Tag Archives: periferal gaming

[Review] Mouse Gaming Corsair M55 RGB Pro, Ketika Akurasi dan Kesederhaan Jadi Andalan

Gaming jadi semakin nyaman berkat tersedia begitu banyaknya aksesori pendukung: gamepad, keyboard, mouse, bahkan kursi khusus. Sayangnya, opsi periferal di PC jadi jauh lebih sedikit jika Anda terlahir kidal. Itu artinya, mau tak mau pengguna kidal harus beradaptasi dengan perangkat yang didesain untuk pengguna ‘normal’ atau menerima pilihan yang ada dengan lapang dada.

Pengguna setia Corsair mungkin juga memahami, faktor kenyamanan lah yang membuat perusahaan hardware PC asal Amerika itu menyediakan mouse berdesain ergonomis. Rancangan ini diterapkan baik untuk model entry-level, premium, hingga varian-varian terbaru. Namun ada kabar gembira jika Anda membutuhkan mouse berdesain ‘netral’. Corsair Components sudah menyiapkan satu lagi opsi esensial bernama M55 RGB Pro.

Corsair mendeskripsikan M55 RGB Pro sebagai mouse gamingmultigripambidextrous. Singkatnya, produk ini didesain agar fleksibel untuk digunakan oleh berbagai jenis gamer dan siap mendukung tipe genggaman berbeda: palm, claw ataupun fingertip. Penawaran ini terdengar menarik, tapi betulkah Corsair sudah menemukan satu desain ideal yang mampu menjawab seluruh kebutuhan user? Simak pembahasan lengkapnya setelah saya menguji M55 RGB Pro selama hampir dua minggu.

 

Presentasi produk dan desain

M55 RGB Pro disajikan secara sederhana. Mouse tersambung ke PC via kabel USB sepanjang 1,8-meter, dan bisa segera dideteksi oleh Windows 10 begitu Anda mencolokkannya. Meski demikian, M55 RGB Pro baru beroperasi maksimal jika Anda menginstal iCUE. Via software ini, Anda dapat mengakses seluruh fungsi mouse, termasuk mengutak-utik LED RGB-nya.

M55 4

Bahkan untuk ukuran tangan saya yang kecil, M55 RGB Pro tidak terlalu besar. Mouse memiliki dimensi 124,4×57,25×40 milimeter. Tubuhnya terbuat dari plastik dengan tekstur doff yang membantu meningkatkan daya cengkeram di jari. Selanjutnya, Corsair membubuhkan lapisan karet berpola segitiga pada sisi kiri dan kanan, demi memaksimal kendali dan sangat berguna ketika situasi menuntut kita membuat manuver-manuver presisi.

 

M55 12

Untuk memberikan gambaran mengenai fleksibilitas desain M55 RGB Pro, perlu Anda tahu bahwa saya mempunyai jari yang kecil dan terbiasa menggenggam mouse dengan postur ‘mencakar’. Kebiasaan ini membuat daya jangkau jari jadi lebih pendek lagi. Tapi berita baiknya, saya tidak pernah kesulitan menekan segala tombol yang ada di sana, termasuk dua thumb button di samping.

M55 9

Desainer Corsair turut mencantumkan lapisan karet berpola heksagonal pada scroll wheel, lalu menempatkan switch DPI di tengah, di area yang mudah dijangkau tetapi sangat kecil peluang untuk tak sengaja menekannya. Dua pasang thumb button di kiri dan kanan pada dasarnya dibaca sebagai tombol berbeda, dan Anda dipersilakan menentukan fungsinya secara manual di dalam permainan.

Mouse gaming Corsair M55 RGB Pro.

 

Pendekatan seperti ini beberapa beberapa kali sempat saya temukan di produk kompetitor (meskipun tidak sering), contohnya mouse MSI Clutch GM40 yang sama-sama menawarkan desain ambidextrous. Namun dilihat dari sisi fitur, Clutch GM40 sedikit lebih canggih karena ia mempunyai switch untuk menukar fungsi thumb button kiri ke kanan atau sebaliknya sehingga kita tidak perlu mengustomisasi secara manual. Kabar gembira buat Corsair, produk MSI itu belum tersedia secara luas di Indonesia.

