Tag Archives: People Management

Berikuti ini adalah pengalaman Tokopedia, Blibli, dan TaniHub mengelola talenta, terutama di masa pandemi Covid-19

Pandangan Startup Unicorn dan Centaur dalam Mengelola Talenta

Pengusaha Neil Petch pernah mengungkapkan, apabila ingin membangun bisnis, kita juga perlu membangun timnya. Hal ini karena ada perbedaan besar antara menjadi pekerja solo dan pemimpin perusahaan besar.

Di luar gembar-gembor ekspansi bisnis, kita sering lupa bahwa startup di tahap lanjutan menghadapi tantangan yang sama sulitnya dengan startup tahap awal. Salah satu yang sering kita luput adalah bagaimana startup mengelola seluruh karyawan, mendorong kinerja, hingga memastikan bahwa mereka bekerja sesuai kemampuannya.

Hal-hal di atas umumnya dikaitkan pada pengelolaan talenta atau people management. Istilah ini diartikan sebagai sebuah proses melatih, memotivasi, dan mengarahkan karyawan untuk mengoptimalkan produktivitas dan mendorong pertumbuhan kemampuan profesional di lingkungan kerja. Bagi manager dan kepala departemen, pengelolaan SDM dilakukan untuk mengawasi alur kerja dan mendorong kinerja karyawan setiap harinya.

Dalam kasus startup unicorn dan centaurtopik ini menjadi penting karena skala organisasinya terus berkembang seiring dengan pertumbuhan dan ekspansi bisnisnya. Kondisi ini akan berbeda pada startup tahap awal yang jumlah orangnya jauh lebih sedikit dan cenderung masih melakukan pengembangan produk dalam scope kecil.

Dengan kata lain, people management menjadi salah satu concern yang tidak bisa diabaikan. Pada situasi pandemi Covid-19, seluruh pemimpin bisnis dituntut untuk dapat bergerak cepat dalam mengambil keputusan. Bagaimana Tokopedia, Blibli, dan TaniHub, berbagi pengalaman terkait people management, terutama di masa krisis ini?

Kompleksitas pengelolaan talenta 

Setiap startup pasti akan melewati fase pengelolaan talenta akan semakin kompleks seiring dengan meningkatnya skala organisasi. Hal ini turut dialami startup agritech TaniHub. Pengelolaan talenta dan fungsinya yang dijalankan divisi People and Culture semakin kompleks sejak perusahaan berdiri di 2016.

Menurut VP of Corporate Services TaniHub Astri Purnamasari, kompleksitas ini terjadi karena skala organisasinya meningkat. TaniHub mulai merambah bisnis baru lewat TaniFund dan TaniSupply. Otomatis jumlah karyawannya bertambah.

Kompleksitas ini juga dirasakan pada proses perekrutan karyawan, terutama pada jumlah dan kualifikasi talenta yang dibutuhkan. Menurut Astri, kondisi ini menjadi tantangan baru untuk  memastikan 336 TaniSquad (sebutan karyawan TaniHub Group) memiliki visi dan misi yang sejalan.

“Pengenalan dan sosialisasi yang berulang mengenai visi, misi, core values, business strategy, dan Objective and Key Result (OKR) menjadi kunci dalam pengelolaan SDM untuk menuju tujuan akhir yang sama,” jelasnya kepada DailySocial.

Komunikasi jadi faktor penting

Komunikasi merupakan elemen dasar dan utama dalam aktivitas bisnis. Di konteks people management, komunikasi punya andil besar dalam memastikan produktivitas pekerjaan, pengambilan keputusan, maupun peningkatan motivasi kerja.

Hal ini diamini External Communications Senior Lead Tokopedia Ekhel Chandra Wijaya. Komunikasi offline maupun online aktif dipraktikkan di organisasi perusahaan yang saat ini memiliki lebih dari 4.900 Nakama (sebutan karyawan Tokopedia).

Saat pelaksanaan Work From Home (WFH), pihaknya mewajibkan komunikasi berkala dan sesuai jadwal yang ditentukan untuk mendorong produktivitas kerja.

“Pada dasarnya, setiap Nakama telah memiliki Objective and Key Result (OKR) masing-masing. Agar lebih dari 4.900 Nakama bekerja efektif, kami mewajibkan komunikasi virtual antar tim. Perusahaan memfasilitasi platform komunikasi digital sehingga koordinasi lebih aman, dapat mengetahui tantangan, dan memantau perkembangan tim selama WFH,” tuturnya kepada DailySocial.

Sementara itu, EVP of People Operation & General Services of Blibli Sandra Kumalasari menilai, komunikasi virtual dapat membantu para leader di seluruh departemen dan divisi untuk aktif memonitor keadaan setiap anggota tim.

“Di Blibli, upaya ini menunjukkan respon positif di mana leader justru semakin aktif melakukan coaching dan monitoring. Dengan begitu, leader dapat membahas berbagai hal, termasuk perkembangan KPI setiap anggota setiap ada kesempatan,” paparnya.

