Tag Archives: pebble

Pebble

East Ventures Terlibat di Pendanaan Pebble, Merevolusi Model Bisnis Dompet Digital Lewat Blockchain

Hari ini (24/5) East Ventures mengumumkan keterlibatannya di pendanaan awal Pebble, startup fintech pembayaran berbasis di New York. Putaran investasi ini menyusul debut produk Pebble pasca-bergabung di program akselerasi Y Combinator.

Selain East Ventures, pendanaan $6,2 juta atau setara 91 miliar Rupiah ini juga  didukung Y Combinator, Lightshed Ventures, LD Capital, Soma Capital, Cadenza Capital, Eniac Ventures, dan Global Founders Capital. Sejumlah investor individu juga terlibat, di antaranya Odell Beckham Jr. (superstar NFL), Matthew Bellamy (vokalis Muse), Richard Ma (CEO Quantstamp), dan Leore Avidar (CEO Alt).

Pebble mengembangkan sebuah aplikasi dompet digital berbasis blockchain, memungkinkan pengguna menyimpan, membelanjakan, dan mengirim uang secara efisien. Bahkan lewat mekanisme tertentu, pengguna bisa mendapatkan benefit berupa kredit bernilai tertentu atas nominal atau transaksi yang terjadi di dalam aplikasi.

“Pebble didirikan untuk memperkenalkan standar baru pada keuangan pribadi. Melalui dompet digital Pebble, pengguna dapat memperoleh 5% keuntungan dari persentase hasil tahunan atau Annual Percentage Yield Rewards dari uang mereka, serta cashback sebesar 5% tanpa batas di 55 merchant rekanan seperti Amazon, Domino, AirBnB, Adidas, dan banyak lagi,” jelas Co-founder & CTO Pebble Sahil Phadnis.

Selain itu, mereka telah berkolaborasi dengan Mastercard untuk merilis kartu debit untuk setiap penggunanya.

Dengan visi untuk memberdayakan sebanyak mungkin orang secara finansial, Pebble akan menggunakan dana segar yang didapat untuk mendorong ekspansinya ke pasar global. Pebble berencana untuk merilis aplikasinya di Asia Tenggara pada akhir tahun 2022.

Pemanfaatan blockchain di sistem aplikasi

Dalam proses bisnisnya, saat pengguna menyetorkan uangnya ke aplikasi, Pebble mengubahnya menjadi sebuah mata uang berbasis blockchain dengan nominal US$ (stablecoin) yang disebut dengan USDC (US dollar-denominated blockchain-based currency). Kemudian, mereka akan meminjamkannya ke lembaga keuangan yang terdaftar secara resmi.

Teknologi USDC dinilai bisa memberdayakan transaksi global tercepat dan termurah, sehingga banyak lembaga keuangan besar di dunia bersedia untuk membayar lebih dalam mengakses stablecoin. Semua keuntungan ini dapat diakses pengguna tanpa harus memahami kompleksitas dari kripto.

Melalui website Pebble, para pengguna dapat mengumpulkan mata uang open rewards (diberi nama “Pebbles”) yang bertujuan untuk memudahkan perkenalan ekonomi blockchain bagi para pengguna yang belum memahami kripto. Pada dasarnya saat ini Pebbles belum memiliki nilai atau fungsi apa pun; namun mata uang tersebut akan menjadi kunci untuk menyelaraskan insentif tim, investor, mitra, merchant, dan para pengguna untuk membangun ekonomi global baru di atas blockchain — secara bersama-sama.

Meskipun aplikasi Pebble saat ini hanya tersedia di Amerika Serikat, Co-founder & CEO Pebble Aaron Bai mengatakan, “Komunitas Pebble telah menyatukan orang-orang di seluruh dunia yang bersemangat untuk membangun sistem keuangan berstandar global di blockchain.”

