Tag Archives: PasarMIKRO

PasarMIKRO Dapat Pendanaan Baru dari Investor Berdampak DEG dan Ceniarth

Startup agritech PasarMIKRO mendapat pendanaan baru dari dua institusi yang berfokus pada investasi berdampak, yakni DEG dan Ceniarth LLC. Tidak disebutkan nominal investasi yang diterima.

Sebelumnya, PasarMIKRO mengantongi putaran pendanaan awal sebesar $2,5 juta (sekitar Rp39,3 miliar) pada November 2022, yang dipimpin oleh Trihill Capital dengan partisipasi 1982 Ventures, Genting Ventures, Resolution Ventures, Gayo Capital dan Rabo Foundation.

Dalam keterangan resminya disebutkan bahwa pendanaan ini disepakati oleh DEG dan PasarMIKRO melalui perjanjian Upscale selama lima tahun. Adapun, kucuran investasi dari DEG dan Ceniarth disebut merefleksi komitmennya untuk mendorong dampak berkelanjutan bagi sektor pertanian di Indonesia. 

Diketahui, DEG adalah perusahaan pembiayaan terkemuka di Eropa yang membantu pelaku usaha di sektor berdampak di negara-negara berkembang untuk tumbuh. Sementara, Ceniarth LLC adalah yayasan milik Isenberg Family yang juga berinvestasi pada solusi berdampak dan berfokus masyarakat yang terpinggirkan.

Secara umum, keduanya investor berbagi visi dan misi untuk memperkuat usaha petani kecil, nelayan, dan pedagang di Indonesia sehingga dapat meningkatkan kesejahteraannya dengan memanfaatkan teknologi.

Head of Investment Ceniarth Stefan Freeman mengungkap, “platform PasarMIKRO memiliki potensi untuk mengubah kehidupan para petani, nelayan, dan pedagang, dan memungkinkan mereka untuk berkembang dan berkontribusi terhadap ekonomi berkelanjutan. Kami yakin kolaborasi ini akan berdampak jangka panjang dan memberikan perubahan positif bagi masyarakat yang terpinggirkan di Indonesia.”

Skala operasi

PasarMIKRO akan memanfaatkan investasi ini untuk memperluas layanan trade and trade finance serta memperkuat jaringan petani kecil, nelayan, dan pedagang. Investasi ini juga akan digunakan untuk meningkatkan skala operasionalnya dan mengembangkan solusi inovatif untuk mengatasi tantangan unik yang dihadapi oleh petani kecil dan pedagang di Indonesia.

PasarMIKRO adalah platform perdagangan komoditas dan layanan keuangan untuk pelaku usaha di sektor pertanian. Melalui platform ini, para petani maupun pedagang mendapat akses untuk melakukan transaksi hingga pembayaran.

Beberapa fitur yang disediakan bagi pelaku usaha di antaranya adalah pembukuan digital dan fitur untuk fungsi pelacakan informasi terkait komoditas langsung dari para petani. Fitur ini dibangun untuk mendukung transparansi dan akuntabilitas di seluruh rantai pasokan.

Co-Founder dan CFO PasarMIKRO Hugo Verwayen mengaku, “komitmen investasi dari kedua investor yang mengutamakan dampak sejalan dengan misi kami untuk memberdayakan masyarakat terpinggirkan di sektor pertanian. Kemitraan ini akan memungkinkan kami untuk memperkuat upaya dan menjangkau lebih banyak petani kecil, nelayan, dan pedagang,” ujarnya.

Berdasarkan informasi yang dihimpun di situs resminya, PasarMIKRO telah memiliki sebanyak 1387 petani, pemasok, dan pedagang terdaftar dengan total nilai perdagangan Rp226 miliar dan Rp188 miliar telah disalurkan ke petani. PasarMIKRO memperdagangkan sembilan komoditas, termasuk telur, beras, dan kopi.

Dalam pemberitaan sebelumnya, PasarMIKRO menargetkan dapat mencapai nilai transaksi kotor tahunan lebih dari $300 juta dan 10.000 pengguna pada akhir 2023. Diketahui, PasarMIKRO berawal dari proyek percontohan di Blitar.

