Tag Archives: penawaran saham perdana

GoTo Aims for 15.2 Trillion Rupiah IPO’s Fund to Strengthen Its Hyperlocal Ecosystem

PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GoTo) officially announced an Initial Public Offering (IPO) on the Indonesia Stock Exchange (IDX). In the public disclosure, Gojek and Tokopedia are aiming for $1.1 billion fresh funds or equivalent to 15.2 trillion Rupiah.

GoTo is to sell 48 billion shares with a maximum of 52 billion Series A shares, equivalent to 4.35% of the issued and paid-up capital. The price set in the range of Rp316-Rp346 per share.

Co-founder and CEO Andre Soelistyo at the public disclosure of PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk

At this price, his team estimates to reach a market capitalization of between IDR 376.6 trillion-IDR 413.7 trillion, and possibly become one of the IPOs with the largest value in Indonesia. In addition, this pricing is considered to reflect GoTo’s business strength, fundamentals, and prospects in the future.

The initial offering period is open from 15-21 March 2022 and the public offering period is around 29-31 March 2022. Meanwhile, the listing date is effective on 25 March 2022. Meanwhile, GoTo appoints underwriters for the issuance of securities, including PT Indo Premier Sekuritas, PT Mandiri Sekuritas, and PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk.

Ride-hailing, e-commerce, and fintech

In its disclosure, GoTo’s Co-founder and CEO Andre Soelistyo said he would use GoTo’s IPO funds to build the right infrastructure and resources to execute hyperlocal strategies through its three subsidiaries, namely Gojek (ride-hailing), Tokopedia (e-commerce), and GoTo Financial (fintech). With this strategy, GoTo seeks to accelerate the growth of new users, user engagement, and penetration of newly launched products.

Based on the company data, Gojek currently has 2.5 million driver partners; Tokopedia has 12 million merchants with nearly 600 million SKUs for physical products, 4000 digital products, and more than 100 million Monthly Active Users (MAU); and GoTo Financial has licenses in e-wallet, P2P, multi-finance, banking (Jago), e-money, to payment gateways.

GoTo’s digital ecoosystem / Source: IndoPremier

“With a large ecosystem, this enables GoTo to execute a hyperlocal strategy. Efforts to meet the needs of goods and services at an economical cost can be achieved because supply and demand are close to each other. This is one of GoTo’s strengths by optimizing the network of driver partners, merchants, and logistics that are owned. This is a more sustainable strategy than depending on one use case,” he explained.

Citing the RedSeer report as of December 2021, the on-demand market is estimated to reach Rp. 980 trillion in 2025. Then, the fintech market is estimated to reach IDR 256.3 trillion in 2020 and is estimated to increase to IDR 1,009 trillion in 2025.

Euromonitor data in 2020 also notes that the giant GoTo ecosystem is able to contribute more than 2% of Indonesia’s GDP and serves almost two thirds of household consumption in Indonesia.

Road to profitability

Based on the initial IPO prospectus, GoTo’s total assets were recorded at Rp158.17 trillion as of the end of September 2021. At that current period, its revenue was recorded at Rp3.40 trillion, rise from the previous year at around Rp. 2.34 trillion. However, GoTo still posted a net loss of IDR 11.58 trillion, increase from the same period last year of IDR 10.43 trillion.

Within 12 months (October 2020-September 2021), GoTo’s Gross Transaction Value/GTV reached Rp414.2 trillion. A total of 55 million users made transactions with order values reaching 2 billion in that period.

GoTo’s financial performance / Source: IndoPremier

Regarding its profit target, Tokopedia’s Co-founder William Tanuwijaya said, “The aim to be profitable is not just wishful thinking. It is clear from our prospectus, there are improvements [performance] in every quarter. We show our track record of operations and believe we can profit in the medium term,” he said.

Meanwhile, Andre revealed that he had mapped out his strategy by highlighting several main keys, acceleration of post-merger services with Tokopedia, user acquisition costs, and the impact on margins.

He said that the synergy in the Gojek and Tokopedia ecosystems could help boost the growth in the number of users and transactions. Also, this is visible from the increase in user spending after the merger of the two business entities into GoTo.

“In one marketing activity, we can simultaneously increase transactions from our services. For example, transactions at Tokopedia using GoSend with GoPay payments. In one spending, three to four services are used,” he explained at the GoTo IPO press conference.

