Tag Archives: Peer-to-peer

(kiri ke kanan) Thomas Djara (COO), Rani Siti Khodijah (CBDO), Givari Rizky (CEO), Rayhan Yuzar (CTO) / Bookabuku

Adopsi Konsep Peer-to-Peer, Bookabuku Mudahkan Peminjaman Buku Secara Online

Konsep peer-to-peer (P2P) saat ini bukan hanya diaplikasikan oleh layanan fintech saja. Kemudahan yang ditawarkan juga bisa diterapkan di layanan lainnya, salah satunya untuk peminjaman buku. Seperti yang diakomodasi oleh platform Bookabuku.

Didirikan oleh Givari Rizky (CEO), Rayhan Yuzar (CTO), Thomas Djara (COO) dan Rani Siti Khodijah (CBDO), konsep dari Bookabuku memudahkan pengguna untuk meminjam buku dengan pilihan beragam dari sesama pengguna.

Kepada DailySocial, Givari Rizky mengungkapkan rendahnya kultur literasi di kalangan masyarakat menempatkan Indonesia pada peringkat dua terbawah. Menurut data UNESCO Secara keseluruhan hanya 1 dari 1000 orang Indonesia membaca.

“Kami melakukan riset mendalam selama satu tahun dan menemukan bahwa permasalahan tersebut dikarenakan harga buku berkualitas yang relatif mahal dan akses yang sulit. Kami juga menemukan bahwa terdapat 101 juta lebih buku tersebar tiap tahun sejak 2015,” kata Givary.

Untuk mengatasi kendala tersebut, Bookabuku hadir memberikan solusi dengan menciptakan platform pinjam-meminjam buku fisik secara online pertama di Indonesia.

“Bookabuku memiliki visi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan misi untuk membuat sumber pengetahuan berkualitas menjadi lebih affordable dan accessible,” kata Givary.

Cara kerja Bookabuku

Bookabuku menyediakan pilihan biaya berlangganan. Setelah mendaftar, peminjam bisa melakukan peminjaman maksimal dua buku dalam dalam satu periode, yaitu 30 hari terhitung buku diterima. Namun buku tersebut juga bisa ditukar di periode waktu yang sama.

“Jadi misalnya peminjam melakukan pinjaman dua buku hari ini, seminggu ke depan dua buku tersebut bisa ditukar dengan judul lainnya. Peminjaman bisa dilakukan berkali-kali selama 30 hari periode peminjaman itu. Jika peminjam ingin mengembalikan buku nanti akan ada kurir rekanan kami yang datang menjemput buku tanpa biaya tambahan jadi tidak merepotkan,” kata Givary.

Sementara untuk pengguna yang ingin meminjamkan buku, bisa mendaftar dan langsung memasukkan ISBN buku dan mengunggah foto sampul buku melalui situs. Jika ada permintaan dari peminjam, mitra kurir dari Bookabuku akan mengambil buku tersebut langsung ke rumah pemilik buku. Pada akhir periode peminjaman, peminjam akan mendapatkan pendapatan pasif sebesar Rp10.000 per buku yang telah dipinjam.

Saat ini Bookabuku telah bermitra dengan logistik pihak ketiga seperti JetExpress, PopBox, dan Etobee. Bookabuku juga menjalin kerja sama dengan organisasi pemuda internasional terbesar yaitu AIESEC in Indonesia, lebih dari 30 komunitas dan kerap melakukan kegiatan bersama.

Rencana penggalangan dana Bookabuku

Saat ini Bookabuku mengklaim telah memiliki sekitar 3 ribu pengguna di Indonesia. Bookabuku juga sudah dapat melayani pembaca buku dari seluruh Indonesia dan menyedikan layanan free pick-up di 9 provinsi dan 25 kota. Sementara jumlah buku yang tersedia di platform saat ini sekitar 5 ribu koleksi.

Terkait dengan strategi monetasi Bookabuku datang dari subscription atau biaya berlangganan pengguna. Masih menjalankan bisnisnya secara bootstraping, Bookabuku juga berencana untuk melakukan penggalangan dana.

“Tahun 2018 ini akan menjadi tahun Bookabuku akan semakin berkembang dan rencananya akan merilis beberapa fitur lainnya untuk terus bekerja mencapai visi dan misi kami,” tutup Givary.