Tugas berat membangun kepercayaan

Para founder Pebble percaya bahwa adopsi massal dari teknologi blockchain akan terjadi jika para pengguna dapat melihat manfaat sebelum menilai kripto berdasarkan stereotipe.

Menurut analisis kami, dengan beberapa kejadian yang menimpa ekosistem keuangan global beberapa waktu terakhir — termasuk turunnya nilai beberapa stablecoin akibat krisis yang memberikan kesan bahwa jaminan stabilitas nilai tersebut gagal dibuktikan —menjadi salah satu pekerjaan terberat pemain seperti Pebble untuk membangun kepercayaan di publik. Apalagi basis utama layanan mereka adalah menggunakan stablecoin.

Namun demikian, konsep ini menarik. Sebelumnya platform cyrpto-earn lain membungkus layanan seperti itu melalui sebuah aplikasi wealthtech atau investasi, dengan konsep pengguna meletakkan terlebih dulu sejumlah kripto untuk diputar kembali. Sementara yang dilakukan Pebble lebih kepada menggantikan kebiasaan pengguna dengan dompet digital yang sehari-hari digunakan — yang secara tidak langsung turut mempromosikan blockchain kepada khalayak yang lebih luas.

Fitbit Umumkan ‘Tanggal Kadaluarsa’ Pebble, 30 Juni 2018

Di titik ini dunia mungkin sudah lupa dengan Pebble – bahkan penciptanya sendiri sudah move on – akan tetapi saya yakin di luar sana masih banyak yang setia menggunakan pelopor kategori smartwatch tersebut, termasuk redaktur kami yang tercinta.

Sekadar mengingatkan, Pebble resmi diakuisisi oleh Fitbit menjelang akhir 2016, dan Fitbit rupanya tidak menyisihkan anggaran belanjanya sedikit pun untuk meminang aset hardware Pebble. Akibatnya, portofolio produk Pebble sama sekali tidak ada yang diteruskan.

Sejak itu loyalitas konsumen Pebble ibarat diuji oleh Fitbit. Sebagian bertanya dalam hati apakah smartwatch-nya bakal berhenti berfungsi secara tiba-tiba. Namun update yang dirilis pada bulan April tahun lalu memberikan sedikit titik terang: smartwatch Pebble masih bisa digunakan seperti biasa, hanya saja app store dan jaringan cloud-nya sudah tiada.

Pebble Time / Pebble
Pebble Time / Pebble

Saya bilang sedikit karena tidak ada yang tahu sampai kapan ini bakal dipertahankan selain Fitbit sendiri. Namun baru-baru ini Fitbit memberanikan diri untuk buka suara. Lewat sebuah blog post, Fitbit mengumumkan bahwa mereka akan berhenti memberikan dukungan atas Pebble pada 30 Juni 2018.

Lewat tanggal tersebut, perangkat besutan Pebble memang masih bisa berfungsi, tapi tidak untuk fitur-fitur berikut: Pebble App Store, Pebble Forum, fitur pengenal suara, fitur untuk membalas email dan SMS, timeline pin dari aplikasi pihak ketiga, dan CloudPebble development tool.

Aplikasi pendamping Pebble di Android dan iOS juga tidak akan lagi menerima update. Ini berarti aplikasinya masih bisa berfungsi, untuk sekarang. Seandainya ke depan ada versi baru Android atau iOS dan aplikasi Pebble tak lagi kompatibel, maka fitur notifikasi pun otomatis juga berhenti berfungsi.

Fitbit Ionic / Fitbit
Fitbit Ionic / Fitbit

Ya, Fitbit pada dasarnya telah menetapkan tanggal kadaluarsa untuk Pebble. Mereka berharap konsumen Pebble bisa memanfaatkan waktu sampai akhir Juni tersebut untuk lebih mengenal produk-produk Fitbit, hingga akhirnya ikut hijrah ke platform Fitbit.