Moreover, Andre also highlighted the commission factor (take rate) on the GoTo platform which is considered lower than similar platforms in the world. With this synergy, the opportunity to increase the take rate can be faster along the development of innovation, increased penetration of users and services, to marketing activities. This way, gross income will also increase.

Meanwhile, in terms of user acquisition costs, the implementation of machine learning and data can help GoTo to understand user behavior. Therefore, his team can create campaigns and products that are more personalized to users. This will also reduce the cost of acquisition as the market becomes more targeted.

“With all of the above factors, this can have an impact on margin expansion and cost efficiency at fixed costs. Revenue growth is faster than outgoing costs. This can help us achieve profit,” he concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
IPO GoTo Gojek Tokopedia

GoTo Incar 15,2 Triliun Rupiah dari IPO, Dipakai untuk Perkuat Ekosistem “Hyperlocal”

PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GoTo) resmi mengumumkan penawaran saham perdana ke publik atau Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Disampaikan dalam paparan publiknya, induk Gojek dan Tokopedia membidik dana segar sebesar $1,1 miliar atau setara 15,2 triliun Rupiah.

GoTo akan menjual sebanyak 48 miliar lembar saham dengan maksimal 52 miliar lembar saham seri A, setara dengan 4,35% dari modal ditempatkan dan disetor. Harga yang ditetapkan berada di kisaran harga Rp316-Rp346 per lembar saham.

Co-founder dan CEO Andre Soelistyo pada paparan publik PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk

Dengan penetapan harga tersebut, pihaknya memperkirakan dapat mencapai kapitalisasi pasar antara Rp376,6 triliun-Rp413,7 triliun, dan berpotensi menjadi salah satu IPO dengan nilai terbesar di Indonesia. Selain itu, penetapan harga ini dinilai ikut mencerminkan kekuatan bisnis, fundamental, dan prospek GoTo di masa depan.

Masa penawaran awal dibuka mulai 15-21 Maret 2022 dan masa penawaran umum pada 29-31 Maret 2022. Sementara, tanggal pencatatan efektif pada 25 Maret 2022. Adapun, GoTo menunjuk penjamin pelaksana emisi efek antara lain PT Indo Premier Sekuritas, PT Mandiri Sekuritas, dan PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk.

Ride-hailing, e-commerce, dan fintech

Dalam paparan publiknya, Co-founder dan CEO GoTo Andre Soelistyo menyebutkan akan menggunakan dana IPO GoTo untuk membangun infrastruktur dan sumber daya yang tepat untuk mengeksekusi strategi hyperlocal melalui tiga anak usahanya, yakni Gojek (ride-hailing), Tokopedia (e-commerce), dan GoTo Financial (fintech). Dengan strategi ini, GoTo berupaya mengakselerasi pertumbuhan pengguna baru, user engagement, dan penetrasi produk yang baru diluncurkan.

Berdasarkan data perusahaan, saat ini Gojek punya 2,5 juta mitra pengemudi; Tokopedia punya 12 juta merchant dengan hampir 600 juta SKU produk fisik, 4000 produk digital, dan lebih dari 100 juta Monthly Active User (MAU); dan GoTo Financial memiliki lisensi di e-wallet, P2P, multifinance, banking (Jago), e-money, hingga payment gateway.

Ekosistem digital GoTo / Sumber: IndoPremier

“Dengan ekosistem besar, ini memampukan GoTo untuk mengeksekusi strategi hyperlocal. Upaya memenuhi kebutuhan barang dan jasa dengan biaya ekonomis dapat tercapai karena supply dan demand berdekatan satu sama lain. Ini menjadi salah satu kekuatan GoTo dengan mengoptimalkan jaringan mitra pengemudi, merchant, dan logistik yang dimiliki. Ini menjadi strategi yang lebih sustainable daripada bergantung pada satu use case saja,” paparnya.

Mengutip laporan RedSeer per Desember 2021, pasar on-demand diperkirakan mencapai Rp77,8 triliun di 2020 dan diproyeksi menjadi Rp259,2 triliun di 2025. Kemudian, pasar e-commerce untuk barang fisik diperkirakan mencapai Rp642,2 triliun dan diproyeksi tumbuh menjadi Rp1.980 triliun di 2025. Lalu, pasar fintech diperkirakan mencapai Rp256,3 triliun di 2020 dan diestimasi naik menjadi Rp1.009 triliun pada 2025.

