang dibangun Wenas Agusetiawan, Gaery Undarsa, Dimas Surya, dan Natali Ardianto. Sejak awal dibangun di tahun 2011, Tiket termasuk startup yang tidak pernah mencari pendanaan lanjutan dari investor. Dana awalnya diperoleh dari angel investor tunggal yang kabarnya termasuk keluarga pemilik EMTEK.

Sementara itu layanan OTA Pegipegi merayakan HUT mereka yang ke 5. Selain melakukan transformasi Pegipegi juga berniat untuk meningkatkan layanan dan teknologi mereka agar bisa bersaing dengan Traveloka dan Tiket.

Juni 2017

Setelah sempat diberitakan sebelumnya oleh DailySocial, pada bulan Juni akhirnya diumumkan akuisisi 100% Blibli terhadap layanan OTA Tiket. Hal tersebut akhirnya dikonfirmasi melalui acara pengumuman akuisisi 100% saham Tiket oleh Blibli, salah satu perusahaan di bawah naungan Global Digital Prima (GDP) Venture. Fokus dari Tiket selanjutnya adalah lebih kepada penjualan, teknologi dan akuisisi pelanggan.

Di bulan yang sama, Traveloka mengumumkan penjualan tiket masuk tempat rekreasi. Layanan yang dinamai Aktivitas & Rekreasi ini memberikan kesempatan pengguna Traveloka membeli tiket tempat wisata di genggaman mereka, baik melalui web maupun melalui aplikasi. Selain tempat wisata domestik, Traveloka juga menawarkan untuk kawasan internasional seperti Universal Studios Singapore, Hong Kong Disneyland, Legoland Malaysia, hingga tiket F1 Singapore Grand Prix 2017.

Sementara itu Pegipegi juga mengumumkan kehadiran CEO baru, Takeo Kojima, yang masih dari kalangan eksekutif Recruit Holdings. Takeo menggantikan Hideki Yamada yang baru menjabat selama satu tahun. Kendati kerap berubah, Deputy CEO PegiPegi Ryan Kartawidjaja memastikan kepemimpinan Takeo bakal mendukung ambisi perusahaan untuk menjadi pemain OTA terbaik di Indonesia.

Untuk menambah wawasan pembaca terkait dengan aplikasi budget hotel di Indonesia, DailySocial juga meluncurkan laporan terkait dengan hal tersebut, yang bisa diunduh secara gratis.

Juli 2017

Setelah menguasai pasar OTA di Indonesia, sekitar akhir bulan Juli 2017 lalu, Traveloka mendapatkan pendanaan sebesar $350 juta (lebih dari 4,6 triliun Rupiah) dari Expedia. Selain dari Expedia, dalam setahun terakhir Traveloka secara total sudah mendapatkan dana $500 juta (lebih dari 6,6 triliun Rupiah) dari East Ventures, Hillhouse Capital Group, JD.com, and Sequoia Capital.

Menurut The Information, yang pertama kali memberitakan informasi ini, Traveloka kini bervaluasi lebih dari $2 miliar dan menjadikannya startup unicorn pertama di industri travel online Indonesia. Nilai valuasinya di Indonesia hanya kalah dari Go-Jek yang disebutkan mencapai $3 miliar pasca perolehan pendanaan dari Tencent.

Di bulan yang sama Triprockets salah satu layanan marketplace yang mencoba untuk menghadirkan marketplace aktivitas, kegiatan, dan tempat wisata yang unik resmi meluncur di tanah air. Startup yang didirikan Raymond Iskandar selaku CMO ini menerapkan cara yang sama dilakukan oleh Airbnb, yaitu sharing economy antar pengguna. Triprockets disebutkan didirikan demi memberikan alternatif pilihan kegiatan wisata yang unik baik di Indonesia maupun negara lainnya.

Agustus 2017

Sementara itu di bulan Agustus 2017, Tiket pasca Blibli masuk sebagai pemegang saham baru, Tiket mulai kebut mengakselerasi pertumbuhan bisnisnya dimulai dari merekrut developer berkualitas. Talenta tersebut nantinya akan diarahkan menyempurnakan aplikasi Tiket, sehingga dapat menggenjot transaksi baru dari sana. Tiket menargetkan tahun ini secara bisnis keseluruhan dapat tumbuh 250 persen dibandingkan sebelumnya.

