Tag Archives: operator telekomunikasi

Industri telekomunikasi Indonesia di tahun 2021 mengeksplorasi model baru di bisnis digital hingga mempersiapkan ekosistem 5G / Sumber: Telkomsel

[Kaleidoskop 2021] Catatan Penting Menyambut Babak Baru Industri Telekomunikasi

Investasi ke startup decacorn, konsolidasi antar-operator, hingga akuisisi perusahaan internet, merupakan tiga dari sekian banyak aksi korporasi yang menarik perhatian industri telekomunikasi Indonesia di sepanjang 2021.

Industri telekomunikasi juga menatap optimismenya di 2022 dengan proyeksi pertumbuhan 4% di bisnis konektivitas, 8% di TIK, dan digital sebesar 12%, meski operator sempat kesulitan meraup pendapatan di masa awal pandemi Covid-19.

DailySocial merangkum beberapa aksi korporasi besar di 2021, proyeksi pertumbuhan, hingga insight yang dapat memberikan gambaran menyeluruh tentang masa depan industri telekomunikasi Indonesia selanjutnya.

Kaleidoskop telekomunikasi 2021

Pertama, Telkomsel menyuntik investasi tambahan ke Gojek senilai $300 juta atau sekitar Rp4,3 triliun pada Mei 2021. Investasi pertamanya dikucurkan pada November 2020 sebesar $ 150 juta atau Rp2,1 miliar.

Dalam laporan Info Memo Telkom di kuartal III 2021, Telkomsel disebut telah menikmati valuation benefit dari investasi ini. Adapun, Telkom dan Telkomsel akan melanjutkan kemitraan strategis dengan Gojek untuk mendigitalisasi UMKM dan mengakuisisi pengguna baru melalui ekosistem Gojek, mendorong mitra UMKM Gojek menjadi mitra reseller Telkomsel, dan meningkatkan akses outlet Telkomsel melalui layanan GoShop.

Kedua, industri telekomunikasi di Tanah Air mendapat angin segar dari pengumuman merger dan akuisisi (M&A) oleh Indosat Ooredoo dan Hutchison 3 Indonesia. Keduanya sepakat untuk menggabungkan bisnisnya menjadi “Indosat Ooredoo Hutchison” dengan nilai Rp85,6 triliun.

Managing Director of Ooredoo Group Aziz Aluthman Fakhroo mengungkap bahwa konsolidasi ini dapat membawa Indosat Ooredoo Hutchison sebagai operator telekomunikasi kedua terbesar di Indonesia dengan proyeksi pendapatan tahunan hingga $3 miliar atau sekitar Rp42,7 triliun. Asumsinya, pendapatan ini diperoleh dari penggabungan jaringan, frekuensi, keuangan, skala bisnis, dan SDM.

Sebelumnya, aksi M&A sudah lebih dulu dilakukan oleh PT Mobile-8 Tbk (FREN) mencaplok PT Smart Telecom dan melebur menjadi Smartfren. Kemudian aksi ini diikuti oleh PT XL Axiata Tbk (EXCL) yang mengakuisisi Axis senilai Rp8,6 triliun.

M&A, Investasi Nilai/Saham Keterangan
Telkomsel tambah investasi ke Gojek Rp4,3 triliun Suntikan investasi pertama senilai Rp2,1 triliun di 2020
Indosat Ooredoo akuisisi Hutchison 3 Indonesia (Tri) Rp85,6 triliun Efektif 4 Januari 2022
XL Axiata akuisisi LinkNet 66,03% saham LinkNet Tahap negosiasi Perjanjian Jual Beli (PJB)

Aksi korporasi 2021/Sumber: DailySocial, Bisnis Indonesia

Sementara, XL Axiata tengah melakukan negosiasi perjanjian jual beli (PJB) akuisisi saham PT Link Net Tbk (IDX: LINK) sebesar 66,03%. Rencana pengambilalihan saham ini terungkap lewat keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia pada 25 November 2021.

Mengutip CNN, aksi korporasi ini dilakukan sebagai strategi diversifikasi bisnis XL Axiata ke jaringan tetap (fixed connectivity). Adapun, XL tengah menggenjot pembangunan jaringan serat optik untuk mendorong bisnis jaringan dari segmen B2B.

Pemerintah sendiri melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) telah menerbitkan peta jalan Indonesia Digital 2021-2024, yang mana di antaranya mencakup peningkatan infrastruktur digital, pemberdayaan masyarakat untuk mengembangan digital, dan mendorong Indonesia sebagai produsen teknologi.

Sumber: Kementerian Komunikasi dan Informatika

Sebagai informasi, pembangunan infrastruktur digital terdiri dari infrastruktur fisik; pembangunan internet di pedesaan, peningkatan kapasitas 4G dab 5G, jaringan serat optik, kabel laut, satelit, BTS, dan ponsel, serta infrastruktur non-fisik; cloud dan aplikasi, untuk mendukung kegiatan ekonomi digital.