Data Euromonitor di 2020 juga mencatat bahwa ekosistem raksasa GoTo mampu berkontribusi lebih dari 2% terhadap PDB Indonesia dan melayani hampir dua per tiga konsumsi rumah tangga di Indonesia.

Menuju profitabilitas

Berdasarkan prospektus awal IPO, total aset GoTo tercatat sebesar Rp158,17 triliun per akhir September 2021. Masih pada periode tersebut, pendapatannya tercatat sebesar Rp3,40 triliun atau naik dari tahun sebelumnya yang sekitar Rp2,34 triliun. Namun, GoTo masih membukukan kerugian bersih sebesar Rp11,58 triliun, naik dari periode sama tahun lalu Rp10,43 triliun.

Untuk periode selama 12 bulan (Oktober 2020-September 2021), Gross Transaction Value/GTV GoTo mencapai sebesar Rp414,2 triliun. Sebanyak 55 juta pengguna melakukan transaksi dengan nilai pesanan mencapai 2 miliar pada periode tersebut.

Kinerja keuangan GoTo / Sumber: IndoPremier

Disinggung mengenai target mencapai keuntungan, Co-founder Tokopedia William Tanuwijaya mengatakan, “keinginan untuk bisa profitable bukan sekadar angan-angan. Jelas terlihat di prospektus kami, ada improvement [kinerja] di setiap kuartal. Kami tunjukkan rekam jejak operasional kami dan yakin kami bisa profit dalam jangka menengah,” ucapnya.

Sementara itu, Andre mengungkap telah memetakan strateginya dengan menyoroti beberapa kunci utama, yakni akselerasi layanan pasca-merger dengan Tokopedia, biaya akuisisi pengguna, dan imbas terhadap marjin.

Ia menilai sinergi pada ekosistem Gojek dan Tokopedia dapat membantu mendongkrak pertumbuhan jumlah pengguna dan transaksi. Menurutnya, hal ini sudah terlihat dari peningkatan spending pengguna pasca penggabungan dua entitas bisnis menjadi GoTo. 

“Dalam satu kegiatan marketing, kami bisa sekaligus menaikkan transaksi dari layanan kami. Misalnya, transaksi di Tokopedia memakai GoSend dengan pembayaran GoPay. Dalam satu kali spending, ada tiga sampai empat layanan yang terpakai,” paparnya dalam konferensi pers IPO GoTo.

Kemudian, Andre juga menyoroti faktor komisi (take rate) di platform GoTo yang dinilai lebih rendah dibandingkan platform sejenis di dunia. Dengan sinergi ini, kesempatan untuk meningkatkan take rate dapat lebih cepat apabila dibarengi dengan pengembangan inovasi, peningkatan penetrasi pengguna dan layanan, hingga aktivitas marketing. Dengan begitu, pendapatan bruto akan ikut naik.

Sementara dari sisi biaya akuisisi pengguna, implementasi machine learning dan data dapat membantu GoTo untuk memahami perilaku pengguna. Dari sini, pihaknya dapat menciptakan kampanye dan produk yang lebih personalized kepada pengguna. Ini pula yang akan menurunkan biaya akuisisinya karena pasar menjadi lebih targeted.

“Dengan semua faktor di atas, hal tersebut dapat berimbas terhadap perluasan margin dan efisiensi biaya di fix cost. Pertumbuhan pendapatan lebih cepat dibandingkan biaya yang keluar. Ini dapat membantu kami mencapai profit,” tutupnya.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
guild esports ipo

Keputusan Guild Esports untuk IPO Dipertanyakan, Kenapa?

Guild Esports melakukan penawaran saham perdana (IPO) di London Stock Exchange pada Jumat, 2 Oktober 2020. Beberapa hari sebelumnya, mereka mendapatkan investasi sebesar GBP20 juta (sekitar Rp383 miliar). Dengan begitu, Guild Esports memiliki valuasi sekitar GBP40 juta (sekitar Rp766 miliar). Guild Esports menjadi organisasi esports Inggris pertama yang melakukan IPO. Namun, keputusan mereka untuk melakukan IPO dipertanyakan oleh komunitas esports.

