Tag Archives: pakaian pintar

Biologic Ialah Teknologi Pakaian Pintar Dengan Sel Hidup, Bisa Bereaksi Terhadap Kondisi Tubuh

Berbicara soal perangkat wearable, bayangan kita akan tertuju pada bagaimana alat tersebut membantu menyempurnakan aspek konektivitas, misalnya menyajikan notifikasi app atau membuat Anda selalu terhubung. Namun dalam pengembangan baju pintar terbarunya, tim MIT fokus pada salah satu aspek dasar penciptaan pakaian: menjaga kenyamanan penggunanya.

Dalam mengembangkannya, metode yang dilakukan para peneliti Tangible Media Group di Massachusetts Institute of Technology sangat tidak biasa. Mereka memanfaatkan teknologi biohybrid Biologic (ditulis bioLogic) di pakaian bernama Second Skin. Keunikan dari Biologic adalah penggunaan sel hidup mikroba demi memastikan baju tersebut memberikan sistem sirkulasi udara terbaik.

Biologic 1

Dipimpin oleh Wen Wang, tim ilmuwan menggunakan teknik bioprinting untuk melapisi bahan lateks dengan sel bakteri E. coli. Layer mikroba mengapit lateks, berada di sisi terluar dan terdalam pakaian. Anda mungkin bertanya-tanya apa fungsinya. Dari penjelasan Wang kepada Digital Trends, sel hidup dipilih karena sensitif terhadap tingkat kelembapan lingkungan di sekitarnya – berukuran kecil ketika kering dan membengkak saat basah.

Jadi sewaktu Second Skin terekspos ke temperatur tinggi atau kondisi lembap, sel akan berubah ukuran dan menyebabkan bahan lateks jadi ikut bertransformasi. Saat Anda mulai berkeringat, lipatan-lipatan di pakaian akan tergulung, menciptakan jendela sirkulasi lebih lebar, memungkinkan udara mengalir lebih baik dan membuat suhu cepat turun

Sel bakteri tersebut dikembangkan dan dipanen di laboratorium, disusun dalam ‘resolusi micron’ demi menciptakan ‘kulit kedua’. Dan bukan cuma faktor kenyamanan yang jadi perhatian Tangible Media Group, mereka juga ingin memastikan kemampuan Biologic bertahan lama. Untuk mengujinya, lipatan-lipatan tersebut dilembabkan dan dikeringkan sebanyak 100 kali, dan kabar gembiranya, tidak ada pengurangan kemampuan menggulung.

Meskipun unit purwarupa dituangkan dalam wujud pakaian, teknologi Biologic rencananya akan turut diimplementasikan ke bidang lain, misalnya dalam perancangan perabotan rumah tangga dan produk aksesori. Sebelumnya, peneliti sempat menciptakan ‘kantong teh hidup’, di mana sel tersebut dapat memberi tahu kita sewaktu teh sudah jadi. Lalu MIT juga pernah bereksperimen untuk membuat tutup lampu yang bisa mengubah pola tergantung dari tingkat panas.

Biologic 2

Menariknya lagi, teknologi ini kemungkinan bisa kita nikmati dalam waktu yang tak terlalu lama. Tangible Media telah menggandeng New Balance untuk menerapkan sistem Biologic ke produk pakaian olahraga, kabarnya disiapkan buat Olimpiade 2020 di Jepang.

Sumber: MIT.

Athos Ialah Fitness Tracker Dalam Wujud Baju Pintar

Tersedia dalam berbagai model tak berarti activity tracker yang ada sekarang sudah ideal. Dua aspek tetap jadi fokus para produsen: memastikan device-nya nyaman dan meramunya agar bisa melacak aktivitas tubuh lebih presisi. Tapi tak cuma memenuhi dua kriteria tersebut, kreasi dua inventor dari University of Waterloo juga menawarkan kemampuan monitor paling akurat.

Dhananja Jayalath dan Christopher Wiebe memperkenalkan satu set pakaian pintar Athos sebagai alternatif lebih terjangkau dari menyewa pelatih pribadi. Konsepnya tak jauh berbeda dari fitness tracker lain: device menyimpan rangkaian sensor yang berfungsi untuk melacak aktivitas otot-otot di tubuh saat Anda sedang berolahraga, lalu data tersebut akan dihidangkan secara sederhana via aplikasi mobile.

Pakaian pintar Athos terdiri dari dua bagian, yaitu kaos dan celana pendek, tersedia untuk pria serta wanita. Baju tersebut didesain agar pas di tubuh, lentur, memanfaatkan bahan terkompresi yang nyaman, mudah menyerap keringat, dan mampu melindungi penggunanya dari radiasi berbahaya sinar matahari (UPF 50). Pakian juga dirancang tahan lama meskipun sering digunakan.

Komponen sensor Athos juga dibuat agar tidak mengganggu kegiatan latihan Anda dan terintegrasi mulus ke dalam pakaian. Jumlahnya cukup banyak, ada 12 sensor EMG (electromyograph, untuk menakar listrik yang dihasilkan oleh otot) dan dua sensor detak jantung di bagian kaos, dan delapan sensor EMG serta empat sensor heart rate di celana.

Informasi disajikan real-time lewat interface Live View di aplikasi. Di sana Anda bisa melihat otot-otot (misalnya deltoid, pectoral, atau bicep) yang sedang bekerja. Kian intens maka warnanya jadi semakin memerah. Kemudian Anda juga dapat mengetahui detak jantung serta estimasi waktu latihan. Athos diklaim membaca data biometrik secara lengkap, sanggup mendeteksi intensitas dan keseimbangan otot.

Teknik electromyography merupakan jantung dari kapabilitas Athos karena level keakuratannya yang tinggi, dan menurut developer, sampai sekarang teknologi ini masih ‘eksklusif’ dimanfaatkan di ranah medis dan belum tersedia secara umum buat pengguna biasa. Maka dari itu, Anda harus memaklumi jika tim penciptanya menjajakan Athos di harga cukup tinggi.

Saat ini, pilihan model Athos masih belum banyak. Satu set pakaian pintar untuk pria, terdiri dari kaos dan celana, ditawarkan di harga hampir US$ 700. Sedangkan legging buat wanita dibanderol US$ 350.

Karena belum dapat menekan harganya, sang produsen baru fokus pada penyediaan baju pintar buat atlet profesional dari tingkat SMA sampai Olimpiade. Tim Athos juga mengungkap rencana untuk memperbanyak varian produk.

Sumber: Live Athos.