Jangan lupakan pengembangan kompetensi

Di masa krisis ini, TaniHub dan Blibli berupaya memberikan ruang terhadap pengembangan kompetensi karyawan. Sandra menyebutkan bahwa pengembangan dan pengasahan kemampuan karyawan menjadi salah satu fokus utama sejak awal Blibli berdiri.

“Rangkaian pelatihan yang biasanya dilakukan lewat tatap muka, sekarang dilakukan secara online dengan perangkat teknologi yang ada. Pengembangan kompetensi ini terus berlanjut selama masa WFH berlangsung. Dengan begitu, karyawan bisa lebih siap dan mampu menghadapi perubahan pasca pandemi,” ungkap Sandra.

Sementara TaniHub melihat bahwa me-nurture karyawan menjadi suatu tantangan tersendiri. Pasalnya ada banyak aspek yang harus diperhatikan, seperti aspirasi, minat, hingga rencana pengembangan mereka. Perusahaan fokus ke strategi penyesuaian dan penguatan talenta. Tujuannya untuk membantu pertumbuhan bisnis perusahaan ke depan.

“TaniSquad tidak hanya dituntut untuk bekerja sebaik-baiknya, tetapi tim People and Culture ikut mendorong pengembangan kompetensi TaniSquad. Dengan begitu, setiap karyawan tetap bisa produktif dengan berbagai inisiatif program pengembangan,” tutur Astri.

Tak kalah penting, lanjutnya, memastikan bahwa seluruh TaniSquad memiliki kompetensi utama yang sesuai dengan peran maupun level masing-masing. Perusahaan menilai pentingnya para leader di TaniHub untuk memberikan apresiasi, feedback, maupun reward and punishment.

Beradaptasi selama pandemi

Pengelolaan talent tak hanya bicara soal produktivitas kerja dan peningkatan kemampuan. Perusahaan dinilai perlu memberikan kondisi bekerja yang positif untuk memotivasi karyawan.

Di masa krisis ini, Ekhel mengatakan bahwa Tokopedia mengadakan program Work-Fun-Home secara berkala. Perusahaan menyediakan serangkaian kegiatan bermanfaat untuk membangun pengalaman bekerja dari rumah yang lebih menyenangkan dan produktif.

“Karyawan juga dapat mengakses berbagai konten pembelajaran dan pelatihan virtual demi meningkatkan keterampilan dan keahlian individu,” ucapnya.

Sandra menyebut bahwa pihaknya sejak awal mengutamakan untuk menjaga semangat yang positif ketika bekerja di rumah. Blibli rutin mengimbau karyawan untuk menjaga kesehatan fisik dan mental di manapun beraktivitas.

“Kami mendorong diri untuk berubah, lebih kreatif, lebih fleksibel dalam melihat sesuatu. Kami juga bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk para team leader untuk menjadi agent of change dalam meningkatkan semangat. Pengelolaan SDM menjadi penting untuk beradaptasi dan mempersiapkan diri di situasi new-normal,” jelasnya.

Kiat Menjaga Keutuhan Tim

Salah satu tantangan startup dalam fase berkembang bisa banyak macamnya. Mulai dari modal, perencanaan, hingga persaingan di pasar. Namun tantangan yang tak kalah serius hadir dalam bentuk mempertahankan tim.

Jika produk atau layanan startup beranjak populer, mulai dikenal masyarakat tidak banyak bisnis lain atau pesaing mulai menggoda anggota tim. Baik itu orang-orang teknik seperti developer atau anggota tim di posisi lain seperti marketing atau product developer. Semuanya berpotensi untuk hengkang dan akhirnya meninggalkan lubang yang menjadi tantangan di tim.

Pengelolaan tim bisa sangat tergantung dengan situasi dan kultur di masing-masing startup. Namun ada beberapa garis besar yang bisa dijadikan acuan untuk tetap menjaga tim baik dalam kondisi menanjak bagus maupun dalam kondisi terpuruk.

Work-life balance

Salah satu cara untuk membantu membentuk loyalitas tim adalah dengan memperhatikan keseimbangan kehidupan dalam bekerja atau dikenal dengan work-life balance. Tim memang membutuhkan energi atau usaha untuk mencapai sebuah tujuan namun tidak kalah pentingnya untuk menjaga anggota tim tetap dalam kondisi fokus dan bahagia. Semua itu harus dilakukan atas nama bahagia.

Jika dalam posisi menanjak dan sedang mengejar target deadline yang begitu ketat usahakan atur tempo dalam bekerja agar mereka tetap bisa menjalankan kehidupan mereka secara seimbang. Jangan terlalu dipaksakan untuk memforsir mereka hingga titik jenuh. Namun jangan pula membiarkan fokus mereka hilang. Berikan yang seimbang.