Salah satu alasannya adalah karena Guild Esports masih sangat muda jika dibandingkan dengan organisasi esports besar lain. Organisasi esports ini didirikan pada 2019 dengan nama The Lord Esports. Memang, mereka dengan cepat mendapatkan sejumlah investasi, seperti dari Blue Star Capital, Dynasty Esports dari Singapura, Googly Esports dari India, dan The Drops Esports dari Kanada.

Pada Juni 2020, mereka bahkan mendapatkan investasi sebesar GBP5 juta (sekitar Rp96,8 miliar). Bersamaan dengan penerimaan invsetasi itu, mereka juga mengubah nama menjadi Guild Esports. Nama Guild Esports langsung dikenal banyak orang. Tak hanya karena investasi yang mereka dapatkan, tapi juga karena mantan pesepak bola David Beckham menjadi salah satu investor mereka.

david beckham esports
David Beckham kini juga jajaki esports.

Meskipun begitu, Guild Esports tetaplah organisasi esports baru yang tidak memiliki rekam jejak yang jelas di dunia esports. Mereka tidak pernah memenangkan kejuaraan besar. Tak hanya itu, jumlah fans mereka juga tidak banyak. Kemungkinan besar, mereka juga belum punya model bisnis yang jelas, seperti yang disebutkan oleh The Esports Observer.

Guild Esports bahkan tidak punya slot untuk berlaga di turnamen franchise besar, seperti League of Legends European Championship, Overwatch League, atau Call of Duty League. Sebagai perbandingan, Astralis Group, yang melakukan IPO pada Desember 2019, memiliki salah satu tim Counter-Strike: Global Offensive terbaik di dunia sepanjang sejarah. Tak hanya itu, mereka juga memiliki tim yang berlaga di LEC.

Guild Esports mendadak tenar hanya karena Beckham menjadi salah satu investornya. Padahal, masih belum diketahui peran Beckham dalam mengembangkan organisasi esports ini. Selain itu, kemungkinan besar, Beckham juga akan fokus pada bisnisnya yang lain, seperti Major League Soccer (MLS), Inter Miami CF, dan tim MLS baru.

Kabar baiknya, Guild Esports juga mempekerjakan Carleton Curtis sebagai Executive Director. Sebelum ini, Curtis bekerja di Activision Blizzard sejak 2017. Dia bertanggung jawab untuk membuat strategi dan visi global dari Overwatch League, Call of Duty League, dan Major League Gaming. Hal ini membuktikan bahwa Curtis punya pengalaman di dunia esports. Hanya saja, proyek yang Curtis kerjakan biasanya tidak memiliki model bisnis yang berkelanjutan.

unity ipo

Lakukan IPO, Unity Dapat Investasi Sebesar Rp19 Triliun

Unity Technologies mendapatkan investasi sebesar US$1,3 miliar ketika mereka melakukan penawaran saham perdana minggu lalu. Dengan begitu, valuasi Unity sebagai perusahaan mencapai US$13,6 miliar. Sebagai perusahaan, Unity membuat game engine. Jumlah game yang dibuat menggunakan game engine Unity mencapai ribuan, mulai dari mobile game, konsol, sampai PC.

Pada bulan lalu, Unity mengajukan IPO ke Securities and Exchange Commission (SEC). Ketika itu, mereka juga mempublikasikan laporan keuangan mereka untuk pertama kalinya. Sebagian orang terkejut melihat besarnya kerugian yang dialami oleh Unity. Sementara sebagian lainnya kagum karena model berlangganan yang diterapkan oleh Unity bisa memberikan pemasukan dalam jangka panjang.

Pada 2018, pemasukan Unity mencapai US$380,7 juta dengan kerugian sebesar US$131,6 juta. Pada 2019, pemasukan Unity naik menjadi US$541,8 juta. Sayangnya, bersamaan dengan naiknya pemasukan perusahaan, kerugian yang mereka alami juga naik, menjadi US$163,2 juta. Sementara pada semester pertama 2020, pemasukan Unity telah menembus US$3351,3 juta dengan kerugian sebesar US$54,1 juta.

unity ipo
CEO Unity, John Riccitiello.| Sumber: GamesBeat/Dean Takahashi

Saat perusahaan melakukan IPO, biasanya, investor yang akan membeli saham perusahaan akan ditentukan oleh bank investasi. Namun, tidak begitu dengan Unity. CEO Unity, John Riccitiello mengatakan bahwa investor yang membeli saham perusahaan mereka ditentukan oleh tim manajemen Unity berdasarkan data. Salah satu kriteria investor mereka adalah perusahaan yang akan mempertahankan saham mereka di Unity dalam waktu lama.