Sebagai bentuk apresiasi, Fitbit bakal menawarkan potongan harga sebesar $50 bagi konsumen Pebble yang hendak membeli smartwatch Fitbit Ionic, yang belum lama ini kedatangan app store-nya secara resmi. Syarat yang harus dipenuhi cuma satu: tanggal beli perangkat Pebble tidak boleh lewat 7 Desember 2016, tanggal di mana Pebble resmi diakuisisi.

Sumber: The Verge dan Fitbit.

Pebble Luncurkan Update Aplikasi Supaya Smartwatch-nya Tetap Bisa Berfungsi

Desember lalu, dunia mengucapkan selamat tinggal pada pelopor segmen smartwatch, Pebble. Pengguna produknya sudah pasti kecewa, akan tetapi Pebble ingin memastikan kalau semua produk yang sudah mereka pasarkan tetap bisa berfungsi seperti biasa, hanya saja tidak akan ada lagi update rutin seperti sebelumnya.

Pernyataan ini Pebble buktikan lewat update aplikasi Android dan iOS-nya yang baru saja dirilis. Update ini pada dasarnya akan menghapuskan ketergantungan pengguna akan layanan cloud Pebble, dimana semua fungsi perangkat pada akhirnya bisa dinikmati tanpa harus login sama sekali.

Seperti yang kita tahu, Fitbit memang tidak berencana meneruskan brand Pebble beserta portofolio produknya. Update ini memastikan perangkat besutan Pebble masih bisa beroperasi secara normal, tidak peduli apakah jaringan cloud-nya masih ada atau tidak.

Yang akan berhenti berfungsi pastinya adalah Pebble App Store. Sebagai gantinya, pengguna bisa meng-install aplikasi atau firmware secara manual, tanpa harus melakukan otentikasi apa-apa.

Sesungguhnya cukup menyedihkan nasib yang harus dijalani Pebble, tapi setidaknya update ini bisa sedikit melegakan hati konsumen bahwa produk yang mereka beli itu tidak kemudian berhenti berfungsi begitu saja, sebab di titik ini sudah tidak ada yang bisa mengganti kerugiannya.

Kalau Anda punya smartwatch Pebble, silakan unduh update aplikasi pendampingnya di App Store, sedangkan versi Android-nya dipastikan bakal segera menyusul. Bisa jadi ini merupakan update terakhir yang Pebble rilis.

Sumber: Wareable dan Pebble.

Application Information Will Show Up Here

Usai Akuisisi Pebble dan Vector, Fitbit Akan Rilis Smartwatch Baru Berdesain Stylish

Di saat pasar smartwatch dan wearable device secara menyeluruh agak meredup, Fitbit malah berada cukup di atas angin. Dalam kurun waktu Desember – Januari saja, mereka telah mengakuisisi dua perusahaan sekaligus, yakni Pebble dan Vector Watch yang didirikan oleh mantan CEO Timex.

Dua akuisisi tersebut rupanya malah menginspirasi Fitbit untuk mengerahkan upaya maksimalnya guna menciptakan sebuah smartwatch unggulan. Seperti yang kita tahu, selama bertahun-tahun Fitbit telah mendominasi pasar fitness tracker, namun mereka tampaknya sudah siap untuk mencicipi pangsa pasar smartwatch global yang diperkirakan memiliki nilai di atas 10 miliar dolar.

Sejauh ini tidak ada banyak detail mengenai seperti apa sekaligus kapan pastinya smartwatch baru besutan Fitbit ini bakal dirilis, akan tetapi CEO Fitbit, James Park, sempat memberikan sedikit petunjuk melalui sebuah siaran pers. Di situ dijelaskan bahwa Fitbit berniat mengembangkan smartwatch yang berdesain stylish, dengan fokus pada aspek kesehatan dan fitness tracking.

