Tag Archives: paypro

IMkas Indosat Ooredoo

Melalui IMkas, Indosat Kembali Terjun di Peta Persaingan Uang Elektronik

Indosat Ooredoo kembali mencoba peruntungan di bisnis uang elektronik dengan merilis aplikasi IMkas, setelah vakum selama tiga tahun sejak menutup Dompetku. Restu dari Bank Indonesia telah diberikan melalui surat yang disampaikan pada 19 Februari 2020.

Kepada DailySocial, Director and Chief Strategy & Innovation Officer Indosat Ooredoo Arief Musta’ín menerangkan, pada tanggal 20 Maret 2020 perseroan meluncurkan nama baru uang elektronik IMkas untuk pengguna seluler di Indonesia. Menurutnya, IMkas adalah solusi pembayaran yang melengkapi solusi digital seluler Indosat, sekaligus mendorong adopsi pembayaran digital di Indonesia.

“Perubahan brand/merek uang elektronik Indosat Ooredoo tersebut telah mendapatkan persetujuan dari Bank Indonesia sesuai surat No.22/126/DKSP/Srt/B tertanggal 19 Februari 2020,” terangnya, kemarin (9/6).

Dia melanjutkan, IMkas memiliki jargon “New Way of Transaction” yakni cara bertransaksi di dalam ekosistem seluler. Nama baru ini menggantikan nama sebelumnya yakni PayPro yang telah berkiprah sejak 2017.

IMkas hadir dalam bentuk aplikasi mobile dan USSD dengan beragam fitur pembelian pulsa seluler, paket data seluler, token listrik, pembayaran, tagihan air, BPJS, P2P transfer, dan pembayaran asuransi.

Tidak dijelaskan seberapa besar optimisme Indosat untuk bersaing di ranah uang elektronik ini. Arief malah merujuk pada laporan e-Conomy SEA 2019 yang dirilis Google, Temasek, dan Bain Company; pertumbuhan rata-rata ekonomi digital di Asia Tenggara mencapai 33% sejak tahun 2015. Indonesia adalah salah satu negara yang tumbuh di atas rata-rata sebesar 49% per tahun.

“Internet ekonomi di Indonesia diperkirakan akan terus bertumbuh mencapai $130 miliar di tahun 2025,” ucap dia merujuk dari laporan tersebut.

Ditambah itu, keyakinan perseroan juga didukung oleh basis pelanggan yang jumlahnya tembus di angka 56,2 juta per kuartal pertama tahun ini. “Indosat Ooredoo sebagai leading digital company berupaya terus-menerus memberikan digital experience terlengkap bagi pelanggan seluler di Indonesia.”

Belajar dari kesalahan

Sebelum GoPay, Ovo, dan Dana hadir; pemain uang elektronik awalnya didominasi oleh perbankan dan telekomunikasi. Strategi bakar uang yang diambil pemain baru ini, tidak sejalan dengan jiwa korporasi yang harus bertanggung jawab memberikan imbal hasil untuk para pemegang saham. Terlebih dari strateginya, mereka cenderung eksklusif, pangsa pasarnya terbatas pelanggannya saja.

Pilihan sulit ini akhirnya dijawab entah dengan menutupnya atau dialihkan ke perusahaan lain yang lebih “berani”. Tutupnya Dompetku pada 2017, memberikan efek domino untuk pemain telko untuk melakukan hal serupa. XL Tunai resmi ditutup pada awal tahun ini, setelah delapan tahun beroperasi.

Telkomsel lewat T-Cash akhirnya dilebur dengan beragam uang elektronik di bawah perusahaan pelat merah di bawah brand baru LinkAja dan diresmikan pada pertengahan tahun lalu. Uangku milik Smartfren hingga kini masih bertahan dan berafiliasi dengan Traveloka sebagai salah satu metode pembayaran.

Khusus rekam jejak Indosat, perseroan pertama kali mengantongi lisensi dari Bank Indonesia lewat surat BI No. 10/14/DASP perihal Izin sebagai Penerbit Uang Elektronik yang diterbitkan pada tanggal 9 Januari 2008. Setelah Dompetku dinyatakan tutup, lisensi dialihkan ke PayPro pada tahun 2017.

Setahun setelah digunakan, lisensi Dompetku dilepas karena PayPro, di bawah grup Digiasia Bios, kini memiliki lisensi sendiri yang dipegang oleh KasPro (PT Solusi Pasti Indonesia). Artinya, kurang lebih selama dua tahun lisensi Dompetku “nganggur”.

