Tag Archives: pasar smartphone

IDC: Pasar Smartphone Indonesia Selama Kuartal Ketiga 2021 Lesu Akibat PPKM dan Krisis Pasokan

Berdasarkan laporan terbaru dari IDC, pasar smartphone Indonesia mengalami penurunan yang cukup signifikan selama kuartal ketiga tahun 2021 kemarin. Dalam tempo tersebut, IDC menyebut hanya ada 9,2 juta smartphone yang terkirim ke konsumen, atau turun 12,4% dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya.

Penyebabnya adalah gelombang kedua COVID-19, yang memuncak di bulan Juli 2021 dan berujung pada diberlakukannya kebijakan PPKM selama beberapa waktu. Berhubung banyak toko fisik yang harus tutup selama PPKM berlangsung, otomatis yang paling terdampak adalah penjualan melalui channel offline.

Meski pembatasannya sudah mulai longgar sejak September lalu, produsen smartphone masih harus dihadapkan dengan isu lain yang tak kalah serius, yakni krisis pasokan, yang ujung-ujungnya menyebabkan stok perangkat jadi menipis.

“Vendor mengambil langkah strategis dalam menghadapi situasi pasokan yang sulit ini, dengan sejumlah vendor memilih untuk mengganti atau tidak merilis model yang lebih terdampak krisis pasokan,” terang Vanessa Aurelia, Associate Market Analyst di IDC Indonesia.

Situasi sulit ini memicu pergeseran penguasaan pangsa pasar yang cukup signifikan. Xiaomi, yang pada dua kuartal sebelumnya mengalami pertumbuhan pesat dan sempat memimpin di kuartal kedua, kini harus puas di posisi ketiga dengan pangsa pasar di atas 15% karena persediaannya yang menipis. Kendati demikian, IDC menyebut Xiaomi masih menjadi pemimpin di segmen mid-range ($200 < $400).

Posisi pertama justru kembali direbut oleh OPPO, yang selama kuartal ketiga sanggup mempertahankan stok yang cukup terlepas dari isu krisis pasokan yang melanda. Sebagian besar dari pangsa pasarnya yang berada di atas 20% berasal dari penjualan di segmen low-end ($100 < $200), menjadikannya pemimpin di segmen tersebut.

Menyusul di belakang OPPO adalah Vivo, juga dengan pangsa pasar di atas 20% berkat kemampuannya mempertahankan persediaan sekaligus meningkatkan penjualan offline-nya. Seperti OPPO, Vivo juga kuat di segmen low-end berkat lini produk Y Series-nya.

Di posisi ketiga ada Xiaomi tadi, lalu tidak jauh di belakangnya ada Samsung yang juga memiliki pangsa pasar di atas 15%. Samsung adalah salah satu yang paling terdampak PPKM menurut IDC, dengan banyaknya toko ritel yang ditutup dan anjloknya penjualan secara offline.

Posisi kelima kembali dihuni oleh Realme dengan pangsa pasar di atas 10%. Selain mampu mempertahankan jumlah pengiriman, Realme juga disebut mampu menjaga momentum dengan memperbarui lini produk C Series-nya dan menjaga persediaan tetap stabil.

Laporan terbaru IDC juga menunjukkan tren yang cukup menarik seputar smartphone 5G. Dikatakan bahwa pangsa pasar ponsel 5G di kuartal ketiga ini naik dari 6% menjadi 7% seiring semakin banyaknya model baru yang dirilis, utamanya model-model yang lebih terjangkau. Ini pada akhirnya juga membuat harga jual rata-rata ponsel 5G menurun 27% menjadi $418 di kuartal ketiga 2021.

Sumber: IDC. Gambar header: Jonas Leupe via Unsplash.

GfK: Penjualan Smartphone Secara Global di 2019 Turun, Asia Tenggara Malah Naik

Mungkin kita tidak menyadarinya, akan tetapi volume penjualan smartphone secara global di sepanjang tahun 2019 turun sampai dua persen berdasarkan laporan lembaga riset GfK. Namun dalam lingkup yang lebih kecil, Asia Tenggara misalnya, penjualan smartphone di tahun 2019 justru naik satu persen.

Di enam negara terbesarnya – Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Vietnam, dan Indonesia – tercatat ada 97 juta unit smartphone yang terjual dari Januari sampai Desember tahun lalu, dengan nilai penjualan mencapai $23 miliar. Kontributor terbesarnya adalah Malaysia dan Singapura, dengan peningkatan volume dan nilai penjualan masing-masing sebesar 13 dan 11 persen.

Yang cukup menarik adalah data untuk Thailand dan Filipina. Keduanya menunjukkan kenaikan nilai penjualan yang lebih besar ketimbang volumenya. Menurut Alexander Dehmel selaku Associate Director GfK, ini mengindikasikan bahwa konsumen rajin meng-upgrade perangkat miliknya.