M55 7

 

Menakar kualitas dan mengulik komponen

Menakar dari aspek harga, Corsair tampaknya menyiapkan M55 RGB Pro sebagai periferal kendali entry-level. Namun tak perlu cemas, sang produsen sama sekali tidak mengambil jalan pintas dalam pembuatannya. M55 RGB Pro mempunyai tubuh yang kokoh, penempatan komponen yang presisi, lalu hal terpenting adalah seluruh tombolnya terasa konsisten, baik pada dua tombol utama, scroll wheel, switch DPI maupun keempat thumb button-nya (total ada delapan).

M55 6

Jika sensor adalah mata dan switch menjadi jantungnya, maka Corsair boleh dibilang telah memilih ‘organ’ yang tepat dalam menyusun M55 RGB Pro. Mouse dibekali switch Omron yang menjanjikan daya tahan hingga 50 juta kali klik (minimal) serta dipersenjatai sensor optik spesialis gaming Pixart PAW3327. Varian ini kabarnya mampu membaca hingga 12.400-dots per inch dan punya polling rate (kemampuan mengirimkan info ke PC terkait posisi mouse dalam satu detik) sebesar 1.000Hz.

M55 13

Itu berarti, Corsair M55 RGB Pro pada dasarnya mempunyai spesifikasi internal high-end – meski ada kemungkinan kita tidak pernah betul-betul membutuhkannya atau menggunakan setting DPI setinggi itu. 1.000Hz sendiri maksudnya ialah, data dikirimkan 1.000 kali dalam satu detik, meminimalkan peluang kesalahan baca dan memaksimalkan akurasi. Perlu digarisbawahi juga bahwa putaran scroll wheel terasa kosisten dan stabil, tak pernah terasa lompat.

M55 3

Sempat saya singgung di atas, M55 RGB Pro tersambung ke PC via kabel berlapis kain braided, dimaksudkan untuk meningkatkan daya tahannya. Kehadiran lapisan itu memang membuat kabel lebih kaku, tapi berita baiknya, tidak sekeras milik Rapoo VPro V25s. Ingat saja ketika ingin menyimpannya, Anda disarankan untuk menggulung kabel secara rapi dan tidak membuat gulungan terlalu kecil agar tak cepat rusak.

 

Kustomisasi via software iCUE

iCUE perlu terinstal di PC agar Anda bisa mengonfigurasi M55 RGB Pro lebih jauh. Prosedurnya cukup sederhana. Software ini dapat Anda unduh gratis di situs Corsair. Dan begitu terpasang, ia mampu mendeteksi semua komponen Corsair yang terpasang di sistem. Di PC saya, iCUE segera membaca keyboard K63 lawas andalan serta unit review M55 RGB Pro.

M55 RGB Pro 1

Ada empat hal bisa Anda lakukan via iCUE: merekam/men-setup macro, mengutak-atik pencahayaan pada logo Corsair di punggung, mengubah setting dan preset DPI lebih jauh, serta mengoprek kecepatan pointer. Semua aspek ini disuguhkan lewat user interface sederhana dan icon-icon yang mudah dimengerti, bahkan bagi pengguna awam. Di sana Anda dapat menambah dan menyimpan profile, serta membuang atau menduplikat setting yang ada.

M55 RGB Pro 2

Di bagian konfigurasi DPI, Corsair memasangkan enam buah preset dari mulai 400 (ideal bagi para penembak jitu) sampai 9.000, dan masing-masing telah diberikan kode warna. Tentu saja Anda bisa menentukan sendiri tingkat sensitivitasnya – termasuk mengakses 12.400DPI – serta mengubah warna lampu indikator. Untuk saya sendiri, 1.500 sudah cukup nyaman dan fleksibel dalam menangani berbagai jenis permainan action dan shooter.

M55 RGB Pro 3

 

Performa gaming dan pengalaman penggunaan

Dalam periode dua minggu ini, Corsair M55 RGB Pro saya gunakan setiap hari untuk bekerja dan bermain. Game action yang belakangan saya nikmati dengan cukup intens adalah Tom Clancy’s The Division 2, namun saya juga tidak lupa menguji kinerja mouse lewat judul-judul wajib bertempo cepat semisal Titanfall 2 dan Apex Legends. Saya bahkan menyempatkan diri bermain Sekiro: Shadows Die Twice berbekal M55 RGB Pro.

M55 RGB Pro 5

Corsair mencantumkan tiga mouse feet berbahan teflon di sisi bawah M55 RGB Pro – dua di depan dan satu berukuran lebar di belakang. Kehadiran mereka di mouse (terutama varian gaming) ialah ‘keharusan’, tapi tidak ada standar peletakkan feet yang pasti. Kabar gembira bagi Anda yang sedang mempertimbangkan buat membeli M55 RGB Pro: periferal ini sangat nyaman baik ketika dipasangkan dengan mouse mat berbahan kain maupun plastik.