Indosat kembali mencoba peruntungannya di ranah ini, meski IMkas ini belum menganut konsep agnostik alias hanya bisa digunakan pengguna Indosat saja. DailySocial sempat menanyakan bagaimana kiat Indosat untuk meningkatkan pamor IMkas, tapi tidak dijawab oleh Arief.

Besar kemungkinannya Indosat belajar dari kesalahan sebelumnya. Makanya, IMkas juga bisa diakses dengan USSD (Unstructured Supplementary Service Data), guna memperkuat optimisme perseroan untuk menjangkau penggunanya yang ada di pelosok yang belum memiliki smartphone.

USSD merupakan salah satu teknologi pesan singkat yang dimiliki operator jaringan GSM. Umumnya dipakai untuk pertukaran teks antara ponsel dengan aplikasi yang terdapat di jaringan milik operator.

Di samping itu, penambahan fitur yang relevan dengan kebutuhan juga perlu dilakukan agar ambisi perseroan dapat terealisasi.

Application Information Will Show Up Here
Digiasia Bios, induk usaha dari PayPro, merilis unit bisnis terbaru yang bergerak di layanan loyalitas, PoinPro

Induk PayPro Luncurkan Unit Bisnis Layanan Loyalitas PoinPro

Digiasia Bios, induk usaha PayPro, merilis unit bisnis terbaru yang bergerak di layanan loyalitas, PoinPro. Layanan ini nantinya akan menghubungkan semua ekosistem yang dimiliki oleh Digiasia Bios beserta afiliasinya, termasuk PayPro, KasPro, KreditPro, RemitPro, dan lainnya.

“Program loyalitas ini dibuat sebagai kesatuan dari strategi marketing, acquisition, pricing, dan retention. Melalui ini, Digiasia memiliki tools yang tangkas untuk mempengaruhi pasar di luar variabel standar, seperti iklan, harga, outlet, dan sebagainya,” ucap CEO Digiasia Hermansjah Haryono kepada DailySocial.

Dia melanjutkan, model bisnis PoinPro adalah revenue sharing dengan unit bisnis lainnya. Setiap revenue dari tiap unit bisnis akan memiliki porsi masing-masing yang akan dibagikan ke PoinPro untuk didistribusikan ke pengguna melalui PoinPro. Semakin besar poin yang berhasil dikumpulkan, pengguna akan mendapat manfaat yang lebih besar.

Transaksi yang bernilai kecil pun tetap mendapatkan poin, sehingga tidak hanya dirasakan oleh pengguna yang bertransaksi bernilai tinggi atau pandangan ekstrem lainnya yang menyebut sekadar untung-untungan.

Untuk debut awalnya, sambung Hermansjah, PoinPro memulainya dengan program scan and win berbentuk gamification. Menantang pengguna mencari toko-toko yang memiliki sticker QR Code dan mengumpulkan poin sebanyak-banyaknya. Langkah tersebut sekalian mengedukasi masyarakat soal kegunaan QR Code. Ada sejumlah hadiah untuk pengguna yang berhasil mengumpulkan poin terbanyak.

“Semakin engage dengan kami, semakin tinggi rewards-nya. Ini sekalian menghapus anggapan bahwa point reward itu hanya menguntungkan bagi orang yang transaksinya tinggi.”

Setidaknya ada lebih dari 10 ribu merchant PoinPro yang tersebar di Jakarta, Bandung, Malang, Yogyakarta, Bali, dan sejumlah kota besar lainnya.

Target bisnis

Menurut Hermansjah, ambisi terbesar dari program loyalitas adalah bagaimana mendorong masyarakat agar terbiasa dengan layanan cashless dan fintech sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Bukan soal menghadapi perusahaan yang bergerak di industri yang sama.

“Oleh karena itu target jangka pendek dan menengah adalah sosialisasi program ini sebagai satu kesatuan dari overall strategi perusahaan. Pada akhirnya pengguna aware dan enjoy dengan PoinPro.”

