Tag Archives: Palmer Luckey

Console Game Terlangka di Dunia, Nintendo PlayStation, Terjual Seharga Rp 5 Miliar Lebih

Saat ini produsen console terlihat sibuk menjalankan agenda dan melayani konsumennya masing-masing. Sony sedang mempersiapkan peluncuran PlayStation 5 dan Nintendo fokus memperpanjang umur Switch lewat pendekatan software. Namun lebih dari tiga dekade silam, kedua nama ini sebetulnya pernah berkolaborasi untuk membangun console game yang mampu mendukung cartridge sekaligus compact disc.

Pengembangan sistem bernama Super NES CD-ROM ini (juga dipanggil Nintendo PlayStation) dimulai di tahun 1988. Waktu itu, perangkat dirancang agar dapat menjalankan game Super Nintendo Entertainment System, sementara Sony diberikan kendali atas format Super Disc dan berhak merilis konten-konten musik serta film. Walaupun eksistensinya sempat diumumkan di CES 1991, Nintendo dan Sony gagal mencapai kesepakatan. Super NES CD-ROM tidak pernah dipasarkan meski perusahaan telah menciptakan ratusan unit purwarupa.

Kisah selanjutnya mungkin tak lagi asing bagi Anda. Kegagalan proyek ini mendorong Sony untuk menggarap console game-nya sendiri: PlayStation.

IMG_09032020_144117_(1000_x_650_pixel)

Minggu lalu, salah satu prototype Nintendo PlayStation berhasil terjual lewat pelelangan di harga US$ 360 ribu – atau lebih dari Rp 5 miliar. Pemenang lelang tersebut adalah Greg McLemore, founder dari Pets.com dan Toys.com. Sebelumnya, ia sempat mengamankan mesin arcade Atari Pong ke dalam koleksinya. McLemore berhasil mengalahkan penawaran beberapa kolektor lain, termasuk pendiri Oculus VR Palmer Luckey.

Valarie McLeckie selaku consignment director Herigate Auctions meyakini bahwa Super NES CD-ROM tersebut ialah purwarupa terakhir yang beredar di pasaran. Kabarnya Nintendo dan Sony memproduksi kurang lebih 200 prototype, namun hampir seluruhnya dihancurkan ketika kemitraan kedua perusahaan berakhir. Entah bagaimana, nasib baik tampaknya menyelamatkan unit ini sehingga potongan sejarah penting di gaming tak hilang begitu saja.

Berdasarkan penjelasan Polygon, prototype terakhir Nintendo PlayStation ditemukan oleh seseorang bernama Terry Diebold di dalam boks milik mantan CEO Sony Computer Entertainment, Olaf Olafsson. Keduanya sempat bekerja untuk Advanta Corporation, lalu ketika perusahaan gulung tikar, banyak barang-barang pribadi yang dilelang. Inilah caranya Diebold bisa mendapatkan Super NES CD-ROM.

Kepada CNN, McLemore menyampaikan, “[Purwarupa] ini merupakan hal paling mahal yang pernah saya beli selain rumah. Namun ia senilai dengan uang yang dikeluarkan, apalagi jika perangkat ini dipadukan dengan seluruh koleksi saya. Mereka semua menyimpan kisah menarik yang perlu disampaikan ke masyarakat.”

Kabar baiknya lagi, McLemore tidak akan membiarkan Nintendo PlayStation miliknya tersimpan begitu saja. Sang kolektor berencana untuk menampilkannya di sejumlah pameran. McLemore bahkan sudah mulai berkolaborasi bersama USC Pacific Asia Museum di Kalifornia dalam rangka mengadakan acara ‘gaming interactive‘ di musim semi dan panas 2021. Ke depannya, ia berkeinginan buat membuka museum secara permanen.

Via The Verge. Header: Kotaku.

Dapat Investor Baru, AltspaceVR Tidak Jadi Tutup

35 ribu pengguna aktif setiap bulan dan ketersediaan di berbagai platform tidak mampu menyelamatkan AltspaceVR. Layanan social VR yang teramat niche ini baru saja menggelar pesta perpisahan dengan komunitas penggunanya pada tanggal 3 Agustus lalu, tapi pada kenyataannya, AltspaceVR jauh dari kata mati.

