Tag Archives: Paladins

Giliran Developer Paladins yang Bilang Hero Baru Overwatch Mirip Karakter di Game Mereka

Walaupun digarap studio berbeda, perjalanan Overwatch dan Paladins sering bersinggungan. Melihat begitu miripnya gameplay serta karakter, banyak gamer menilai Paladins sengaja dirancang menyamai Overwatch sehingga bisa membuntuti kesuksesan permainan Blizzard itu. Hi-Rez tentu menampik tuduhan tersebut, dan bilang bahwa formula Paladins terinspirasi dari Team Fortress 2.

Saya tidak tahu seberapa dalam rivalitas kedua perusahaan, tapi kali ini, giliran developer Paladins: Champions of the Realms yang mencoba menunjukkan bahwa Blizzard meniru salah satu tokoh di game-nya. Anda mungkin sudah mendengar soal pengumuman hero ke-27 Overwatch kemarin, Brigitte Lindholm. Menurut Hi-Rez Studios, desain karakter Brigitte sangat menyerupai Ash.

Hal itu diungkap oleh presiden Hi-Rez, Stewart Chisam di Twitter miliknya. Di sana, Chisam mem-posting gambar perbandingan kedua karakter sembari membuat polling bertema humor. Sang presiden memang tidak terang-terangan menuduh Blizzard menyalin karakteristik Ash, namun tweet tersebut segera memulai perdebatan antara kedua fanbase.

Harus diakui, Brigitte dan Ash memang punya banyak kesamaan. Kedua gadis ini mengenakan baju zirah ala kesatria, lalu saat Ash dibekali kemampuan Shoulder Bash; Brigitte mempunyai skill Shield Bash. Ash memiliki Siege Shield, sedangkan Brigitte punya Barrier Shield. Kedua hero bahkan dilengkapi kapabilitas ‘rally‘ hampir serupa. Tapi perlu dicatat, kemiripan tema ini tidak berarti implementasi skill-nya betul-betul sama.

Di jagat Overwatch, Brigitte punya penampilan hampir serupa Reinhardt yang menjadi ayah baptisnya, walau ia sebeneranya ialah putri dari Torbjörn. Reinhardt sendiri boleh dibilang merupakan adaptasi dari kelas Crusader di Diablo III yang diperkenalkan dalam expansion pack Reaper of Souls – permainan lain garapan Blizzard Entertainment.

Ketika Paladins dirilis empat bulan setelah Overwatch, gamer segera melihat banyak kesamaan antara dua permainan, terutama dari aspek karakter: Ruckus dan D.Va, Barik dan Torbjörn, Makoa dan Roadhog, Fernando dan Reinhardt, Skye dan Tracer, dan lain-lain. Mode permainan siege serta payload juga mirip Overwatch. Yang membedakan Paladins adalah penggunaan sistem kartu, berfungsi buat memodifikasi kemampuan karakter lebih jauh.

Dalam pengembangan game, praktek ‘mengadopsi ide’ dari permainan lain adalah hal umum. Ironisnya, tweet Chisam terlihat inkonsisten dengan apa yang Hi-Rez selama ini lakukan: bukan cuma Paladins sangat mirip Overwatch, developer juga punya agenda buat membubuhkan mode battle royale ala PUBG di permainan mereka.

Via Eurogamer.

Paladins Juga Akan Kedatangan Mode Battle Royale ala PUBG

Ketika Paladins diumumkan, banyak gamer terkejut melihat banyak kemiripan konten game kreasi Hi-Rez itu dengan Overwatch. COO Todd Harris menekankan bahwa timnya tak pernah berniat meniru, dan menjelaskan proses panjang pengerjaannya. Perbedaan gameplay antara Paladis dan Overwatch adalah pemanfaatan sistem kartu untuk memodifikasi kemampuan karakter.

Apapun pendapat Anda mengenai Hi-Rez, mereka sepertinya tidak jera buat mengadopsi elemen game populer lain dan mengimplementasikannya untuk Paladins. Kali ini, sumber inspirasi Hi-Rez ialah formula battle royale ala PlayerUnknown’s Battlegrounds. Hi-Rez memang bukan developer pertama yang melakukan hal ini. Sebelumnya, Epic Games juga telah meluncurkan mode Battle Royale standalone versi Fortnite.

Melalui video trailer di YouTube, Hi-Rez Studios mengumumkan rencana buat membubuhkan mode last man standing di Paladins: Champions of the Realm, mengusung tajuk Paladins: Battlegrounds. Bagi saya, hal yang membuat developer terlihat sangat nekat adalah penggunaan judul Battlegrounds – betul-betul serupa permainan arahan Brendan Greene itu.

Greene sempat menyampaikan keprihatinan atas merebaknya tiruan PUBG. Menurutnya, genre ini perlu berevolusi, dan agar bisa maju, developer harus terus memperbarui aspek gameplay-nya. Tapi jika hanya menyuguhkan sekadar clone, formula battle royale tidak akan berkembang dan para gamer jadi cepat bosan. Komentar senada diutarakan oleh CEO PUBG Corp. Chang Han Kim terhadap hadirnya mode ini di Fortnite.

