Tag Archives: Paul Santos

Wavemaker Partners Umumkan Dana Investasi Kedua Khusus Asia Tenggara Senilai Hampir 900 Miliar Rupiah

Perusahaan modal ventura berbasis di Singapura Wavemaker Partners mengumumkan perolehan dana investasi kedua yang khusus diarahkan untuk perusahaan teknologi di Asia Tenggara sebesar US$66 juta (atau sekitar Rp891 miliar). Dana yang diperoleh Wavemakers melebihi ekspetasi awal dari target semula sebesar US$50 juta.

Salah satu perusahaan yang turut berpartisipasi dalam pengumpulan dana ini adalah anggota World Bank, International Financial Corporation (IFC) yang menaruh dananya sebesar US$10 juta.

Pihak IFC menuturkan partisipasinya ini menunjukkan komitmen perusahaan dalam mendukung penetrasi startup pada tahap awal. Sekaligus membentuk ekosistem untuk terus berinovasi dan mendorong pertumbuhan di pasar negara berkembang di Asia.

“Fokus kami di IFC adalah mendukung inovasi, transformasi digital, dan kewirausahaan di negara berkembang di Asia Tenggara. Hal tersebut mendorong kami untuk bermitra dengan perusahaan modal ventura yang fokus untuk pendanaan tahap awal skala regional,” terang Head of Investment Asia IFC Pravan Malhotra, dalam keterangan resmi yang diterima DailySocial.

Selain IFC, turut serta perusahaan modal ventura lainnya dari Thailand yaitu AddVentures. Perusahaan ini adalah bagian dari konglomerat Siam Cement Group (SCG). Partisipasi AddVentures menandakan langkah perdananya berinvestasi di Wavemaker. Perusahaan lainnya yang turut disebut adalah Temasek, perusahaan investasi milik negara berbasis di Singapura.

Managing Partner Wavemaker Partner Paul Santos mengatakan perusahaan menggunakan pendekatan yang berbeda ketika berinvestasi di Asia Tenggara. Hampir 80% investasi yang dilakukan perusahaan tergolong pendanaan tahap awal. Perusahaan juga menekankan portofolio yang dipilih harus dipimpin oleh founder yang cakap dibidangnya.

“Kami telah menempuh perjalanan jauh sejak kami pertama kali memulai di Singapura pada lima tahun lalu. Dalam banyak hal, kami mengalami banyak pengalaman pahit yang sama dialami startup. Kami pun terdorong oleh hasil yang telah dicapai dan respons dari para investor,” kata Paul.

Dengan dana segar yang baru diperoleh ini, Wavemaker telah melakukan investasi lanjutan dengan nominal yang signifikan untuk beberapa perusahaan. Termasuk diantaranya, Coins.ph, sebuah platform layanan keuangan berbasis blockchain; Wavecell, platform komunikasi dengan komputasi awan; dan Zilingo, marketplace fesyen dari Thailand yang kini sudah ekspansi ke Indonesia.

Selanjutnya, Paul memperkirakan setidaknya ada tambahan tiga investasi baru untuk putaran seri B sebelum akhir tahun ini. Dia juga mengatakan beberapa portofolio startup telah mencetak lebih dari US$3 juta untuk pendapatan tahunannya.

Diantaranya, Smove, platform berbagi mobil di Singapura; Ematic, penyedia solusi pemasaran; dan Lynk, platform berbagi pengetahuan dengan para pakar.

Wavemaker juga mengumumkan penambahan portofolio baru, misalnya Structo, solusi pencetakan 3D untuk gigi; dan Silent8, kecerdasarn buatan untuk memberantar praktik pencucian uang.

Snapcart Peroleh Pendanaan Pra-Seri A Senilai 23 Miliar Rupiah

Aplikasi mobile pemberi layanan cashback Snapcart hari ini mengumumkan perolehan pendanaan pra-seri A senilai 1,675 juta Dollar (lebih dari 23 miliar Rupiah) dari Wavemakers Partners, SPH Media Fund, SMDV (Sinar Mas Digital Ventures), dan Ardent Capital. Dengan pendanaan ini, Snapcart berencana mulai melebarkan sayap di Asia Tenggara. Selain itu, mantan direktur riset P&G Mayeth Condicion turut bergabung sebagai Chief Data Officer dan Co-Founder.