Rupanya sejumlah anggota tim AltspaceVR tidak rela hasil jerih payah mereka harus terbuang begitu saja karena masalah finansial. Mereka pun memutuskan untuk tetap mengoperasikan layanan AltspaceVR, dibantu oleh sejumlah pengguna pilihan mereka.

Seakan pengumuman penutupannya itu tidak pernah terjadi, kru tidak resmi itu tanpa ragu menyambut pengguna-pengguna baru dan memandunya selama berada di dalam AltspaceVR. Akan tetapi bukan ini sebenarnya yang berhasil menyelamatkan AltspaceVR dari kematian, melainkan kehadiran sejumlah investor baru.

AltspaceVR

Dukungan dari investor baru ini membuat AltspaceVR cukup percaya diri untuk mengumumkan bahwa mereka bakal mengoperasikan layanannya kembali secara resmi dalam beberapa minggu ke depan. Dengan kata lain, pengumuman penutupannya yang lalu itu tidak ada artinya sama sekali sekarang.

Lalu yang mungkin menjadi pertanyaan, siapakah investor baru tersebut? TechCrunch pun mencoba menelusuri, dan mereka menemukan bahwa cofounder Oculus, Palmer Luckey, sempat membuat polling di Twitter, menanyakan kepada follower-nya apakah ia harus turun tangan menyelamatkan AltspaceVR.

Tweet itu datang tidak lama setelah AltspaceVR mengumumkan bakal menutup layanannya, dan sekarang, Palmer Luckey pun kembali menuliskan Tweet baru dengan link menuju blog AltspaceVR yang memberitakan ‘kebangkitannya’. Singkat cerita, bisa jadi Palmer Luckey yang sudah tidak lagi di Oculus itu adalah salah satu investor baru AltspaceVR, atau paling tidak dia yang menggagaskan ide penyelamatan ke jaringannya.

Sumber: TechCrunch dan AltspaceVR.

Co-Founder Oculus VR Palmer Luckey Mundur dari Facebook

Satu tahun sudah lewat setelah Palmer Luckey dan timnya melepas head-mounted display Oculus Rift ke tangan konsumen, dan saat ini, Oculus VR menginjak tahun ketiga sejak mereka memutuskan buat menjadi bagian dari Facebook. Akuisisi senilai US$ 2 miliar tersebut meyakinkan banyak orang mengenai potensi pemanfaatan teknologi VR secara mainstream.

Dan di tanggal 30 Maret kemarin, terungkap sebuah berita mengagetkan. Palmer Luckey, salah satu pendiri Oculus VR, mengundurkan diri dari Facebook. Hari ini merupakan Jumat terakhir bagi Luckey bekerja sebagai karyawan sosial media raksasa itu. Kabarnya, sang co-founder berhenti secara sukarela, tapi Facebook enggan memberikan komentar karena dilarang mendiskusikan masalah personal.

Berkenaan dengan mudurnya Palmer Luckey, Facebook segera mengeluarkan pernyataan resmi: “Palmer akan sangat dirindukan, dan warisannya jauh melampaui berdirinya Oculus. Semangat Luckey-lah yang mencetus revolusi virtual reality modern dan membantu membangun industri ini. Kami sangat berterima kasih untuk semua hal yang ia kerjakan buat perusahaan serta ranah VR, dan kami berharap ia selalu sukses.”

Di awal kiprah Oculus VR, Luckey pernah menyampaikan bahwa virtual reality merupakan masa depan industri hiburan, ‘The Matrix’ di dunia nyata. Dan dengan rendah hati, ia juga mengaku terobosan-terobosan yang Oculus VR manfaatkan bukan murni kreasi mereka. Perusahaan tersebut hanya sekedar ‘beruntung’ karena mengenalkan kembali VR di momen yang tepat. Walau demikian, Oculus bertanggung jawab memicu persaingan virtual reality – dimeriahkan oleh Valve, HTC, Samsung dan banyak nama terkenal lain.

Meski menjadi pionir, perjalanan Palmer Luckey bersama Oculus VR tidak selalu mulus. Pandangan dan dukungan politiknya terkait pemilihan presiden di Amerika tahun lalu berdampak buruk pada citra perusahaan.