Dari enam negara tersebut, cuma Vietnam dan Indonesia yang mencatatkan penurunan penjualan di tahun 2019, tapi persentase turunnya masih di kisaran satu digit. Di Indonesia sendiri, GfK juga sempat mengadakan survei terkait pentingnya peran smartphone dalam keseharian konsumen.

Dua kesimpulan yang paling menarik adalah, sebanyak 64% responden setuju bahwa smartphone atau tablet merupakan alat terpenting mereka dalam berbelanja online, dan 58% responden juga lebih memilih menggunakan ponselnya untuk membayar berbagai transaksi. Ya, tren cashless rupanya semakin berkembang pesat di negara kita.

Terakhir, laporan GfK juga membahas sedikit soal kriteria terpenting yang ditetapkan konsumen dalam membeli smartphone. Salah satunya ternyata adalah kapasitas penyimpanan internal, dan ini sangat wajar mengingat belakangan resolusi kamera smartphone juga semakin tinggi, bahkan pada segmen low-end sekalipun.

Tercatat bahwa 20% dari total smartphone yang terjual di kawasan Asia Tenggara selama 2019 memiliki storage sebesar 128 GB atau lebih (tahun sebelumnya cuma 6%). Di Singapura sendiri, 18% dari ponsel yang terjual malah merupakan varian berkapasitas minimal 256 GB.

Sumber: GfK. Gambar header: Pixabay.

Android Masih Berkuasa, iOS Jeblok di Tiongkok

Analis pasar independen, Kantar Worldpanel baru-baru ini mempublikasikan data penjualan smartphone Android, iOS,BlackBerry dan Windows di pasar-pasar penting di seluruh dunia, termasuk Amerika Serikat dan Tiongkok.

Dalam laporannya tersebut, tampak bahwa ada dua ekosistem smartphone yang menunjukkan perkembangan yang sehat, yakni Android dan iOS. Data dari dua pasar Amerika Serikat dan Tiongkok menjadi yang paling menarik, karena merupakan pasar vital bagi banyak pabrikan perangkat.

Di Amerika Serikat, iOS jelas adalah juaranya. Memperoleh peningkatan penjualan sebesar 3,7% dari tahun 2016 hingga 2017, iOS menjadi perangkat yang mengalami peningkatan paling signifikan. Total, iOS memegang 42% penjualan smartphone di sana.

usa

Sementara itu Android meski masih berkuasa dengan penjualan sebesar 56,4%, data tahun ke tahunnya mengalami penurunan sebesar 1,8% dibandingkan bulan Januari 2016 dengan persentase sebesar 58,2%. Di bulan Februari, Android bahkan turun ke angka 55,9%. Menurut Kantar, 23% konsumen di  Amerika Serikat punya keinginan untuk membeli ponsel pintar Google Pixel. Tetapi, kendala pasokan membuat ketersediaan perangkat menjadi sangat terbatas di sana. Akibatnya, HTC hanya mampu mengisi kurang dari 2% total penjualan smartphone.

Sementara itu di Tiongkok, kondisinya berbanding terbalik dengan statistik di Amerika Serikat. Di Tiongkok, popularitas iOS justru tergerus dari angka 25,0% ke 16,4% dan terus turun ke angka 13,2% di bulan Februari 2017. Kendati demikian, Kantar memberikan catatan bahwa iPhone 7 dan 7 Plus masih menjadi perangkat paling laris di Tiongkok.

china_1

Sedangkan sang rival, Android makin berjaya dengan peningkatan signifikan dari 73,9% menjadi 83,5% per Januari 2016 sampai dengan bulan Januari 2017. Di periode yang sama Windows turun dari 0,9% ke 0,1%.

Sumber berita Kantar, Gizmochina dan gambar header ilustrasi Pixabay.

Survei Nusaresearch Tegaskan BlackBerry dan Nokia Tidak Lagi Jadi Pilihan di Masa Datang di Indonesia

Nusaresearch melakukan survei terhadap 1115 responden yang berusia di bawah 30 tahun untuk mengetahui preferensi pilihan smartphone-nya. Dengan Samsung masih mendominasi, BlackBerry dan Nokia yang sempat populer beberapa tahun lalu kini tak lagi menjadi pilihan. Sony dan Oppo menjadi dua primadona baru di pasar smartphone Indonesia.