“Kami ingin memilih investor yang bisa membuat kami bangga sebagai rekan mereka,” kata Riccietiello, seperti dikutip GamesBeat. Dia bergabung dengan Unity pada 2014 setelah meninggalkan Electronic Arts. Menurutnya, salah satu kelebihan Unity jika dibandingkan dengan pesaing mereka, seperti Unreal Engine buatan Epic Games, adalah pasar mobile game, yang nilainya memang terus naik dari tahun ke tahun.

“Epic adalah perusahaan yang sangat baik, dan mereka punya beberapa fitur hebat yang kami gunakan sebagai perbandingan,” ujar Riccietello, menurut laporan CNN. “Tapi… saya tidak menganggap mereka sebagai pesaing.”

Salah satu sumber pemasukan Unity adalah biaya langganan untuk game engine mereka. Biaya berlangganan yang Unity kenakan pada developer beragam, mulai dari US$399 sampai US$2.400 per tahun, tergantung pada besar studio game yang menggunakan engine tersebut.

unity ipo
Fall Guys adalah salah satu game yang menggunakan game engine buatan Unity. | Sumber: Steam

Selain dari biaya langganan, Unity juga mendapatkan pemasukan dari iklan, bisnis yang tengah mengalami kesulitan saat ini. Pasalnya, belum lama ini, Apple memutuskan untuk berhenti menggunakan Identifier for Advertisers (IDFA), yang bisa digunakan oleh pengiklan untuk melakukan targeted advertising. Apple melakukan ini demi melindungi privasi para penggunanya. Dan hal ini akan membuat bisnis periklanan mobile menjadi semakin sulit, yang dapat menjadi masalah bagi Unity.

Unity mengaku, salah satu risiko bisnis mereka adalah karena mereka sangat menggantungkan diri pada sistem operasi buatan perusahaan lain. Padahal, peraturan penggunaan di operasi sistem itu bisa saja sewaktu-waktu berubah. 

Game engine Unity adalah salah satu teknologi paling penting dalam game. Software yang dikembangkan menggunakan Unity telah dijalankan di lebih dari 1,5 miliar perangkat. Unity mengklaim, engine buatan mereka juga digunakan di lebih dari 50% mobile game, game PC, dan game konsol. Mereka memperkirakan, potensi pasar mereka di bisnis game, iklan TV, dan film animasi mencapai US$29 miliar. Sejauh ini, beberapa game populer yang menggunakan Unity sebagai game engine antara lain Pokemon Go, Call of Duty: Mobile, dan Fall Guys.

Sumber header: Gaming Street

Mengapa Kioson dan M Cash Lebih Memilih “Go Public”?

Pekan pertama bulan Oktober ini kita mendapat kabar lanjutan mengenai dua perusahaan startup yang secara kebetulan menyelenggarakan penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam waktu yang berdekatan.

Kioson dengan kode KIOS, secara resmi telah tercatat sebagai emiten ke-24 tahun ini pada Kamis kemarin, (5/10). Sementara M Cash baru menyelenggarakan paparan publik (6/10) untuk mengumumkan rencana listing di BEI pada 31 Oktober 2017 mendatang.

Kedua perusahaan teknologi yang masih tergolong startup ini memberi gebrakan dan semangat baru bahwa startup dapat menempuh opsi pendanaan dari dana pasar modal. Startup dapat memperoleh dana segar di luar cara standar, yang umumnya diperoleh lewat modal ventura atau private equity (PE) dengan tahapan seri tanpa batasan.

Ketika suatu perusahaan sudah tercatat di BEI, mereka memiliki kesempatan untuk menggalang dana segar dengan memilih dua opsi, yaitu menerbitkan saham baru (rights issue) atau surat hutang (obligasi dan sukuk). Karena ada saham publik di sana, maka perusahaan wajib bertanggung jawab dengan membuka seluruh kinerja dan melaporkannya secara rutin ke regulator.