Application Information Will Show Up Here
Bank Indonesia kembali rilis lisensi e-money

Bank Indonesia Rilis Lisensi Uang Elektronik untuk Lima Perusahaan Baru

Bank Indonesia (BI) kembali merilis perizinan uang elektronik (e-money) kepada beberapa penyelenggara. Kali ini perizinan tersebut diberikan kepada 5 perusahaan, yakni:

  1. PT Verita Sentosa Internasional (pengusung platform PayTren)
  2. PT Ezeelink Indonesia (pengusung platform Ezeelink)
  3. PT Solusi Pasti Indonesia (pengusung platform PayPro)
  4. PT Cakra Ultima Sejahtera (pengusung platform Duwit.id)
  5. PT E2Pay Global Utama (pengusung platform Kocek)

Kelima perusahaan di atas sudah terkonfirmasi mendapatkan lisensi e-money dari pihak terkait, kendati demikian sampai tulisan ini diterbitkan baru PayTren yang sudah tertulis di situs BI. Artinya per Juni 2018 ini sudah ada 32 perusahaan yang mengantongi lisensi uang elektronik BI.

Sebelum mendapat lisensi e-money, PayTren sempat dibekukan, senasib dengan beberapa platform lain seperti BukaDompet milik Bukalapak, TokoCash milik Tokopedia, dan ShopeePay milik Shopee. Peraturan BI (PBI) Nomor 20 Tahun 2018 yang berlaku sejak 4 Mei 2018 –revisi dari PBI Nomor 18 Tahun 2016—menyaratkan perusahaan harus memperoleh izin jika memiliki colse up jumlah dana menganggur lebih dari 1 miliar Rupiah.

PayTren dikenal sebagai aplikasi mobile yang mengakomodasi berbagai jenis transaksi pembayaran dan digital. Ezeelink merupakan platform yang memungkinkan merchant untuk menerapkan sistem e-voucher dan e-coupon sebagai media pembayaran transaksi. PayPro adalah aplikasi mobile yang mengakomodasi berbagai jenis layanan pembayaran dan transaksi keuangan lainnya.

E2Pay mengembangkan aplikasi Kocek menyediakan platform e-wallet untuk berbagai jenis pembayaran. Sedangkan PT Cakra Ultima Sejahtera mengembangkan Duwit.id, kami belum bisa menginfokan layanan seperti apa yang diusung, pasalnya situsnya saat ini juga belum bisa diakses.

Strategi Perluasan Mitra untuk Penetrasi Pengguna ala PayPro

PayPro adalah pengusung layanan dompet virtual yang menggunakan nomor ponsel sebagai sebuah identitas transaksi, layaknya nomor rekening. Strategi sistem ini dinilai efektif, mengingat visi PayPro memfasilitasi kebutuhan finansial non tunai untuk masyarakat yang belum memiliki akun perbankan (unbanked). Selain menghadirkan layanan mendasar, PayPro mencoba memperluas fungsionalitas sistem yang dimiliki dengan menjalin kemitraan khusus dengan penyedia jasa angkutan bajaj di Jakarta.

Chief Marketing Officer PayPro Heidi Bokau menjelaskan kepada DailySocial sekurangnya ada sekitar 800 bajaj yang telah dan akan menerapkan fitur ini. Setiap armada bajaj akan dilengkapi dengan QR Code sehingga memungkinkan pengguna untuk melakukan pembayaran secara non tunai menggunakan aplikasi PayPro. Pendekatan ini dilandasi kebutuhan masyarakat saat ini. Layanan on-demand yang sudah ada terbukti memberikan banyak efektivitas dan transparansi dalam pembayaran dan penggunaan jasa angkutan umum.

Tetap bermitra strategis dengan Indosat Ooredoo

Menjelang akhir kuartal pertama tahun 2017 lalu, Indosat Ooredoo mulai mengumumkan rebranding layanan Dompetku menjadi PayPro. Di waktu yang sama, pihaknya mengumumkan PayPro akan berbadan hukum terpisah dengan Indosat, bahkan tidak memiliki afiliasi sama sekali dari sisi legal. Strategi peleburan Dompetku ke PayPro adalah hasil kerja sama strategis antara perusahaan dengan PT Solusi Pasti Indonesia (SPI) sebagai pengembang platform over the top (OTT).

Kendati demikian, Heidi menerangkan secara singkat bahwa PayPro masih bermitra strategis dalam urusan bisnis bersama Indosat.

“Sampai dengan saat ini Indosat adalah mitra strategis PayPro dan agenda PayPro adalah untuk terus mendukung Gerakan Nasional Non Tunai yang dicanangkan oleh Bank Indonesia pada tahun 2014,” ujar Heidi.

