Tag Archives: Operation

Tiga Hal yang Wajib Diperhatikan Ketika Memilih CFO untuk Startup

Persaingan yang ada di lanskap startup digital saat ini memang membuat para founder harus jeli dalam berpikir. Menyusun strategi sebaik mungkin agar bisnisnya memiliki ketahanan dari luar dan dari dalam. Masalah operasional –meskipun kadang tidak terkait langsung dengan konsumen—juga menjadi kritis untuk dipikirkan, terlebih ada kaitannya dengan finansial. Meskipun sudah banyak alat digital berbasis SaaS yang menolong, namun penanganan secara langsung sering kali masih dibutuhkan. Di sini peran seorang CFO (Chief Financial Officer) dipertaruhkan.

Apa yang ditangani CFO cukup menantang, mulai dari mengatur catatan arus kas masuk/keluar, pembukuan hingga kadang penghitungan pajak –urusan pajak juga sangat kompleks, ada pajak pegawai hingga pajak potongan lain dalam proses transaksi bisnis. Nah dari situ seorang founder tidak bisa main-main dalam memilih seorang CFO, tugasnya cukup kompleks dan berada dalam lingkungan yang rumit dalam operasional bisnis.

Berikut ini adalah beberapa kiat yang dapat dilakukan untuk mendapatkan CFO andal untuk startup:

Proses seleksi pegawai

Umumnya seleksi ini dilakukan langsung oleh founder atau CEO startup, karena jabatan CFO akan cukup berpengaruh. Faktor terpenting dalam proses seleksi –di luar kecakapan dan latar belakang kandidat akan ilmu akuntansi dan keuangan—harus disiasati dengan memilih orang yang benar-benar paham kultur startup. Karena mengurus keuangan startup biasanya unik, tidak ada template sama antara satu bisnis dan bisnis lainnya.

Akan sangat membantu jika seorang kandidat tersebut seorang pembelajar, karena mau tidak mau dia harus mempelajari sebuah proses bisnis baru. Pun demikian dengan vertikal bisnis yang dikerjakan oleh startup tersebut.

Harus mampu membuat perencanaan

Sayangnya CFO baru tersebut harus bekerja di sebuah area bisnis yang sangat dinamis. Perubahan dalam bisnis teknologi dapat terjadi sangat cepat. Salah satu kompetensi yang harus dimiliki seorang CFO di sini adalah mampu membuat sebuah proyeksi tentang arus kas untuk bisnis. Mereka akan bekerja dengan CEO sebagai pengambil keputusan utama, mendiskusikan setiap dampak finansial atas tindakan-tindakan bisnis yang dilakukan.

Terkadang di startup CFO juga harus piawai dalam mempresentasikan kondisi finansial bisnis. Fungsinya beragam, salah satunya saat harus menyajikan kondisi finansial kepada investor yang tertarik menyuntikkan dana untuk akselerasi startup.

Mampu membuat keputusan

CEO akan selalu bertanya kepada CFO, bagaimana kondisi finansial saat ini? Kapan memerlukan penggalangan dana? Jika mengadakan kampanye ABC atau XYZ mana yang akan lebih menguntungkan? Dan lain sebagainya. Sayangnya keputusan untuk berbagai hal yang membutuhkan pengeluaran sering kali menitikberatkan pada keputusan CFO. Para pemangku manajemen lainnya selalu beranggapan bahwa seorang CFO memiliki data yang valid untuk analisis risiko bisnis kaitannya dengan kondisi finansial.

Maka dari itu, di sini penting untuk memilih dan menentukan seorang CFO yang piawai dalam memutuskan suatu hal –walaupun dalam praktiknya selalu akan ada diskusi mendalam dengan C-level lainnya.

 

Mengembangkan Budaya Tanggung Jawab Tim

Bukan menjadi rahasia umum bahwa mengembangkan startup tidak hanya mengembangkan bisnis atau produknya, namun harus pula membangun dan mengembangkan kultur demi menjaga kualitas di dalamnya. Salah satu kultur yang penting dan harus dibangun sedini mungkin adalah kultur akuntabilitas, atau kultur tentang tanggung jawab. Berikut beberapa tips yang bisa dilakukan untuk mulai membangun kultur tanggung jawab ini.