Proyeksi telekomunikasi 2022

Ketua Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) Ririek Adriansyah melihat industri telekomunikasi di dunia, termasuk Indonesia, sudah mulai menunjukkan tren positif dibandingkan ketika pertama kali menghadapi pandemi Covid-19. Ia memproyeksi tren ini terus berlanjut hingga tahun depan.

Dalam paparan “Outlook Industri Telekomunikasi 2022” oleh Indotelko, pertumbuhan pendapatan industri secara keseluruhan diestimasi mencapai 3% (YoY). Apabila dirinci, bisnis konektivitas diestimasi tumbuh 4%, Teknologi, Informasi, Komunikasi (TIK) 8%, dan bisnis digital sebesar 12% pada periode 2020-2024.

Proyeksi tersebut telah memperhitungkan tren pergeseran perilaku masyarakat yang mulai terbiasa beraktivitas secara digital, yang mana menurut Ririek sebanyak 90% masyarakat Indonesia diprediksi terus mempertahankan perilaku digital ini apabila pandemi selesai.

“Lini bisnis seluler, SMS dan voice call, diprediksi menurun karena orang semakin jarang menggunakannya. Sementara, layanan mobile data akan terus naik, tetapi unit price akan turun karena tingginya konsumsi,” ungkap Ririek beberapa waktu lalu.

Dengan proyeksi pertumbuhan tersebut, lanjut Ririek, hal ini dapat menjadi tantangan besar bagi operator karena mereka dituntut untuk berinvestasi di jaringan.

Kendati begitu, konsolidasi antara Indosat Ooredoo dan Tri Indonesia dinilai membawa angin segar bagi industri telekomunikasi di masa depan mengingat jumlah operator semakin menyusut, menyisakan pemain aktif: Telkomsel, Indosat Ooredoo Hutchison (branding usai merger), XL Axiata, dan Smartfren. Ditambah lagi, beberapa operator mulai merestrukturisasi portofolio bisnis telekomunikasi demi efisiensi, seperti melepas aset menara dan data center.

Ia juga memproyeksi pembangunan jaringan 5G beserta use case-nya akan terus berlanjut di Indonesia. Demikian juga dengan langkah digitasi dan digitalisasi operator telekomunikasi sejalan dengan upaya mereka mencari sumber pendapatan baru.

Yang perlu diantisipasi

Berdasarkan proyeksi dari lini bisnis digital, peluang operator telekomunikasi untuk mengeksplorasi produk/layanan digital baru masih besar. Operator belajar dari pengalaman dan kegagalan terdahulu ketika mengembangkan layanan digital, seperti uang elektronik dan marketplace. Ditambah, ekosistem digital di Indonesia semakin mapan sejalan dengan meningkatnya adopsi.

Pengamat Telekomunikasi ITB Ian Josef Matheus menilai sampai saat ini operator belum bisa membuat aplikasi yang dapat menyentuh masyarakat, dan punya ekosistem layanan lengkap yang dapat mengakomodasi berbagai keperluan, seperti Gojek dan OVO. Istilahnya, operator belum punya killer app yang relevan bagi basis penggunannya.

“Apabila operator bisa mencari tambahan [pendapatan] dari produk digital ataupun memiliki aplikasi sendiri, tentu hal ini akan membuat kualitas [jaringan] dan efesiensi menjadi besar. Atau misalnya, produk cloud dan konten tidak perlu dikerjakan atau dikembangkan semua oleh operator, tetapi bisa kolaborasi untuk mendorong peningkatan ARPU,” ujarnya beberapa waktu lalu.

Pendapatan Telkomsel Indosat XL Axiata
9M21 Rp65,14 triliun (+0%) Rp23,1 triliun (+12%) Rp19,8 triliun (+0,7%)
9M20 Rp65,13 triliun Rp20,6 triliun Rp19,6 triliun
EBITDA Telkomsel Indosat XL Axiata
9M21 Rp39,4 triliun (+1,9%) Rp10,4 triliun (+22,7%) Rp9,9 triliun (+0,1%)
9M20 Rp38,4 triliun Rp8,5 triliun  Rp9,8 triliun
Pelanggan Telkomsel Indosat XL Axiata
9M21 173,5 juta (+1,9%) 62,3 juta (+3,2%) 57,9 juta (+1,9%)
9M20 170,1 juta 60,4 juta 56,8 juta

Sumber: Info Memo Telkom, Indosat Ooredoo, XL Axiata Kuartal III 2021

Terlepas dari pertumbuhan ekosistem digital Indonesia yang semakin mapan, Sekjen Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi ITB Muhammad Ridwan Effendi menilai tidak semua operator memiliki kebebasan atau kemampuan untuk bisa fokus mengembangkan bisnis digital.

Alasannya, infrastruktur jaringan merupakan bisnis inti operator seluler. Memang tren ke depan tidak lagi mengandalkan bisnis dasar dari infrastruktur, seperti voice call dan SMS, sehingga perlu adanya sumber pendapatan baru. Akan tetapi bisnis digital perlu ditopang oleh infrastruktur yang andal, jadi mau tidak mau operator kembali lagi ke bisnis akarnya.