Lalu di bulan Januari 2017 silam, Luckey (ditemani oleh Mark Zuckerberg) dipanggil ke pengadilan sebagai saksi atas tuduhan ZeniMax terhadap Oculus VR terkait ‘pencurian’ teknologi yang dilakukan sang CTO, John Carmack. Di tanggal 1 Februari, juri mengumumkan bahwa Oculus tidak bersalah, namun karena menurut mereka Luckey gagal mematuhi NDA yang ia tanda tangani, Facebook harus membayarkan uang sebesar US$ 500 juta pada Zenimax.

Facebook sendiri sudah menyuarakan langkah buat naik banding, dan perseteruan ini bisa berlangsung hinga bertahun-tahun ke depan. Tak lama setelah kasus gugatan itu, terdengar desas desus bahwa ada kemungkinan Luckey akan mengundurkan diri. Tapi terhitung di bulan Desember 2016 kemarin, ia dikonfirmasi masih bekerja untuk Facebook.

Via Venture Beat. Sumber: Upload VR. Gambar header: Business Insider.

Sengketa Kian Memanas, Pemilik Game Fallout Kini Tuduh Oculus VR Mencuri Teknologi Mereka

Sengketa antara ZeniMax Media dan Oculus VR dimulai di tahun 2014. Saat itu, sang pemilik franchise game-game populer seperti Fallout dan The Elder Scrolls mengajukan gugatan pada perusahaan punya Facebook itu dengan alasan mereka ‘mengumbar’ hasil pengembangan serta teknologi VR ZeniMax. Dan memasuki paruh kedua tahun ini, perselisihan jadi kian memanas.

Berdasarkan diungkapnya pengajuan tuntutan minggu lalu, ZeniMax diketahui mengubah gugatan mereka, kini secara terang-terangan menuduh CEO Brendan Iribe dan CTO John Carmack telah mencuri kekayaan intelektual mereka. Sederhananya, perusahaan hiburan Amerika itu menuding bahwa sebagian teknologi ZeniMax diambil buat menciptakan headset Oculus Rift.

“Selama bertahun-tahun, ZeniMax mencurahkan puluhan juta dolar untuk melakukan riset dan pengembangan, termasuk penelitian di bidang virtual reality dan teknologi immersive,” tulis ZeniMax. “Di tahun 2011 dan 2012, John Carmack selaku programer ahli dan berpengalaman yang bekerja untuk ZeniMax sebagai technical director anak perusahaan kami, id Software, melakukan experimen mengenai VR di kantor ZeniMax, di atas komputer milik ZeniMax, dan menggunakan sumber daya ZeniMax.”

“Bukannya mematuhi kontrak, Carmack malah menyalin ribuan dokumen dari komputer ZeniMax di hari-hari terakhir ia bekerja,” Ungkap tim penggugat. “Dia tidak pernah mengembalikan file-file tersebut ketika masa kerjanya berakhir. Sebagai tambahan, setelah kontrak kerja Carmack dihentikan, ia kembali dan mengambil tool pengembangan VR kepunyaan ZeniMax.”

Tuduhan pada founder Oculus VR tak kalah pedas. Menurut Zenimax, Brendan Iribe sudah memberikan informasi yang keliru pada pers, mengungkapkan kisah ‘fantastis’ bagaimana Palmer Luckey – seorang inventor jenius – membangun teknologi VR di dalam garasi rumah. ZeniMax yakin cerita ini ialah rekayasa, karena Luckey bukanlah pakarnya, tidak terlatih, tidak mempunyai sumber daya, dan tidak tahu cara mengomersialkan produk virtual reality.

Namun dakwaan tersebut berbeda dari perjalanan John Carmack di ranah virtual reality. Eksperimen terhadap VR dahulu ia lakukan berbekal unit personal viewer Sony HMZ, dan sempat merasa skeptis pada kapabilitasnya untuk gaming. Carmack bertemu Luckey secara online, dan sesudah mulai mengenalnya, sang programer legendaris itu meminta Luckey mengirimkan unit prototype hardware Rift, dan melihat banyak terobosan di sana.

Via GameSpot, juru bicara Oculus VR menyatakan, “Keluhan yang diajukan oleh ZeniMax ini berat sebelah, dan hanya mewakilkan interpretasi mereka saja. Kami yakin gugatan tersebut tidak memiliki dasar, dan akan menjawab semuanya secara hukum di pengadilan.”

Sumber: GameSpot dan Polygon.