Startup agritech PasarMIKRO mengumumkan perolehan pendanaan sebesar $2,5 juta yang dipimpin oleh Trihill Capital dan Resolution Ventures

PasarMIKRO Peroleh Pendanaan 39 Miliar Rupiah, Dipimpin Trihill Capital dan Resolution Ventures

Startup agritech PasarMIKRO mengumumkan perolehan pendanaan sebesar $2,5 juta atau setara 39,3 miliar Rupiah dipimpin oleh Trihill Capital dan Resolution Ventures. Putaran ini juga turut diikuti oleh Genting Ventures, 1982 Ventures, dan lainnya.

Dana segar akan dimanfaatkan untuk mendorong peningkatan basis pengguna, memperluas penawaran produk, dan memasuki pasar baru. Pendanaan ini datang selang 9 bulan setelah putaran pra-awal PasarMIKRO yang dipimpin oleh 1982 Ventures pada awal tahun ini.

VP of Investment Trihill Capital Valerianus Ian Sulaiman mengatakan, PasarMIKRO telah membangun solusi untuk perdagangan komoditas pertanian di Indonesia, pasar ini sudah matang untuk transformasi digital.

“PasarMIKRO adalah satu-satunya teknologi pertanian dengan fokus laser pada pedagang yang meningkatkan rantai nilai. Ekosistem pertanian perlu memodernisasi operasi dan sangat penting bagi perekonomian Indonesia,” ucapnya dalam keterangan resmi, Jumat (4/10).

Managing Partner Resolution Ventures Sam Gibb menambahkan, startup tersebut tidak hanya membantu petani untuk dibayar lebih cepat, tetapi juga memberi mereka digital presence, dengan salah satu tujuan untuk menghubungkan mereka dengan produk dan layanan keuangan (termasuk permodalan).

“Efek berlipat-lipat dari pekerjaan yang mereka lakukan untuk mendigitalkan perdagangan fisik ini pada akhirnya akan mengalir melalui bagian lain dari ekonomi juga,” kata Gibb.

Sejumlah startup agritech tengah mendapatkan perhatian dari investor. Untuk model bisnis yang mencoba merevolusi sistem rantai pasok di antaranya Japang mendapat pendanaan pra-seri A awal Oktober 2022 kemarin, Koltiva dan Gokomodo bukukan pendanaan lanjutan di September 2022, Agriaku umumkan pendanaan seri A 510 miliar Rupiah, dan sejumlah pemain lainnya.

PasarMIKRO

PasarMIKRO menghubungkan petani, pedagang, dan membantu kegiatan sehari-hari mereka, seperti pembukuan, pengajuan modal kerja, dan transaksi jual-beli. Mereka mengejar sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan Indonesia yang potensi pasarnya bernilai $130 miliar (lebih dari 13% dari PDB menurut Bank Dunia) dengan memberdayakan petani kecil, pedagang, dan seluruh pihak yang terlibat di dalamnya.

Platform teknologi PasarMIKRO adalah aplikasi perdagangan komoditas dan keuangan perdagangan berbasis seluler untuk para pemain agribisnis. Platform ini memungkinkan pembayaran tepat waktu secara nontunai untuk petani, membantu mereka berjuang melalui kegiatan produksi mereka

Awalnya, PasarMIKRO diluncurkan dengan proyek percontohan di Blitar yang berfokus pada telur, lalu dengan cepat berkembang ke semua provinsi besar dengan lebih dari 10 komoditas di platform mereka. PasarMIKRO diproyeksikan mencapai lebih dari $300 juta nilai transaksi kotor tahunan dan 10.000 pengguna pada akhir 2023.

Co-founder & CEO PasarMIKRO Dien Wong menyatakan, “Putaran pembiayaan terbaru ini memungkinkan kami untuk meningkatkan dampak di tingkat yang lebih cepat.”

Dalam rangka mendukung misi perusahaan, pada awal tahun ini, perusahaan menunjuk mantan eksekutif perbankan komoditas ABN AMRO Bank Hugo Verwayen untuk bergabung.