Selain itu, smartwatch anyar Fitbit ini juga sangat mungkin mengemas fitur pembayaran elektroniknya sendiri, mengingat Fitbit juga pernah mengakuisisi perusahaan fintech bernama Coin Inc. di pertengahan tahun kemarin. Lebih lanjut, akuisisi atas Vector Watch sendiri diharapkan bisa membantu Fitbit menciptakan desain smartwatch yang jauh lebih anggun dari penawarannya sekarang.

Bagaimana dengan akuisisi atas Pebble, seperti apa kira-kira pengaruhnya terhadap smartwatch baru Fitbit ini nantinya? Well, satu hal yang bisa dipastikan kalau merujuk pada penuturan James Park sendiri adalah sebuah app store khusus untuk smartwatch, yang rencananya akan diluncurkan tahun ini juga.

Kalau mempertimbangkan ini semua, sepertinya deretan smartwatch Android Wear 2.0 bakal menjumpai penantang tangguh dari nama yang selalu diasosiasikan dengan tren perangkat wearable.

Sumber: Wareable.

Fitbit Resmi Akuisisi Sebagian Aset Pebble

Menyusul rumor yang berhembus beberapa hari lalu, Fitbit akhirnya mengumumkan secara resmi bahwa mereka telah membeli sejumlah aset milik Pebble. Merujuk pada siaran persnya, aset tersebut mencakup kekayaan intelektual di bidang pengembangan software dan firmware serta sejumlah staf kunci.

Secara spesifik, yang Fitbit incar dari Pebble adalah sistem operasi, aplikasi, layanan berbasis cloud dan software engineer-nya. Fitbit rupanya tidak tertarik dengan divisi hardware Pebble sehingga akhirnya Pebble mau tidak mau harus menutup perusahaannya.

Nilai akuisisi ini dikabarkan tidak lebih dari $40 juta dolar, namun kedua pihak enggan mengonfirmasinya. CEO Pebble sendiri, Eric Migicovsky, dilaporkan akan bergabung dengan inkubator startup ternama Y Combinator.

Lalu apa artinya ini bagi konsumen Pebble? Well, Pebble memastikan bahwa semua produk yang telah mereka pasarkan masih akan berfungsi seperti biasa, namun jangan berharap ada update rutin seperti sebelumnya.

Produk-produk barunya, seperti Pebble Time 2 dan Pebble Core, dengan terpaksa tidak jadi diproduksi dan konsumen yang sudah terlanjur menjadi backer di Kickstarter akan menerima refund secara penuh. Lain ceritanya untuk Pebble 2, distribusi smartwatch tersebut sudah berlangsung sebagian, tetapi mereka yang belum mendapatkan barangnya juga akan menerima refund.

Di titik ini pada dasarnya kita bisa mengucapkan selamat tinggal kepada Pebble. Saya melihat tidak ada tanda-tanda bahwa Fitbit berniat melanjutkan brand Pebble yang bisa dianggap sebagai salah satu pelopor segmen wearable. Bagi Fitbit sendiri, akuisisi aset ini akan semakin memantapkan posisinya sebagai salah satu produsen fitness dan activity tracker terbesar sejagat.

Sumber: Pebble, Fitbit dan Bloomberg.

Ilustrasi Fitbit mengakuisisi Pebble

Pebble Dikabarkan Segera Jadi Milik Fitbit

Segmen wearable telah menjelma menjadi industri bernilai jutaan Dollar yang awalnya dianggap sebagai tren sementara oleh sejumlah analis. Pun demikian, tak semua bisnis di sektor ini berjalan mulus. Pebble misalnya mulai kehilangan momentum setelah melakukan debut yang sempurna. Bahkan perusahaan yang lebih banyak bergelut di KickStarter itu dikabarkan bakal melego perusahaannya ke Fitbit. Pabrikan pencatat aktivitas dan kebugaran lainnya yang lebih stabil.

