Tag Archives: Oswald Yeo

Co-Founder dan Country Manager Glints Indonesia Steve Sutanto dan Partner Monk's Hill Ventures Susli Lie / Glints

Tren Rekrutmen di Startup Tahun 2023

Pandemi berdampak signifikan pada industri talenta digital di Indonesia. Dengan banyaknya perusahaan yang menghadapi tantangan ekonomi, tidak sedikit dari mereka terpaksa mengurangi tenaga kerja yang dimiliki dengan dalih efisiensi, termasuk di sisi talenta digital.

Menurut laporan Asosiasi E-commerce Indonesia (iDEA), industri perdagangan digital pun juga mengalami peningkatan PHK yang signifikan akibat pandemi.

Dalam laporan yang dirilis oleh Glints dan Monk’s Hill Ventures bertajuk “Temuan Pergeseran Fokus Perekrutan ke Peran yang Lebih Menghasilkan Pendapatan bagi Startup di Indonesia”, terungkap bahwa krisis akan talenta teknologi terus berlanjut di Indonesia. Kebutuhan talenta teknologi tetap kuat, dengan penghasilan rata-rata 38% lebih tinggi daripada posisi non-teknologi lainnya.

“Terlepas dari PHK teknologi baru-baru ini, masih ada peluang untuk para pemain industri yang lebih tradisional karena mereka haus akan bakat. Untuk startup, mungkin ada beberapa tantangan, tetapi sekarang adalah waktu yang tepat untuk memulai dan mengembangkan bisnis dengan fokus pada profitabilitas,” kata Co-Founder dan Country Manager Glints Indonesia Steve Sutanto.

Laporan iterasi kedua ini memaparkan analisis mendalam tentang tren perekrutan, gaji, serta data ekuitas untuk pendiri, eksekutif C-suite, dan talenta startup dari 10.000 poin data dan melalui 30 wawancara dengan pendiri startup di Indonesia, Singapura, dan Vietnam.

Kebijakan perusahaan dan dan tunjangan

Terkait dengan tunjangan karyawan, banyak startup tampak mengurangi tunjangan dan fasilitas tambahan di luar gaji pokok (fringe benefit) guna memangkas biaya. Meski begitu, gaji ke-13, bonus berdasarkan kinerja, serta sistem kerja fleksibel (sudah makin umum di berbagai pasar) tetap dianggap wajib.

Pada kenyataannya, jika tunjangan yang diberikan hanya yang wajib saja, karyawan justru lebih memahami dan menghargai tunjangan yang diterimanya. Hal ini juga mengurangi ambiguitas dan keruwetan.

Dalam laporan tersebut juga terungkap, kebijakan sistem kerja di tahun 2023 yang menjadi opsi bagi pegawai di antaranya adalah, bekerja secara hybrid atau penggabungan kehadiran pegawai di kantor dan di rumah. Sebanyak 59%  responden di Indonesia memilih opsi tersebut.

Sementara sisanya seperti kembali bekerja di kantor hanya 33% saja, dan yang terakhir adalah kerja secara remote sebanyak 8%. Sebanyak 45% startup menawarkan opsi kerja hybrid dan 12% lain menawarkan remote working untuk karyawan di berbagai pasar.

Sementara itu terkait kompensasi ekuitas, lebih dari 86% startup di kawasan Asia Tenggara telah menawarkan ESOP, tetapi masih terkonsentrasi pada sepertiga talenta di perusahaan terkait. Sebagian besar ESOP baru diberikan kepada jajaran eksekutif dan talenta senior.

“Lingkungan startup memerlukan orang-orang dengan rasa kepemilikan yang tinggi. Kalau ingin orang-orang kita benar-benar merasa memiliki perusahaan, ya harus kita perlakukan sebagai pemilik perusahaan Karena itulah, kami meyakini bahwa semua orang di perusahaan harus menerima ESOP, tidak hanya sekelompok orang saja,” kata Co-founder dan CEO Glints Oswald Yeo.