“Saat ini, jika melihat jumlah base transceiver station (BTS) keseluruhan, jelas Telkomsel lebih unggul dibanding operator lain, dan ditunjang oleh jaringan optik milik Telkom. Sementara, operator yang lain masih terkendala [dalam pembangunan jaringan]. Makanya, tidak masalah [Telkom dan Telkomsel] agresif di bisnis digital,” ungkapnya dihubungi DailySocial.

Di samping eksplorasi bisnis digital, Ridwan juga mengantisipasi dampak dari merger Indosat Ooredoo terhadap Tri terhadap industri. Peleburan Tri akan meningkatkan jumlah frekuensi yang dimiliki Indosat, dan kondisi ini akan memampukan perusahaan untuk meningkatkan kapabilitas jaringan dan layanan.

“Juga, yang paling dinantikan di tahun depan adalah operator harus siap-siap mengeluarkan kocek untuk lelang frekuensi 5G setelah Analog Switch Off dimulai. Mereka perlu menyiapkan aplikasi yang menunjang untuk Industri 4.0.”

5G hingga eksplorasi bisnis digital

Dari kacamata penulis, sesungguhnya saya sempat ragu menantikan gebrakan baru di industri telekomunikasi Indonesia. Apalagi jika melihat realisasi pertumbuhan bisnis yang sempat stagnan. Operator juga tampak masih kesulitan mencari model yang tepat untuk mengeksplorasi lini digital sebagai sumber pendapatan baru selama beberapa tahun terakhir.

Namun, jika melihat sejumlah aksi korporasi operator di sepanjang 2021 dan ke belakang, saya cukup excited mengantisipasi apa yang akan terjadi di industri ini tahun depan.

Saya menyoroti sejumlah hal penting. Pertama, merger antara Indosat Ooredoo dan Hutchison 3 Indonesia otomatis merampingkan jumlah operator di Indonesia, membuat kompetisi antar-pemain semakin sehat tanpa perlu perang harga. Operator dapat fokus memenuhi pembangunan jaringan secara nasional.

Bisa jadi dalam 1-2 tahun ke depan, kita akan kembali mendengar aksi konsolidasi serupa. Skenario paling memungkinkan antara XL Axiata dan Smartfren. Selama satu dekade ini, Smartfren belum pernah mengecap keuntungan. Plus, keduanya santer dikabarkan akan merger. Jika ini direalisasikan, XL dan Smartfren bakal sama-sama mengalami aksi M&A kedua kalinya. Sebelumnya, XL mencaplok Axis, dan Mobile-8 melakukan merger dengan Smart Telecom.

Kedua, harapannya operator mulai mempersiapkan pengembangan use case layanan 5G sejalan dengan upaya pemerintah melakukan Analog Switch Off (ASO) dalam tiga tahap di 2022 untuk mempercepat implementasi 5G di frekuensi emas.

5G memang dikatakan sebagai game changer, tetapi semua itu tidak akan ada artinya tanpa ekosistem layanan dan perangkat, baik itu ponsel maupun perangkat-perangkat lain yang dapat terhubung di masa depan. Toh saat ini 5G belum digelar secara nasional karena keterbatasan spektrum. Masih ada waktu untuk mempersiapkan ekosistem pendukungnya.

Ketiga, saya cukup menantikan eksplorasi model bisnis digital lainnya dari operator telekomunikasi. Sejak dua tahun terakhir, operator telah mencoba melakukan berbagai gebrakan demi meningkatkan nilai tambah layanan dan mencari sumber pendapatan baru.

Salah satu gebrakan ini adalah layanan prabayar digital berbasis aplikasi yang dikeluarkan oleh Telkomsel, Indosat, XL, dan Smartfren. Operator seluler menggunakan pendekatan berbeda agar lebih luwes mengakuisisi pengguna baru tanpa embel-embel branding operator.

Pendekatan tanpa branding operator juga dipakai untuk masuk ke bisnis digital non-telekomunikasi. Telkomsel berani masuk ke layanan edtech (Kuncie) dan healthtech (Fita), dua vertikal yang mungkin belum pernah menjadi diversifikasi layanan digital operator di Indonesia. Selama ini, operator telekomunikasi mengembangkan layanan digital yang masih relevan dengan bisnis utama mereka, seperti IoT, big data, dan hiburan (musik, video, games) baik dikembangkan sendiri maupun lewat skema investasi atau kemitraan strategis.

Berdasarkan wawancara DailySocial dengan petinggi Kuncie dan Fita, Telkomsel menggunakan pendekatan berbeda pula pada pengelolaan bisnisnya, yakni keleluasaan mengembangkan produk dengan growth mentality ala startup. Jika keduanya memberikan performa baik, Kuncie dan Fita berpotensi di-spin off agar bisa akselerasi lebih cepat. Saat ini, Kuncie mengantongi satu juta unduhan, sedangkan Fita lebih dari 500 ribu unduhan aplikasi di Google Play Store.

Berkaca dari perjalanan produk unggulan digital Telkomsel, Tcash baru bisa mengecap pertumbuhan pemakaian besar ketika di-spin off dan di-rebranding menjadi LinkAja. Sebelum rebranding, Tcash hanya punya 20 juta pengguna. Usai lepas dari Telkomsel, pengguna LinkAja melesat menjadi 70 juta per Juni 2021.