Saat ini belum ada konfirmasi resmi dari kedua belah pihak terkait akuisisi ini. Tapi sejumlah sumber yang dekat dengan Fitbit mengatakan bahwa perusahaan Amerika Serikat itu tertarik kepada kekayaan intelektual Pebble. Merk Pebble sendiri disebut bakal dimuseumkan.

Financial Times menyebut secara spesifik akan keinginan Fitbit untuk mendapatkan PebbleOS yang merupakan salah satu katalog aplikasi terbesar di ranah wearable, dan bisa disandingkan dengan Android dan iOS.

Sementara terkait aspek finansial untuk akuisisi ini, sumber Techcrunch menyebutkan angka yang cukup rendah, di kisaran $40 juta. Times menyebutkan angka yang lebih optimis, di kisaran $200.

Tentu akan menarik untuk melihat bagaimana saga ini akan berakhir, tapi salah satu pelajaran besar yang didapat dari situasi ini adalah bahwa lanskap teknologi tidak pernah mudah untuk diprediksi. Nokia tahu betul apa akibatnya jika terlalu idealis. BlackBerry lebih baik dengan mengesampingkan idealisme dan bersedia menerima Android dengan tangan terbuka.

Pebble adalah perusahaan yang dibangun dengan konsep dan ide yang matang. Di kemunculan perdananya, mereka memecahkan rekor KickStarter ketika Pebble Time mendapatkan pendanaan sebesar $10.5 juta yang melibatkan 48.000 penyokong dana hanya dalam waktu 48 jam saja. Seminggu kemudian, kampanye Pebble Time menyentuh angka $13,4 juta.

Sayang, dalam beberapa bulan terakhir Pebble disebut kehilangan momentum ketika pasar tumbuh dan makin kompetitif. Salah satu indikasinya tercermin dari rencana perusahaan untuk merumahkan hampir 25% dari tenaga kerjanya pada bulan Maret lalu.

Yang menarik. Di tahun 2015, pembuat jam konvensional Citizen dikabarkan pernah menawar Pebble senilai $740 juta. Kemudian Intel juga dikabarkan tertarik membelinya senilai $70 juta. Tapi, Eric Migicovsky selaku CEO menolak mentah-mentah kedua tawaran itu. Sekarang, Pebble justru terjebak dalam dilema setelah Fitbit dikabarkan hanya mau membayarnya di kisaran $40 juta.

Keputusan akhir sekarang ada di tangan Pebble. Apakah menolak pinangan yang masuk dengan konsekuensi; semakin lama ditahan, maka nilai jual Pebble akan semakin terjun bebas. Atau menerima pinangan dan menjadi bahan perdebatan kontroversial seperti kala Yahoo “terpaksa” menerima pinangan Verizon dengan harga yang jauh lebih murah.

Sumber berita Ubergizmo, theInformation. dan gambar header Thecountrycaller.

Dengan Happiness App, Smartwatch Pebble Kini Bisa Mengukur Kadar Stres

Dengan diluncurkannya Pebble 2, Pebble Time 2 dan Pebble Core, fokus Pebble di ranah kesehatan menjadi semakin matang. Akan tetapi kesehatan fisik saja belum cukup untuk menggambarkan pribadi pengguna secara utuh. Kita juga perlu mempertimbangkan kesehatan jiwa, apakah pengguna sering dilanda stres atau tidak.

Untuk itu, Pebble baru-baru ini meluncurkan aplikasi baru bernama Happiness App. Sesuai namanya, aplikasi ini ditujukan untuk memonitor mood penggunanya, sekaligus memperhitungkan pengaruh dari fluktuasi mood ini terhadap keseharian pengguna.

Cara kerja aplikasi ini sederhana: pengguna akan diminta untuk mencantumkan seperti apa mood-nya dari waktu ke waktu, didampingi oleh data-data pendukung seperti lokasi, aktivitas dan dengan siapa mereka bertemu. Setiap minggunya, Happiness App akan memperhitungkan data-data ini dan membuatkan laporannya via email.