Posisi strategis di startup

Untuk memenuhi kebutuhan pegawai yang relevan, beberapa perusahaan juga masih terus melakukan proses perekrutan pegawai. Sebanyak 86% pendiri perusahaan yang diwawancarai akan terus mengadakan perekrutan pada tahun 2023, meski tidak secara besar-besaran.

Dalam laporan tersebut terungkap, engineering masih merupakan fungsi dengan permintaan talenta tertinggi di Singapura, Indonesia, dan Vietnam. Ketiga pasar ini umumnya dianggap memiliki talenta fungsi engineering yang kuat oleh para pendiri perusahaan. Di antara semua peran di fungsi teknologi, peran di fungsi engineering juga masih berada di peringkat teratas dalam hal besaran gaji.

Dalam laporan tersebut juga disebutkan, DevOps tercatat menerima lonjakan gaji tertinggi (19%) di antara peran-peran di fungsi engineering lainnya di seluruh pasar. Peran DevOps kian penting karena startup baru hampir bisa dipastikan akan mengawali langkahnya dari komputasi awan.

Posisi lainnya yang juga akan makin populer tahun ini dicari oleh perusahaan adalah product. Fungsi product akan jadi prioritas startup yang berada di tahap awal, agar bisa cepat mencapai tahap product-market fit.

Setelah engineering dan product, data menyusul di posisi ketiga sebagai fungsi dengan permintaan tertinggi. Gaji peran-peran di fungsi data melonjak signifikan sejak laporan terakhir, seiring kian maraknya pemanfaatan ilmu data, pembelajaran mesin, dan AI oleh berbagai bisnis yang mendayagunakan teknologi dalam produknya (tech-enabled).

Sementara itu untuk posisi non-teknologi di startup yang juga semakin populer dicari tahun ini adalah, business development & sales. Di sisi lain, perekrutan di bidang marketing dan public relation (PR) kian populer karena pendiri perusahaan menggeser fokusnya ke pertumbuhan berkelanjutan.

Glints Layoff

Pertahankan Bisnis, Glints Lakukan PHK Pegawai dan Potong Gaji Para Pendiri

Dalam pernyataan yang dirilis, Co-founder & CEO Glints Oswald Yeo mengungkapkan, perusahaan telah melakukan layoff kepada sejumlah pegawai mereka. Dilansir dari TechinAsia ada sekitar 18% yang terkena layoff dari sekitar 1100 pegawai. Artinya ada sekitar 198 pegawai yang terkena PHK,

Oswald menegaskan dirinya serta jajaran manjemen lainnya seperti Ying Cong, Yong Jie, dan Steve Sutanto bertanggung jawab atas keputusan yang diambil oleh perusahaan.

“Keputusan ini sangat sulit bagi perusahaan yang misinya adalah membantu orang mewujudkan potensi mereka secara penuh. Kami memahami bahwa akan lebih sulit lagi bagi mereka yang terkena dampak.”

Dengan alasan  mempertahankan bisnis, Glints memutuskan untuk melakukan langkah-langkah penghematan biaya di seluruh bisnis. Ini termasuk membekukan perekrutan, mengurangi tunjangan dan pengeluaran, serta melakukan pemotongan gaji sukarela untuk tim manajemen, termasuk para pendiri.

Oswald juga menambahkan, dalam waktu 6 bulan terakhir pasar banyak mengalami perubahan. Banyak bisnis yang mengalami kesulitan dengan ketidakpastian yang terjadi. Tercatat konsumen lebih sedikit melakukan pembelian, dan bisnis yang melayani konsumen ini juga terpengaruh.

“Seperti yang dapat Anda bayangkan, hal ini berdampak langsung pada bisnis kami dan menyebabkan perlambatan pertumbuhan bisnis kami secara keseluruhan dalam jangka pendek.”