September 2017

Setelah resmi meluncur awal tahun 2017 lalu, layanan Pemesanan Hotel Budget Tinggal dikabarkan Tutup Layanan. Tinggal didirikan di awal tahun 2016 dengan dukungan pendanaan $1 juta dari sejumlah investor, termasuk CEO Wudstay Prafulla Mathur. Wudstay adalah layanan serupa yang beroperasi di India.

Oktober 2017

Memasuki bulan Oktober 2017, ZuzuHOTELS setelah sempat meluncurkan layanan online hospitality di Indonesia bulan November 2016 lalu, memutuskan menghentikan layanan hotel budget mereka di Indonesia dan kemudian hanya fokus kepada hotel budget di Taiwan. Keputusan ini diambil co-founder Vikram Malhi dan rekannya yang sama-sama memiliki pengalaman bekerja di Expedia, Dan Lynn, setelah menjalankan bisnis dan mendapatkan pendanaan awal dari angel investor beberapa waktu yang lalu.

Situs penyedia paket wisata Tripvisto dikabarkan menutup layanannya. Didirikan Bernardus Sumartok, yang sebelumnya juga sempat menutup bisnis serupa, Flamingo, Tripvisto sendiri sempat mengalami pertumbuhan bisnis yang positif dengan merekrut anggota tim yang cukup banyak, pindah ke kantor yang lebih besar, hingga menghadirkan ribuan perjalanan wisata lokal hingga mancanegara.

Sementara itu Traventure merupakan sebuah marketplace yang mencoba menemukan para kreator wisata dengan para pencari kreasi wisata baru di Indonesia resmi hadir di Indonesia. Traventure ini tak ubahnya tempat transaksi dan berbagi pengalaman berwisata, bedanya mereka mengemasnya dalam paket bisnis wisata.

November 2017

Setelah diakuisisi bulan Juni 2017, secara resmi manajemen baru dari Tiket mengumumkan rencana rebranding aplikasi dengan mengubah tampilan dan logo jadi lebih fresh dan modern, serta menambah fitur baru untuk kenyamanan transaksi. Perusahaan ingin fokus menyasar pada dua hal yakni meningkatkan brand awareness dan perbaikan produk.

Selain itu, Tiket akan lebih serius menggarap dua produknya, yakni rental mobil dan booking hotel. Untuk produk rental mobil, perusahaan telah bermitra dengan penyedia jasa rental yang tersebar di 50 kota di seluruh Indonesia. Dibandingkan produk lainnya, bisnis rental mobil tumbuh tertinggi hingga 3 ribu persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Sementara itu layanan e-commerce yang menyajikan barang-barang dengan jaminan orisinal, JD.id, merilis fitur teranyarnya. Seakan tak mau ketinggalan dengan pemain e-commerce lain di Indonesia, JD.id menghadirkan kanal pembelian tiket pesawat. Berjuluk JD Flight, fitur ini hadir dengan dukungan penuh dari Traveloka. Induk perusahaan JD.id, JD.com, merupakan investor di Traveloka.

Masih di bulan November, RedDoorz, platform pemesanan online hotel budget, mengungkapkan telah mendapat investasi lanjutan untuk mengembangkan pasarnya di Indonesia. Hanya saja, pengumuman ini tidak diungkap secara langsung, baik dari siapa VC yang mendanainya dan nilai investasi yang didapat perusahaan.

Desember 2017

Menjelang akhir tahun, pengumuman tentang akuisisi kembali mencuat. Kali ini giliran Indonesia Flight yang sebelumnya dikenal sebagai “sister company” dari Tiket. Akuisisi tersebut juga dilakukan oleh Blibli. Dengan kepemilikan Tiket dan Indonesia Flight di dalam lini bisnis Blibli, disampaikan akan banyak aktivitas strategis yang akan digaungkan pada tahun 2018 mendatang untuk lanskap travel di Indonesia.