Harapan Oculus VR Terhadap Virtual Reality di Waktu Dekat

Pengumuman Oculus Rift di 2012 menandai era baru virtual reality setelah beragam ‘eksperimen ‘yang dilakukan belasan tahun sebelumnya. Kesuksesan Oculus VR di Kickstarter menarik perhatian seisi industri, termasuk programmer game legendaris John Carmack. Developer sudah merilis beberapa versi DK, dan tak terasa, pelepasan resmi Oculus Rift menanti di penghujung bulan ini.

Bukan tanpa alasan 2016 disebut sebagai tahunnya virtual reality. Selain Oculus VR, HTC (bersama Steam) dan Sony berencana meluncurkan headset virtual reality dalam waktu dekat; ditambah lagi perangkatperangkat unik yang belum lama diungkap. Namun tema VR masih meninggalkan tanda tanya besar: apa rencana produsen selanjutnya setelah produk tersedia untuk publik?

Dalam wawancara bersama Gamasutra, founder Oculus VR Palmer Luckey menuturkan harapan dan ekspektasi mereka mengenai virtual reality, terutama satu tahun sesudah peluncuran Rift. Luckey belum mempunyai gambaran pasti, tapi ia yakin banyak orang akan menciptakan terobosan baru dan memperoleh banyak keuntungan dari VR. Selain Oculus Rift, ia memperkirakan ada banyak konsumen menggunakan Gear VR dan headset produsen lain.

Luckey juga optimis, konten akan sangat diminati konsumen meskipun ia bukanlah game atau aplikasi yang betul-betul inovatif. Itu karena VR merupakan ranah baru dan banyak sekali hal terjadi di sana. Buat sekarang, jumlah konten memang terbatas, apalagi jika dibandingkan dengan console game. Luckey percaya diri, banyak developer jadi sukses berkat VR.

Sang founder turut menyampaikan bagaimana idealnya perilisan Oculus Rift. Luckey ingin semua orang (yang sudah memesan) segera mendapatkan unit Rift, lalu ketika disambungkan ke PC, device berjalan tanpa masalah, baik di sisi software maupun hardware. Selanjutnya ‘mereka menghabiskan minggu dengan menikmati game-game virtual reality non-stop.’ Nyatanya, kendala pasti ada, dan tim developer telah bersiap-siap menghadapinya lewat bug fix, perubahan-perubahan, dan siap siaga membantu konsumen jika muncul problem.

Dan walaupun era kehadiran VR ada di depan mata, tak berarti ia jadi merakyat. Luckey mengakui, headset virtual reality mungkin tidak akan sepopuler iPhone dalam sekejap. Butuh proses cukup lama untuk mengumpulkan jutaan user. Namun Luckey juga bilang, Oculus tidak perlu mencapai status mainstream buat sukses. Yang penting, ekosistemnya terus berkembang.

Oculus VR mengonfirmasikan prediksi pemakaian VR di waktu ke depan. Konten diperkirakan terbagi rata antara game dan non-game. Namun tidak berarti penggunaan headset VR buat permainan jadi berkurang: pemanfaatan device untuk fungsi selain video game-lah yang akan meningkat.

Pendiri Oculus: VR Headset Kami Sementara Hanya Kompatibel dengan Windows

Melihat daftar spesifikasi yang dibutuhkan untuk menjalankan Oculus Rift, tampak jelas bahwa sistem operasi yang didukung hanyalah Windows. Tapi benarkah seperti itu? Apa mungkin Oculus lupa mencantumkan Mac OS X dan Linux pada saat itu?

Tidak, Oculus sama sekali tidak lupa. Berdasarkan penjelasan terbaru dari pendiri Oculus, Palmer Luckey, salah satu VR headset yang paling dinanti tersebut memang hanya akan kompatibel dengan PC bersistem operasi Windows 7 SP1 atau lebih.

Dalam wawancaranya dengan ShackNews, beliau menjelaskan bahwa semuanya kembali pada fakta dimana Apple tidak memprioritaskan kartu grafis kelas atas. Bahkan varian Mac Pro termahal seharga $6.000 yang ditenagai kartu grafis AMD FirePro D700 pun masih belum bisa menyamai spesifikasi yang direkomendasikan, yakni Nvidia GeForce GTX 970.