Verwayen mengatakan, “PasarMIKRO memecahkan hambatan besar dalam rantai nilai pertanian dengan memungkinkan para pedagang, agregator, dan petani yang ada dengan digitalisasi dan akses ke modal kerja. Kami telah mampu meningkatkan skala ke segmen komoditas dan provinsi baru sambil menjaga biaya tetap rendah dan mengelola pembakaran kami.”

Para Co-founder PasarMikro / PasarMikro

PasarMikro Ingin Berdayakan Fungsi Tengkulak dan Ciptakan Inklusi Keuangan bagi Petani

Masih rumitnya rantai pasok bisnis agro di Indonesia menjadi salah satu alasan kehadiran platform PasarMikro di Indonesia. Perusahaan ingin membawa posisi pedagang, seperti tengkulak atau yang juga dikenal dengan istilah pengepul, ke posisi yang lebih baik lagi.

Selama ini persepsi tengkulak, yang juga berfungsi sebagai pedagang, banyak diartikan negatif oleh masyarakat umum. Menurut CEO PasarMikro Dien Wong, persepsi tersebut ingin diubah. Bersama dengan Co-Founder Hugo Verwayen (CFO) dan Demetrius Edo Djayaputra (COO), PasarMikro ingin memberdayakan para tengkulak dan membantu akses pasar dan inklusi keuangan bagi petani. Dimulai dari telur, Pasar Mikro juga memiliki rencana menambah komoditas lainnya.

“Terkait rantai pasok kami masih melihat terdapat gap sebelum mereka memindahkan produk ke penjual di kota besar. Terdapat berbagai lapisan dari rantai pasok tersebut. Kami ingin memberi solusi terbaik melalui platform, dan kami mengajak supply chain player untuk on boarding ke dalam platform,” kata Dien.

Menurutnya, peranan midddle men atau tengkulak masih dirasakan perlu oleh sebagian besar petani. Selama ini tengkulak tidak hanya membantu petani menjual produk mereka, tetapi juga berfungsi sebagai mitra dalam hal finansial dan penasihat pertanian.

Untuk memastikan tengkulak atau pengepul yang bergabung adalah yang terbaik, tim PasarMikro melakukan kurasi berdasarkan pengalaman mereka sebelumnya. Pada umumnya para tengkulak atau pengepul tersebut adalah petani yang telah sukses dan ingin membantu petani lainnya. Tidak hanya dari sisi logistik, para tengkulak atau pengepul ini juga memiliki peranan kunci yang kerap menghubungkan para petani ke para distributor dan perusahaan yang tertarik membeli komoditas pertanian tertentu.

“Kami ingin menjadikan tengkulak atau pengepul sebagai obyek utama dalam platform dan tidak mencoba untuk menghilangkan fungsi mereka. Kami juga tidak ingin menggantikan posisi mereka. Kami ingin menghubungkan mereka dengan petani dan pedagang lainnya,” kata Dien.

Sejak meluncur tahun 2020 lalu, PasarMikro telah membantu para petani untuk berdagang dan membiayai distribusi lebih dari 5.000 ton telur dan komoditas lainnya.

Pengembangan aplikasi dan rencana penggalangan dana

PasarMikro juga menyediakan berbagai layanan bagi petani dan pedagang untuk transaksi sehari-hari mereka, seperti pembukuan, peminjaman, dan marketplace bagi petani dan ekosistem untuk menjual produknya.

Aplikasi yang bisa digunakan pedagang dan petani ini diharapkan bisa memudahkan proses jual beli hingga proses bidding atau penawaran awal ke stakeholder terkait. Saat ini PasarMikro telah memiliki sekitar 600 pengguna aktif dan 160 petani. Targetnya tahun ini jumlah tersebut bisa bertambah hingga dua kali lipat. PasarMikro menargetkan wilayah Jawa Timur untuk target pasar mereka, namun tidak menutup kemungkinan ekspansi ke wilayah lainnya.

PasarMikro memiliki model bisnis pembiayaan dengan skema pembayaran tempo untuk para petani, karena mereka biasanya tidak menerima penerimaan pembayaran hasil panen tepat waktu. Sementara dengan dengan tengkulak atau pengepul mereka menjalankan skema bagi hasil.