Hal Mendasar yang Wajib Dicermati Startup Saat Penggalangan Dana

Banyak hal menarik yang disampaikan oleh dua nara sumber #SelasaStartup minggu ini yaitu Head Marketing KoinWorks Jonathan Bryan dan Investment Analyst dari Spiral Ventures Karissa Adelaide. Sesi diskusi yang mengambil tema “Know you potential investor” membahas beberapa cara menarik yang wajib dicermati oleh pelaku startup saat bersiap untuk melakukan fundraising. Mulai dari pitchdeck yang sempurna hingga kebijakan startup memanfaatkan dana yang telah diterima usai penggalangan dana dilakukan.

Spiral Ventures siap dukung startup Indonesia

Usai mengubah nama menjadi Spiral Ventures bulan Maret 2017 lalu, fokus utama mereka adalah startup Indonesia terutama yang berbasis teknologi. Masih fokus kepada pre-seed dan seed stage, Karissa mengungkapkan masih banyak startup asal Indonesia yang memiliki potensi untuk mendapatkan investasi.

“Tentunya saya tidak ingin lagi melihat startup yang masih menerapkan pola yang sama, yaitu membuat bisnis e-commerce, marketplace hingga on-demand. Coba temukan bisnis baru yang memanfaatkan teknologi dan memberikan solusi yang terbaik dari masalah yang ada saat ini,” kata Karissa.

Karissa juga menambahkan penting bagi startup untuk bisa melakukan pendekatan dan relasi yang baik dengan investor. Dalam hal ini tugas Karissa sebagai Investment Analyst menentukan pitchdeck yang memiliki potensi untuk diteruskan kepada venture partner di VC.

“Untuk itu perhatikan dengan teliti pitchdeck yang dimiliki sebelum dikirimkan kepada VC. Mulai dari koreksi penulisan hingga isi dari konten yang ada, pitchdeck yang menarik perhatian VC adalah, pitchdeck yang singkat, jelas dan berisikan informasi yang sarat terkait dengan model bisnis dari startup,” kata Karissa.

Karissa juga menambahkan, penting bagi pelaku startup untuk melakukan pendekatan yang “friendly” kepada investor di acara-acara umum. Informasikan model bisnis startup secara singkat dan padat saat kesempatan tersebut atau yang lebih dikenal dengan sebutan “elevator pitch“.

“Baiknya Anda harus bisa meyakinkan orang tua atau bahkan nenek Anda terlebih dahulu tentang model bisnis yang bakal Anda lancarkan. Kalau mereka mengerti ide Anda dalam waktu satu menit, pastinya investor akan bisa mengerti dan waktu yang singkat tidak terbuang percuma,” kata Karissa.

Selanjutnya usai pendanaan diterima oleh startup, penting bagi pemilik startup untuk menentukan prioritas utama penyaluran dana kepada pengembangan produk, bukan kepada hal-hal yang kurang relevan seperti alokasi gaji pegawai.

“Saya sarankan tidak memutuskan hal-hal yang kurang masuk akal dan tidak mendukung jalannya bisnis startup. Tentukan prioritas dan buat komitmen untuk melancarkan rencana tersebut,” kata Karissa.

KoinWorks dan potensi sebagai pemberi dana startup

Sejak menjalankan bisnisnya selama satu tahun terakhir, saat ini KoinWorks telah memiliki sekitar 15 ribu borrowers atau peminjam dan Jumlah investor atau pemberi pinjaman juga diklaim terus mengalami peningkatan. Untuk jumlah yang diinvestasikan juga beragam, mulai dari Rp 100 ribu hingga Rp 500 juta. Dari sekian banyak jumlah pemberi pinjaman yang ada, menurut Jonathan belum bisa diimplementasikan untuk startup yang membutuhkan tambahan modal untuk startup.

“Fokus kami hingga kini masih kalangan individu hingga pelaku UMKM yang merupakan merchant dari layanan e-commerce seperti Lazada. Untuk itu KoinWorks berlum membuka kesempatan startup mendapatkan investasi dari pemberi pinjaman KoinWorks,” kata Jonathan.

Tren startup tahun 2018 mendatang

di Akhir acara Jonathan dan Karissa berbagi prediksi terkait dengan tren dari startup yang bakal memiliki potensi di tahun 2018 mendatang.

“Saya melihat health tech bakal memiliki potensi yang cerah. Karena masih besarnya potensi yang belum digali, sementara kebutuhan orang banyak untuk layanan kesehatan masih sangat dibutuhkan,” kata Karissa.