Pengembangan diri

Selain gaji dan bonus-bonus lain bersifat materiil salah satu yang bisa ditawarkan untuk membantu memberikan loyalitas pada anggota tim adalah menyajikan kesempatan untuk mengembangkan diri dan menggali potensi dalam diri masing-masing. Berikan mereka peluang untuk hal-hal baru yang bisa menambah kemampuan-kemampuan mereka. Baik itu kemampuan non teknis atau kemampuan personal.

Di samping bisa membantu bisnis membangun hubungan yang baik dengan para anggota tim pemberian kesempatan untuk berkembang juga membantu bisnis dalam meningkatkan produktivitas.

Kehadiran pemimpin dan keterbukaan

Seorang anggota tim bisa sangat loyal dengan bisnis dan kultur di dalamnya atau sangat loyal dengan pemimpin mereka. Ini yang harus diperhatikan oleh bisnis. Untuk itu sebagai pemimpin dari seluruh anggota tim kehadiran pemimpin sangat diperlukan. Bentuk kehadiran ini semacam kesempatan bagi anggota tim untuk melaporkan dan menceritakan capaian dan kendala mereka.

Sebagai seorang pemimpin yang baik juga sangat dianjurkan untuk tidak anti terhadap kritik. Kritik yang diberikan anggota tim bisa diubah menjadi sesuatu yang positif, misalnya anggapan bahwa anggota tim sangat peduli dengan kinerja dan kestabilan tim. Keterlibatan seperti itu yang harus dibangun sejak dini.

Selain itu keterbukaan juga menjadi hal penting untuk membantu anggota tim memiliki hubungan dengan para pemimpinnya. Keterbukaan ini artinya informasi dibagikan secara seimbang, baik berita buruk maupun berita bagus. Capaian tim yang tengah dicapai perlu disampaikan sebagai bentuk apresiasi kerja bersama, kerja tim. Sebaliknya, penurunan performa juga wajib disampaikan sebagai bentuk evaluasi untuk saling introspeksi diri dan memperbaikinya di kemudian hari.

Fleksibel namun tetap dalam target

Pekerjaan bisa sangat menjenuhkan di beberapa momen. Dan ukuran ini berbeda setiap anggota tim. Untuk tetap menjaga produktivitas bijaknya ada aturan untuk memberikan kebebasan dalam bekerja. Fleksibilitas waktu dan tempat jika memungkinkan, namun tetap pada target yang telah ditentukan.

Membangun Kultur Kerja di Tahap Pertumbuhan Startup

Startup yang sudah masuk ke dalam tahap berkembang atau scale-up bukan berarti mengisyaratkan founder memiliki kultur bisnis yang tepat dan harus dipertahankan. Sebaliknya, kultur adalah sesuatu yang dinamis mengikuti laju bisnis yang sedang berjalan –sedangkan yang perlu dipertahankan adalah visi.

Kultur erat kaitannya dengan bagaimana perlakukan terhadap tim. Di fase berkembang, ada beberapa penyesuaian yang perlu dilakukan oleh founder. Berikut ini adalah lima hal yang dapat dipraktikkan terkait dengan pengembangan kultur bekerja untuk startup yang tengah dalam tahap perkembangan.

Mengoptimalkan tim sembari mengukur potensi bisnis

Dimulai dari tim yang kecil –dan solid, startup yang sedang bertumbuh biasanya akan mengalami kebimbangan. Saat potensi bisnis bertumbuh, sedangkan jumlah anggota masih sama. Namun jangan buru-buru melakukan perekrutan, ukur kemampuan tim terlebih dulu. Apakah kemampuan mereka masih bisa untuk menangani tanggung jawab lebih –misalnya untuk melakukan multi-tasking. Dalam praktik terbaik startup, memberikan tantangan lebih kepada tim akan menjadi professional development yang baik di lingkungan bisnis.

Kadang yang perlu diubah justru workflow, dari yang sebelumnya sepenuhnya manual coba ditangani sebagian dengan teknologi. Sebagai contoh ketika traksi pelanggan derastis meningkat, layanan seperti CRM bisa dimanfaatkan untuk membantu tim pemasaran untuk menangani berbagai keluhan atau bahkan melakukan analisis terhadap kecenderungan pelanggan. Cara berkomunikasi, pembagian kerja dan sebagainya juga dapat disederhanakan dengan teknologi, sehingga lebih menghemat waktu.

Membuka kesempatan untuk berkolaborasi antar tim

Berbeda dengan korporasi yang sangat disiplin dengan sekat-sekat divisi atau pembagian departemen bisnis, startup cenderung lebih bisa terbuka. Sebagai contoh, ketika tim pemasaran membutuhkan performa lebih untuk melakukan kampanye kegiatan, coba libatkan juga tim dari divisi lain untuk menyederhanakan pekerjaan, semisal dari tim operasional. Bahkan untuk divisi yang mungkin terkesan jauh fungsionalitasnya. Selain menghidupkan kultur kolaboratif, langkah ini juga memberikan kesempatan untuk masing-masing anggota tim mencoba hal baru.