“Ke depannya sebagai platform akan dihadirkan juga opsi berbasis fee dan langganan hanya untuk mereka yang memiliki kebutuhan lebih. Namun saat ini untuk semua pemakaian dasar akan selalu gratis,” kata Dien.

PasarMikro juga telah menjalin kemitraan dengan BRI dan Rabo Foundation, sebuah dana sosial yang didukung bank pertanian Eropa Rabobank dengan misi memberikan prospek masa depan yang berkelanjutan kepada petani kecil. Tercatat sudah ada 4.500+ ton dari berbagai jenis komoditas yang diperjualbelikan dan fasilitas pembayaran tempo $6,5 juta yang telah dikeluarkan.

Perusahaan telah mendapatkan pedanaan tahap awal dari Gayo Capital dan 1982 Ventures serta beberapa angel investor. Tahun ini mereka memiliki rencana menggalang dana kembali.

“PasarMikro menjaga penyedia utama Indonesia yaitu petani dan pedagang yang sering diabaikan. Kami mengubah lanskap untuk ekonomi digital yang lebih inklusif. Kami memperkirakan bahwa digitalisasi ekosistem memungkinkan rantai nilai makanan masa depan yang terukur,” kata Dien.

Application Information Will Show Up Here

Gayo Capital Announces Two New Portfolios, Alatté Beauty and PasarMIKRO

The venture company under Ideosource, Gayo Capital, officially announced seed funding for two of its newest portfolios, Alatté Beauty and PasarMIKRO. Gayo Capital is reluctant to mention the exact investment value the two have received. However, Alatté Beauty is said to have secured around $100- $500 thousand, while PasarMIKRO around $500 thousand – $1 million.

Gayo Capital’s Co-founder & Managing Partner, Ishara Yusdian said the two portfolios are in line with the company’s vision to provide “impact investment”. He also prepared a business roadmap to encourage future business growth for both of them.

“We are impact investors. Therefore, we incubate first, give mentoring and pre-seed rounds before the product launches. Once launched, we entered as investors for the seed round,” Ishara said in an interview with DailySocial.

Thus, Gayo Capital has nine portfolios now, including in the agricultural segment (Lampung Cocoa Farmers, Inacom, Tunas Farm, PasarMIKRO, AGRetail & AGLogistics), waste management (WLabku, DAUR), and lifestyle (Alatté Beauty and Foom).

Alatté Beauty’s development

Throughout 2020, Gayo Capital saw a trend of increasing sales of beauty products during the pandemic. Moreover, his team began to conduct various researches in Q2 2020 and found that the average local cosmetic brand is still using the retail business model. In order to invest in this sector, Ishara said he wanted to find a business model that could have a broad impact.

He said, Alatté met Gayo Capital’s criteria. With a reseller-based business model, he believes Alatté can have a broad impact, especially for MSMEs in Indonesia. In contrast to most retail cosmetic brands, which are considered to require large capital to become a reseller. In fact, there is no assistance regarding selling, engagement, and transformation to digital selling.

“After our exploration, we found that Alatté has a different model from other brands, partnering with individuals and MSMEs. Think about resellers, such as the Oriflame [model]. Therefore, Alatté prepared the whole thing, the reseller will make sales and they will receive coaching, starting from the framework, marketing, and going to the market. Indirectly, Alatté is one of the medium to increase the GDP contribution from MSMEs,” he explained.

Ishara said, Alatté has achieved organic growth. Moreover, Alatté’s focus in 2021 is to fully increase sales figures through digital platforms, such as Tokopedia and Shopee. In 2022, Alatté will expand to offline stores, such as Watson, Sephora, Sociolla, and Metro.

Next, in the following year, then Alatté will enter into innovation development. One of the use cases that is currently being prepared is the development of face recognition to provide a virtual experience for buyers of Alatté cosmetic products.

“it’s currently on trial. But, we’ll be able to launch it if we have a significant number we can get. Therefore, it depends on the reseller in the area. Alatté’s equity value is different from other brands. The sales forecast seems very close . For example, when the equity value has been built, we want to make Alatté the first local cosmetics brand to be IPO,” he said.