Sementara menurut Jonathan, meskipun sudah banyak layanan P2P saat ini di tanah air, masih ada celah baru untuk pelaku startup yang ingin menyasar layanan financial technology (fintech) di Indonesia.

“Saya juga melihat layanan edutech masih memiliki potensi untuk digali dan juga health care yang masih jarang saat ini inovasinya di Indonesia,” kata Jonathan.


Andriansyah Agustian berpartisipasi dalam penulisan artikel ini

Neetip Mencoba Peruntungan di Layanan Peer-to-peer Titip-Menitip Pembelian Barang

Titip-menitip barang sudah menjadi kebiasaan sebagian masyarakat kita ketika ada kerabat atau saudara sedang bepergian. Kebiasaan ini kemudian mencoba dikomersialisasi dengan mengadopsinya menjadi sebuah konsep bisnis oleh Neetip (Need it? Tip it!). Bukan konsep yang benar-benar baru sebenarnya, tetapi dengan teknologi dan fitur mapping yang ada, Neetip berusaha memberikan sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada. Bahkan startup yang belum genap berusia satu tahun ini terlihat yakin dengan strategi dan potensi pasar yang mereka sasar.

Antonius Stefanus CEO Neetip kepada DailySocial bercerita bahwa ada dua fitur utama pada bisnisnya, yakni Neetip untuk mengunggah barang yang diinginkan dari manapun asalnya dan Gettip untuk para pelancong atau traveler yang ingin membantu membelikan titipan dan mendapatkan tip.

Dengan bentuk platform peer-to-peer setiap pengguna bisa berperan sebagai “tipper” (orang yang mengunggah titipan) maupun “helper” (orang yang membantu membelikan titipan).  Dengan konsep dan teknologi yang dibangun bisnis yang ada di bawah naungan PT Neetip Global Indonesia ini pun yakin bisa mendapatkan pengguna dari dua kategori yakni “tipper” dan “helper”.

Antonius menjelaskan untuk “tipper”, mereka menargetkan beberapa tipe pengguna, seperti orang-orang yang kesulitan mencari barang yang eksklusif, pengguna yang kesulitan mencari barang yang tidak ada di tempatnya, dan pengguna yang punya kebiasaan menitipkan sesuatu pada teman dan kerabat namun hanya memiliki koneksi yang terbatas.

Sedang untuk “helper”, Antonius menjelaskan ada tiga jenis traveler yang menjadi sasaran yakni frequent traveler yang memiliki uang dan kapasitas bagasi yang cukup tapi waktu yang minimal untuk membantu memberikan titipan, traveler musiman yang memiliki waktu dan uang yang cukup tapi dengan kapasitas bagasi yang minimal, dan budget traveler yang memiliki waktu dan kapasitas bagasi yang cukup tapi hanya memiliki uang pas-pasan.

“Titip menitip adalah kebudayaan orang Indonesia, yang pada dasarnya semua orang Indonesia pasti sudah pernah melakukan kegiatan titip menitip. Kami akan mengedukasi pasar Indonesia agar mereka dapat lebih mudah untuk melakukan kegiatan titip menitip melalui aplikasi kita. Oleh karena itu kami akan ikut dalam event-event bertema traveling seperti Travel Fair untuk memperkenalkan aplikasi kami, dan juga terus melakukan social media campaign untuk menerapkan brand awareness terhadap aplikasi kami,” terang Antonius.

Salah satu yang menjadi faktor pembeda Neetip ini dengan layanan sejenis lainnya menurut Antonius terletak pada teknologinya. Di Neetip tidak hanya berbekal konsep dan platform aplikasi yang dibangun, fitur-fitur di aplikasinya juga dilengkapi dengan teknologi yang diharapkan mampu mempermudah dan memberikan pengalaman berbeda kepada pengguna.

Beberapa contoh fitur yang menjadi unggulan adalah Private Chat antara “tipper” dan “helper”, map terintegrasi untuk memantau posisi barang titipan, dan System Credit yang diklaim bisa memberikan keuntungan bagi pengguna untuk bisa menarik dana kapan pun melalui aplikasi tanpa harus mengunjungi kantor Neetip.

Saat ini bisnis yang mulai resmi diluncurkan pada periode Maret 2016 ini masih fokus pada akuisisi pengguna. Antonius kepada DailySocial mengatakan:

“Fokus kami saat ini adalah mendapatkan user sebanyak banyaknya, karena semakin banyak user yang bergabung dengan Neetip maka akan semakin efektif aplikasi Neetip ini berjalan. Target kami tahun ini adalah mendapatkan user base yang cukup untuk dapat menggalang pendanaan agar kami bisa melakukan marketing, hirebetterhuman recourses dan memperbaiki system kami agar lebih baik lagi.”