Bukan, ini bukan soal Nvidia vs. AMD, tapi memang kartu grafis FirePro D700 itu bukan dirancang untuk kebutuhan gaming, melainkan untuk proses rendering di kalangan pembuat film atau desainer profesional. Oculus bukannya tidak mau mendukung lini perangkat Mac, tapi memang kenyataannya belum ada laptop atau komputer buatan Apple yang ditenagai kartu grafis seperkasa GeForce GTX 970.

Jadi dengan kata lain, sebelum Apple meluncurkan perangkat Mac yang ditenagai kartu grafis kelas atas macam GTX 970, Oculus Rift hanya akan kompatibel dengan platform Windows saja.

Luckey lanjut menjelaskan bahwa tahap pengembangan Oculus untuk platform OS X dan Linux sengaja dihentikan guna berfokus pada Windows. Maksudnya, mereka ingin semuanya berjalan mulus ketika Oculus Rift sudah resmi meluncur ke pasaran nanti, baik dari segi hardware, software maupun konten. Untuk sementara tidak ada rencana kapan Oculus bakal menghadirkan dukungan buat OS X dan Linux.

Sumber: Cult of Mac. Gambar header: Oculus.

Gerbang Pre-Order Oculus Rift Segera Dibuka Besok, Harganya Masih Misterius

Proses distribusi Oculus Rift versi final ke para developer yang dilakukan pada bulan Desember lalu menandai babak baru di ranah head-mounted display VR. Oculus VR telah mengonfirmasi bahwa peluncuran akan dilaksanakan di triwulan pertama tahun 2016, kemudian co-founder Palmer Luckey turut mengungkap kabar, masa pre-order segera dimulai setelah tahun baru.

Sesuai janji sang inventor, tim Oculus mengeluarkan pengumuman di blog resmi, menyatakan bahwa gerbang pemesan Oculus Rift segera dibuka pada jam 8:00 pagi tanggal 6 Januari 2016 Waktu Pasifik di website Oculus.com. Jika dikonversi ke WIB, waktu menunjukkan pukul 23:00 di tanggal yang sama. Menariknya, Oculus VR sama sekali belum memberi info soal harga, namun berjanji akan sharing segala hal krusial di hari Rabu besok.

Besar kemungkinan versi retail Oculus Rift akan dipamerkan pada pengunjung Consumer Electronics Show 2016 yang dilaksanakan di minggu ini di Las Vegas. Tapi jika kebetulan berhalangan hadir, Luckey juga mempunyai agenda untuk membuka sesi Ask Me Anything di Reddit jam 18:00 tanggal 6 Januari (7 Januari pukul 09:00 pagi WIB).

Seperti berita yang dipublikasi beberapa waktu lalu, Oculus VR tampaknya memerlukan tambahan waktu buat menyempurnakan Oculus Touch. Akibatnya, periferal tidak jadi diluncurkan berbarengan dengan headset (dan ada peluang besar dijual terpisah sebagai aksesori pelengkap). Tapi setidaknya, paket penjualan Rift tetap dibundel bersama controller Xbox One.

Di sisi konten, siapapun yang melakukan pre-order, mereka berhak mendapatkan game EVE: Valkyrie dan Lucky’s Tale secara cuma-cuma. Valkyrie adalah spin-off dari permainan MMO EVE Online, menyuguhkan pertempuran pesawat-pesawat ruang angkasa di zona nol gravitasi. Lucky’s Tale sendiri merupakan game platformer lucu untuk keluarga, dispesialiasikan ke device virtual reality, membawa pemain bertualang sebagai rubah bernama Lucky.

Namun sebelum kita menenggelamkan diri dalam euforia VR, satu hal krusial perlu diingat: agar Oculus Rift bekerja optimal, sistem Anda harus didukung hardware-hardware papan atas. Dan Nvidia mengingatkan mayoritas PC belum sanggup menanganinya. Dilaporkan oleh Bloomberg, Nvidia memprediksi hanya ada 13 juta komputer di tahun 2016 yang mampu mendukung perangkat VR.

Bukannya angka tersebut cukup banyak? Tidak juga. Komposisi sistem itu masuk dalam kategori ultra-high-end, jumlahnya kurang dari 1 persen dari total 1,43 miliar PC yang diperkirakan akan digunakan secara global di 2016. Para analis IHS mengestimasi, di akhir tahun ini, pembelian head-mounted display VR berpotensi mencapai tujuh juta unit.

Daftar kebutuhan hardware Rift dapat Anda lihat di tautan ini.