Alasan lain yang juga masuk akal, PT SPI belum memiliki lisensi e-money dari Bank Indonesia untuk mengoperasikan layanan pembayaran digital. Lisensi PayPro disebutkan masih dimiliki Indosat. Indosat sendiri sudah mendapat lisensi dari BI sejak tahun 2009.

Optimasi QR Code untuk perluasan layanan

Memiliki berbagai fitur transaksi layanan sistem yang dimiliki perbankan, PayPro menilai bahwa debutnya di masyarakat akan diterima. Terlebih dengan berbagai kemudahan, termasuk kemampuan untuk pengisian saldo dan tarik tunai melalui seluruh cabang Alfamart dan Indomaret di Indonesia, layaknya representasi sistem ATM perbankan.

Fitur lain yang coba dioptimalkan adalah model pembayaran dengan QR Code yang dimiliki PayPro. Melalui layanan ini, PayPro ingin coba memfasilitasi transaksi yang sehari-hari dibutuhkan masyarakat, mulai dari transportasi hingga kebutuhan pokok.

“Ke depannya PayPro ingin menjadi yang terdepan dalam hal pembayaran non tunai. Bayangkan apabila kita membeli sayur atau makan siomay dan melakukan pembayaran cukup dengan melakukan scan QR Code sehingga tidak memerlukan uang tunai,” terang Heidi.

Application Information Will Show Up Here

GoToMalls Jalin Kerja Sama dengan PayPro

Berdiri sejak Juli 2016, platform direktori promosi, diskon dan penjualan barang GoToMalls mengklaim sudah menjalin kerja sama dengan lebih dari 400 mall di berbagai wilayah di Indonesia, termasuk di dalamnya lebih dari 6000 toko atau outlet penjual barang. Hal ini juga dinilai menjadi faktor pertumbuhan jumlah kunjungan layanan mall online tersebut. Dalam tahun pertama telah membukukan lebih dari lima juta pengunjung harian.

Selain efektivitasnya dalam persebaran dan promosi produk –karena menjangkau pangsa pasar yang lebih luas—adanya model mall online ini juga dinilai banyak menguntungkan para gerai. Pasalnya selain tetap dapat melakukan penjualan langsung di toko, mereka bisa mendorong penjualan yang lebih banyak melalui kanal online melalui serangkaian informasi promosi dan diskon. Terlebih sistem pembayaran juga terintegrasi dengan berbagai layanan dompet elektronik, salah satunya yang baru dijalin kerja samanya, yakni dengan PayPro dari Indosat Ooredoo.

CEO GoToMalls Bruno Zysman menjelaskan, pada fase pertama kolaborasi GoToMalls.com dengan PayPro selain memfokuskan pada sistem jual beli, juga ingin menemukan model yang sesuai dengan kebutuhan pangsa pasar, baik untuk online ataupun offline. Beberapa pendekatan di fase awal yang dilakukan salah satunya dengan memberikan promosi diskon untuk pembeli yang menggunakan dompet elektronik tersebut.

Kerja sama ini juga dapat dilihat sebagai “langkah aman” yang dipilih oleh GoToMalls, pasalnya jika mengembangkan sistem e-wallet sendiri, maka mereka berkewajiban mendapatkan lisensi dari BI. Sementara untuk mendapatkan lisensi tersebut tidak mudah, pemain lain seperti Tokopedia atau Shopee yang memilik e-wallet sendiri harus membekukan transaksi –karena sudah memutarkan uang lebih dari 1 miliar rupiah di sana, sebagai batas awal diperlukannya lisensi e-money dari BI.

 

Screenshot 2017-10-18 at 15.51.11

Selain menghadirkan fitur pembayaran melalui e-wallet, untuk meningkatkan pelanggan toko dan merchant, GoToMalls juga menghadirkan fitur penilaian dan ulasan. Dengan begitu sangat memungkinkan manajemen mall dan retail brand dapat memahami kebutuhan pelanggan dan keinginan pelanggan.

“Melalui fitur-fitur ini diharapkan target pengunjung di tahun 2017 dapat meningkat mencapai 10 juta yang masuk ke mall untuk belanja sesuai kebutuhan mereka. Maka dari itu target bisnis kami harus dapat meningkatkan merchant untuk menarik perhatian pengunjung,” ujar Bruno.

Kehadiran fitur ini dinilai sesuai untuk membantu pusat perbelanjaan berkomunikasi dengan cara digital. Rencananya ke depan GoToMall dapat memicu fitur-fitur lain untuk menjadi partner merchant, menambah mitra pembayaran yang terintegrasi dan pelayanan transportasi online untuk memudahkan pesan antar menuju ke mall.