Application Information Will Show Up Here

Modalku Hadirkan Peer-To-Peer Lending Untuk Pelaku UKM dan Startup

Seperti yang diprediksi oleh DailySocial sebelumnya dalam Tech Startup Report 2015, Fintech atau Financial Technology akan mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi di tahun 2016. Mengawali tahun 2016 salah satu startup yang mencoba untuk bermain di bidang keuangan adalah Modalku. Modalku yang berada di bawah nama PT Mitrausaha Indonesia Group merupakan perusahaan teknologi pinjam meminjam langsung (peer-to-peer lending) yang mengklaim sebagai perusahaan dengan model bisnis pertama di Indonesia yang meluncurkan produk bisnis alternatif dari investasi yang berbasis teknologi digital.

“UKM saat ini memberikan kontribusi yang cukup besar untuk pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kehadiran Modalku diharapkan dapat menjawab semua kesulitan para pelaku UKM, startup di Indonesia yang hingga kini masih kesulitan mendapatkan pinjaman atau penambahan dana untuk modal usaha,” kata CEO dan Co-Founder Modalku Reynold Wijaya.

Secara resmi hari ini Modalku diluncurkan dan siap untuk menerima investasi dari para pemberi pinjaman dan menampung semua kebutuhan dana dari para peminjam. Layanan berbasis teknologi digital ini berfungsi sebagai solusi yang dapat diandalkan bagi para pemberi pinjaman untuk pertukaran hasil, yang mampu mencapai lebih dari 12% per tahun, serta sebagai alternatif untuk pilihan investasi konvensional seperti saham, obligasi, reksa dana dan deposito. Produk ini terjangkau bagi para profesional kelas menengah, karena setiap orang dapat membuka akun di Modalku dengan jumlah pinjaman minimal Rp.10 juta hingga maksimal Rp.500 juta.

“Dengan konsep mirip seperti crowdfunding, para pemberi pinjaman dapat menyalurkan dananya dan berinvestasi di perusahaan UKM yang membutuhkan dana. Berdasarkan pengalaman kami, berapa pun jumlah yang ditawarkan proses peer-to-peer lending Modalku hanya berlangsung sekitar 7 hari dan peminjam sudah mendapatkan tambahan dana yang dibutuhkan. Tentunya dengan persyaratan yang berlaku,” kata Reynold.

Cara Kerja Modalku

Pelaku UKM yang ingin mengajukan modal melalui Modalku dapat mengakses situs Modalku. Langkah pertama yaitu mengisi aplikasi, nantinya secara otomatis Modalku akan melakukan profile screening dilanjutkan dengan verifikasi anti-fraud, psychometric testing, dan diakhiri dengan evaluasi bisnis dan keuangan. Nantinya secara otomatis sistem Modalku akan melakukan diversifikasi yang akan menghubungkan para pemberi pinjaman (dalam jumlah yang tidak ditentukan) untuk mulai mengakses informasi dari peminjam serta bersedia untuk memberikan pinjaman.

Idealnya para pemberi pinjaman tidak diperbolehkan untuk secara keseluruhan memberikan uang yang diminta oleh peminjam yang dipilih secara khusus, proses diversifikasi yang ada nantinya akan memberikan kesempatan kepada pemberi pinjaman yang lain untuk mengalokasikan dana yang mereka miliki kepada perusahaan peminjam.

“Nantinya baik peminjam dan pemberi pinjaman dapat mengakses dashboard masing-masing usai melakukan login di situs Modalku. Kami dari Modalku senantiasa mengedepankan transparansi kepada kedua belah pihak ketika kesepakatan telah ditentukan,” kata Reynold.

Jumlah pinjaman yang dapat diminta oleh peminjam mulai dari 50 juta Rupiah hingga 500 juta Rupiah, sedangkan tenor yang bisa dipilih adalah 3, 6 hingga 12 bulan. Suku bunga yang ditetapkan adalah 15-20 % per tahun dengan pencairan dana yang telah disetujui akan berlangsung dalam waktu 10 hari kerja.

Ketentuan yang ditetapkan kepada pemberi pinjaman adalah minimal pendanaan 1 juta Rupiah dengan tenor sama dengan pemberi pinjaman, yaitu 3, 6 dan 12 bulan. Bunga yang diharapkan diperoleh pemberi pinjaman adalah (expected return) 12-18% per tahun dengan konsep risk-based pricing.