Menurut Pebble sendiri, Happiness App sudah berhasil membuat sejumlah karyawannya melakukan perubahan dalam kesehariannya, seperti misalnya lebih banyak bersosialisasi dengan rekan kerja, lebih banyak minum air, atau rutin mengikuti latihan yoga. Aplikasi ini gratis dan bisa langsung diunduh dari Pebble App Store.

Di saat yang sama, Pebble juga memutuskan untuk memublikasikan algoritma di balik sistem activity tracking-nya, Pebble Health. Seperti yang kita tahu, aplikasi ini dikembangkan bersama sebuah tim dari Stanford University, dan salah satu anggota timnya merasa perlu memublikasikan algoritma rancangannya demi kepentingan bersama.

Menurutnya, perangkat wearable jadi kurang berarti di mata developer dan peneliti bidang kesehatan tanpa ada akses ke algoritmanya. Algoritma Pebble Health sendiri ada beberapa macam, salah satunya bertugas mendeteksi dan mengukur pergerakan, sedangkan lainnya untuk menghitung jumlah langkah kaki sekaligus mengenali apakah pengguna tengah berjalan atau berlari.

Sumber: MacRumors dan Pebble Research.

Pebble Resmi Perkenalkan Pebble 2, Time 2 dan Pebble Core

Pebble membuktikan janjinya, mereka kembali meluncurkan sejumlah perangkat wearable generasi terbaru yang lebih hebat, lebih garang dan gaya. Bahkan bukan dua, melainkan tiga perangkat mereka perkenalkan sekaligus demi memanjakan “imajinasi” penggemarnya. Ketiganya adalah Pebble 2, Pebble Time 2 dan satu lagi, debut perdana Pebble Core.

Selain penampilan yang dibuat lebih menarik, Pebble 2 mendapatkan sejumlah peningkatan dibandingkan generasi pertama. Salah satu yang paling menggembirakan, kini ia dijejali fitur pemantau detak jantung, selain optik pelacak yang bekerja dengan aplikasi kesehatan guna memberikan informasi-informasi kondisi fisik secara real-time.

Smartwatch Pebble 2 memperoleh wajah baru dan fitur pemindai detak jantung
Smartwatch Pebble 2 memperoleh wajah baru dan fitur pemindai detak jantung

Berikutnya, Pebble 2 juga mendapatkan tambahan mikrofon yang sebelumnya hanya ada di Pebble Time. Menurut klaim pengembang, varian ini mampu bertahan hingga 7 hari dengan penggunaan normal dan kemampuan untuk digunakan di dalam air hingga kedalaman 30 meter. Terakhir yang tak kalah penting, Pebble 2 mendapatkan sensor pelacak aktivitas dan pola tidur, serta kemampuan untuk terhubung ke perangkat Android dan iOS.

Pebble 2 boleh berbesar hati dengan perubahan yang dibawa, tapi peningkatan yang diusung oleh Time 2 lebih menggiurkan. Di bagian paling penting, yakni layar, Pebble Time 2 menawarkan komponen baru yang lebih besar, 53% lebih lega ketimbang layar warna yang ada di versi pertamanya. Pun demikian, dimensi total Time 2 tak berubah. Dan hebatnya, ukuran layar yang lebih lebar tersebut tak lantas mengorbankan daya tahan baterai yang menurut klaim Pebble tetap mampu bertahan selama 10 hari dalam sekali isi ulang.

Pebble Time 2 juga mendapatkan peningkatan di sejumlah bagian
Pebble Time 2 juga mendapatkan peningkatan di sejumlah bagian

Seperti halnya Pebble 2, Pebble Time 2 juga memboyong fitur pemantau detak jantung serta fitur-fitur lainnya, seperti pemantau aktivitas dan pola tidur, mikrofon, serta kemampuan untuk “menyelam” di kedalaman 30 meter.