Berdasarkan survei tersebut, Samsung masih mendominasi brand awarenessdan marketshare vendor smartphone di Indonesia. Tercatat Samsung adalahtop of mind responden dengan angka 52,9%, diikuti oleh BlackBerry, Nokia, Sony, dan iPhone yang berturut-turut mencapai nilai 10%, 7,4%, 5,8%, dan 5,1%. Meskipun pasar BlackBerry dan Nokia terus turun, tak terbantahkan bahwa popularitasnya di jaman dulu masih menyumbang awareness terhadap merknya di Indonesia.

top-of-mind smartphone brand [Nusaresearch 2014]

Terkait marketshare, Samsung, BlackBerry, dan Lenovo adalah yang paling banyak dimiliki oleh responden. Samsung mendominasi dengan raihan 40,9%, diikuti oleh BlckBerry dengan marketshare 9,6% dan Lenovo dengan capaian 7,5%. Sony dan Nokia memungkasi jajaran lima besar. Smartphone lokal yang masuk ke dalam sepuluh besar daftar ini adalah Smartfren, Advan, dan Evercoss.

Screen Shot 2014-11-10 at 12.01.55 PM

Meskipun BlackBerry dan Nokia masih populer di kalangan masyarakat, keduanya tidak jadi pilihan di masa datang. Dari sekitar 60% responden yang ingin mengganti smartphone-nya, BlackBerry dan Nokia tidak masuk dalam daftar tiga besar. Nokia dipilih oleh 7,6% responden jika mereka ingin berpindah ke merk lain, sementara BlackBerry hanya dipilih kurang dari 5% responden. Di masa depan, Samsung tetap menjadi merk pilihan konsumen dengan angka hampir 40%, diikuti oleh Sony, Oppo, dan Lenovo.

Screen Shot 2014-11-10 at 12.02.23 PM

Jumlah orang yang “keluar” dan tidak lagi menggunakan BlackBerry dan Nokia juga lebih besar ketimbang yang baru pindah dan menggunakannya. Hanya Samsung, Sony, dan Oppo yang mencatat angka positif di segmen ini.

Survei ini meneguhkan prediksi turunnya popularitas dan penjualan BlackBerry dan Nokia di Indonesia, padahal mereka sempat mendominasi pasar ini beberapa tahun yang lalu. Menurut data IDC, marketshare BlackBerry yang pernah menguasai 43% penjualan di tahun 2011 kini jatuh di angka 3%. Hanya 305 ribu unit BlackBerry yang terjual sepanjang tahun ini.

Dengan pergeseran tren yang begitu cepat, Samsung tetap harus berhati-hati dengan keunggulannya di Indonesia, apalagi survei ini belum mencantumkan Xiaomi yang sedang menanjak dalam datanya.

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Amir Karimuddin.  

Strategy Analytics: Pasar Smartphone Tembus Angka 250 Juta Unit

Pasar smartphone kembali mencatatkan rekor pada kuartal ketiga 2013 lalu. Paling tidak berdasarkan laporan terbaru dari Strategy Analytics, untuk pertama kalinya pasar ponsel pintar menembus angka 250 juta unit terjual (yang diindikasikan dari angka pengiriman atau shipment) dalam satu kuartal. Angka ini merupakan peningkatan 45% dari angka penjualan pada Q2 2013.

Jika ditelusuri lebih detil berdasarkan produsen, laporan Strategy Analytics memperlihatkan semakin menguatnya Samsung sebagai penguasa pangsa pasar perangkat ponsel pintar. Produsen asal Korea Selatan ini mencatatkan angka penjualan sebanyak 88,4 juta unit menempatkan Samsung sebagai pemilik 35,2% pangsa pasar.

Sementara pesaing terdekatnya, Apple, mencatatkan angka penjualan 33,8 juta unit dengan pangsa pasar sebesar 13,4%. Hanya saja, perlu diingat bahwa pada laporan Q3 ini, produk-produk terbaru Apple seperti iPhone 5S, iPhone 5C, iPad Air dan iPad Mini Retina belum masuk hitungan karena memang baru dirilis setelah bulan September.

Selanjutnya posisi lima besar diisi oleh Huawei, LG, dan Lenovo masing-masing di posisi ketiga, keempat, dan kelima. Huawei untuk pertama kalinya berhasil masuk ke posisi tiga besar dengan angka penujualan 12,7 juta unit, meningkat 67% dari angka penjualan Huawei di Q3 2012. Gambaran lengkap mengenai kondisi pasar smartphone bisa dilihat pada gambar berikut ini.

 

Sumber: Strategy Analytics via CNET.[gambar via]

Kantar: Android Kuasai 70% Pasar Eropa dan 52% Pasar Amerika Serikat

Menutup bulan Juni 2013, Kantar seperti biasa merilis laporan mengenai perkembangan pasar sistem operasi perangkat bergerak. Dalam laporan terbaru ini, Kantar mengeluarkan hasil analisis pasar sistem operasi untuk perangkat bergerak pada periode Maret hingga Mei 2013.