Indosat juga cukup agresif mengembangkan ekosistem layanan digital yang lengkap meski masih memiliki asosiasi kuat dengan branding-nya. Di tahun ini, anak usaha Ooredoo Group ini meluncurkan platform gaya hidup IMove dengan konsep gamifikasi dan platform IM Gaming yang menyediakan berbagai layanan bagi para gamer, mulai dari bermain dan berkompetisi, menonton game, dan membeli item dalam permainan.

Sebagai kesimpulan, pengembangan bisnis digital memang identik dengan investasi besar, dinamika tren, dan akselerasi produk yang cepat. Kriteria ini sulit dipenuhi oleh nature bisnis operator. Namun, dengan perkembangan ekonomi digital dan ekosistem yang makin mapan, operator telekomunikasi kini memiliki peluang dan opsi yang beragam untuk meningkatkan value added dan mencari sumber pendapatan baru.

Telkomsel 5G

Telkomsel Uji Laik Operasi 5G, Siapkan Ekosistem Layanan Menyeluruh

PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) mulai melaksanakan Uji Laik Operasi (ULO) untuk implementasi teknologi 5G. Telkomsel menyebut sebagai operator telekomunikasi pertama yang melakukan ULO 5G di Indonesia.

Dalam keterangan tertulisnya, Direktur Utama Telkomsel Setyanto Hantoro mengatakan bahwa pihaknya telah berkoordinasi secara intensif dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) terkait ULO tersebut.

“Kami ingin memastikan agar implementasi 5G tidak hanya dapat dilakukan dalam waktu dekat, tetapi juga dapat dilakukan sesuai regulasi dan memberikan manfaat optimal bagi semua lapisan masyarakat,” ujar Setyanto.

Sebagaimana diketahui, ULO merupakan salah satu persyaratan yang dipenuhi untuk mengimplementasi teknologi baru. Persyaratan telah diatur dalam Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 1 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi.

ULO dilaksanakan dalam rangka menguji seluruh sarana dan prasarana yang telah selesai dibangun. Tujuannya adalah memastikan bahwa perangkat dan semua aspek layanan (produk, kualitas, tarif, hingga pra dan purna jual) siap dioperasikan serta tidak merugikan konsumen ke depan.

Mengutip Kompas.com, Menkominfo Johnny G. Plate mengungkap, Telkomsel akan mengomersialisasikan 5G di enam lokasi residensial di Jakarta dan sekitarnya untuk tahap awal. Keenam lokasi ini antara lain Kelapa Gading, Pondok Indah, PIK, BSD, Widya Chandra, dan Alam Sutera.

Menyiapkan ekosistem menyeluruh

Lebih lanjut, Setyanto menyebutkan pihaknya telah mempersiapkan komersialisasi 5G selama empat tahun terakhir, mulai dari membangun pengetahuan tentang 5G, mengembangkan talenta, dan menyiapkan rencana komprehensif untuk menghadirkan 5G ke Indonesia.

Menurutnya, hal ini perlu dipersiapkan secara matang mengingat komersialisasi 5G bergantung pada ekosistem menyeluruh. Telkomsel menyebut telah berkolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan mulai dari mitra penyedia infrastruktur dan teknologi, penyedia perangkat, platform aplikasi, dan pemerintah selaku pemegang otoritas dari ketersediaan frekuensi.

Salah satu kolaborasi besar yang tengah dipersiapkan Telkomsel adalah melalui investasinya ke Gojek senilai $150 juta atau setara Rp2,1 triliun pada akhir 2020. Aksi korporasi ini kembali berlanjut di mana Telkomsel kembali menambah investasi kedua dengan nilai yang lebih besar, yaitu $300 juta atau Rp4,3 triliun pada awal Mei ini.

Upaya ini menjadi strategi kunci Telkomsel untuk memperkuat trifecta bisnis digital perusahaan, yaitu Digital Connectivity, Digital Platform, dan Digital Services. Dengan ekosistem besar milik Gojek Group, kedua perusahaan sepakat untuk memperkuat layanan digital dan mendorong inovasi dan produk baru.

“Nantinya, layanan 5G kami tidak hanya untuk segmen consumer, tetapi juga untuk B2B dan UMKM. Kami harap 5G dapat memberdayakan segmen consumer untuk mengubah cara kerja, hidup, dan menikmati hiburan berbasis digital,” paparnya.

Di segmen B2B, Telkomsel akan menghadirkan layanan 5G untuk mengubah bisnis lewat teknologi Artificial Intelligence (AI) dan Mixed Reality (MR). Setyanto menambahkan bahwa 5G akan meningkatkan produktivitas yang lebih tinggi dan inovasi lebih besar.

Menang lelang frekuensi

Di saat bersamaan, Telkomsel juga mengumumkan secara resmi tentang penetapannya sebagai pemenang seleksi spektrum 2,3GHz. Penetapan ini sesuai dengan Keputusan Kemkominfo untuk Keperluan Penyelenggaraan Jaringan Bergerak Seluler Tahun 2021.