Sebagai tambahan untuk dua jam tangan pintar di atas, Pebble menghadirkan perangkat mungil yang dinamai Pebble Core. Perangkat ini mempunyai fungsi yang beragam, sehingga bisa disebut sebagai activity tracker, music player, GPS dan juga alat keamanan pribadi.

Uniknya, tak seperti kedua jam tangan Pebble, Core tidak mempunyai layar. Hanya berwujud kubus mungil dengan lekukan tombol di bagian tengah. Dalam sebuah gambar bahkan Core dijadikan sebagai gantungan kunci.

Berwujud mungil, namun Pebble Core punya manfaat yang besar
Berwujud mungil, namun Pebble Core punya manfaat yang besar

Pun begitu, jangan terkecoh dengan tubuh mungilnya. Sebab di balik tampilannya yang imut-imut, tertanam sejumlah komponen canggih dan juga piranti lunak cerdas. Menjadikan Core mampu melakukan sejumlah tugas-tugas di luar bayangan Anda. Core ditenagai Android 5.0 Lollipop yang dapat terhubung ke jaringan 3G dan juga dilengkapi Wi-Fi, GPS dan penyimpanan internal seluas 4GB. Core bahkan punya kemampuan memberikan hiburan streaming ke Spotify atau radio seluler. Pengguna dapat menyambungkan headphone kabel atau nirkable untuk memperoleh output audio. Kemudian saat terhubung ke jam tangan Pebble, Core juga dapat menyediakan informasi lokasi dan statistik aktivitas harian penggunanya.

Menurut klaim Pebble, Core dapat bekerja selama lima jam lebih saat fitur GPS dalam posisi on dan terhubung ke headphone. Tapi jika hanya menjalankan tugas-tugas normal, ia dapat bekerja selama 9 jam. Pengisian ulang baterainya dapat dilakukan melalui USB atau menggunakan pad pengisian nirkabel.

Pebble sendiri menawarkan dua tipe Core, yaitu Core for Runner dan Core for Hacker. Jika sesuai rencana, Pebble Core akan dikirimkan pada bulan Januari mendatang dengan harga termurah mulai $70.

Sementara untuk Pebble 2 dan Time 2, dihargai masing-masing mulai dari $100 dan $170. Keduanya diperkirakan akan dikrim pada bulan September dan November.

Seperti varian sebelumnya, di peluncuran kali ini Pebble juga melepaskan penawaran melalui Kickstarter yang bisa Anda temukan di tautan ini.

Sumber berita Pebble.

Pal Strap Hadirkan Fungsi GPS dan Daya Baterai Ekstra untuk Pebble Time

Salah satu keunikan Pebble Time adalah konektor Smartstrap, dimana pengembang pihak ketiga bisa menciptakan aksesori guna menambah fungsionalitas smartwatch tersebut. Dari situ pun muncul sejumlah Smartstrap inovatif, seperti misalnya Tylt Vu yang sempat kita bahas sebelumnya.

Kini ada Smartstrap lain yang mencoba menawarkan fungsionalitas berbeda. Namanya Pal Strap, dan tujuannya adalah menyajikan fungsi GPS pada Pebble Time sehingga pengguna dapat memakainya untuk memonitor kecepatan, jarak tempuh, elevasi maupun rute tanpa perlu tersambung smartphone.

Dengan Pal Strap, Pebble Time bisa memonitor beragam aktivitas tanpa harus tersambung ke smartphone / Pal Strap
Dengan Pal Strap, Pebble Time bisa memonitor beragam aktivitas tanpa harus tersambung ke smartphone / Pal Strap

Sebelum ini, Pebble Time harus mengandalkan GPS milik smartphone apabila hendak memonitor parameter-parameter di atas. Selain merepotkan, cara ini jelas menguras baterai smartphone. Dengan Pal Strap, semua itu tak lagi menjadi masalah.