Mencari orang yang tepat

Membangun tim diawali dengan memilih orang-orang yang tepat. Dalam kasus membangun budaya tanggung jawab yang tepat memilih anggota tim harus berdasarkan rekam jejak tanggung jawab mereka. Meski kemampuan teknis dibutuhkan dalam sebuah tim tapi di sisi lain tanggung jawab dan pemenuhan tanggung jawab menjadi penting untuk bisa mencapai tujuan. Untuk itu pastikan Anda mencari orang-orang yang tepat, baik dari segi teknis maupun tanggung jawab.

Untuk mencari orang-orang yang bertanggung jawab bisa dilakukan dengan berbagai macam cara. Misalnya dengan mengerjakan tugas saat seleksi, mewawancarai mereka dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut tentang tanggung jawab, atau cara-cara lain yang bisa dikreasikan.

Menentukan tujuan yang jelas dan terukur

Untuk membangun budaya tanggung jawab salah satu hal yang bisa dilakukan adalah dengan memperjelas tujuan yang ingin dicapai dengan ukuran-ukuran yang cukup jelas untuk dipahami. Bagian terpenting ini berkaitan dengan perbedaan ekspektasi antar anggota tim. Untuk melakukan hal tersebut cara-cara yang bisa ditempuh adalah dengan menuliskan tujuan atau ekspektasi di tempat yang bisa diakses banyak orang, ukuran yang spesifik, dan juga tenggat waktu yang ditetapkan. Kejelasan seperti ini akan membantu pengguna dalam melaksanakan tugas-tugasnya dan mempertanggungjawabkannya.

Mendelegasikan wewenang

Untuk menyiapkan kultur tanggung jawab dan mewariskannya ke anggota tim yang lain sebagai pemimpin seharusnya mulai memberikan wewenang kepada salah satu anggota tim. Berikan tanggung jawab yang lebih ke salah satu dari mereka. Tujuannya untuk melatih mereka memegang tanggung jawab lebih, tanggung jawab untuk membagi pekerjaan dengan rekan satu tim.

Mengukur dan review hasil

Demi mencapai tujuan dan membangun kebiasaan yang baik tugas terpenting bisnis adalah mengukur dan me-review setiap hasil yang dicapai bersama dengan anggota tim. Dalam review ini nantinya diharapkan bisa mendapatkan hasil yang bisa dievaluasi bersama, baik evaluasi positif maupun evaluasi negatif. Dengan demikian jika ditemukan permasalahan bisa dievaluasi bersama sejak dini.

Strategi Mengelola Keuangan sebelum Mendirikan Startup

Menciptakan perusahaan dengan tata kelola keuangan yang efisien adalah impian bagi setiap perusahaan, terutama startup. Akan tetapi mengelola uang itu bukan perkara mudah. Bagi startup dengan keuangan yang terbatas, artikel ini akan membahas beberapa tips mengelola keuangan yang perlu diperhatikan sebelum mendirikan startup.

1. Mengelola arus kas perusahaan adalah kunci utama

Ada berbagai alasan di balik gagalnya sebuah startup, salah satunya yang biasa terjadi adalah kehabisan nafas untuk pendanaannya. Oleh karena itu, Anda harus tahu detail ke mana gerak keluar masuknya uang. Jika tidak, sama saja dengan membahayakan posisi perusahaan Anda sendiri.

Tidak masalah seberapa bagus ide yang dimiliki, yang pasti saat Anda kehabisan uang, Anda tidak bisa bergerak mau bagaimanapun juga. Solusi yang tepat untuk hal ini, buatlah estimasi pendanaan yang cukup dan disiplin saat menerapkannya.