Observing E-Commerce Dynamic in Southeast Asia

In the report written by Bain & Company, e-commerce consumer growth in Southeast Asia has reached 50% of total 200 million consumers in last 2016. The huge market interest in buying and doing e-commerce transaction is mentioned in the report as “hyperactive” market for Southeast Asia.

In Indonesia, there are 5.1 people in average using e-commerce platform per year. Meanwhile, the most used payment method is Cash on Delivery (CoD).

The increasing number of low cost smartphone users in Southeast Asia (including Indonesia) becomes one of the supporting factors on why e-commerce, on-demand platform and others are the most favorites. In Indonesia, known as mobile first country where smartphone becomes daily gadget used for work, shopping and entertainment.

OTA services growth in Southeast Asia

Another fascinating facts are mentioned in the report, the biggest and most used
service in Southeast Asia’s consumers is, travel and tourism ($22 billion),
followed by e-commerce ($15 billion), media and entertainment ($3 billion),
advertising ($2 billion), transport ($2 billion), gaming ($2 billion) and lastly
there is social/messaging ($0.2 billion).

Regarding the fast-growing travel and tourism service, during 2017 in Indonesia is dominated by Traveloka which rumored to have valued more than $2 billion and make it the first startup unicorn in Indonesia’s online travel industry. Previously in July 2017, Expedia announced an investment in Southeast Asia, Indonesia in particular, by taking minor stake in Traveloka worth $350 million (over 4.6 trillion Rupiah). In Indonesia, the value lose to Go-Jek which rumored to have reached $3 billion after receiving funding from Tencent.

Not only selling hotel rooms, flight, train tickets and more, Traveloka is now
selling tour packages. The service known as Activity & Recreation giving
opportunity for travellers to buy tourism site tickets, on website or through app.

In Indonesia, Traveloka’s competitor is Tiket, which after acquired by Blibli is
increasingly aggressive in marketing, user acquisition, sales, and making other
interesting features and offers.

The rise of social commerce

On the other hand, purchases made by social media is getting consumer attention in Southeast Asia even though in relatively small amount. According to the current data, countries such as Thailand and Indonesia have used social media (Facebook, Instagram) frequently. Besides for communicating with friends and family, social media is now widely used to sell goods to service, making use of “Shop” feature applied in each platform.

The platform is claimed to have data which can be used by brand in observing
consumer behaviour from the transaction started till the payment made. Furthermore, the next marketing act can be targeted for more relevant promo and latest information. Chat and Messenger apps are currently used to do business.

“Agile” approach for successful business in Southeast Asia

The interesting fact revealed in the report, the Southeast Asia’s e-commerce
industry keeps shifting and must be able to adopt new innovation quickly. An
“agile” approach or ability to move faster is a startup’s must-have mindset.

In fact, investment on technology is also a key to succes for startup in running a
sustainable business in Southeast Asia. Another thing to be noticed is a strategy
to get ahead of competitor and evolve in the digital landscape.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Strategi kesuksesan bisnis e-commerce di Asia Tenggara / Pexels

Menyimak Dinamika Layanan E-Commerce di Kawasan Asia Tenggara

Dalam laporan yang ditulis Bain & Company terungkap, pertumbuhan konsumen layanan e-commerce di Asia Tenggara pada tahun 2016 lalu mencapai hingga 50% dengan total konsumen mencapai 200 juta orang. Besarnya minat pasar membeli dan melakukan transaksi layanan e-commerce disebutkan dalam laporan tersebut sebagai pasar yang “hiperaktif” untuk kawasan Asia Tenggara.

Di Indonesia sendiri tercatat rata-rata sekitar 5,1 orang memanfaatkan platform layanan e-commerce per tahunnya. Sementara untuk pilihan pembayaran paling banyak dimanfaatkan adalah pilihan Cash on Delivery (COD).

Makin besarnya jumlah pengguna low cost smartphone di kawasan Asia Tenggara (termasuk Indonesia) menjadi salah satu faktor pendukung, mengapa layanan e-commerce, on-demand platform dan lainnya, menjadi favorit di gunakan setiap hari. Di Indonesia sendiri saat ini dikenal sebagai “mobile first country” di mana smartphone menjadi gadget rutin yang digunakan untuk bekerja, belanja hingga mencari hiburan.