Ditambahkan olehnya, ke depannya perusahaan tidak bisa memprediksi seperti apa pertumbuhan pasar, apakah akan makin melambat dan bagaimana efeknya kepada perusahaan. Di sisi lain perusahaan juga melihat akan semakin sedikit jumlah perekrutan di beberapa perusahaan secara global dalam beberapa waktu ke depan.

Untuk pegawai yang terkena PHK akan diberikan tunjangan disesuaikan dengan peraturan yang berlaku di masing-masing negara. Misalnya, di Indonesia, seorang pegawai dengan masa kerja 15 bulan akan menerima gaji sekitar 3,5 bulan.

Bagi mereka yang telah bekerja dengan kurang dari satu tahun, akan diberikan gaji setidaknya 2 bulan dan membulatkan selisihnya bila diperlukan.

DailySocial.id mencoba untuk mendapatkan informasi tambahan dari pihak Glints Indonesia, namun mereka enggan untuk memberikan informasi lebih lanjut berapa jumlah pegawai di Indonesia yang terdampak dan apa rencana Glints Indonesia ke depannya pasca PHK pegawai mereka.

Pencapaian positif perusahaan

Didirikan di Singapura pada tahun 2015, Glints saat ini telah memberdayakan lebih dari 6 juta talenta dan membantu 50 ribu perusahaan. Saat ini mereka telah beroperasi di 6 negara, termasuk Indonesia, Malaysia, Singapura, Vietnam, Filipina, dan Taiwan.

Perusahaan juga telah merampungkan pendanaan Seri D senilai $50 juta atau setara 742 miliar Rupiah. DCM Ventures, Lavender Hill Capital, dan investor sebelumnya PERSOL Holdings memimpin putaran investasi ini. Sejumlah investor juga mendukung pendanaan ini, di antaranya Endeavor Catalyst dan investor sebelumnya termasuk Monk’s Hill Ventures, Fresco Capital dan Binny Bansal, salah satu pendiri Flipkart.

Secara terpisah Co-Founder & Country Manager Glints Steve Sutanto mengatakan, di Indonesia basis pertumbuhan pemberi kerja mencapai 4x yoy. Saat ini Glints telah bekerja sama dengan sejumlah perusahaan seperti IKEA, Kawan Lama Group, BCA Digital, dan lainnya. Di sisi talenta aktif di platform, Glints juga melihat peningkatan 2x yoy dengan total 2,3 juta profesional muda terdaftar.

“Kami ingin terus mengembangkan basis pemberi kerja dan talenta di Indonesia. Untuk para profesional, kami terus berinovasi dan menyediakan alat dan sumber daya saat mereka tumbuh dalam karier mereka. Ini termasuk perluasan mentor, kursus peningkatan keterampilan, dan anggota komunitas,” imbuh Steve.

Application Information Will Show Up Here

Glints Future Plan in Indonesia after Series C Funding

After securing $22.5 million series C funding or equivalent to 327 billion Rupiah led by PERSOL Holdings, the technology-based recruiting platform Glints plans to focus on accelerating their business in Indonesia.

As a country with the largest population in Southeast Asia, Indonesia is considered capable of producing young workforce. Moreover, with a median age of 29 years, it indicates a young workforce that is ready and adaptive for the future. Coupled with an increasingly skilled talent pool, Indonesia is able to stand out from other economies.

“In the near future, we will expand our geographic reach to other cities including Surabaya and Bandung. In parallel, we will also invest in Expert Class Glints product, to enable our talent community to engage with experts from various fields and help professionals improve their expertise,” Glints’ Co-founder & CEO, Oswald Yeo said.

Apart from Indonesia, Glints is to focus on empowering the career development of 120 million professionals in Southeast Asia and to solve the regional talent crisis, by building more teams, features and solutions in the Glints Talent Ecosystem. They also plans to deepen the company’s footprint in Singapore, Vietnam and Taiwan.