Indosat Ooredoo Tutup Cipika, Divisi E-Commerce Dihapuskan

Indosat Ooredoo memastikan akan menutup layanan e-commerce Cipika 1 Juni mendatang dengan transaksi terakhir adalah 22 Mei lalu. Meskipun demikian, Cipika Play baru diperbarui beberapa bulan lalu tidak ikut ditutup. Penutupan Cipika dan pengalihan lisensi Dompetku menjadi perusahaan tersendiri, Paypro, adalah sinyal perubahan fokus unit bisnis Digital yang selama ini membawahi produk-produk berbasis OTT.

Unit bisnis Indosat Ooredoo Digital dibangun sebagai bagian tren transformasi perusahaan telekomunikasi menjadi perusahaan teknologi yang juga memiliki aset OTT. Layanan e-commerce, layanan pembayaran, layanan mobile advertising, layanan inkubator, dan dana investasi patungan dengan Softbank adalah pilar pendukungnya. Kini fokusnya berubah.

Menurut informasi yang kami terima, mereka sekarang fokus ke pengembangan jaringan dan pengembangan layanan digital melalui kemitraan. Pemisahan operasional, seperti yang terjadi dengan PayPro, disebut sebagai keputusan strategis agar gerakannya lebih gesit dan tidak bergantung pada birokrasi perusahaan besar seperti Indosat Ooredoo.

Kembali ke Cipika, divisi e-commerce disebutkan dihapuskan. Karyawan di divisi ini ada yang di-layoff dan ada yang dialihkan ke unit lain. Sementara pegawai yang sebelumnya menangani Dompetku dialihkan ke PayPro.

Kami juga mendapat konfirmasi jika Carlos Karo Karo dan Randy Pangalila, yang sebelumnya masing-masing memimpin Cipika dan Dompetku, tetap bekerja untuk Indosat Ooredoo.

Penutupan ini, meskipun tidak mengejutkan, bisa jadi imbas tidak berhasilnya pivot untuk mempertahankan layanan ini.

Dalam wawancara DailySocial dengan Group Head Digital Strategy & Investments Indosat Ooredoo Usman Khan Lodhi akhir tahun lalu, ia menyebutkan:

“Kini kami telah berevolusi dengan platform tersebut dan fokus kepada wholesale transaction dan mencoba untuk memanfaatkan customer base. [Cipika akan] sedikit melakukan pivoting dalam hal memberikan penawaran lebih yang menguntungkan dalam hal keuangan.”

Sektor e-commerce di Indonesia saat ini memiliki kompetisi yang ketat. Selain Cipika, dua layanan e-commerce lainnya dibentuk oleh perusahaan telekomunikasi, yaitu Blanja (Telkom Group) dan Elevenia (XL Axiata). Kami perkirakan konsolidasi dan perampingan akan terus terjadi sehingga hanya akan tersisa sejumlah pemain yang bertahan.

Pengumuman penutupan Cipika 1 Juni mendatang
Pengumuman penutupan Cipika 1 Juni mendatang

Nasib Dompetku Pasca Melebur dengan PayPro

Indosat Ooredoo mengumumkan dalam situs resminya yang sebenarnya sudah terpampang kurang lebih sebulan lalu, mengenai perubahan nama Dompetku menjadi aplikasi alat pembayaran PayPro. Ternyata perubahan ini tidak hanya sekedar rebranding, sebab PayPro rupanya memiliki bendera badan hukum yang berbeda dengan Indosat dan tidak memiliki afiliasi sama sekali dengan perusahaan.

Lewat surel yang diterima DailySocial, pihak Indosat Ooredoo yang diwakili oleh M Adimas selaku Head of Integrated Marketing Communications mengungkapkan bahwa strategi peleburan Dompetku ke PayPro adalah hasil kerja sama strategis antara perusahaan dengan PT Solusi Pasti Indonesia (SPI) sebagai pengembang over the top (OTT) platform.

Dirinya berharap meleburnya Dompetku bisa memberikan pengalaman layanan keuangan digital yang lebih baik. Independensi ini akan memberikan kemampuan bagi Indosat Ooredoo untuk melayani pelanggan lebih luas dan menggarap pasar baru yang sebelumnya belum dijangkau oleh Dompetku.