M55 RGB Pro 6

Dari sesi tes bersama game-game di atas, saya sama sekali tidak menemukan masalah. Hanya butuh waktu sebentar saya untuk membiasakan diri dalam menggunakan M55 RGB Pro, terutama di Titanfall 2 karena permainan inilah yang bagi saya paling menuntut sensitivitas dan akurasi tinggi. Saya menyukai penempatan thumb button-nya: semuanya mudah terjangkau, tidak terlalu pendek ataupun menonjol, dan walau ditaruh secara merata, saya tetap bisa merasakan perbedaan antara tombol depan dan belakang.

M55 RGB Pro 4

Mungkin satu fenomena menarik selama proses tes adalah saya harus beradaptasi terhadap ringannya bobot M55 RGB Pro. Saya cuma butuh sedikit tenaga untuk mengangkat mouse – memakai jempol, jari manis dan kelingking. Hal ini memang membantu mobilitas dan repositioning, tapi pastikan Anda mengangkatnya lebih tinggi karena sensor optik di M55 RGB Pro tetap bisa membaca permukaan mousepad saat diangkat sejauh beberapa milimeter.

M55 RGB Pro 7

Baik di Apex Legends maupun The Division 2, M55 RGB Pro memudahkan saya buat melacak gerakan musuh, entah apakah mereka bergerak secara horisontal, vertikal maupun diagonal. Batasannya hanyalah refleks dan keakuratan tangan saya sendiri. Menurut saya, tracking ialah aspek paling menantang dalam first-person shooter dan tak akan optimal tanpa dibantu perangkat yang tepat.

M55 17

Saya belum bisa memastikan apakah M55 RGB Pro juga cocok untuk bermain game non-action karena belakangan saya lebih banyak menghabiskan waktu menikmati shooter. Saya menduga, untuk permainan-permainan RPG, MOBA ataupun MMO, kemungkinan besar Anda membutuhkan periferal dengan input lebih banyak. Saya sendiri kebetulan berhasil menamatkan Sekiro menggunakan mouse dan keyboard, dan semuanya tetap berjalan lancar saat saya menukar mouse lawas dengan M55 RGB Pro.

M55 15

 

 

Konklusi

Menakar dari seluruh fitur dan kapabilitas yang saya temukan di M55 RGB Pro, Corsair menyoba menawarkan kita sebuah periferal kendali fleksibel dengan fungsi-fungsi yang secara esensial dapat memengaruhi performa bermain. Dan dengan gembira saya katakan, Corsair berhasil melakukannya. Saya membayangkan bagaimana M55 RGB Pro tak hanya bisa bermanfaat bagi gamer hardcore, tapi juga jadi perangkat favorit para atlet esports FPS.

M55 5

Sekali lagi, desain ambidextrous M55 RGB Pro ialah kekuatan utamanya. Saya bukanlah gamer kidal, tapi saya sangat mengapresisasi kesederhanaan yang disajikan oleh produk ini. Mereka yang mendalami ilmu desain pasti setuju serta berpegang pada prinsip ‘form follows function‘, dan hal tersebut diwakilkan oleh M55 RGB Pro. Tidak ada satu aspek pada mouse yang tidak berguna. Bahkan pencahayaan RGB-nya pun tidak berlebihan.

M55 1

 

Namun untuk sebuah periferal berwujud simpel, saya merasa Corsair M55 RGB Pro dipatok di harga cukup premium (walaupun tidak setinggi M65 Elite). Produk dibanderol seharga hampir Rp 600 ribu, sekitar dua kali lipat Harpoon RGB wired. Tidak masalah jika Anda menginginkan mouse berdesain ambidextrous, tapi seandainya desain bukan jadi pertimbangan utama dan Anda lebih memprioritaskan konektivitas nirkabel, Anda bisa membeli Harpoon RGB Wireless dengan menabung sedikit lagi.