Telkomsel mendapatkan tambahan pita frekuensi selebar 20MHz di spektrum tersebut. Dengan demikian, komposisi lisensi frekuensi yang dimiliki Telkomsel antara lain total 50MHz di spektrum 2,3GHz (30MHz untuk alokasi penggunaan nasional dan 20MHz untuk alokasi per zona/bukan nasional), sebesar 15MHz di 2,1GHz, lalu 22,5MHz di 1,8GHz, dan 15MHz di spektrum 800/900MHz.

Kendati demikian, beberapa pihak sempat mempertanyakan ULO ini mengingat pemerintah belum menerbitkan payung hukum tentang penyelenggaraan 5G. Adapun, Institut Teknologi Bandung (ITB) dalam studinya memperkirakan jaringan 5G di Indonesia baru dapat dirilis secara komersial paling cepat pada akhir 2021.

Konsultan PT LAPI ITB Ivan Samuels mengatakan, perkiraan ini berdasarkan dua skenario, yakni (1) skenario dasar dengan asumsi spektrum kunci 5G dapat dirilis dari 2021-2023; dan (2) skenario agresif dengan asumsi seluruh spektrum 5G dapat tersedia di akhir 2021.

Application Information Will Show Up Here

Telkom Kembali Adakan Program Inkubasi untuk Developer Game Lokal

Menurut Newzoo, pasar game di Indonesia mencapai US$879,7 juta. Pada 2018, angka itu naik menjadi US$1,1 miliar. Sementara dalam laporan The Global Mobile Game Confederation (GMGC) SEA Mobile Report 2017, disebutkan bahwa pasar game di Indonesia bertumbuh 37,3 persen setiap tahunnya selama 4 tahun dari 2013 sampai 2017. Sayangnya, tidak banyak developer lokal yang mendapatkan untung dari besarnya pasar game Indonesia. Data dari Asosiasi Game Indonesia (AGI) menyebutkan, hanya 8 persen dari total pendapatan industri game yang masuk ke perusahaan di Indonesia. Sementara dari total game yang dijual, hanya 0,4 persen yang dibuat oleh developer lokal.

Besarnya pasar game Indonesia, membuat Telkom tertarik untuk masuk ke industri game. Saat ini, mereka hanya menjadi aggregator untuk game dan menyediakan platform pembayaran. Namun, mereka menyebutkan bahwa ke depan, mereka juga ingin membuat game developer sendiri melalui inkubator mereka. Telkom menyelenggarakan program inkubasi untuk game startup pertama pada September 2019. Ketika itu, mereka bekerja sama dengan Agate International. Batch pertama dari Program Indigo Game Startup Incubation menghasilkan 10 game startup.

Sumber: Newzoo
Sumber: Newzoo

“Program Indigo Game Startup Incubation merupakan salah satu langkah awal Telkom Indonesia dalam memajukan industri game di Indonesia. Game will be the future of digital business. Let’s growing it and be serious at it,” kata Direktur Digital Business Telkom, Faizal Rochmad Djoemadi dalam pernyataan resmi. Dia menyebutkan, ketiadaan modal adalah masalah utama yang ditemui oleh game startup yang ikut serta dalam batch pertama program inkubasi mereka. Selain itu, pengetahuan para developer lokal tentang industri game juga terbatas. Ini membuat game mereka sulit untuk bertahan lama karena pihak developer tak memiliki kemampuan untuk menjangkau orang-orang yang menjadi target pasar mereka.

Karena itu, Telkom kembali mengadakan program Indigo Game Startup pada Februari 2020. Pendaftaran untuk program Indio Game Startup Incubation batch dua sudah dibuka sejak 31 Januari 2020. Selain itu, Telkom juga akan mengadakan roadshow ke lima kota besar di Indonesia, yaitu Bandung, Jakarta, Malang, Surabaya, dan Yogyakarta. Tahap pertama dari program inkubasi ini adalah bootcamp yang akan berlangsung selama satu bulan. Di sini, peserta boleh membuat game baru atau menyelesaikan game yang tengah mereka kembangkan. Selain itu, peserta juga boleh mengikuti online course DILo Game Academy.

Tahap kedua adalah inkubasi. Telkom akan menentukan developer yang bisa masuk ke tahap ini. Tahap inkubasi berlangsung selama tiga bulan. Developer yang terpilih untuk masuk ke tahap inkubasi akan mendapatkan dana dan mentor untuk mengembangkan game mereka. Selain itu, Telkom juga menyediakan ruangan bagi developer untuk bekerja agar mereka bisa menjadi lebih produktif. Telkom bahkan memberikan kesempatan untuk menguji game mereka ke target pasar untuk memvalidasi cara monetisasi dalam game. Pada akhir program inkubasi, developer yang dipilih bisa memamerkan game mereka pada mitra publisher.

Strategi Operator Tri

Strategi Operator Tri Bidik Pelanggan Baru, Tambah BTS dan Galakkan Program Loyalitas

Hutchison Tri Indonesia (Tri) mengungkapkan segera bangun 8 ribu BTS baru. Hal tersebut dilakukan demi merealisasikan ambisi mereka untuk dapatkan tambahan 10 juta pelanggan sampai akhir tahun 2019.