Selain Fortnite dan Paladins, formula last man standing juga bisa Anda temukan di Grand Theft Auto Online, Warface kreasi Crytek, kemudian rencananya akan dibubuhkan di permainan Dying Light. Bahkan sebuah rumor menyatakan bahwa mode ini juga akan tersedia di Counter-Strike: Global Offensive. Sebelum naik daun berkat PUBG, Greene sebenarnya sudah mulai bereksperimen dengan battle royale melalui mod untuk ARMA 2 dan ARMA 3.

Untuk sekarang, Hi-Rez Studies belum mengungkap info lebih detail mengenai Paladins: Battlegrounds di situsnya. Di YouTube, developer hanya memberikan deskripsi singkat: “Satu mode permainan baru akan tiba di Paladins. [Kami] memperkenalkan Paladins: Battlegrounds, game battle royale hero-shooter pertama!”

Mode battle royale sendiri bukan eksklusif buatan Greene. Ia merupakan evolusi sekaligus perpaduan dari game ber-genre survival (contohnya DayZ) dan last man standing yang berkembang dari deathmatch. Permainan pertama yang mengusung formula ini adalah Minecraft lewat mode Minecraft Survival.

Via Eurogamer.

Alasan Mengapa Paladins Bukan Sekedar Tiruan Overwatch

Dengan sejumlah kesamaan, Overwatch, Battleborn dan Team Fortress 2 seringkali dibahas bersama-sama dan dibanding-bandingkan. Namun dalam beberapa waktu ke belakang, ada sedikit kehebohan tengah terjadi di dunia gaming, terutama setelah Hi-Rez Studios membuka gerbang open beta permainan terbaru mereka yang diberi judul Paladins: Champions of the Realm.

Lewat pengumuman dan trailer, terungkaplah banyak kemiripan antara Paladins dengan Overwatch, dan hal tersebut segera menimbulkan sindiran dan kritik pedas dari gamer; memberi kesan bahwa Hi-Rez seolah-olah mencoba mengambil keuntungan dari kepopularitasan Overwatch. Ini bukan pertama kalinya developer  berusaha ‘meniru’ Overwatch. Tapi dalam kasus Paladins, yang mengejutkan ialah, upaya tersebut dilakukan oleh studio se-kaliber Hi-Rez.

Sedikit deskripsi singkat mengenai Paladins: sebuah permainan shooter online free-to-play berbasis tim. Untuk membuatnya distingtif, game Hi-Rez tersebut memanfaatkan sistem kartu, yang memengaruhi konfigurasi karakter pilihan Anda – disebut champion di Paladins – serta burn card, yaitu kartu sekali pakai buat memberikan bonus saat bertanding. Sayangnya aspek ini masih belum bisa menghilangkan prasangka gamer.

Mencoba mengulik apa saja kemiripan dan perbedaan antara Overwatch dan Paladins, Eurogamer memberikan analisis panjang lengkap video. Di sana, mereka bilang bahwa sensasi Overwatch memang sangat terasa di Paladins: segi visual, mode permainan, sistem loot box, cara penyajian notifikasi (contohnya damage dan kill), hingga karakter-karakternya. Meskipun berbeda penampilan, champion-champion Paladins mempunyai kemampuan serupa hero Overwatch: Makoa dengan Roadhog, Viktor dengan Soldier: 76, Bomb King dengan Junkrat, Androxus dengan McCree, dan masih banyak lagi.

Paladins 1

Fans Blizzard boleh jadi merasa sangat terusik, tapi ada dampak positif dari hal itu. Jika sudah terbiasa bermain Overwatch, Paladins tidak akan sulit untuk Anda. Dan walaupun banyak orang menyebutnya sebagai clone, ia bukan 100 persen tiruan Overwatch yang cuma dibungkus dalam kemasan baru.

Ambil contohnya sistem sistem kartu. Pilihan kartu Anda menentukan kemampuan karakter, jadi ketika ada dua champion identik di tim berbeda, ada kemungkinan gaya bermain mereka tak serupa. Sistem kartu tersebut juga Hi-Rez usung sebagai metode menghidangkan in-app purchase. Dan tidak seperti Overwatch, pemain Paladins tidak dapat menggonta-ganti karakter seenaknya di tengah-tengah pertandingan.

Ulasan lebih lengkapnya bisa Anda simak melalui video di bawah:

Terkait tudingan clone, di Reddit, co-founder Hi-Rez Todd Harris mencoba membela kreasi timnya dengan menjabarkan lengkap sejarah pengembangan Paladins. Anda sendiri sebetulnya tidak perlu pusing menentukan game apa yang paling layak dimainkan: kualitas Overwatch sulit ditandingi, namun jika belum punya modal buat membelinya, apa salahnya menjajal Paladins lebih dulu?