Tag Archives: PANDI

PANDI berharap bisa memiliki 800 ribu pengguna domain .id akhir tahun ini dengan strategi pemasaran ke luar negeri dengan konsep "idea" dan "identity"

Stagnan di Domestik, PANDI Incar Pasar Luar Negeri untuk Domain .id

Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) berupaya memasarkan domain .id ke pasar luar negeri. Mereka memandang besarnya pasar luar negeri dapat menggenjot pertumbuhan pemakaian domain .id yang cenderung stagnan di dalam negeri.

PANDI mencatat domain .id terdaftar per Mei 2019 baru menyentuh 318.090. Angka ini terbilang tak tumbuh signifikan mengingat pada Mei 2018 jumlahnya di angka 255.726.

“Dugaan kita masyarakat masih hanyut menganggap yang keren itu .com,” kata Wakil Ketua PANDI Heru Widodo.

Ketua Dewan Pengurus PANDI Yudho Giri Sucahyo menjelaskan, dalam hal ini pihaknya akan menjalin kerja sama dengan registrar luar negeri. Dengan Peraturan Presiden Nomor 82 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektrik yang mengharuskan registrar yang mengelola nama domain harus berbadan hukum Indonesia, maka PANDI akan menggandeng registrar lokal agar domain .id dapat dipasarkan ke luar negeri.

Distribusi penggunaan domain .id antara lokal dan luar negeri memang masih timpang. Tercatat hanya ada 13.964 atau 4,39 persen konsumen luar negeri dari total domain .id yang terpakai. Berangkat dari sana, Yudho yakin pemakaian domain .id naik signifikan.

“Target kami paling tidak akhir tahun 800.000 pengguna, tidak hanya domestik tapi juga internasional,” ujar Yudho.

Sumber keyakinan PANDI mematok target tersebut adalah keberhasilan rebranding domain internet sejumlah negara, misalnya Tuvalu (.tv), Anguilla (.ai), dan Montenegro (.me).

Yudho menyebut domain internet .tv milik Tuvalu berhasil diidentikkan dengan situs web milik perusahaan televisi. Sementara domain .ai sukses dikaitkan dengan perusahaan yang bergelut di bidang artificial intelligence padahal domain itu sejatinya berasal dari Anguilla, sebuah teritori kecil di Laut Karibia.

Belajar dari kesuksesan negara-negara tersebut, PANDI berniat menyulap ulang citra domain .id menjadi sebuah konsep.

“Kami sudah membuat strategi khusus untuk meningkatkan pengguna Nama Domain .id di luar negeri, karena pasar di luar negeri masih sangat luas. Kelebihan Nama Domain .id yang merepresentasikan ‘idea’ atau ‘identity’ merupakan sebuah berkah tersendiri yang hanya dimiliki oleh nama domain .id. Hal ini harus dimanfaatkan supaya penjualan di luar negeri meningkat dengan pesat” tutur Yudho.

Manuver PANDI merambah pasar internasional ini tak bisa dilepaskan dari kurang berhasilnya kampanye penggunaan domain .id di pasar domestik, termasuk program Satu Juta Nama Domain yang disokong Kementerian Komunikasi dan Informatika pada 2016 lalu.

Meski program tersebut gratis, PANDI mengatakan jumlah pengguna domain .id selama program itu jauh dari target. Tercatat hanya 50 ribu pengguna yang mengikuti program tersebut dan cuma tiga persen di antaranya yang tetap bertahan hingga sekarang.

Kendati demikian, PANDI mengaku belum lempar handuk di pasar domestik. Yudho yakin, seiring berjalannya waktu dan literasi yang tepat, akan lebih banyak orang menggunakan domain .id di masa depan.

“Tinggal bagaimana menumbuhkan masyarakat butuh domain .id. Kalau sudah butuh kan beres,” pungkas Yudho.

Pandi Beri Syarat Pendaftaran Domain Gunakan NIK

Pengelola Nama Domain Indonesia (Pandi) menetapkan proses registrasi domain internet lokal menggunakan Nomer Induk Kependudukan (NIK). Skema ini diharapkan mampu menekan anonimitas yang mungkin bertindak tanpa tanggung jawab. Sebelumnya, registrasi kartu perdana prabayar turut ditertibkan dengan persyaratan yang sama.

Keputusan yang disampaikan oleh Pandi ini dijalankan atas komitmen kerja sama dengan Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil).