Secara umum, sistem operasi Android semakin dominan baik di pasar Eropa maupun Amerika Serikat. Di 5 pasar terbesar Eropa yang terdiri dari Inggris Raya, Jerman, Perancis, Italia, dan Spanyol, Android menguasai hingga 70% pangsa pasar sistem operasi bergerak, naik dari 61,3% pada periode yang sama tahun lalu. Sementara di Amerika Serikat, Android masih terus bergantian dengan iOS memuncaki pangsa pasar perangkat bergerak di sana. Pada periode ini, Android unggul dengan pangsa pasar sebesar 52%.

Di peringkat kedua, iOS bertahan cukup kuat di Amerika Serikat, Inggris Raya, Australia dan Cina. Di Amerika Serikat, iOS memiliki pangsa pasar sebesar 41,9%. Sementara di Inggris Raya, Australia dan Cina, iOS memiliki pangsa pasar masing-masing sebesar 29,9%, 28,5%, dan 23,6%. Di luar keempat negara tadi, pangsa pasar iOS tidak menembus angka 20%.

Sistem operasi keluaran Microsoft, Windows Phone, nampaknya semakin stabil mengukuhkan diri sebagai ekosistem ketiga. Di seluruh negara yang didata oleh Kantar pada laporan kali ini, Windows Phone konsisten memiliki pangsa pasar terbesar ketiga dan semakin memperbesar jarak dari BlackBerry. Kabar yang lebih menggembirakan bagi Microsoft, hanya di dua negara saja Windows Phone mengalami penurunan pangsa pasar. Selain di Jerman dan Australia, Windows Phone mencatatkan tren positif selama periode Maret hingga Mei tahun ini.

Terakhir, BlackBerry belum kunjung juga membalikkan keadaan. Dari seluruh negara yang didata oleh Kantar pada laporan ini, BlackBerry hanya mengalami tren positif di Australia. Di negara-negara lainnya BlackBerry masih tetap mengalami pertumbuhan negatif.

Dengan masuknya Firefox OS yang baru saja merilis ponsel pintar komersial pertamanya, dirilisnya sistem operasi iOS 7 dan kemungkinan iPhone versi murah, serta mulai masuknya perangkat murah Q5 yang berbasis BlackBerry 10, saya sendiri memprediksikan perubahan pangsa pasar yang cukup dinamis di akhir kuartal ketiga nanti. Statistik lengkap dari Kantar bisa dilihat pada gambar berikut ini.

 

[gambar via]

Cina Kini Diperkirakan Menjadi Pasar Smartphone Terbesar, Menggantikan Amerika Serikat

Perusahaan penyedia layanan untuk pengembang aplikasi mobile, Flurry, kemarin merilis laporan yang menyatakan bahwa saat ini Cina diperkirakan sudah menjadi pasar ponsel pintar terbesar di dunia menggantikan posisi Amerika Serikat. Catatan ini sekaligus menjadi rekor pertama kalinya Amerika Serikat tergusur dari posisi pertama negara dengan pasar ponsel pintar terbesar di dunia.

Dengan data yang dihimpun oleh Flurry melalui penelusuran terhadap lebih dari 2,4 miliar sesi aplikasi mobile per hari dari 275.000 aplikasi mobile di seluruh dunia, Flurry mengklaim bahwa laporannya ini sudah mencakup 90% pasar ponsel pintar dunia. Ini juga menjelaskan kenapa pada grafik-grafik berikut, Flurry hanya memperhitungkan aktivasi perangkat berbasis iOS dan Android yang keduanya menurut data dari Gartner memiliki sedikitnya 91% pasar ponsel pintar dunia.

Seperti bisa dilihat pada grafik di atas, pada bulan Januari lalu sebenarnya jumlah perangkat iOS dan Android yang aktif di Cina masih tertinggal sedikit jika dibandingkan dengan di Amerika Serikat. Namun, mengingat Cina memiliki laju pertumbuhan pasar ponsel pintar yang lebih cepat (150 juta unit per tahun berbanding 50 juta unit per tahun di pasar AS), Flurry memprediksikan bahwa Cina pada bulan ini telah melampaui jumlah pasar ponsel pintar di AS.

Sementara untuk kategori negara-negara dengan perkembangan jumlah perangkat iOS dan Android paling pesat, Kolombia dan Vietnam justru memimpin dengan pertumbuhan yang luar biasa pesat. Selain Vietnam, Asia Tenggara juga memiliki Thailand dan Filipina dalam daftar 12 negara teratas pada kategori ini.

Untuk melihat laporan lebih lengkap, Anda bisa mengunjungi situs Flurry pada tautan ini.

 

[gambar via]