Saat perusahaan bertumbuh, sudah semestinya memikirkan pertumbuhan kompetensi pegawai. Selain memberikan tantangan pada pekerjaan tambahan, hadirkan juga kesempatan untuk memperdalam kemampuan mereka, atau mengeksplorasi hal-hal baru. Berikan motivasi lebih, bisa saja dengan peningkatan gaji atau berikan kesempatan untuk menimba ilmu di luar.

Sediakan waktu untuk melakukan hal yang menyenangkan

Hal-hal seperti makan bersama atau berlibur bersama tetap dijadikan agenda, lebih sering bahkan. Selain untuk memberikan waktu refreshing, kegiatan seperti ini dapat membuat tim lebih solid. Mereka akan lebih dekat satu sama lain, dan mengerti kekurangan dan kelebihannya. Sehingga diharapkan dapat seling mengisi dalam kegiatan kolaborasi di perusahaan.

Jika harus merekrut pegawai baru

Dalam perusahaan baru yang berpotensi tumbuh, dibutuhkan pegawai yang dapat menyesuaikan diri dengan perusahaan. Perusahaan dapat mencocokkan dengan kepribadian maupun keterampilan yang mereka miliki. Memilih untuk merekrut pegawai dengan cara ini demi menciptakan tim jangka panjang yang memiliki kontribusi inovatif.

Gambaran tentang Lingkungan Kerja yang Baik

Membicarakan tentang lingkungan kerja menjadi materi yang selalu menarik. Pasalnya bekerja sendiri menjadi sebuah aktivitas dominan dalam kehidupan kita. Bayangkan, dalam satu hari kita memiliki waktu 24 jam, berapa lama waktu yang kita gunakan untuk bekerja, dan perbandingannya dengan aktivitas lain? Belum lagi aktivitas bekerja juga dilakukan rutin hampir setiap hari, setidaknya lima hari dalam satu Minggu.

Perangai seseorang umumnya akan mengikuti tempat di mana ia sehari-hari berada. Jika berada di tempat yang mengasah, maka ia akan terus mengalami peningkatan, pun sebaliknya. Dengan demikian lamanya kita berada di lingkungan kerja, sudah selayaknya disiasati dengan ragam hal yang mampu membuat kita menjadi pribadi yang lebih baik, secara kompetensi diri maupun tingkah laku.

Sayangnya tidak semua lingkungan kerja memberikan kesempatan kepada kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Banyak faktor yang kerap ditemui, beberapa di antaranya:

  1. Faktor kepemimpinan; keseharian di lingkungan kerja sangat bergantung bagaimana pemimpin di sana membangun kultur kerja. Jika pemimpin mengunggulkan sisi profesional, disiplin dan memiliki wawasan yang luas, dampak positif pada pengembangan rekan-rekan di bawahnya akan sangat terdukung. Sebaliknya, jika pemimpin bisnis lebih sering mencamur-adukkan berbagai kepentingan dan terkesan membatasi, maka jangan harap orang-orang di bawahnya akan terus berkembang.
  2. Faktor akuntabilitas; salah satu hal yang penting ditekankan dalam kultur bisnis adalah keterbukaan. Namun bukan berarti semua hal harus diketahui semua orang, akuntabilitas juga menempatkan informasi pada orang yang tepat. Kejujuran menjadi faktor pendukung dalam hal ini. Beberapa cerita yang pernah kami dengar, isu internal sering terjadi karena adanya tindakan yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Misal ada penjualan yang nilainya lebih tinggi, tapi dilaporkannya dengan nilai yang biasa saja. Percayalah pada sebuah prinsip hidup ini: sepandai-pandainya tupai meloncat pasti akan jatuh juga.
  3. Faktor kepercayaan; bagaimana mau berkembang, jika seseorang hanya dikurung di tempat yang sama dalam lingkungan kerja. Tidak boleh mengenal orang baru, tidak boleh mencoba hal baru. Dengan tidak adanya kepercayaan, artinya tidak ada kesempatan bagi orang lain untuk melakukan hal baru. Sementara masing-masing dari pekerja mutlak memerlukan tantangan baru untuk senantiasa mempelajari banyak hal baru, tak lain untuk kebaikan bisnis itu sendiri dan kebaikan si pekerja secara personal.

Cool workspace gives you a playground, ordinary workspace gives you space to work

Sebuah keuntungan mana kala kita berada di lingkungan kerja yang membangun diri kita secara pribadi, dalam hal ini disebut sebagai playground. Ada sebuah pilihan dalam melakukan pekerjaan, dengan workflow rutin yang sehari-hari dilakukan, atau dengan terus mengeksplorasi cara-cara baru untuk meningkatkan kualitas pekerjaan. KPI atau semacamnya tetap menjadi tujuan akhir, namun proses tersebut yang akan banyak mendidik kualitas seseorang.

Layaknya ruang bermain, kita diberikan kebebasan untuk melakukan banyak hal, dengan cara-cara yang kita temui dan dengan hal-hal yang kita sukai. Kendati diberikan kebebasan ada hal-hal yang bersifat prinsip yang harus menjadi fondasi, yakni tetap fokus pada tujuan dan mampu mengomunikasikan dengan baik. Fokus pada tujuan penting, agar tidak salah arah dalam melaju. Walaupun diberikan keleluasaan, tujuan utama bekerja adalah mencapai target yang diinginkan bisnis.