2. Pantau seluruh pengeluaran

Saat mendirikan startup, ada banyak pengeluaran yang mau tak mau harus Anda lakukan. Merekrut tenaga kerja baru untuk tahap awal startup baru berdiri, bukan solusi yang tepat karena bakal memakan banyak biaya. Oleh karena itu, gunakan semacam software akuntansi agar pengeluaran Anda tetap terkendali.

Menggunakan software seperti ini, tidak hanya efisien namun juga dapat membantu Anda saat harus berhadapan dengan urusan pajak. Seiring perusahaan tumbuh, ilmu akuntansi yang dipakai pun akan semakin rumit, di sanalah saat yang tepat bagi Anda untuk merekrut tenaga profesional.

3. Tetap optimis meski tetap bersiap untuk yang terburuk

Anda tidak pernah tahu apa yang bakal terjadi saat memulai bisnis, jadi solusi terbaik yang perlu Anda siapkan adalah membekali diri dengan segala persiapan sebelum situasi terburuk. Jangan tiba-tiba memutus sumber penghasilan Anda, sebelum Anda yakin dengan bisnis yang baru secara nominal dapat menggantikan penghasilan lama.

Buatlah rekening tabungan yang berfungsi sebagai dana simpanan darurat pribadi dan perusahaan. Dana tersebut hanya bisa dipakai bila Anda benar-benar dalam kondisi terjepit dan tidak memiliki dana lain yang bisa digunakan.

4. Menetapkan tujuan perusahaan

Alih-alih mengatakan, “Saya ingin bangun perusahaan bernilai miliaran rupiah,” sebaiknya Anda alihkan dengan membuat rencana keuangan yang terukur, sehingga cukup realistis untuk dicapai.

Buatlah catatan target secara bulanan, mingguan, bahkan harian untuk membuat Anda tetap berada di jalur yang tepat dan tumbuh secara konstan. Anda pun dapat memprediksi kapan pencapaian tertinggi dapat terealisasi, setelah beberapa target kecil berhasil dilampaui.

Apabila berhasil melewati target-target skala kecil yang Anda buat sendiri, bakal timbul rasa percaya diri yang membuat Anda terus yakin untuk melaju sebagai seorang wirausaha sejati.


Andriansyah Agustian turut berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Tips Sederhana Merencanakan Keuangan Bagi Startup

Salah satu masalah krusial bagi startup adalah mengelola keuangan. Bagi sebagian besar startup yang memulai bisnis dengan dana “pas-pasan” menjadi tugas utama merencanakan pengelolaan keuangan sejak dini. Berikut beberapa tips yang bisa dilakukan untuk membantu merencanakan keuangan bagi startup.

Mengenali cash flow bisnis yang dijalankan

Meski tidak semua pendiri atau tim awal sebuah startup memiliki latar belakang ilmu finansial mempelajarinya adalah sebuah kewajiban. Setidaknya para pendiri harus tahu bagaimana cash flow bisnis yang mereka jalankan. Bukan hanya soal keuntungan dan kerugian, tetapi juga rincian keuangan yang utuh. Pengeluaran yang berulang, tagihan dan hal lain harus diantisipasi dan harus diawasi. Sangat penting untuk menjaga cash flow, jangan sampai startup runtuh karena pengelolaan cash flow yang berantakan.

Datangkan konsultan untuk layanan yang spesifik

Mencari talenta berbakat adalah sebuah masalah bagi startup. Ketersediaan dan biaya terkadang menjadi benturan tersendiri. Khusus untuk biaya, hal ini bisa disiasati dengan mendatangkan konsultan. Bukan untuk jangka panjang, tetapi hanya untuk sementara. Di sini ada dua keunggulan, pertama masalah yang ada bisa dikonsultasikan termasuk rencana-rencana ke depan, yang kedua adalah tim yang ada bisa belajar, setidaknya dari pengalaman konsultan tersebut. Hal ini akan lebih menghemat pengeluaran bisnis dibanding mengontrak jangka panjang ahli di bidangnya.