 

Sparks

  • Desain simpel, memprioritaskan fitur-fitur penunjang performa
  • Rancangan ambidextrous dengan dua pasang thumb button, cocok buat gamer kidal
  • Ringan, lalu penampilannya mendukung berbagai macam postur mencengkeram mouse
  • Mendukung DPI tinggi serta dibekali sensor optik gaming-grade high-end
  • Build quality memuaskan

 

Slacks

  • Hanya ditopang koneksi kabel
  • Tak banyak kustomisasi yang bisa dilakukan pada RGB
  • Harganya cukup mahal untuk mouse wired

 

Razer Luncurkan Koleksi Periferal Bertema Stormtrooper

Ketika mendengar nama Razer, saya yakin yang terbayangkan di benak Anda adalah kumpulan periferal gaming dengan warna serba hitam dan hijau. Di satu sisi, hal ini terkesan konsisten, tapi di sisi lain juga cukup membosankan. Itulah mengapa Razer dari waktu ke waktu juga menyuguhkan koleksi periferal bertema khusus, macam Destiny 2 dan Overwatch.

Yang terbaru, suguhan periferal bertema khusus mereka ditujukan bagi para penggemar Star Wars. Seperti yang bisa Anda lihat pada gambar di atas, yang diangkat secara spesifik adalah Stormtrooper dengan warna khas putih beraksen hitamnya. Dalam koleksi ini, total ada tiga perangkat yang ditawarkan: keyboard BlackWidow Lite, mouse wireless Atheris dan mousepad Goliathus Extended.

Razer BlackWidow Lite - Stormtrooper Edition

BlackWidow Lite, seperti yang kita tahu, dirancang untuk memenuhi kebutuhan produktif sekaligus gaming. Arahan itu tersirat dari penggunaan switch mekanis Razer Orange yang bersifat taktil sekaligus senyap ketika diklik. Supaya tidak kelewat norak di atas meja kerja, sekaligus agar senada dengan tema Stormtrooper, backlight LED di balik masing-masing tombolnya menyala putih ketimbang RGB.

Untuk edisi khusus ini, Razer rupanya cukup perhatian terhadap detail-detail kecil yang mungkin tak kelihatan secara kasat mata. Contohnya adalah kabel braided dengan corak hitam-putih, serta lambang kubu Imperial pada tombol Esc.

Razer Atheris - Stormtrooper Edition

Beralih ke mouse-nya, Atheris sebelumnya juga Razer siapkan untuk dipakai bekerja sekaligus bermain. Wajah Stormtrooper terpampang jelas di tubuh ambidextrous-nya, dan performanya masih sama seperti Atheris standar berkat sensor optik 7.200 DPI yang diusungnya.

Terkait konektivitas wireless-nya, pengguna dibebaskan menggunakan sambungan Bluetooth atau dengan bantuan dongle 2,4 GHz-nya. Berbekal sepasang baterai AA saja, Atheris dapat digunakan selama lebih dari 300 jam.

Razer Stormtrooper Edition

Tiga periferal edisi Stormtrooper ini sekarang sudah dipasarkan dengan harga sebagai berikut:

Sumber: Razer.

Berbekal Sebuah Terobosan Inovatif, Corsair Kian Percaya Diri Merangkul Konsep Gaming Gear Wireless

Saat ini, hal paling menantang bagi produsen periferal gaming adalah meyakinkan gamer pro untuk menggunakan periferal nirkabel. Alasan mereka tetap berpegang pada teknologi lawas kemungkinan besar tak jauh berbeda: sambungan fisik lebih bisa diandalkan dan peluang adanya interferensi jauh lebih kecil. Namun keadaan pelan-pelan berubah. Sistem wireless mulai dipercaya dan Corsair ialah salah satu nama yang mempionirkannya.

Bahkan sebelum menyuguhkan solusi kustomisasi all-in-one lewat software iCUE, Corsair Components sudah lama menawarkan kapabilitas nirkabel di gaming gear mereka sembari terus mengembangkan teknologinya. Di awal tahun ini, tersingkaplah satu terobosan wireless yang berpeluang merevolusi ranah penyajian periferal komputer. Dan dalam acara Corsair Press Tour 2019 di Jakarta minggu kemarin, perusahaan asal Fremont itu mengungkapnya lebih detail.

Corsair Press Tour 2019 1

Di presentasinya, senior product line manager Corsair Michael Grey menjelaskan bagaimana signifikansi teknologi wireless lambat laun diakui dan bertambah esensial. Namun begitu, ia menyadari ada sejumlah aspek yang perlu diperbaiki jika produsen ingin produk-produk mereka diadopsi lebih banyak konsumen. Langkah ini boleh dikatakan sebagai lanjutan kampanye Unplug and Play tahun lalu yang dimaksudkan buat membebaskan pengguna dari ‘jeratan kabel’.