The Series C round includes participation from investors such as Monk’s Hill Ventures, Fresco Capital, Mindworks Ventures, Wavemaker Partners, as well as angel investors including Binny Bansal (co-founder of Flipkart), and Xiaoyin Zhang (Ex-Goldman Sachs TMT China Head & Partner who brought Tencent, Baidu, and Alibaba go-public).

“With PERSOL Group’s commercial distribution and experience in Asia and the Glints talent platform with their leading technology, we will empower Southeast Asian professionals and help solve the talent crisis in Southeast Asia,” PERSOL Asia Pacific’s CEO, Takayuki Yamazaki said.

Pandemic and business growth

During the pandemic the company observed an immediate decline in local hiring business activity as companies suspended their recruiting activities. On the other side, the pandemic has helped to accelerate the future of employment, including the trend of remote working and is driving major changes in recruitment as companies become more accustomed to working with distributed teams.

“In addition, many Singaporean and regional companies are now more comfortable recruiting Indonesian talent. This has allowed Glints to maintain strong revenue growth despite the pandemic.”

By 2020, Glints managed to double its annual revenue. With the pandemic accelerating the future of employment and the future of hiring, it is considered as an opportunity to sustain a trend in annual income that has grown triple digit percentage every year for the past 3 years.

“The pandemic has accelerated the future of jobs and caused major changes in the labor market,” Oswald said.

Officially launched in Indonesia in early 2016, Glints currently has around 7000 active job lists per month and 4 million professionals who have visited the platform every month. On average, Glints recorded that their clients are capable to perform the successful recruitment process and faster in 28 days, compared to the industry standard of 40-50 days with recruitment fees up to 40% -100% cheaper by utilizing their platform.

In Indonesia, there are many job marketplace platforms that offer recruitment services with different added values. For example, Kalibrr as a recruiting company from the Philippines is available in Indonesia since 2016. They combine an AI-based recruitment platform and employer branding services to help companies demonstrate their values, attract the right candidates, and realize a seamless process.

As local players there are also several platforms that provide similar service such as Urbanhire, Ekrut, Nusatalent, and several others. During the pandemic, they were also quite active in helping companies to digitize HR systems. For example, Urbanhire positioned itself not only as a job opening portal, but HR technology and talent solutions, thanks to their strategic partnership with Mercer.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Co-Founder & CEO Glints Oswald Yeo / Glints

Rencana Glints di Indonesia Usai Peroleh Pendanaan Seri C

Setelah mengantongi pendanaan seri C senilai $22,5 juta atau setara 327 miliar Rupiah yang dipimpin oleh PERSOL Holdings, platform perekrutan berbasis teknologi Glints berencana untuk fokus mengakselerasi bisnis mereka di Indonesia.

Sebagai negara dengan populasi terbesar di Asia Tenggara, Indonesia dinilai mampu menciptakan tenaga kerja muda. Terlebih, dengan median usia 29 tahun, menunjukkan angkatan kerja muda yang siap dan adaptif untuk masa depan. Ditambah dengan kumpulan bakat yang semakin terampil, Indonesia mampu tampil beda dari negara ekonomi lainnya.

“Dalam waktu dekat, kami akan memperluas jangkauan geografis kami ke kota-kota lain termasuk Surabaya dan Bandung. Secara paralel, kami juga akan berinvestasi pada produk Expert Class Glints, untuk memungkinkan komunitas talenta kami terlibat dengan pakar dari berbagai bidang dan membantu para profesional meningkatkan keahlian mereka,” kata Co-founder & CEO of Glints Oswald Yeo.

Selain fokus kepada Indonesia, Glints juga ingin memberdayakan pengembangan karier 120 juta profesional di Asia Tenggara dan untuk memecahkan krisis bakat regional, dengan membangun lebih banyak tim, fitur, dan solusi di Glints Talent Ecosystem. Mereka juga memiliki rencana untuk memperdalam jejak perusahaan di Singapura, Vietnam, dan Taiwan.