Desain Pal Strap cukup ringkas, dengan bobot hanya 65 gram jika digabungkan dengan Pebble Time. Dirinya telah mengantongi sertifikasi IPX7, yang berarti cipratan air tidak akan mempengaruhi kinerjanya. Meski demikian, pengembangnya tidak menyarankan untuk dipakai berenang.

Pal Strap dapat di-charge bersama Pebble Time tanpa perlu dilepas terlebih dulu / Pal Strap
Pal Strap dapat di-charge bersama Pebble Time tanpa perlu dilepas terlebih dulu / Pal Strap

Selain menambahkan fungsi GPS, Pal Strap juga siap menyuplai daya baterai ekstra untuk Pebble Time. Kapasitas 250 mAh yang diusungnya sanggup menambahkan daya tahan baterai hingga 7 hari lamanya, atau seandainya diperlukan, bisa memonitor menggunakan GPS selama 24 jam. Saat baterainya habis, Pal Strap bisa langsung di-charge bersama Pebble Time tanpa perlu dilepas terlebih dulu.

Seperti Pebble Time, Pal Strap juga ditawarkan lewat situs crowdfunding Kickstarter. Konsumen yang tertarik bisa memilih pledge terendah senilai $79. Ia hadir dalam enam pilihan warna yang berbeda: biru, hijau, merah, putih, abu-abu dan kuning.

Berkat Update Baru, Pebble Kini Jadi Fitness Tracker yang Lebih Mumpuni

Bulan Desember lalu, Pebble merilis sistem activity dan sleep tracking perdananya yang dijuluki Pebble Health. Keputusan itu tentunya mendapat respon positif dari para konsumen, mengingat Pebble sebelumnya hanya mengandalkan sistem besutan developer pihak ketiga saja.

Selang beberapa bulan, kini Pebble sudah siap meluncurkan update yang membawa sejumlah fitur baru untuk Pebble Health, sekaligus menjadikan smartwatch Pebble sebagai fitness tracker yang lebih mumpuni – paling tidak semakin mendekati reputasi Fitbit.

Aplikasi pendamping Pebble kini punya tab Health baru dengan tampilan komprehensif / Pebble
Aplikasi pendamping Pebble kini punya tab Health baru dengan tampilan komprehensif / Pebble

Berkat update baru ini, pengguna sekarang bisa mendapat gambaran yang lebih lengkap dan jelas terkait aktivitas dan pola tidurnya sehari-hari melalui aplikasi pendamping Pebble di smartphone. Mereka bisa membandingkan aktivitas hari ini dengan yang kemarin, minggu lalu atau bahkan bulan lalu guna mengukur efektivitasnya.

Ringkasan data activity dan sleep tracking harian juga akan dikirim menuju ke smartwatch agar mudah dipantau oleh pengguna, lengkap beserta sejumlah tips yang bermanfaat. Lebih menarik lagi, Pebble Health kini bisa mendeteksi dan memonitor kegiatan berjalan atau berlari secara otomatis tanpa menunggu input pengguna.

Fitur Smart Alarm untuk Pebble Time akan mengidentifikasi fase tidur pengguna dan mengaktifkan alarm yang relevan / Pebble
Fitur Smart Alarm untuk Pebble Time akan mengidentifikasi fase tidur pengguna dan mengaktifkan alarm yang relevan / Pebble

Khusus untuk pengguna Pebble Time, update ini juga menghadirkan fitur Smart Alarm yang akan mencoba mengidentifikasi apakah Anda sedang berada dalam fase deep sleep atau sudah hampir bangun. Seandainya sudah hampir bangun, alarm akan berdering 30 menit lebih awal dari waktu yang sudah ditentukan agar Anda bisa bangun lebih segar.

Untuk pengguna Pebble yang ingin menikmati fitur-fitur baru ini, silakan update aplikasi pendampingnya di iPhone atau Android ke versi 3.12, selanjutnya update firmware milik smartwatch ke versi 3.12 juga.

Sumber: The Verge dan Pebble Blog.