Kabarnya Oculus Rift Versi Retail Sudah Mulai Dikirimkan ke Developer

Pendaratan produk VR untuk konsumen memang sedikit tertunda, namun menyongsong 2016, rivalitas di ranah virtual reality kian memanas. Belum lama tim HTC Vive mengungkap kegembiraan karena berhasil membuat terobosan besar. Hal tersebut sedikit menunda peluncuran Vive, dan dari kabar terkini, Oculus Rift tampaknya kembali menyalip kompetitor utamanya itu.

Di website, tim Oculus VR mengumumkan bahwa terhitung minggu ini, mereka mulai mengirimkan head-mounted display Oculus Rift versi final plus SDK 1.0 ke para developer. Proses distribusi akan dilakukan secara bertahap, Oculus VR berencana mengeluarkannya tiap minggu. Rift SDK 1.0 sendiri memiliki fitur-fitur yang turut hadir di tipe retail, dan produsen memang sengaja membatasi jumlahnya.

Lalu bagaimana dengan Development Kit 2 dan SDK 0.8? Menurut Oculus VR, kombinasi keduanya masih menjadi platform pengembangan awal yang direkomendasikan. SDK 1.0 (dan Rift retail) hanya diperlukan jika permainan berbasis virtual reality tersebut dijadwalkan untuk dirilis di waktu dekat. Oculus turut mengingatkan, seandainya developer mempunyai agenda buat meluncurkan game tapi belum memperoleh hardware, mereka dipersilakan mengunggah versi preview dari aplikasi tersebut lewat submission tool.

Sedikit membahas kembali Oculus Rift, varian konsumen headset VR ini dijanjikan sanggup menyuguhkan kenyamanan, tingkat immersion dan sebuah rasa kehadiran layaknya prototype Crescent Bay. Tentu saja pengembang tak lupa menyempurnakan sejumlah aspek, contohnya sistem pelacak gerakan (tetap optimal sewaktu digunakan sambil berdiri atau duduk), revisi pada desain serta faktor ergonomis.

Oculus VR juga sangat bermurah hati dalam menyuguhkan paket penjualan. Versi retail mendukung penuh sistem operasi Windows 10, dibundel bersama unit controller Xbox One, periferal Oculus Touch, serta permainan EVE: Valkyrie untuk mereka yang melakukan pre-order. Berdasarkan tweet co-founder Palmer Luckey, gerbang pemesanan segera dibuka setelah tahun baru. Ia pun turut mengonfirmasi bahwa target waktu pelepasan tetap di Q1 2016.

Menilik komentar Luckey lebih jauh, Q1 berarti Oculus Rift selambat-lambatnya dapat dibeli konsumen di akhir bulan Maret 2016. Dengan begitu, ia boleh jadi tiba lebih dulu dari HTC Vive.

Mengenai harganya, besar kemungkinan Oculus Rift dibanderol melebihi estimasi sebelumnya di angka US$ 350. Dan itu belum meliputi PC yang sanggup menopang tuntutan olah visual tinggi – setidaknya menyimpan Intel i5-4590, RAM 8GB dan GPU GeForce GTX 970 / AMD 290.

Via PC Gamer & GizMag. Sumber: Oculus.

Oculus Rift dan Touch Tampakkan Diri ke Publik, Controller Xbox One Dibundel Gratis

Premis Oculus Rift serta upaya mereka memimpin kompetisi virtual reality yang memanas membuat kita lupa bahwa dahulu, tim Oculus VR pernah mengungkap peracikan controller berbasis motion. Periferal tersebut akhirnya menampakkan diri dalam acara pengumuman perdana Oculus Rift versi publik menyusul informasi developer bulan Mei lalu. Continue reading Oculus Rift dan Touch Tampakkan Diri ke Publik, Controller Xbox One Dibundel Gratis

Seperti Inilah Penampilan Versi Retail Oculus Rift

Sudah enam bulan berlalu semenjak berita besar terakhir mengenai perangkat virtual reality Oculus Rift. Waktu itu di konferensi Oculus Connect, tim developer memamerkan prototype teranyar ber-codename Crescent Bay, sebagai penggambaran teknologi dan fitur varian retailnya. Dan di awal bulan Mei ini, Oculus VR mengumumkan kabar yang kita tunggu-tunggu. Continue reading Seperti Inilah Penampilan Versi Retail Oculus Rift