Putaran seri C mencakup partisipasi dari investor seperti Monk’s Hill Ventures, Fresco Capital, Mindworks Ventures, Wavemaker Partners, serta angel investor meliputi Binny Bansal (co- pendiri Flipkart), dan Xiaoyin Zhang (Ex-Goldman Sachs TMT China Head & Partner yang membawa Tencent, Baidu, dan Alibaba go-publik).

“Dengan distribusi komersial dan pengalaman PERSOL Group di Asia dan  platform talenta Glints dengan teknologi terkemuka mereka, kami akan memberdayakan para profesional di Asia Tenggara dan membantu menyelesaikannya krisis bakat di Asia Tenggara,” kata CEO PERSOL Asia Pacific Takayuki Yamazaki.

Pandemi dan pertumbuhan bisnis

Selama pandemi perusahaan mencatat terdapat penurunan langsung dalam aktivitas bisnis perekrutan lokal karena perusahaan membekukan/menunda sementara kegiatan perekrutan mereka. Namun di sisi lain, pandemi juga membantu mempercepat masa depan pekerjaan, termasuk tren remote working dan mendorong perubahan besar dalam rekrutmen karena perusahaan semakin terbiasa bekerja dengan tim yang terdistribusi.

“Selain itu banyak perusahaan Singapura dan regional kini lebih nyaman merekrut talenta Indonesia. Hal ini memungkinkan Glints untuk mempertahankan pertumbuhan pendapatan yang kuat meskipun pandemi.”

Pada tahun 2020, Glints berhasil menggandakan pendapatan tahunan. Dengan pandemi yang mempercepat masa depan pekerjaan dan masa depan perekrutan, hal tersebut dilihat sebagai peluang untuk mempertahankan tren pendapatan tahunan yang tumbuh pada persentase tiga digit setiap tahun selama 3 tahun terakhir.

“Pandemi telah mempercepat masa depan pekerjaan dan menyebabkan perubahan besar di pasar tenaga kerja,” kata Oswald.

Resmi meluncur di Indonesia awal tahun 2016 lalu, Glints saat ini telah memiliki sekitar 7000 daftar pekerjaan aktif per bulan dan 4 juta profesional yang telah mengunjungi platform setiap bulannya. Glints mencatat rata-rata klien mereka mampu melakukan proses perekrutan secara sukses dan lebih cepat dalam waktu 28 hari, dibandingkan dengan standar industri yaitu 40-50 hari dengan biaya rekrutmen hingga 40%-100% lebih murah dengan memanfaatkan platform mereka.

Di Indonesia sendiri sebenarnya sudah banyak platform job marketplace yang menawarkan layanan perekrutan dengan value added yang berbeda. Misalnya Kalibrr, sebagai perusahaan perekrutan asal Filipina yang sudah hadir di Indonesia sejak tahun 2016. Mereka menggabungkan platform rekrutmen berbasis AI dan layanan employer branding untuk membantu perusahaan menunjukkan nilai-nilai mereka, menarik kandidat tepat, dan merealisasikan proses yang mulus.

Untuk pemain lokal juga ada beberapa platform yang menangani kebutuhan serupa seperti Urbanhire, Ekrut, Nusatalent, dan beberapa lainnya. Selama pandemi mereka juga cukup aktif membantu perusahaan untuk melakukan digitalisasi sistem HR. Misalnya yang dilakukan Urbanhire, kini mereka tidak hanya memosisikan diri sebagai portal lowongan pekerjaan saja, tetapi HR technology dan talent solutions, berkat kemitraan strategisnya dengan Mercer.

Application Information Will Show Up Here

Platform Penunjang Karier Anak Muda Glints Meluncur di Indonesia

Glints, sebuah startup penyedia layanan karier asal Singapura, baru saja mengumumkan kehadirannya di Indonesia. Platform ini memiliki visi untuk membantu anak muda (khususnya fresh graduate) dalam menemukan passion, serta mengembangkan keahlian khusus yang dibutuhkan untuk meniti karier yang diinginkan. Di sisi lain, platform ini juga membantu perusahaan pemberi kerja untuk mendapatkan kandidat muda berkualitas yang memiliki semangat tinggi secara lebih efektif.