Selain dukungan lingkungan kerja, sejatinya faktor kemauan yang ada pada diri sendiri juga sangat signifikan dampaknya. Sebesar apa pun kesempatan pengembangan karier yang diberikan perusahaan, jika pekerja secara personal tidak memiliki kemauan untuk belajar akhirnya akan sama saja. Sehingga sinergi baik antara seseorang sebagai pribadi yang bekerja, dengan lingkungan kerja sebagai fasilitator harus mampu berjalan beriringan, sehingga memberikan value untuk keduanya.

Mengembangkan Budaya Tanggung Jawab Tim

Bukan menjadi rahasia umum bahwa mengembangkan startup tidak hanya mengembangkan bisnis atau produknya, namun harus pula membangun dan mengembangkan kultur demi menjaga kualitas di dalamnya. Salah satu kultur yang penting dan harus dibangun sedini mungkin adalah kultur akuntabilitas, atau kultur tentang tanggung jawab. Berikut beberapa tips yang bisa dilakukan untuk mulai membangun kultur tanggung jawab ini.

Mencari orang yang tepat

Membangun tim diawali dengan memilih orang-orang yang tepat. Dalam kasus membangun budaya tanggung jawab yang tepat memilih anggota tim harus berdasarkan rekam jejak tanggung jawab mereka. Meski kemampuan teknis dibutuhkan dalam sebuah tim tapi di sisi lain tanggung jawab dan pemenuhan tanggung jawab menjadi penting untuk bisa mencapai tujuan. Untuk itu pastikan Anda mencari orang-orang yang tepat, baik dari segi teknis maupun tanggung jawab.

Untuk mencari orang-orang yang bertanggung jawab bisa dilakukan dengan berbagai macam cara. Misalnya dengan mengerjakan tugas saat seleksi, mewawancarai mereka dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut tentang tanggung jawab, atau cara-cara lain yang bisa dikreasikan.

Menentukan tujuan yang jelas dan terukur

Untuk membangun budaya tanggung jawab salah satu hal yang bisa dilakukan adalah dengan memperjelas tujuan yang ingin dicapai dengan ukuran-ukuran yang cukup jelas untuk dipahami. Bagian terpenting ini berkaitan dengan perbedaan ekspektasi antar anggota tim. Untuk melakukan hal tersebut cara-cara yang bisa ditempuh adalah dengan menuliskan tujuan atau ekspektasi di tempat yang bisa diakses banyak orang, ukuran yang spesifik, dan juga tenggat waktu yang ditetapkan. Kejelasan seperti ini akan membantu pengguna dalam melaksanakan tugas-tugasnya dan mempertanggungjawabkannya.

Mendelegasikan wewenang

Untuk menyiapkan kultur tanggung jawab dan mewariskannya ke anggota tim yang lain sebagai pemimpin seharusnya mulai memberikan wewenang kepada salah satu anggota tim. Berikan tanggung jawab yang lebih ke salah satu dari mereka. Tujuannya untuk melatih mereka memegang tanggung jawab lebih, tanggung jawab untuk membagi pekerjaan dengan rekan satu tim.

Mengukur dan review hasil

Demi mencapai tujuan dan membangun kebiasaan yang baik tugas terpenting bisnis adalah mengukur dan me-review setiap hasil yang dicapai bersama dengan anggota tim. Dalam review ini nantinya diharapkan bisa mendapatkan hasil yang bisa dievaluasi bersama, baik evaluasi positif maupun evaluasi negatif. Dengan demikian jika ditemukan permasalahan bisa dievaluasi bersama sejak dini.

4 Hal Penting dalam Membangun Budaya Kerja Tim

Salah satu hal paling berharga dalam mendirikan startup adalah membangun kultur kerja dengan lebih solid. Kultur dalam tubuh startup menjadi salah satu peranan penting dalam memastikan keberhasilan startup. Keharmonisan dan budaya dalam tim yang bisa membawa hal positif bagi produk dan konsumen.

Berikut beberapa tips yang bisa dicoba untuk memulai membangun kultur yang baik dalam tim.

Saling percaya

Saling percaya menjadi elemen penting jika ingin mulai membangun sebuah tim. Setiap anggota tim yang ada, baik yang bergabung karena saling kenal dari awal atau mereka yang datang belakangan karena sengaja didatangkan memiliki kemampuan masing-masing. Untuk bisa membangun sebuah tim yang memiliki kemandirian dan kinerja yang baik usahakan dari awal untuk bisa mempercayai mereka. Percaya bahwa mereka mampu menyelesaikan tanggung jawab dan percaya bahwa mereka memiliki mimpi yang sama untuk memajukan bisnis.