Hanya saja Chief Commercial Officer Tri Dolly Susanto enggan menyebut lokasi mana saja yang akan dibidik. Disebutkan saat ini Tri sudah mengoperasikan 55.100 unit BTS yang tersebar dari Aceh hingga Gorontalo, dengan jaringan fiber optik sepanjang 16 ribu km.

Selaras dengan strategi tersebut, kali ini perusahaan meluncurkan kembali program loyalitas Bonstri yang menggaet anak muda sebagai target pelanggan. Dolly menyebut Tri memiliki sekitar 37 juta pelanggan, sekitar 80% di antaranya datang dari anak muda. Dan dari total golongan muda tersebut, 90% di antaranya adalah generasi Z.

“Kami mau gelar hampir 8 ribu sites 4G. Sekarang pelanggan kami kebanyakan sudah berada di jaringan 4G,” kata Dolly, Selasa (11/12).

Program Bonstri adalah cara Tri untuk mendorong loyalitas pengguna dengan berbagai keuntungan hanya dengan menukar poin untuk berbagai penawaran. Mulai dari voucher belanja di situs e-commerce, wisata, kuliner, akomodasi, hiburan, hingga paket internet/data Tri.

Secara total ada 2 ribuan produk dari 222 merchant yang telah bergabung untuk memanjakan para pelanggan Tri. Bonstri hanya bisa diakses lewat aplikasi Bima+.

Dolly turut mengatakan, sekitar 12,2 juta pelanggan Tri telah mengakses Bima+ sejak pertama kali diluncurkan pada 1,5 tahun lalu.

“Makin hari pengguna Bima+ terus bertambah. 95% di antaranya selalu bolak balik ke aplikasi setiap harinya. Makanya kami hadirkan kembali Bonstri dengan banyak pembaruan fitur agar pengguna bisa mendapatkan apa saja yang mereka mau.”

Lewat inovasi ini, Dolly ingin kembali mengukuhkan posisi Tri sebagai digital lifestyle provider terdepan di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

nPerf Rilis Laporan Penilaian Kecepatan Koneksi Internet Mobile di Indonesia

Dalam laporan bertajuk “Barometer of Mobile Internet Connections in Indonesia”, nPerf menguji kecepatan layanan internet dari enam penyedia operator seluler Indonesia di paruh pertama tahun 2018.

nPerf adalah salah satu software benchmark mobile internet populer yang dipakai untuk mengukur kecepatan dan kualitas jaringan seluler di seluruh dunia.

Secara total, dalam surveinya nPerf melakukan 319.552 kali tes meliputi kecepatan downloading, streaming, dan browsing.

Hasilnya Smartfren dinobatkan duduk di peringkat pertama dengan kecepatan unduhan rata-rata sebesar 13,94 Mbps. Disusul oleh Telkomsel 6,27 Mbps. Posisi ketiga ada Bolt dengan kecepatan 5,85 Mbps, diikuti XL Axiata 5,41 Mbps, Indosat Ooredoo 2,82 Mbps, dan terakhir ada Tri 2,75 Mbps.

Angka ini merupakan rata-rata yang di ambil dari semua generasi teknologi seluler masing-masing operator, baik 2G, 3G, dan 4G.

“Kecepatan unduhan Smartfren meningkat 45% dibandingkan 2017, lebih tinggi daripada XL Axiata 24%. Sedangkan Bolt dan Telkomsel turun secara rata-rata,” tulis nPerf dalam laporannya.

Selain mencatat kecepatan unduhan rata-rata tertinggi, Smartfren mencatatkan kinerja latensi yang sangat baik sebesar 68,98 ms, sehingga tergolong kriteria ideal untuk kegiatan yang membutuhkan konektivitas stabil seperti game online. Kemudian disusul XL Axiata 85,53 ms, dan Tri 92,64 ms.

Hasil uji streaming dan browsing

Kendati unggul di kecepatan unduhan, Smartfren masih kalah dalam menjaga performa untuk streaming dan browsing. Untuk browsing saja (di luar YouTube), Smartfren mencatatkan rata-rata kecepatan 21,99%. XL Axiata (21,03%) dan Telkomsel (28,87%) lebih unggul soal kecepatan browsing.

Sementara dalam tes streaming, nPerf mengukur kualitas jaringan menonton video di platform streaming YouTube. Hasilnya XL Axiata (65,16%) unggul, lalu diikuti Bolt (64,58%), Tri (62,83%), dan Telkomsel (61,34%). Smartfren ada di posisi kelima (55,78%), terakhir Indosat Ooredoo (51,8%).

Dari sisi unggahan, baik Smartfren dan Telkomsel bersaing ketat. Kecepatan unggah Telkomsel adalah 4,41 Mbps, sementara Smartfren 4,21 Mbps. Disusul XL Axiata (3,95 Mbps), Tri (2,83 Mbps), Indosat Ooredoo (2,33 Mbps) dan Bolt (1,08 Mbps).