“Sebelumnya kan pakai fotokopi KTP yang dilampirkan, sekarang wajib menggunakan NIK agar pendataan lebih akurat,” kata Ketua Umum Pandi Andi Budimansyah, seperti yang dilansir oleh Kompas.com (21/12).

Lebih jauh menurut Andi, sistem registrasi ini telah dianggap sebagai terobosan baru yang memudahkan masyarakat ketika menginginkan nama domain hanya menggunakan NIK saja. Berkaca dari Singapura yang telah mengadopsi sistem serupa, Andi berharap penertiban penggunaan nama domain, sesuai dengan data resmi tersebut bisa menekan situs-situs yang tidak jelas kepemilikannya.

“‎Kita sekarang punya 12 registrar. Biasanya kita upload gunakan KTP, tetapi sekarang berbeda. Kalau Pandi tidak ada masalah, tetapi mereka (registrar) butuh pemahaman. Mungkin bisa diterapkan pada semester pertama 2016,” tambah Andi.

Guna mengimplementasi sistem registrasi baru ini Andi membutuhkan waktu yang cenderung tidak sebentar karena faktor persiapan dari segi teknis, misalnya registrasinya perlu disosialisasikan lebih dulu kepada pihak yang ditunjuk untuk mendaftarkan pengguna baru.

Menekan konten negatif dari pihak yang tidak bertanggung jawab

Di era keterbukaan informasi seperti saat ini justru memberikan tantangan tersendiri untuk menyaringnya. Tidak sedikit situs-situs mengudara dikelola oleh tangan-tangan tidak bertanggung jawab, menebar informasi yang belum jelas keabsahannya. Seperti saat masa Pilpres 2014 silam, banyak situs yang memberikan informasi dengan berita tidak benar dan kesalahan berlogika yang berujung pada miskonsepsi. Kepemilikan situs menjadi sulit ditemukan ketika penelusuran berujung pada anonimitas.

Konten illegal seperti judi dan prostitusi juga seharusnya dapat dengan mudah dicegah dengan metode ini. Tanpa harus secara membabi buta menutup akses yang kerap kali dinilai kurang tepat sasaran.

PANDI Kerja Sama dengan ICANN Tempatkan L-Root di Indonesia

PANDI kerja sama dengan ICANN tempatkan L-Root di Indonesia / Shutterstock

Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) telah menjalin kerja sama dengan Internet Corporation For Assigned Names and Numbers (ICANN) untuk pengelolaan server L-Root yang ditempatkan di Jakarta. Menurut keterangan di situs resmi PANDI server L-Root ini berfungsi untuk meningkatkan tingkat toleransi kesalahan dan ketahanan Domain Name System (DNS) di Indonesia terhadap serangan-serangan cyber seperti Distributed Denial of Service (DDoS). Continue reading PANDI Kerja Sama dengan ICANN Tempatkan L-Root di Indonesia

Rudiantara Allocates Rp 50 Billion for One Million Free .id Domains

The government, through Rudiantara, the Minister of Communication and Information, plans on allocating Rp 50 billion to support and encourage the utilization of .id domain in Indonesia. By increasing the number of .id domain users, Indonesia is expected to use less international bandwidth in the future. Continue reading Rudiantara Allocates Rp 50 Billion for One Million Free .id Domains

Menkominfo Alokasikan Dana Rp. 50 Miliar untuk Sukseskan Program Sejuta Domain .id Gratis

Pemerintah Alokasikan Dana Rp. 50 Miliar untuk Program Sejuta Domain .id Gratis / ShutterstockPemerintah melalui Menteri Komunikasi dan Informatika Indonesia (Menkominfo) Rudiantara berencana mengalokasikan dana sebesar Rp. 50 Miliar untuk mendorong program penggunaan domain .id yang selama ini didengungkan pemerintah. Dengan mendongkrak jumlah penggunaan domain .id diharapkan Indonesia dapat mengurangi penggunaan bandwidth internasional. Continue reading Menkominfo Alokasikan Dana Rp. 50 Miliar untuk Sukseskan Program Sejuta Domain .id Gratis