Meski demikian semuanya harus tetap terukur dan terkontrol. Mengetahui progres kerja adalah sebuah hal wajib. Dengarkan keluhan setiap mereka terhambat, bantu ketika mereka merasa kesulitan, dengan mulai menerapkan komunikasi seperti itu tim akan lebih baik ke depannya.

Kesempatan untuk gagal

Hal yang paling sering terjadi dilakukan pada bisnis di tahap awal adalah kesalahan. Tak seorang pun luput dari kesalahan. Untuk itu demi membangun budaya inovatif dan kreatif di dalam tim coba untuk melakukan sedikit pengampunan pada kesalahan atau kegagalan. Jangan biarkan tim atau personal merasa tertekan atas kegagalan yang baru saja dialami. Bantu mereka berdiri untuk memperbaiki semuanya dan menghadirkan yang lebih baik.

Coba hindari budaya alasan

Salah satu masalah yang berkaitan langsung dengan kesalahan dan kegagalan adalah alasan. Untuk mulai membangun budaya kerja yang positif usahakan terapkan budaya tanpa alasan. Selalu kejar hasil dari perbaikan dari kesalahan, bukan alasan yang membuat mereka gagal. Ini merupakan salah satu hal mendasar dari bagaimana kita harus menyikapi kesalahan atau kegagalan.

Manajemen risiko

Menjalankan bisnis atau menjadi bagian dari bisnis yang berjuang dari awal tidaklah mudah. Tekanan dan stres mudah datang. Untuk mengurangi hal ini perlu adanya manajemen risiko. Perhitungan dan keterbukaan komunikasi antar anggota tim. Komunikasi yang baik dan terbuka bisa menjadikan pengukuran terhadap risiko lebih baik. Terkadang komunikasi yang baik juga bisa membantu menularkan energi positif untuk sedikit mengurangi tekanan dan stres.

5 Cara Tepat Memperlakukan Pegawai Startup

Apa pun layanan startup yang Anda hadirkan, kepuasan pelanggan tentunya menjadi tujuan utama. Salah satu cara untuk memastikan perusahaan telah memberikan layanan pelanggan terbaik adalah dengan melihat secara langsung seperti apa kepuasan pegawai Anda di perusahaan. Bagaimana Anda memperlakukan pegawai ternyata memberikan pengaruh terhadap kinerja pegawai dan kepuasan pelanggan.

Artikel berikut ini akan membahas 5 hal yang wajib dicermati agar perusahaan Anda bisa memberikan kepuasan pelanggan terbaik.

Berikan pekerjaan yang jelas kepada pegawai

Setiap pegawai perlu memahami secara menyeluruh fungsi dan peranan masing-masing terhadap perusahaan dan bagaimana posisi mereka saat ini bisa membantu perusahaan berjalan dengan baik. Berikan visi dan misi yang jelas tentang perusahaan, dan berikan standardisasi yang tinggi kepada pegawai tersebut agar bisa diterapkan setiap hari di perusahaan.

Hindari memonitor pegawai terlalu sering

Terkadang dalam sebuah startup dengan ruang lingkup yang masih kecil, sang pemilik kerap melakukan micro-managing kepada pegawai. Apakah itu mengawasi pekerjaan, mengatur cara kerja hingga menuntut pegawai untuk menyelesaikan tugas sesuai dengan keinginan dari pemilik. Idealnya ketika Anda telah menyetujui untuk memperkerjakan seorang pegawai untuk posisi tertentu, percayakan kemampuan serta talenta yang dimiliki, berikan kesempatan untuk pegawai tersebut memberikan kontribusi kepada perusahaan.

Bina hubungan baik

Salah satu cara untuk membina hubungan baik dengan pegawai adalah dengan melakukan komunikasi yang cukup rutin. Tanyakan kendala dan keinginan dari masing-masing pegawai yang bisa membantu meningkatkan semangat dan produktivitas kerja.

Beri dukungan

Cara lain yang wajib untuk dicermati adalah dukungan yang diperlukan oleh pegawai. Ketika pegawai mulai menunjukkan prestasi atau inovasi yang menjanjikan, berikan dukungan secara menyeluruh kepada pegawai, agar bisa memberikan kontribusi yang terbaik untuk perusahaan.

Bangun tim yang solid

Lancar atau tidaknya perusahaan berjalan ternyata berasal dari anggota tim yang solid. Dalam hal ini Anda sebagai pemilik dan pemimpin perusahaan, harus bisa melihat dan menempatkan masing-masing pegawai di posisi yang tepat, sesuai dengan kemampuan pegawai tersebut. Ciptakan kolaborasi yang positif yang berasal dari keterampilan serta kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing anggota tim di perusahaan. Ketika masing-masing pegawai telah melihat kekuatan yang mereka miliki, bisa dipastikan pegawai tersebut akan semakin setia, bekerja dengan baik dan lebih semangat untuk bekerja setiap hari.