Perbedaannya sangat kontras dibanding ketika startup masih memakai penggalangan dana mulai dari tahap awal, pra seri A, seri A, hingga menyandang status unicorn. Mereka akan cenderung tertutup dengan kinerja maupun kepemilikan saham perusahaan. Hal ini lumrah terjadi dan tidak ada yang bisa memaksa mereka untuk terbuka, kecuali terhadap investor ataupun calon investor.

“Bagi perusahaan, ketika mendapat dana publik akan lebih mudah untuk scaling. Memang dari segi ongkos operasional ada beban lebih, namun di satu sisi dari perpajakan dan utilisasi saham sebagai alat jaminan akan jauh sangat memudahkan mereka,” terang Managing Director Ideosource Andi S Boediman.

Lalu dari perlakuan emiten terhadap investor akan jauh lebih adil karena semua pemegang saham menjadi common share (pemegang saham biasa). Beda halnya bila perusahaan masih tertutup yang masih membedakan dua jenis pemegang sahamnya, dengan masih memiliki saham preferen.

Saham preferen itu maksudnya, jika saham perusahaan dilikuidasi maka pemegang saham tersebut dapat langsung menerima bagian lebih dahulu daripada pemegang saham biasa.

“IPO jadi alternatif yang murah ketimbang pakai cara lain. Dari sisi investor, kami melihatnya positif karena investor lama dapat likuiditas yang dapat digunakan untuk berinvestasi di tempat lain. Ini yang terjadi dengan Ideosource. Kebetulan pernah menjadi investor indirect di salah satu perusahaan yang kemudian diakuisisi M Cash, lalu saham kami ditukar dengan saham. Ini jadi win win solution.”

Dorong startup lakukan hal disruptive

Paparan publik M Cash / M Cash
Paparan publik M Cash / M Cash

Founder dan CEO Kioson Jasin Halim mengatakan memilih aksi IPO merupakan hasil akhir yang dipilih perusahaan setelah mendapati jalan buntu ketika bertemu dengan berbagai investor asing. Disebutkan terjadi perbedaan penghitungan nilai valuasi perusahaan.

“Startup banyak yang pakai penggalangan dana dengan seri A, seri B. Kita coba pakai jalur tersebut tapi tidak sampai. Sebab ada pertimbangan, di mana valuasi kita dengan yang mereka hitung itu beda. Jadinya tidak cocok,” ucapnya saat berbincang dengan media.

Dia melanjutkan, “Ketika kita coba pelajari tentang IPO, ini tidak tabu. Kenapa tidak coba cara yang tidak dilakukan startup pada umumnya, kita pakai cara yang disruptive. Kita juga mencoba disrupt pasar untuk tidak lagi secretive. Kami akan comply dengan corporate governance, keterbukaan informasi, karena kami sudah jadi perusahaan terbuka.”

Jasin menerangkan paling tidak dalam setahun mendatang pihaknya belum memikirkan aksi korporasi lainnya untuk mencari dana segar. Kioson saat ini masih fokus ke pengembangan produk dan layanan secara vertikal maupun horizontal sebagai upaya memperbaiki kinerja agar dapat memperoleh kepercayaan dari investor.

“Belum ada rencana karena untuk raise funding harus melihat dari kebutuhan perusahaan dan bagaimana kondisi keuangan apakah strategis untuk rights issue.”

Sementara itu, langkah IPO bagi M Cash merupakan pertanda telah dicapainya titik kematangan perusahaan dari awalnya adalah startup. Ada juga pengaruh yang ditularkan oleh salah satu pemegang saham M Cash, yakni Kresna Graha Investama, yang notabene adalah emiten investasi.

Menurutnya, menjadi emiten akan memicu timbulnya ide baru mengingat ada banyak investor baru yang ingin saling bersinergi satu sama lain.

“Ada dua alasan yang dorong kami IPO. Pertama, dari Kresna Graha yang jadi share holder kami. Dua, karena kita lihat masuk ke pasar modal itu buat akuntabilitas kita jadi lebih transparan dan bisa dinikmati banyak orang,” ucap CEO M Cash Martin Suharlie.

Animo tinggi, harga terus naik

Animo publik yang tinggi terhadap Kioson sebagai startup pertama yang melantai di BEI cukup tercermin dari proses penawaran saham, pemesanan atas saham perseroan mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) lebih dari 10 kali dari jumlah saham yang ditawarkan.

Harga saham KIOS terus menunjukkan penguatan dari harga penawaran awal sebesar Rp300 menjadi Rp700 per lembar, pada perdagangan sesi II yang ditutup sore tadi (9/10).