Semenjak didirikan, Glints telah meraih pendanaan yang hampir mencapai 5,4 miliar rupiah dari para investor guna mendirikan platform ini dan menghadirkannya di Indonesia. Hingga saat ini, Glints memiliki lebih dari 20.000 kandidat muda dan 2.000 perusahaan pemberi kerja yang tergabung di dalamnya.

CEO of Glints Oswald Yeo dalam sambutannya mengatakan:

“Setiap tahunnya, Indonesia memiliki lebih dari 2 juta lulusan baru yang mencari kerja. Namun, hal ini menjadi tantangan berat karena adanya jurang pemisah yang semakin melebar antara keahlian yang dibutuhkan sebagai pekerja dan pendidikan yang dikenyam. Pada saat yang sama perusahaan juga dihadapkan pada kesulitan untuk mendapatkan kandidat muda yang memiliki pengalaman serta keahlian yang relevan dengan bidang pekerjaan yang sedang dibutuhkan.”

Bertekad untuk tidak sekedar menjadi sebuah situs lowongan pekerjaan Glints melengkapi platform-nya dengan beberapa fitur. Pertama, Glints tidak hanya menyediakan lowongan pekerjaan, namun juga kesempatan pengembangan karier lainnya, seperti magang, pelatihan, proyek paruh waktu, yang secara khusus dihadirkan untuk mengasah keahlian khusus.

Kedua, ada yang disebut Live Career Consultations, yakni layanan live chatting untuk jasa konseling karir. Yang ketiga adalah Dynamic Career and Skills Path Explorer, sebuah fitur penjelajah karier yang akan memberikan insight keahlian yang dibutuhkan dari sebuah karier.

COO Glints Looi Qin En menambahkan:

“Sebagai anak muda, kami memahami benar tantangan karier yang dihadapi oleh orang-orang seusia kami. Mereka belum mengetahui secara jelas tentang karier yang mereka inginkan dan bagaimana mendapatkan keahlian yang tepat untuk bergelut di bidang tersebut. Kami berharap agar Glints mampu membantu jutaan anak muda di Indonesia untuk mendapatkan pengalaman dan keahlian yang dibutuhkan demi menggapai pekerjaan impian mereka.”

Selain memanjakan kandidat dengan fitur-fitur di atas, Glints juga menyediakan peralatan inovatif untuk membantu perusahaan mendapatkan kandidat muda yang memiliki keahlian yang sesuai dengan lebih cepat. Dengan algoritma yang dikembangkan secara khusus dan tenaga ahli manusia yang menjadi layanan khusus bagi perusahaan pemberi kerja, Glints menyediakan database yang dinilai lebih efektif sehingga perekrut akan mampu menyaring kandidat muda berkualitas dengan lebih cepat.

Di Indonesia, Glints sudah mulai menjalin kemitraan dengan banyak universitas dan perusahaan. Untuk mematangkan kehadiran, Glints juga mulai aktif di banyak ajar berbasis job/career fair. Selain perusahaan, startup dalam negeri, seperti Tokopedia, Happyfresh dan beberapa lainnya juga sudah mulai menjalin kerja sama untuk penemuan kandidat pekerja melalui platform Glints.

“Minat untuk bekerja di perusahaan startup belum begitu besar di Indonesia. Masih banyak kandidat muda yang lebih memilih untuk bekerja di perusahaan besar. Padahal, perusahaan startup yang berkembang sebenarnya menawarkan kesempatan belajar yang lebih besar bagi kandidat muda untuk mengasah keahlian mereka. Karena alasan inilah kami memutuskan untuk menyelenggarakan startup career fair,” pungkas Country Manager Glints Indonesia Oliver Yiu.