“Telkomsel telah menyediakan kecepatan unggah terbaik pada paruh pertama tahun 2018, seperti pada tahun 2017. Namun, memperhatikan perkembangan Smartfren, XL Axiata, dan Tri yang sangat bagus, sementara Telkomsel secara signifikan terjadi penurunan dari kinerjanya.”

nPerf turut mencatat rasio jaringan 3G dan 4G dari masing-masing operator. Hasilnya menunjukkan Bolt dan Smartfren memiliki koneksi 4G yang nyaris 100%, masing-masing sebesar 99,98% dan 99,90%. Pencapaian ini bisa jadi dikarenakan keduanya tidak mengoperasikan jaringan di luar itu.

Sementara itu, Tri mencatat connection rate 73,35%, XL Axiata 69,90%, Telkomsel 63,08%, dan Indosat Ooredoo 60,17%.

Secara keseluruhan skor Smartfren yang diberikan nPerf untuk uji jaringan internet adalah 25.242 nPoint. Telkomsel menyusul dengan 21.692 nPoint, XL Axiata (20.353 nPoint), dan Bolt (15.573 nPoint).

CloudMAX, layanan penyimpanan dokumen dan media berbasis cloud dari Telkomsel / Telkomsel

Telkomsel Luncurkan CloudMax, Layanan Penyimpanan Berbasis Komputasi Awan

Bertujuan untuk memberikan ruang lebih kepada pelanggan, Telkomsel meluncurkan layanan penyimpanan berbasis komputasi awan bernama CloudMAX. Hanya dengan melakukan registrasi, pelanggan bisa langsung mendapatkan free trial layanan penyimpanan berbasis komputasi awan dengan kapasitas 10 GB selama 3 bulan pertama.

“Hadirnya layanan CloudMAX kami harapkan dapat memenuhi kebutuhan pelanggan secara menyeluruh dan dapat merasakan pengalaman mobile digital lifestyle yang lebih berkualitas dengan harga yang sangat terjangkau,” kata Vice President Digital Lifestyle Telkomsel, Crispin Tristram.

CloudMax bisa menjadi solusi bagi pengguna Telkomsel untuk melakukan back up dan restore berkas seperti foto, video, dan berbagai jenis dokumen lainnya dengan cepat, aman, serta dapat diakses kapan pun dan di mana pun melalui aplikasi mobile.

“Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak pelanggan Telkomsel yang menggunakan layanan penyimpanan berbasis cloud. Tercatat pertumbuhan pengguna layanan cloud yang terhubung dengan layanan Telkomsel tumbuh sekitar 35% pada tahun 2017.”

Sebelumnya Indosat Ooredoo juga telah menyediakan layanan serupa yang bernama Incloud.

Fitur berbagi “Family Cloud”

Untuk memberikan layanan lebih kepada pengguna selain fitur backup dan restore, CloudMax juga menyediakan berbagai fitur lain yang bermanfaat bagi pelanggan. Di antaranya adalah fitur “Family Cloud” dapat digunakan bersama-sama oleh beberapa pelanggan Telkomsel sekaligus, fitur “Memory Cleaner” mampu membuat ruang ekstra pada memori perangkat, fitur “Offline Mode” memungkinkan akses dokumen tanpa koneksi internet, fitur “Document Sharing” menyediakan link untuk berbagi dokumen, serta fitur “Facial Recognition” untuk mencari dan melihat foto berdasarkan wajah dari foto di CloudMAX.

“Layanan CloudMAX kami hadirkan sebagai jawaban bagi pelanggan yang membutuhkan penyimpanan dokumen di cloud yang tidak dibatasi memori perangkat. Dengan menggunakan CloudMAX Telkomsel, kini pelanggan bisa dengan leluasa menyimpan dan mengakses file kapan saja dan di mana saja,” kata Crispin.

Application Information Will Show Up Here

XL Axiata Gencar Komersialkan Jaringan 4,5G

XL Axiata makin gencar mengomersialkan jaringan 4,5G untuk publik seiring investasi infrastruktur yang sudah dikucurkan demi mendukung jaringan tersebut sejak tahun lalu.

“Kami sebenarnya sudah mulai komersialkan jaringan 4,5G untuk publik, namun baru tersedia di 20 outlet XL Center sebagai riset awal. Di sana pelanggan bisa merasakan sendiri kecepatan jaringan ini,” terang Chief Technology Officer (CTO) XL Axiata Yessie D Yosetya, Selasa (13/2).

Yessie menjelaskan ada tiga infrastruktur yang dipakai perusahaan untuk jaringan termutakhir tersebut. Mulai dari, Advanced Radio Technology yang menggunakan 4T4R 4×4 MIMO, 256QAM, carrier aggregation.

Kemudian, Multilayer Mobile Backhaul dengan peningkatan Transport hingga versi ke 5.0. Serta, Network Function Virtualization Core untuk permudah perusahaan dalam mengembangkan kapasitas dan fitur terbaru.

“Teknologi ini dukung 5G, sehingga saat industri sudah siap [dengan 5G] kita bisa langsung support.”