Pertumbuhan layanan OTA di Asia Tenggara

Hal menarik lain yang juga disampaikan dalam laporan tersebut adalah, layanan terbesar yang paling banyak dimanfaatkan oleh konsumen di Asia Tenggara adalah, layanan pariwisata dan perjalanan wisata ($22 miliar), diikuti dengan layanan e-commerce ($15 miliar) dan media serta hiburan ($3 miliar), advertising ($2 miliar), transportasi ($2 miliar) dan yang terakhir adalah gaming ($2 miliar), disusul dengan social/messaging ($0,2 miliar).

Terkait dengan makin meningkatnya pertumbuhan layanan travel dan turisme, di Indonesia selama tahun 2017 masih didominasi oleh Traveloka yang kini dikabarkan bervaluasi lebih dari $2 miliar dan menjadikannya startup unicorn pertama di industri travel online Indonesia. Sebelumnya pada bulan Juli 2017, Expedia mengumumkan investasinya di Asia Tenggara, khususnya Indonesia, dengan mengambil saham minoritas di Traveloka senilai $350 juta (lebih dari 4,6 triliun Rupiah). Nilai valuasinya di Indonesia hanya kalah dari Go-Jek yang disebutkan mencapai $3 miliar pasca perolehan pendanaan dari Tencent.

Bukan hanya menjual kamar hotel, tiket pesawat, kereta api dan lainnya, kini Traveloka juga mulai menjual paket wisata. Layanan yang dinamai Aktivitas & Rekreasi ini memberikan kesempatan pengguna Traveloka membeli tiket tempat wisata di genggaman mereka, baik melalui web maupun melalui aplikasi.

Perusahaan lainnya yang mencoba untuk menjadi kompetisi Traveloka di Indonesia adalah Tiket, yang setelah diakuisisi Blibli makin gencar menjalankan kegiatan pemasaran, akuisisi pengguna, penjualan hingga menghadirkan fitur dan penawaran menarik lainnya.

Kebangkitan social commerce

Sementara itu, pembelian memanfaatkan media sosial juga mulai dilirik oleh konsumen di Asia Tenggara meskipun jumlahnya masih tergolong kecil. Dari data yang tercatat saat ini, negara seperti Thailand hingga Indonesia sudah mulai banyak yang memanfaatkan media sosial (Facebook, Instagram). Bukan hanya untuk berkomunikasi dengan teman dan keluarga, media sosial saat ini sudah banyak digunakan untuk menjual barang hingga layanan, memanfaatkan fitur “Shop” yang sengaja dihadirkan oleh masing-masing platform.

Platform tersebut diklaim juga memiliki data yang bisa dimanfaatkan oleh brand untuk melihat consumer behaviour mulai dari awal transaksi hingga pembayaran. Sehingga untuk kegiatan pemasaran selanjutnya bisa ditargetkan promo dan informasi terbaru yang lebih relevan. Aplikasi Chat dan Messenger saat ini juga makin banyak dimanfaatkan untuk melancarkan bisnis.

Pendekatan “agile” agar bisnis sukses di Asia Tenggara

Hal menarik yang terungkap dalam laporan tersebut adalah industri e-commerce di kawasan Asia Tenggara kerap berubah dan harus bisa mengadopsi inovasi baru dengan cepat. Pendekatan yang “agile” atau kemampuan untuk bisa bergerak dengan cepat selancar mungkin, merupakan mindset yang harus dimiliki oleh startup.

Selain itu berinvestasi di teknologi juga merupakan salah satu kunci sukses bagi startup bisa menjalankan bisnis secara sustainable di kawasan Asia Tenggara. Hal lain yang perlu dicermati adalah startegi yang harus dimiliki agar bisa tampil lebih unggul dari kompetitor dan terus berevolusi dalam lanskap digital.

Pegipegi is Now Open For Third-Party Funding

Pegipegi, Indonesia’s OTA company, is said to open opportunity for third-party funding in strengthening its existence among tight competition in OTA market. They currently in early stage and yet to decide which investors to partner with.