Menerapkan disiplin keuangan yang ketat

Setelah berhemat dengan beberapa strategi yang sebelumnya dijelaskan tips selanjutnya adalah menerapkan disiplin keuangan yang ketat. Ini kaitannya dengan menahan diri untuk dengan mudah mengeluarkan uang dari kas perusahaan.

Hindari pengeluaran yang tidak begitu penting, misalnya membeli perlengkapan kantor yang sifatnya dekorasi atau hanya sebuah hiasan. Perkirakan lonjakan pengeluaran dan selalu analisis bagian mana yang bisa dikurangi dari hal tersebut.

Untuk membeli kebutuhan kantor salah satu cara berhemat adalah memanfaatkan kode promo dari situs atau aplikasi belanja online yang ada. Terlihat sederhana tapi ini sangat membantu dalam upaya berhemat.

PopLegal Bantu Pengurusan Dokumen Legal dan Hukum dengan Medium Digital

Mengurus perizinan, legal dan dokumen-dokumen hukum lainnya kerap menjadi permasalahan bagi perorangan atau usaha kecil menengah di Indonesia. Ketidaktahuan dan minimnya informasi sering menjadi penyebabnya. Permasalahan ini justru menjadi sebuah peluang bagi sebagian orang, salah satunya adalah mereka yang berada di belakang PopLegal.

PopLegal merupakan sebuah layanan yang bisa membantu penggunanya mendapatkan dokumen perjanjian bisnis dan legal, memperoleh for administrasi, dan mengolahnya secara real time. Fungsi-fungsi tersebut dihadirkan khusus dalam paket layanan PopLegal.

Minimnya kesadaran hukum dan akses ke informasi mengenai legal dan hukum di masyarakat yang masih minim menjadi salah satu alasan utama PopLegal didirikan. Berbalut teknologi terkini khas bisnis rintisan atau startup PopLegal menjanjikan akses informasi dan dokumen tentang legal dan hukum secara mudah.

PopLegal sendiri bekerja layaknya platform yang menyajikan penyederhanaan proses pembuatan dokumen bisnis dan legal melalui fitur-fitur yang mereka miliki. Selain itu PopLegal juga akan bertindak sebagai penyedia informasi normatif terkait permasalahan hukum umum yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dengan mengutamakan kebutuhan terharap pengguna individu dan UMKM.

Dalam keterangannya kepada DailySocial, PopLegal sampai saat ini memiliki tim khusus untuk masalah legal. Kurang lebih ada lima orang profesional yang menjadi tim Legal Architect yang siap untuk membantu semua pengguna PopLegal.

PopLegal dan fitur-fiturnya

Mudah dan real-time adalah kunci dari layanan yang coba diupayakan oleh PopLegal. Untuk mewujudkan hal itu mereka telah menyiapkan beberapa fitur antara lain, Doc-Gen (Document Generator) yang berfungsi memudahkan pengguna membuat dokumen perjanjian, legal atau lainnya. Dalam Doc-Gen telah disiapkan untuk membantu pengguna menyusun kalimat-kalimat perjanjian di dalamnya.

Fitur selanjutnya adalah Document Management System. Fitur ini membantu pengguna mengelola dokumen mereka dan mengeditnya secara real-time. Pengguna juga bisa mengundang dan berbagai dengan pengguna lain yang bersangkutan dalam pembuatan dokumennya.

Fitur terakhir yang menjadi andalan adalah PopSupport. Sebuah fitur yang memungkinkan pengguna menyelesaikan masalah mengenai legal dan hukum. Seperti kesulitan mencari advokat, notaris, dan lain-lain.

Untuk tahun ini startup yang juga merupakan peserta program akselerasi GnB Accelerator periode kedua ini masih berusaha untuk mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya dokumen legal dan hukum sekaligus memperkenalkan layanan PopLegal. Mereka juga berencana untuk menjalin kera sama dengan asosiasi-asosiasi di Indonesia, khususnya di Jakarta.