Farmer’s financing facility

Next, the PasarMIKRO, this platform is prepared to synergize with existing portfolios in agriculture, Lampung Cocoa Farmers (PKL) and Inacom. Ishara revealed, PasarMIKRO  has provided financing facilities to more than 50 farmers. This year, his team targets to provide access to finance to 200 farmers in Indonesia.

In a general note, PasarMIKRO provides financing facilities for upstream farmers with risk profiling in accordance with POJK. Ishara assessed that farmers and ranchers in the regions have the ability to supply their crops to large retailers, such as Carrefour and Giant. However, this is considered difficult without the help of middlemen.

“PasarMIKRO has a business model similar to Investree P2P, only it is channeled into the captive market, including farmers and breeders. PasarMIKRO also provides facilities where farmers can trade their crops to agri food companies, such as Japfa Comfeed,” he added.

Target in 2021

During this year, Gayo Capital is preparing some other plans. Ishara revealed that his team would collaborate with the International Design School (IDS) and state-owned subsidiary PT INTI to prepare digital-based learning content. He said, the pre-employment market potential is huge, especially after Lebaran.

As a general note, IDS is owned by Andi Boediman, who is also a Managing Partner at Ideosource. Gayo Capital will announce a new portfolio in the third quarter, a Singapore-based insurtech platform, Ocktolife.

In addition, the company will launch three incubation programs this year. First, Start Camp Asia which aims to consolidate and integrate the MICRO Market with the existing portfolio. Second, Codiac for the integration and collaboration of AGRetail & AGLogistics with external parties.

Third, PILAR, the program that prepares leadership assistance for its portfolio, most of which are from agricultural verticals. “I think we have to have standards for those running the company. Currently, we are still providing one by one assistance,” he added.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Partner di Gayo Capital, meliputi Jefri Sirait, Ishara Yusdian, dan Edward Ismawan Chamdani / Gayo Capital

Gayo Capital Umumkan Dua Portofolio Baru, Alatté Beauty dan PasarMIKRO

Perusahaan ventura di bawah naungan Ideosource, Gayo Capital, resmi mengumumkan pendanaan tahap awal untuk dua portofolio terbarunya, yaitu Alatté Beauty dan PasarMIKRO. Gayo Capital enggan menyebutkan nilai investasi pasti yang diterima keduanya. Namun, Alatté Beauty disebutkan mengantongi investasi di kisaran $100-$500 ribu, sedangkan PasarMIKRO di rentang $500 ribu-$1 juta.

Co-founder & Managing Partner Gayo Capital Ishara Yusdian mengatakan, kedua portofolio tersebut sejalan dengan visi perusahaan untuk memberikan “impact investment”. Pihaknya juga telah menyiapkan roadmap bisnis untuk mendorong pertumbuhan bisnis keduanya ke depan.

“Kami adalah impact investor. Jadi awalnya kami inkubasi dulu, berikan mentoring dan pre-seed round sebelum produk meluncur. Begitu sudah meluncur, kami masuk sebagai investor untuk seed round,” ujar Ishara dalam wawancaranya kepada DailySocial.

Dengan demikian, Gayo Capital kini telah memiliki sembilan portofolio, antara lain di segmen agrikultur (Petani Kakao Lampung, Inacom, Tunas Farm, PasarMIKRO, AGRetail & AGLogistics), waste management (WLabku, DAUR), dan lifestyle (Alatté Beauty dan Foom).

Pengembangan Alatté Beauty

Di sepanjang 2020, Gayo Capital melihat ada tren peningkatan penjualan produk kecantikan selama masa pandemi. Dari sini, pihaknya mulai melakukan berbagai riset di Q2 2020 dan menemukan bahwa rata-rata brand kosmetik lokal masih menggunakan model bisnis ritel. Untuk berinvestasi di sektor ini, Ishara menyebut ingin mencari model bisnis yang bisa memberikan dampak luas.

Menurutnya, Alatté memenuhi kriteria yang dicari Gayo Capital. Dengan model bisnis berbasis reseller, ia meyakini Alatté dapat memberikan dampak luas, terutama bagi UMKM di Indonesia. Berbeda dengan kebanyakan brand kosmetik ritel yang dinilai membutuhkan modal besar untuk menjadi reseller. Bahkan, tidak ada pendampingan mengenai cara berjualan, engagement, dan transformasi ke digital selling.