Aplikasi mobile Snapcart didirikan oleh Reynazran Royono (Rey) dan resmi meluncur pada awal September 2015 silam. Pada dasarnya Snapcart memberikan layanan yang memudahkan penggunanya untuk mendapatkan cashback dengan mengambil foto dari struk belanja.

Pun demikian, selain traksi pertumbuhan, potensi pemanfaatan layanan Big Data untuk brand yang dimiliki Snapcart adalah salah satu alasan Snapcart berhasil mendapatkan pendanaan pra-seri A dari Wavemakers Partners, SPH Media Fund,  SMDV (Sinar Mas Digital Ventures) dan Ardent Capital yang juga merupakan investor sebelumnya dalam pendanaan awal.

Paul Santos dari Wavemaker Partners melalui keterangan yang kami terima mengatakan, “Kemampuan untuk melakukan targeted engagements, dan juga  big data potensial, menjadikan Snapcart sebagai sebuah platform B2B yang unik di Asia Tenggara. Traksi yang didapat dari brand dan pengguna sangat menunjukkan kepada kami betapa besarnya potensi lekatnya layanan ini bagi konsumen di Indonesia dan karena itu tidak ternilai harganya bagi brand offline dan retailer yang memanfaatkan teknologi mobile.”

Rencana ekspansi ke luar Indonesia pasca pendanaan

Pasca pendanaan ini, Snapcart berencana untuk melebarkan sayap ke setidaknya dua pasar lain di kawasan Asia Tenggara. Rencana ini akan dimulai dengan pasar Filipina pada awal tahun ini.  Rencana perluasan pasar tersebut akan didukung dengan bergabungnya mantan Direktur Riset Procter & Gamble (P&G) Mayeth Condicion sebagai Chief Data Officer dan Co-Founder.

“Memanfaatkan basis pengguna Snapcart yang besar dan bertumbuh tepat memberikan kami kemampuan untuk mempertemukan teknologi, ilmu data, dan pemahaman konsumer, sehingga menghasilkan wawasan orang yang berbelanja lebih baik,” ujar Mayeth.

Dengan pengalaman lebih dari 17 tahun di bidang analytics dan wawasan konsumen di Asia, bergabungnya Mayeth diharapkan dapat memperkuat layanan untuk klien dan memimpin operasi di Filipina.

Pengembangan produk dan target di tahun 2016

Aplikasi pemberi layanan cashback Snapcart / DailySocial

Selain melebarkan sayap operasional, dana segar yang baru diperoleh juga direncanakan untuk merealisasikan beberapa pengembangan produk yang sebelumnya sudah pernah diungkap. Contohnya, mengembangkan fitur video engagements dan perangkat dashboard analytics. Fitur-fitur tersebut akan mengakomodasi brand untuk melihat perilaku konsumen secara real-time dan bantu merencanakan strategi pemasaran berikutnya.

CTO Snapcart Laith Abu Rakty mengatakan, “Tahap pertama pengembangan kami lebih difokuskan kepada pengumpulan data masal dan akuisisi pengguna, aktivasi, dan engagement. […] Dengan lebih dari seribu struk yang diterima setiap harinya, kami ingin menyempurnakan sistem otomatisasi dan melakukan upgrade aplikasi yang ada [terlebih dahulu].”

“Di Indonesia ada banyak format struk yang berbeda, bahkan dalam waralaba ritel yang sama, sehingga menjadikannya lebih sulit untuk diotomatisasi. Ini adalah tantangan yang ingin kami atasi di tahap berikutnya,” lanjut Laith.

Sementara itu Rey menyebutkan bahwa akuisisi pengguna yang ada dalam agenda akan dilakukan melalui kemitraan dengan perusahaan FMCG dan vertikal lain melalui kegiatan offline dan pemasaran online.

Menurut Rey saat ini Snapcart telah bermitra dengan lebih dari 35 brand, memperoleh lebih dari 150 ribu unduhan aplikasi, dan memiliki 85 ribu pengguna aktif bulanan. Targetnya, dalam kurun waktu kurang dari satu tahun Snapcart bisa mencapai 1 juta unduhan.

Aplikasi Snapcart saat ini baru tersedia untuk platform Android dengan sistem operasi 4.0.3 ke atas. Untuk versi iOS, direncanakan segera hadir dalam waktu dekat di awal tahun 2016 ini.