Tujuan awal Kioson melakukan IPO lantaran perusahaan ingin menggunakan dana segar yang didapat untuk ekspansi bisnis, bukan untuk restrukturisasi hutang.

“Kalau tujuannya untuk restrukturisasi hutang, sebenarnya bagi sebagian investor jadi kurang menarik. Beda halnya apabila tujuannya untuk ekspansi bisnis, artinya ada prospek cerah yang ditawarkan perusahaan,” ucap Analis Binaartha Securities Muhammad Nafan Aji Gusta, saat dihubungi secara terpisah oleh DailySocial.

Dia melanjutkan pergerakan saham Kioson yang cenderung menguat, menjadi indikasi yang umum pada saat perusahaan baru melantai. Hanya saja, yang perlu diperhatikan adalah volatilitas pasar ke depannya, komposisi antara supply dan demand harus dijaga.

“Karena baru melantai, harga saham terus menguat. Artinya masih lebih banyak demand daripada supply. Kalau harga terus menurun, artinya investor mulai profit taking karena khawatir dengan fundamental perusahaan itu sendiri.”

Melihat kiprah Kioson dan M Cash di BEI, Andi mengungkapkan setidaknya ada dua startup mulai serius melakukan IPO sebagai opsi mendapat pendanaan segar. Meski tidak menyebutkan dua identitas perusahaan, Andi hanya mengatakan kedua perusahaan tersebut masih memiliki segmen bisnis yang sama dengan Kioson dan M Cash.

“Tunggu saja tahun depan. Ada satu atau dua startup yang serius prepare untuk IPO. Masih e-commerce kok, lihat saja tahun depan bagaimana,” pungkas Andi.

Kios Digital M Cash Segera “Go Public” Awal November 2017, Lepas 25% Saham Baru

PT M Cash Integrasi (MCI), perusahaan penyedia kios digital, diungkapkan akan segera melantai di Bursa Efek Indonesia. Rencananya aksi korporasi tersebut akan berlangsung pada awal November 2017 dengan melepas 25% saham baru ke publik. M Cash akan menjadi startup teknologi kedua yang go public setelah Kioson.

“Tahun ini ada dua perusahaan startup yang melantai, Kioson dan M Cash. Kioson sudah [paparan publik], menyusul M Cash. Mengingat aturan IPO untuk startup belum ada, jadi mereka berdua akan listed dengan mengacu pada aturan lama dan tercatat dengan sektor usaha ritel,” terang Direktur Penilai Perusahaan Bursa Efek Indonesia Samsul Hidayat, Senin (11/9).

Samsul melanjutkan kedua perusahaan ini tercatat sebagai perusahaan ritel lantaran bisnisnya sebagai penyedia sarana transaksi ritel yang berbentuk digital. Barang-barang yang dijual lebih mengarah untuk kebutuhan masyarakat sehari-hari, seperti pulsa, token listrik, dan lainnya.

Mereka tidak tergolong perusahaan teknologi karena penentuan bidang usaha di bursa, bila mengacu pada aturan yang berlaku saat ini, dilihat dari sumber pendapatannya yang terbesar.

“Nah, pendapatan terbesar mereka dari sektor ritel. Sejauh ini M Cash sudah selesai melakukan perjanjian pencatatan di kami, kira-kira prosesnya sudah 40%. Tinggal proses review lagi.”

Secara terpisah, saat dihubungi DailySocial, Managing Director Kresna Graha Investama Suryandy Jahja membenarkan pernyataan Samsul. Rencana IPO untuk M Cash tetap berjalan seperti rencana awal, akan terdaftar di BEI pada awal November 2017 mendatang.

Kresna Graha merupakan salah satu pemegang saham di M Cash dengan kepemilikan saham sebesar 17,6%.

Dia mengungkapkan saat ini M Cash sedang mempersiapkan tahapan penawaran awal (book building). Saham baru yang akan dilepas sebanyak 25%, dengan target dana yang akan didapat sebanyak Rp300 miliar, lebih banyak dari prediksi awal Rp250 miliar. Namun harga saham M Cash per lembarnya masih dirahasiakan.

Menurut Suryandy, penggunaan dana yang didapat dari hasil IPO akan digunakan untuk modal kerja sekitar 60%, belanja modal 30%, dan sisanya untuk kebutuhan lainnya.