Dalih Millennials Sering Berpindah Tempat Kerja

Generasi millennial dikenal sebagai seorang pekerja yang cenderung lebih suka berpindah-pindah tempat kerja. Hal tersebut salah satunya disimpulkan oleh Perhimpunan Manajemen SDM Indonesia dalam diskusi yang diadakan Agustus tahun lalu.

Tren tersebut ternyata benar adanya. Beberapa startup mengaku keluar masuknya talenta dalam tubuh bisnis menjadi hal yang sangat biasa. Tak mengherankan jika setiap hari di layanan listing lowongan pekerjaan, media teknologi dan jejaring profesional, hampir setiap hari selalu ada lowongan pekerjaan yang ditawarkan oleh startup di Indonesia.

Berikut ini adalah dalih yang sering dilontarkan Generasi Y untuk berpindah tempat kerja.

Mencari pengalaman baru

Ini menjadi alasan yang paling banyak dijadikan justifikasi. Beberapa orang yang merasa pengalamannya tidak bertambah di tempat kerja yang dinaunginya, sehingga ketika ada kesempatan berpindah, maka ia tak menyia-nyiakannya. Namun menurut beberapa orang, mereka merasa dibatasi, sehingga tidak berkembang sesuai yang ia inginkan, baik dalam koneksi dengan rekanan atau kompetensi dari bidang yang ia geluti.

Tak sedikit orang yang memilih untuk bertahan di suatu startup. Kebanyakan disebabkan karena faktor lingkungan kerja dan pimpinan yang membebaskan ia berekspresi. Mengizinkan untuk berkomunikasi langsung dengan rekanan bisnis, memberikan kesempatan untuk memimpin dan memberikan keterbukaan kepada pekerja tersebut.

Pengalaman di lingkungan kerja tak melulu soal tugas baru yang harus dikerjakan, namun juga meliputi kesempatan-kesempatan untuk mencicipi dunia yang lebih luas.

Sistem “birokrasi” yang tidak jelas

Ada startup berukuran kecil maupun medium, namun memiliki aturan yang ditegakkan, sesuai dengan SOP bisnis yang sering diadopsi korporasi. Ada juga yang tidak jelas, hingga memunculkan banyak “drama” di sana-sini. Bagi beberapa orang, aturan yang tidak jelas sangat mengganggu, terlebih untuk millennials yang sedikit-sedikit “baper”. Perlu kejelasan, dengan mekanisme yang gamblang dan yang paling penting transparan.

Jika menempatkan di sisi startup, maka menjadi kewajiban pemimpin untuk tidak seenaknya sendiri mengubah-ubah aturan sesuai yang ia mau, dan yang terparah justru menyesuaikan mood-nya. Sebuah kesalahan besar. Hal ini biasa terjadi pada sistem kerja yang tidak bisa membedakan batasan antara profesionalitas dan kekerabatan atau bahkan kekeluargaan.

Semua harus memiliki porsi yang pas dan ditempatkan secara bijak. Terkait dengan aturan, jangan sampai para pekerja merasa tidak nyaman dengan dinamika yang terlalu dibuat-buat.

Faktor pemimpin

Tak jarang menemui orang yang begitu tertarik masuk ke sebuah startup karena sangat terkagum dengan founder-nya. Namun banyak pula yang akhirnya keluar karena “sakit hati” atas kebijakan yang sering diambil pemimpin perusahaan tersebut. Lagi-lagi sikap profesional pemimpin bisnis yang tidak ditegakkan justru memicu hal ini, misalnya terlalu pilih-pilih, terkesan selalu tidak percaya, hingga selalu menabur janji manis yang sering tidak diingat.

Startup membutuhkan akselerasi kencang bisnisnya. Menghadapi dinamika yang ada, startup perlu memiliki kompetensi talenta yang terukur. Memiliki pekerja yang loyal cenderung akan mampu membawa perusahaan untuk berproduksi lebih cepat, dengan pengalaman dan kultur kerja yang sudah menjadi bagian dari kesehariannya, bisnis tidak lagi membuang-buang waktu untuk memberikan waktu beradaptasi bagi pekerjanya.