Keseluruhan infrastruktur ini disebut-sebut dapat membuat daya tahan baterai jadi lebih awet sampai 10 tahun, kecepatan tinggi antara 4-20 Gbps, latensi rendah kurang dari 1ms, dan koneksi aktif skala besar sampai >2000. Hanya saja, jaringan 4,5G baru bisa didukung oleh perangkat middle high-end keluaran terbaru.

Untuk tahapan penyebarannya pun menurutnya akan dilakukan secara bertahap dimulai dari kota besar dengan kebutuhan data tinggi. Seperti Jabodetabek, Bandung, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Bali.

“Kita harus pastikan saat investasi jaringan apakah daerah tersebut animo konsumsi datanya sudah tinggi atau belum. Kalau enggak, ngapain investasi ke daerah yang konsumsi datanya baru dimulai. Begitu ketika [konsumsi data] sudah tinggi, baru kita lanjut investasi lagi ke sana.”

Bangun hingga 12 ribu BTS baru

Untuk dukung komersialisasi 4,5G, XL Axiata juga akan menambah 10 ribu sampai 12 ribu BTS baru guna perluasan cakupan layanan 4G LTE, khususnya berlokasi di luar pulau Jawa. Dari total rencana BTS yang akan dibangun, sekitar 25% di antaranya akan diperuntukkan untuk jaringan 4,5G.

Anggaran yang akan dipakai XL Axiata untuk bangun BTS berasal dari alokasi belanja modal (capex) sekitar 90% atau senilai Rp6,3 triliun dari total capex di 2018 sekitar Rp7 triliun.

Sekadar informasi, perusahaan telah menjangkau 360 kota/kabupaten di Indonesia lewat jaringan 4G LTE ditopang oleh lebih dari 17 ribu BTS dan hampir 46 ribu BTS 3G. Dalam pembangunan jaringan data tersebut, wilayah di luar Pulau Jawa mendapatkan perhatian besar dengan persentase sebesar 60%.

Adapun jumlah pelanggan XL Axiata memiliki 53,5 juta pelanggan secara konsolidasi (XL dan Axis). Tercatat 72% dari total pelanggan atau senilai 38,3 juta telah menggunakan smartphone. Sementara, jumlah pelanggan yang aktif mengonsumsi layanan data mencapai 73%.

DStour #27: Mengunjungi Kantor Pusat Indosat Ooredoo

Pasca melakukan rebranding, kantor pusat Indosat Ooredoo kini lebih dinamis dengan nuansa warna cerah. Dilengkapi dengan fasilitas lengkap seperti play room, game room hingga kafetaria, Indosat Ooredoo mengusung tema ruang kerja terbuka dengan ruang pertemuan kecil hingga besar.

Selain itu kantor Indosat Ooredoo juga memiliki klinik dokter umum hingga dokter gigi khusus untuk karyawan dan keluarga. Untuk pertemuan dalam skala yang lebih besar, kantor Indosat Ooredoo memiliki auditorium yang luas cukup untuk seluruh karyawan. Mengedepankan teknologi terkini, Indosat Ooredoo juga memiliki Digital Engagement Center.

Berikut kunjungan DailySocial di kantor pusat Indosat Ooredoo.

Ericsson Akan Hadirkan Layanan Streaming TV

Dalam memuluskan langkah Ericsson untuk memasarkan produk layanan streaming TV di Indonesia yang tengah disiapkan saat ini, Ericsson dikabarkan tengah jajaki pendekatan dengan beberapa operator telekomunikasi Indonesia. Pendekatan tersebut dilakukan secara inisiatif oleh Ericsson yang melihat potensi bisnis yang begitu besar terhadap pasar perangkat mobile di Indonesia.

Continue reading Ericsson Akan Hadirkan Layanan Streaming TV

Bagaimana Caranya Startup Indonesia Mendapatkan Satu Juta Pengguna

Ada hal yang cukup mengganggu saya dalam 4 tahun belakangan, jumlah startup Indonesia bertumbuh sangat pesat dan memproduksi ratusan perusahaan berbasis konsumen setiap tahun, tetapi hampir tidak ada dari mereka ini yang mencapai satu juta pengguna. Paling banter mencapai ratusan ribu pengguna, namun tetap tidak sampai satu juta. Mengapa hal ini terjadi? Apakah belum ada yang bisa memecahkan kode untuk mencapainya?

Kebanyakan startup yang saya temui selalu berfikir bahwa mereka harus fokus pada pemecahan masalah, membangun produk yang hebat dan mendapatkan uang dari produk tersebut. Apa yang tidak dipikirkan oleh banyak orang adalah fakta bahwa mereka membutuhkan pengguna dari produk yang mereka hasilkan. Bagaimana mengajak orang untuk mendaftarkan diri mereka ke situs Anda dan menjadi anggota layanan Anda dan mendapatkan banyak keuntungan darinya. Persoalannya, tidak cukup banyak platform lokal yang bisa membantu anda mencapai satu juta pengguna.

Mari kita telusuri.

Continue reading Bagaimana Caranya Startup Indonesia Mendapatkan Satu Juta Pengguna