“Setelah kami eksplorasi, kami menemukan Alatté memiliki model berbeda dari merek lain, yaitu partnering dengan individual dan UMKM. Think about reseller, seperti [model] Oriflame. Jadi semua disiapkan oleh Alatté, reseller akan melakukan penjualan dan mereka akan menerima pembinaan, mulai dari framework, marketing, hingga go to the market-nya. Jadi, secara tidak langsung, Alatté menjadi salah satu upaya mendongkrak kontribusi GDP dari UMKM,” jelasnya.

Menurut Ishara, saat ini Alatté sudah mengantongi pertumbuhan secara organik. Untuk itu, fokus Alatté di 2021 adalah menaikkan angka penjualan sepenuhnya melalui digital platform, seperti Tokopedia dan Shopee. Di 2022, Alatté akan merambah offline store, seperti Watson, Sephora, Sociolla, dan Metro.

Kemudian di tahun selanjutnya, barulah Alatté akan masuk ke pengembangan inovasi. Salah satu use case yang tengah disiapkan adalah pengembangan face recognition untuk memberikan virtual experience bagi pembeli produk kosmetik Alatté.

“Sekarang lagi trial. But, we’ll be able to launch it if we have a significant number yang bisa kami dapatkan. Jadi sekarang tergantung dari reseller di daerah. Equity value Alatté berbeda dibanding brand lain. Sales forecast sudah kelihatan mendekati lah sekarang. Semisal sudah bangun equity value, kami bahkan ingin buat Alatté jadi brand lokal kosmetik pertama yang di-IPO-kan,” paparnya.

Fasilitas pembiayaan petani

Berlanjut ke PasarMIKRO, platform ini dipersiapkan untuk dapat bersinergi dengan portofolio existing di agrikultur, yaitu Petani Kakao Lampung (PKL) dan Inacom. Ishara mengungkap, saat ini PasarMIKRO telah memberikan fasilitas pembiayaan ke lebih dari 50 petani. Tahun ini, pihaknya menargetkan dapat memberikan akses pembiayaan ke 200 petani di Indonesia.

Sebagaimana diketahui, PasarMIKRO menyediakan fasilitas pembiayaan bagi petani di hulu dengan risk profiling sesuai dengan POJK. Ishara menilai bahwa petani dan peternak di daerah memiliki kemampuan untuk memasok hasil panennya ke peritel besar, seperti Carrefour dan Giant. Namun, hal ini dinilai sulit tanpa bantuan perantara tengkulak.

“PasarMIKRO memiliki model bisnis seperti pemain P2P Investree, hanya saja ini disalurkan untuk captive market, yaitu petani dan peternak. PasarMIKRO juga sediakan fasilitas di mana petani bisa trading hasil panen ke perusahaan makanan agri, seperti Japfa Comfeed,” tambahnya.

Target di 2021

Di sepanjang tahun ini, Gayo Capital juga tengah menyiapkan sejumlah rencana lainnya. Ishara mengungkap, pihaknya akan bekerja sama dengan International Design School (IDS) dan anak usaha BUMN PT INTI untuk menyiapkan konten pembelajaran berbasis digital. Menurutnya, potensi pasar pra-kerja sangat besar, terutama usai Lebaran nanti.

Sekadar informasi, IDS dimiliki oleh Andi Boediman, yang juga merupakan Managing Partner di Ideosource. Gayo Capital juga akan mengumumkan satu portofolio baru di kuartal ketiga ini, yaitu Ocktolife, platform insurtech berbasis di Singapura.

Selain itu, perusahaan juga akan meluncurkan tiga program inkubasi di tahun ini. Pertama, Start Camp Asia yang bertujuan untuk melakukan konsolidasi dan integrasi PasarMIKRO dengan portofolio existing. Kedua, Codiac untuk integrasi dan kolaborasi AGRetail & AGLogistics dengan external party.

Ketiga, PILAR atau program mempersiapkan pendampingan leadership bagi portofolionya yang sebagian besar dari vertikal agrikultur. “Rasanya kami harus punya standarisasi untuk mereka yang running the company. Kalau sekarang, kami masih memberikan pendampingan one by one.” Tambahnya.