Belajar Kepemimpinan dari Kebiasaan Waktu Kecil

Ilmu kepemimpinan mulai banyak dipelajari banyak orang sekarang ini. Hal ini selain membekali diri untuk menjadi seorang pemimpin, juga upaya untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Tahukah Anda dari sekian banyak ilmu kepemimpinan ada beberapa yang diambil dari kebiasaan waktu kecil kita? Berikut beberapa di antaranya.

Mengucapkan terima kasih

Ini menjadi hal dasar yang diajarkan kepada kita waktu kecil. Setiap tindakan orang lain yang meluangkan waktu, tenaga, pikiran, dan lainnya kita wajib membalasnya dengan ucapan terima kasih. Terdengar sederhana tetapi ilmu berterima kasih ini bisa membuat hubungan menjadi lebih baik dan meningkatkan rasa menghormati satu sama lain.

Mendengarkan lebih banyak

Sebagai seorang pemimpin wajib hukum mengetahui banyak mengenai apa dan siapa yang mereka pimpin. Untuk mengetahui itu semua diharuskan pula untuk lebih banyak mendengarkan dibandingkan bicara. Mencoba mendengarkan sambil memahami permasalahan yang ada. Mendengarkan sambil mengenali satu sama lain. Mendengarkan ide, masukan, atau bahkan kritikan. Sesuatu yang tentu sangat mendasar bagi seorang pemimpin.

Jangan menginterupsi

Sebagai bagian dari menjadi pendengar yang baik adalah tidak memotong atau menginterupsi pembicaraan seseorang. Jika memang mereka butuh tanggapan berikan hal tersebut setelah mereka rampung bercerita. Biarkan mereka menyelesaikannya dengan tuntas. Kalau pun Anda terpaksa atau terlanjur memotong di tengah jalan mintalah maaf dan kesediaan mereka untuk melanjutkan.

Saling membantu

Jiwa individualis muncul seiring berkembangnya waktu. Faktor persaingan pribadi atau ingin menonjol sendiri bisa menjadi faktor buruk yang mengurangi rasa membantu satu sama lain. Rasa kesediaan membantu satu sama lain tidak hanya wajib dimiliki oleh pemimpin. Tetapi pemimpin yang wajib memberikan contoh.

Bermain!

Bermain di sini bukan berarti menganjurkan kita untuk bermain. Melainkan berpikirlah seperti anak-anak ketika mendapat mainan. Bagaimana antusias mereka, rasa ingin tahu, semangat, dan tidak memiliki rasa takut sedikit pun dalam mengambil keputusan. Hanya saja untuk perkara bisnis semua itu harus tetap harus diperhitungkan meski sekali-kali nekat itu perlu.

Dalih Millennials Sering Berpindah Tempat Kerja

Generasi millennial dikenal sebagai seorang pekerja yang cenderung lebih suka berpindah-pindah tempat kerja. Hal tersebut salah satunya disimpulkan oleh Perhimpunan Manajemen SDM Indonesia dalam diskusi yang diadakan Agustus tahun lalu.

Tren tersebut ternyata benar adanya. Beberapa startup mengaku keluar masuknya talenta dalam tubuh bisnis menjadi hal yang sangat biasa. Tak mengherankan jika setiap hari di layanan listing lowongan pekerjaan, media teknologi dan jejaring profesional, hampir setiap hari selalu ada lowongan pekerjaan yang ditawarkan oleh startup di Indonesia.

Berikut ini adalah dalih yang sering dilontarkan Generasi Y untuk berpindah tempat kerja.

Mencari pengalaman baru

Ini menjadi alasan yang paling banyak dijadikan justifikasi. Beberapa orang yang merasa pengalamannya tidak bertambah di tempat kerja yang dinaunginya, sehingga ketika ada kesempatan berpindah, maka ia tak menyia-nyiakannya. Namun menurut beberapa orang, mereka merasa dibatasi, sehingga tidak berkembang sesuai yang ia inginkan, baik dalam koneksi dengan rekanan atau kompetensi dari bidang yang ia geluti.

Tak sedikit orang yang memilih untuk bertahan di suatu startup. Kebanyakan disebabkan karena faktor lingkungan kerja dan pimpinan yang membebaskan ia berekspresi. Mengizinkan untuk berkomunikasi langsung dengan rekanan bisnis, memberikan kesempatan untuk memimpin dan memberikan keterbukaan kepada pekerja tersebut.

Pengalaman di lingkungan kerja tak melulu soal tugas baru yang harus dikerjakan, namun juga meliputi kesempatan-kesempatan untuk mencicipi dunia yang lebih luas.

Sistem “birokrasi” yang tidak jelas

Ada startup berukuran kecil maupun medium, namun memiliki aturan yang ditegakkan, sesuai dengan SOP bisnis yang sering diadopsi korporasi. Ada juga yang tidak jelas, hingga memunculkan banyak “drama” di sana-sini. Bagi beberapa orang, aturan yang tidak jelas sangat mengganggu, terlebih untuk millennials yang sedikit-sedikit “baper”. Perlu kejelasan, dengan mekanisme yang gamblang dan yang paling penting transparan.