Now Anything.ID with 2-4 Character Domain Names Can Be Registered

The intensive utilization of internet among Indonesians nowadays opens the possibility of th edirect usage of High Level Domain (HLD) .id without having to get through the LLD (like .co.id for instance) first. In fact, Pandi, the Indonesian manager of domain names, publicly announced yesterday (19/01) that they’re currently welcoming anyone who wants to have an Anything.ID domain with 2-4 characters, from usually minimum 5 characters. Continue reading Now Anything.ID with 2-4 Character Domain Names Can Be Registered

Domain Terbatas Apapun.ID Bisa Didaftarkan Mulai Hari Ini

Ilustrasi Mengetik Nama Domain / Shutterstock

Tingginya pendayagunaan internet di kalangan masyarakat Indonesia dewasa ini dinilai sebagai langkah yang tepat untuk menggunakan Domain Tingkat Tinggi (DTT) .id secara langsung, tanpa harus diturunkan lebih lebih dahulu menjadi DTD (contohnya .co.id). Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (Pandi) hari ini (19/1) membuka pendaftaran nama domain terbatas Apapun.ID guna mengakomodir kebutuhan dan permintaan publik.

Continue reading Domain Terbatas Apapun.ID Bisa Didaftarkan Mulai Hari Ini

The Adoption of .id Reached 123,000 Domains in 2014

Recently, Pandi presented a data showing that 21.654 new .id domains have been registered throughout 2014. That significant growth was driven by the registration of Second Level Domain (SLD) .co.id and High Level Domain (HLD) .id, which is also goes by the name of “anything.id”. By December 2014, the total number of .id domain adoption reached 123.751. Continue reading The Adoption of .id Reached 123,000 Domains in 2014

Adopsi Domain .id Tembus Angka 123 Ribu Pengguna

Ilustrasi Akses Internet / Shutterstock

Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (Pandi) memaparkan data bahwa sebanyak 21.654 domain .id baru tercatat telah terdaftar di sepanjang tahun 2014. Pertumbuhan signifikan tersebut didorong oleh pendaftaran Domain Tingkat Dua (DTD) co.id dan Domain Tingkat Tinggi (DTT) .id yang juga populer dengan nama “apapun.id”. Terhitung Desember 2014, angka total pengadopsian domain .id mencapai 123.751.

Continue reading Adopsi Domain .id Tembus Angka 123 Ribu Pengguna

PANDI Luncurkan Situs Penyingkat URL “S.id”

Beberapa hari yang lalu Pandi, Pengelola Domain Indonesia, meluncurkan layanan untuk menyingkat tautan situs web dengan nama S.id (S dot id). Fitur URL shortener seperti ini bisa memudahkan pengguna Internet di Indonesia untuk berbagi alamat situs yang dirasa terlalu panjang.

Jika sering menggunakan Twitter atau layanan media sosial lain, Anda tentu sudah mengenal layanan penyingkat alamat situs seperti bit.ly atau t.co, yang terakhir ini kebetulan milik Twitter sendiri. Karena tidak berbasis di Indonesia, banyak bandwidth yang lari keluar negeri untuk fungsi yang mungkin “sepele”. Hal seperti ini yang menjadi perhatian Pandi saat meluncurkan layanan S.id.

Ketua Umum Pandi Andi Budimansyah, seperti dikutip dari Kompas, menyebutkan “Kalau pakai layanan lain, selama ini bandwidth-nya akan lari ke luar negeri, S.id ini menjadi tools dalam negeri untuk meningkatkan trafik di dalam negeri. Tujuannya adalah untuk menghemat bandwidth di dalam negeri.”

Layanan S.id ini dapat memberikan akses yang lebih cepat, murah, dan relatif mudah digunakan. Andi berharap layanan S.id ini dapat digunakan secara luas oleh pengguna internet di Indonesia dengan cara menyebarkannya melalui jejaring sosial sehingga dapat meningkatkan trafik bandwidth dalam negeri sendiri dan menimbulkan efek multiplier.

“Efek multiplier itu yang ingin kami dapatkan, sehingga S.id bisa dikenal dan dipakai lebih banyak lagi,” pungkas Andi.

Serupa dengan layanan lain, S.id juga sudah dilengkapi dengan built-in analytics yang memungkinkan pengguna terdaftar untuk melihat data analytics untuk tautan yang sudah dibagikan. Halaman utama situs layanan URL shortener S.id dipercantik dengan menampilkan slideshow obyek-obyek wisata menarik di Indonesia, seperti Kepulauan Raja Ampat dan Jam Gadang.

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Adjie Priambada.