“We begin to open for third-party funding, just a small talk though, still uncertain [to get investment] and will determine the next strategy,” Ryan Kartawidjaja, Pegipegi’s Deputy CEO, said on Tuesday, (12/5).

He thought, it is possible for Recruit Holdings, Pegipegi’s parent company, to split share with new investors. Despite the option, Kartawidjaja not specifically said on when will the investment realization be done.

Kartawidjaja statement, is somewhat different from past interview with Pegipegi’s CEO Takeo Kojima. Kojima previously said Recruit Holdings is fully committed in investing.

Currently, Pegipegi claims to have doubled its overall development over the past year. Highest contribution comes from hotel room, followed by flight and train tickets booking. Most transaction is done by Pegipegi app with 70%-80% contribution.

Five most-search cities of Pegipegi users are Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Bali and Surabaya. Those five contribute in nearly 50% of Pegipegi transaction.

For 2018, Pegipegi targets equal growth as this year. One way to make it happen is launching international flight tickets, rebranding new logo and selecting Pevita Pearce as brand ambassador.

“We’re rebranding logo and vision. The point is to be a fun traveling partner providing information of top destinations. Unlike other players, we want to provide information about travelling in Indonesia, the goal is to make it easier for traveller in getting information. Furthermore, Pegipegi will strengthen the CS team,” said Kartawidjaja.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Pegipegi Mulai Buka Opsi Pendanaan dari Pihak Luar

Perusahaan OTA Pegipegi mengungkapkan mulai membuka opsi pendanaan dari pihak luar untuk memperkuat eksistensinya di tengah persaingan yang ketat di pasar OTA di Indonesia. Saat ini disebutkan mereka masih dalam tahap awal sehingga belum ditetapkan siapa investornya.

“Kami mulai membuka opsi penerimaan investasi dari pihak luar, tapi baru sekadar ngobrol-ngobrol saja, sehingga kami masih belum bisa open iya atau tidaknya [menerima investasi] karena itu akan menentukan strategi kita ke depannya bagaimana,” terang Deputy CEO Pegipegi Ryan Kartawidjaja, Selasa (5/12).

Menurutnya, tidak menutup kemungkinan induk usaha PegiPegi, Recruit Holdings, akan melepas sebagian kepemilikan sahamnya kepada investor baru. Meski membuka opsi, Ryan tidak menuturkan lebih detil kapan realisasi investasi mulai dilakukan.

Pernyataan Ryan ini, bergeser dari wawancara terdahulu dengan CEO Pegipegi Takeo Kojima. Takeo sebelumnya menuturkan Recruit Holdings berkomitmen penuh untuk terus menyuntukkan dana investasi. Karena ada komitmen tersebut, Pegipegi tidak membuka peluang untuk mengundang investor dari pihak luar.

Saat ini Pegipegi mengklaim telah tumbuh dua kali lipat secara keseluruhan dibandingkan tahun sebelumnya. Kontributor tertinggi berasal dari bisnis pemesanan tiket hotel, kemudian disusul tiket pesawat, dan kereta api. Transaksi sebagian besar dilakukan dari aplikasi PegiPegi dengan kontribusi sekitar 70%-80%.

Lima kota yang paling banyak dicari pengguna Pegipegi adalah Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Bali dan Surabaya. Kelima kota tersebut berkontribusi hampir 50% dari seluruh bisnis PegiPegi.

Untuk tahun depan Pegipegi menargetkan pertumbuhan yang sama dengan tahun ini sebanyak dua kali lipat. Cara yang akan dilakukan salah satunya dengan meluncurkan tiket penerbangan untuk rute luar negeri, rebranding logo baru, dan menunjuk brand ambassador Pevita Pearce.

“Kami rebranding logo dan visi. Intinya ingin jadi fun traveling partner menyediakan informasi seputar destinasi menarik. Bedanya dengan pemain lainnya, kami ingin kasih info seputar traveling di Indonesia, tujuannya supaya para traveler dengan mudah dapat info. Selain itu, Pegipegi akan perkuat tim CS [Customer Service],” pungkas Ryan.

Application Information Will Show Up Here