Secara keseluruhan Modalku mengklaim menawarkan win-win solution bagi pemberi pinjaman dan peminjam, dengan metode underwriting pinjaman yang inovatif dan teruji kuat. Layanan berbasis teknologi yang ditawarkan Modalku disebut memiliki biaya operasional yang jauh lebih rendah dibandingkan institusi keuangan tradisional.

“Secara legalitas bisa dipastikan Modalku terjamin keberadaannya, Demikian juga dengan keamanan dan kecepatan dari sistem yang kami hadirkan. Diharapkan dapat membantu para pelaku UKM mempermudah mendapatkan alternatif penambahan modal,” tambah Reynold.

OJK mendukung keberadaan Modalku dengan syarat memberikan perlindungan yang menyeluruh

Turut hadir dalam acara peresemian Modalku adalah Peneliti Eksekutif Senior dari Departemen Pengembangan Kebijakan Strategis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) DR. Hendrikus Passagi. Dalam kesempatan tersebut Hendrikus mendukung kehadiran Modalku di Indonesia, sebagai alternatif bagi para pelaku UKM yang kerap kesulitan mendapatkan pendanaan.

Menurut Hendrikus, bank memiliki regulasi yang perlu dipatuhi terkait memberikan pinjaman (agunan) kepada para peminjam. Sementara KTA belum mampu memberikan nilai yang cukup tinggi untuk membangun usaha.

“Modalku bisa mengalirkan uang atau dana dari luar negeri untuk pelaku UKM di Indonesia, melihat lebih rendahnya suku bunga di Indonesia dibandingkan negara lain,” kata Hendrikus.

OJK mencatat saat ini ada sekitar 54 juta pelaku UKM di Indonesia. Diharapkan platform peer-to-peer lending seperti Modalku bisa mengakomodir permintaan dari para pelaku UKM.

Modalku secara intensif sudah melalukan dialog dengan OJK, terutama masalah perlindungan kepada konsumen atau hak konsumen. Karena belum ada regulasi yang secara khusus mengatur keberadaan Modalku, OJK akan senantiasa mengontrol, memberikan panduan, dan masukan kepada Modalku terkait dengan strategi bisnis dan peraturan yang berlaku.

“OJK berharap Modalku sebagai perusahaan berbasis teknologi bisa memberikan pilihan lebih bervariasi untuk proses pembayaran pinjaman dibandingkan dengan semua layanan yang telah dihadirkan oleh perusahaan keuangan hingga bank-bank di Indonesia,” tuntas Hendrikus.

Google Wallet ‘Bereinkarnasi’ Jadi Layanan Peer-To-Peer Payment

Saat Google mengumumkan layanan Android Pay akhir bulan Mei kemarin, banyak yang bertanya-tanya tentang nasib Google Wallet. Layanan Android Pay sendiri sudah resmi beroperasi di Amerika Serikat per tanggal 10 September kemarin, lalu apa berarti Google Wallet benar-benar sudah dipensiunkan? Continue reading Google Wallet ‘Bereinkarnasi’ Jadi Layanan Peer-To-Peer Payment

Layanan Pembayaran Peer-to-Peer Xendit Resmi Diluncurkan di Indonesia

xendit

Layanan pembayaran sesama rekan (peer-to-peer) Xendit mengumumkan kehadirannya secara resmi di Indonesia. Sempat tersedia untuk publik secara beta selama beberapa bulan, diklaim sudah sekitar 13 ribu konsumen yang mencobanya. Xendit merupakan peserta batch musim panas Y Combinator tahun ini.

Continue reading Layanan Pembayaran Peer-to-Peer Xendit Resmi Diluncurkan di Indonesia

Limewire Tambah Fitur Sosial

LimeWire
Image via Wikipedia

LimeWire, layanan Peer-2-Peer yang populer sejak 8 tahun lalu kini mulai mengikuti perkembangan 2.0. Persaingan antara desktop application dan RIAA sudah tidak terhindarkan lagi dan Limewire harus terus maju sesuai dengan inovasi yang ada. Maret 2008 kemarin mereka meluncurkan toko musik digital iTunes-esque dan sekarang mereka berencana untuk menambah fitur – fitur sosial didalamnya. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Kira – kira seperti apa rupanya Limewire ditambah dengan social networking?

Continue reading Limewire Tambah Fitur Sosial