Jika menempatkan di sisi startup, maka menjadi kewajiban pemimpin untuk tidak seenaknya sendiri mengubah-ubah aturan sesuai yang ia mau, dan yang terparah justru menyesuaikan mood-nya. Sebuah kesalahan besar. Hal ini biasa terjadi pada sistem kerja yang tidak bisa membedakan batasan antara profesionalitas dan kekerabatan atau bahkan kekeluargaan.

Semua harus memiliki porsi yang pas dan ditempatkan secara bijak. Terkait dengan aturan, jangan sampai para pekerja merasa tidak nyaman dengan dinamika yang terlalu dibuat-buat.

Faktor pemimpin

Tak jarang menemui orang yang begitu tertarik masuk ke sebuah startup karena sangat terkagum dengan founder-nya. Namun banyak pula yang akhirnya keluar karena “sakit hati” atas kebijakan yang sering diambil pemimpin perusahaan tersebut. Lagi-lagi sikap profesional pemimpin bisnis yang tidak ditegakkan justru memicu hal ini, misalnya terlalu pilih-pilih, terkesan selalu tidak percaya, hingga selalu menabur janji manis yang sering tidak diingat.

Startup membutuhkan akselerasi kencang bisnisnya. Menghadapi dinamika yang ada, startup perlu memiliki kompetensi talenta yang terukur. Memiliki pekerja yang loyal cenderung akan mampu membawa perusahaan untuk berproduksi lebih cepat, dengan pengalaman dan kultur kerja yang sudah menjadi bagian dari kesehariannya, bisnis tidak lagi membuang-buang waktu untuk memberikan waktu beradaptasi bagi pekerjanya.

Tips Bagi Startup Pemula untuk Merekrut Karyawan

Mengembangkan bisnis bisa dilakukan dengan menyusun beberapa strategi. Salah satu strateginya adalah memperkerjakan karyawan baru untuk menambah kekuatan tim dan membagi beban ke seluruh anggota tim. Sayangnya memperkerjakan karyawan baru bukan perkara mudah bagi bisnis yang baru berkembang, terlebih bagi yang sedang merintis. Masalah keuangan dan lain sebagainya acap kali sebagai penghambat. Belum lagi biasanya karyawan dengan kemampuan yang memadai enggan memilih perusahaan atau bisnis baru.

Berikut beberapa tips bagi bisnis rintisan untuk memberikan penawaran menarik bagi karyawan baru.

Menawarkan keuntungan lebih

Keuntungan yang dibahas dalam hal ini bukan hanya uang, tetapi juga kesempatan. Jika dana yang dimiliki terbatas tawarkan hal-hal lain yang bisa menguntungkan karyawan tetapi tidak terlalu membebani bisnis. Misalnya menawarkan fasilitas laptop kantor untuk bekerja, smartphone kantor untuk berkomunikasi, atau menawarkan kemungkinan kerja secara remote.

Karena dalam titik ini yang dibutuhkan oleh bisnis tidak hanya kehadiran karyawan tersebut tetapi juga sumbangsih kerja yang nyata. Pastikan penawaran-penawaran yang diberikan tidak membebani bisnis dari segi finansial atau lainnya.

Bebaskan mereka untuk melakukan yang terbaik

Salah satu yang bisa dieksplorasi untuk memikat karyawan baru bagi bisnis rintisan adalah kesempatan untuk berekspresi dan bereksplorasi. Alih-alih menyusun pekerjaan apa yang harus dilakukan oleh karyawan tersebut bisnis bisa memberikan mereka tujuan yang ingin mereka capai. Selepasnya, biarkan sang karyawan bereksplorasi dengan skill yang mereka miliki. Kebebasan ini biasanya yang diharapkan sebagian orang dalam bekerja. Bebas namun tetap memiliki tujuan.

Berikan work life balance yang lebih baik

Salah satu masalah yang dimiliki pekerja di era sekarang adalah work life balance. Mereka seolah tidak memiliki kehidupan lain di luar pekerjaan mereka. Hal ini bisa menjadi tawaran menarik. Berikan kesempatan mereka untuk mengambil libur atau mengatur jam kerja mereka sendiri. Fleksibilitas ini memberikan ruang lebih untuk mereka untuk menjaga ritme produktif mereka. Namun tetap, harus diikuti dengan kontrol dan pengawasan.

Perlihatkan ruang mereka untuk tumbuh

Hal yang satu ini sering menjadi senjata ampuh bagi bisnis tahap awal dalam merekrut karyawan. Berikan pemahaman bahwa dalam bekerja bersama mereka tidak hanya mengembangkan bisnis bersama-sama, tetapi juga mengembangkan kemampuan masing-masing individu di dalamnya. Perlihatkan bahwa bisnis tidak hanya memperhatikan kepentingan perusahaan tetapi juga karyawan. Berikan pemahaman bahwa ada ruang untuk tumbuh bagi mereka dalam tim. Ini merupakan penawaran paling menarik dan masuk akal untuk mendapatkan karyawan.