“Rencana masih seperti semula, tidak ada yang berubah. IPO awal November dan pubex (public expose) awal Oktober. Sekarang lagi anchors book building,” terang Suryandy.

Secara kondisi keuangan, sambungnya, diklaim M Cash sudah tergolong perusahaan yang sehat dan sudah mencetak laba. Hanya saja, besaran angkanya tidak disebutkan Suryandy.

“Sudah laba, seharusnya [setelah IPO] sudah big growth [pertumbuhan laba] ke depannya.”

M Cash memiliki produk utama kios digital yang dikembangkan secara mandiri sejak 2010. Mesin dapat digunakan pengguna untuk bertransaksi produk digital, seperti pulsa, tiket konser, token listrik, dan membayar tagihan. Pengguna juga dapat membeli kartu SIM dan uang elektronik.

Kios digital M Cash sementara ini bisa ditemukan di beberapa gerai Fresh Market dan Ranch Market berlokasi di Jakarta dan Bekasi. Ke depannya perangkat ini akan hadir di Hero, Hypermart, dan beberapa merek ritel minimarket lokal. Ditargetkan sampai akhir tahun mereka dapat menempatkan 1.000 outlet kios di seluruh Indonesia.

Pro dan Kontra Startup Melakukan IPO

Perusahaan besar yang telah menjalankan bisnisnya dengan prima dan mendapatkan profit yang stabil pada akhirnya akan dihadapkan pada pilihan untuk Go Public atau kegiatan penawaran saham atau efek lainnya yang dilakukan oleh emiten (perusahaan) untuk menjual saham atau efek kepada masyarakat. Langkah tersebut sebelumnya telah diambil oleh perusahaan teknologi raksasa seperti Google (GOOGL) dan Apple ( AAPL) yang telah mendaftarkan perusahaan mereka di indeks pasar saham NASDAQ.

Sebelum Anda berencana untuk melakukan initial public offering (IPO), atau penawaran saham perdana, ada baiknya untuk mencermati apa saja langkah tepat yang harus diambil, keuntungan serta kekurangan jika penawaran umum perdana saham dilakukan.

Cara melakukan IPO

Dibutuhkan waktu yang lama dan proses yang panjang untuk memulai penawaran umum saham perdana sebuah perusahaan, diantaranya adalah mengumpulkan secara detil informasi juga data yang dibutuhkan untuk kemudian dilengkapi bersama dengan formulir dan berkas yang terkait. Setelah itu Anda pun wajib untuk mengikuti rangkaian kegiatan wawancara dari pihak bank hingga pihak terkait lainnya yang akan menentukan berapa nilai yang tepat untuk perusahaan.

Manfaat IPO

Pasca Go Public dilakukan, perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang besar, mulai dari pertumbuhan yang bisa mencapai 20% dan tentunya berpotensi untuk mendatangkan banyak uang pemasukan setiap tahunnya. Perusahaan publik dapat menggunakan penawaran saham sekunder untuk mengumpulkan uang tanpa harus meminjam. Hal ini lebih mudah untuk mendapatkan dana dan pinjaman dari sumber-sumber swasta.

Penghargaan saham yang ada dapat digunakan untuk menarik perhatian dan mempertahankan karyawan yang inti. Secara langsung perusahaan pun akan mendapatkan prestise dan performa yang lebih jika telah melakukan IPO. Go public juga dapat memberikan keuntungan besar bagi pengusaha, pemodal ventura dan mitra bisnis lainnya, setelah bertahun-tahun membangun usaha yang sukses.

Kerugian IPO

IPO melibatkan komitmen waktu yang sangat besar yang berpotensi mengalihkan perhatian pemilik bisnis dari prioritas strategis lainnya. Namun yang lebih penting untuk dicermati adalah melakukan go public membutuhkan biaya yang besar jumlahnya.

Biaya dan komitmen waktu juga harus dilakukan secara berkelanjutan setelah perusahaan sudah resmi terdaftar di pasar bursa saham. Anda juga diwajibkan memberikan laporan keuangan secara berkala yang diumumkan secara publik. Untuk itu Anda sebagai pemilik perusahaan dan jajaran manajemen lainnya wajib untuk memperhatikan setiap langkah yang diambil usai penawaran perdana saham dilakukan.