“PayPro juga bisa lebih fokus memperluas dan menambah fitur serta layanan [..], hasilnya secara tidak langsung akan membangun hubungan jangka panjang dengan pelanggan dan membangun nilai-nilai berkelanjutan. Pada akhirnya ekosistem jadi lebih luas, PayPro menjadi lebih bersaing di industri fintech yang makin kompetitif,” katanya.

Dengan adanya peleburan ini, sambung Adimas, PT SPI akan menjadi pihak yang bertanggung jawab untuk pemeliharaan aplikasi PayPro. Akan tetapi, lisensi uang elektronik Dompetku masih sepenuhnya dimiliki Indosat Ooredoo.

Sekadar informasi, Indosat Ooredoo dinyatakan sebagai pemilik lisensi uang elektronik oleh Bank Indonesia sejak 3 Juli 2009.

Pengguna Dompetku masih bisa menggunakan akun Dompetku melalui UMB *789# atau melalui aplikasi Dompetku hingga 30 Juni 2017. Setelah tanggal tersebut, pelanggan hanya bisa mengaksesnya lewat menu PayPro di *123*4# atau melalui aplikasi MyIM3 dan aplikasi Paypro.

Komitmen Indosat Ooredoo berikutnya untuk layanan fintech

Indosat Dompetku kini dapat menerima transfer uang dari seluruh dunia / Indosat Ooredoo

Ketika ditanya mengenai langkah Indosat Ooredoo berikutnya untuk pengembangan layanan fintech, pihak Indosat tidak bersedia memberikan jawaban yang rinci. Adimas hanya menyebutkan bahwa mereka berkomitmen untuk terus menghadirkan inovasi yang memudahkan pelanggan, termasuk di dalamnya layanan fintech.

“Jadi Indosat akan terus mengembangkan layanan fintech lainnya, yang memang dibutuhkan pelanggan.”

Dompetku merupakan salah satu unit bisnis digital yang dimiliki Indosat Ooredoo, setelah Cipika Apps, Cipika, Ideabox, Indonesia Mobile Exchange (IMX), dan Ondego (layanan perbankan via SMS).

Pihak Indosat Ooredoo mengklaim Dompetku adalah satu-satunya uang elektronik yang menganut model bisnis telco agnostic dan bank agnostic. Artinya, layanan uang independen tanpa terikat oleh operator telekomunikasi dan tidak membutuhkan rekening bank.

Pengguna aktif Dompetku diklaim mencapai 4 juta orang pada September 2016 atau naik 6 kali lipat secara year-on-year (yoy) dengan tingkat transaksi per hari sebesar 800 ribu. Ditargetkan jumlah pengguna pada tahun ini bisa tembus di angka 10 juta.

Sejauh ini, Dompetku telah bekerja sama dengan 70 mitra e-commerce dan merangkul 82 bank untuk layanan transfer dana.

PayPro bertekad sebagai one stop payment

CMO PayPro Adelheid Helena Bokau menjelaskan dengan menggandeng Indosat Ooredoo sebagai mitra eksklusif, pihaknya membidik penggunaan PayPro untuk masyarakat yang ingin melakukan transaksi pembayaran dari multi sektor, tidak hanya difasilitasi oleh perbankan, online shop, atau operator telekomunikasi saja.

Saat ini PayPro telah bekerja sama dengan KAI Commuter Jabodetabek (KCJ), Alfamart Group, Indomaret, Grab.

“Kami terus berkomitmen untuk menghadirkan layanan mobile yang dapat melayani transaksi keuangan sehari-hari dengan tingkat keamanan yang tinggi, user friendly, dan terbuka untuk semua pelanggan operator telekomunikasi,” ucap Heidi, panggilan akrab Adelheid.

Heidi melanjutkan, nantinya seluruh produk dan layanan yang tersedia di Dompetku akan tersedia di PayPro. Mulai dari layanan remitansi, investasi reksa dana, pinjaman, kirim uang tunai, dan lainnya.

Secara resmi, SPI lewat PayPro baru memulai pelayanannya pada Maret 2017. Aplikasi PayPro baru bisa diunduh untuk pengguna Android, sedangkan untuk versi iOS akan menyusul beberapa pekan mendatang.

“Akan ada perluasan produk dan layanan dari Dompetku setelah melebur ke PayPro. Kami ingin buat PayPro jadi alat pembayaran yang sesimpel mungkin. Sehingga, orang tidak perlu bawa dompet mereka tinggal membayar semuanya lewat smartphone.”

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here