Corsair Press Tour 2019 18

Agar perangkat berkonektivitas wireless dapat bekerja sebaik varian berkabel, Corsair menetapkan bahwa waktu respons 1-milidetik harus tercapai dan jadi standar. Beberapa nama dapat menyajikannya, tapi memang masih ada banyak kendala yang harus diatasi. Gray mengkungkap tiga kekurangan terbesar dari teknologi nirkabel. Pertama, jangkauannya terbatas; kemudian penggunaan dua receiver berpeluang lebih besar menciptakan gangguan; dan terakhir, bunyi-bunyian di sekitar bisa menyebabkan hilangnya informasi atau memperlambat aliran data.

Corsair Press Tour 2019 2

 

Slipstream

Melihat eksistensi dari kendala-kendala itu, Corsair menyodorkan solusi lewat terobosan bertajuk Slipstream. Teknologi ini menjanjikan sinyal yang lebih kuat (hingga radius 20-meter), stabilitas terlepas dari banyaknya interferensi via pemanfaatan Intelligent Frequency Shift, serta kecepatan tinggi dalam mengirim data ke unit receiver dengan waktu cuma 0,5-milidetik.

Corsair Press Tour 2019 11

Slipstream merupakan sebuah protokol racikan Corsair sendiri yang didesain agar mampu mengirimkam paket data per bandwidth di satuan milidetik dua kali lebih besar. Rahasia kemampuannya itu ialah Intelligent Frequency Shift, yaitu layer pintar yang berfungsi untuk mengirimkan ulang data jika ada kendala dan menjaganya alirannya tetap optimal. IFS secara terus-menerus melakukan pemindaian demi mencari transmisi terbaik dan paling stabil (di 0,5-milidetik).

Corsair Press Tour 2019 8

Slipstream diklaim mampu menghasilkan sinyal berkekuatan dua setengah kali lebih besar dari teknologi wireless generasi selanjutnya berbekal upgrade pada platform RF, dan diharapkan bisa menjadi jalan keluar bagi mereka yang pernah kecewa dengan performa gaming gear berbasis frekuensi 2,4GHz. Itu berarti di atas kertas, Slipstream menghidangkan kecepatan yang lebih tinggi dibanding teknologi Lightspeed 1-milidetik punya Logitech.

Corsair Press Tour 2019 4

Hal menarik di sini adalah, Corsair memutuskan agar teknologi canggih ini inklusif dan bisa mudah dijangkau oleh lebih banyak konsumen. Buat sekarang, Slipstream bisa ditemukaan di mouse gaming Harpoon RGB Wireless yang saya ulas di Januari kemarin. Dari sisi desain, perangkat ini identik seperti varian standarnya, dan saya sempat penasaran mengapa kehadiran opsi wireless di sana membuat harganya melonjak cukup tinggi. Namun saya juga mengakui istimewanya kinerja mode nirkabel Harpoon RGB Wireless dan kini memahami alasannya.

Corsair Press Tour 2019 13

Ke depannya, Slipstream tak hanya berguna untuk meningkatkan stabilitas koneksi wireless dan menyuguhkan kecepatannya tinggi saja. Corsair sempat menyingkap agenda mereka terkait Slipstream selanjutnya.

Corsair Press Tour 2019 6

Corsair meyakini, Slipstream nantinya juga akan jadi hal esensial di ranah audio, terutama di aspek komunikasi. Saat ini memang ada banyak pilihan headphone dengan output high definition, tapi mayoritas dari mereka dibekali microphone berperforma pas-pasan karena komponen chipset memangkas frekuensi input. Slipstream siap menjawab kendala tersebut berkat dukungan bandwidth dua arah serta sambungan nirkabel berjarak jauh – mencapai 30-meter.

Corsair Press Tour 2019 10

Selain itu, teknologi Slipstream juga memungkinkan satu unit adaptor tersambung ke tiga periferal – sehingga kita bisa menambahkan keyboard dan headset tanpa perlu mencantumkan dongle USB berbeda. Sayangnya, masih terlalu dini untuk membicarakan produk-produk anyar Corsair yang akan mengusungnya…

Corsair Press Tour 2019 15

 

Tradisi Corsair dan perkenalan anggota keluarga baru

Tentu saja, Corsair Press Tour 2019 bukan cuma mengenai Slipstream. Lewat acara ini, sang produsen meluncurkan beragam aksesori PC baru, di antaranya ada mouse top-end M65 RGB Elite (dibanderol Rp 1,05 juta) dan Ironclaw RGB (Rp 950 ribu), fan & pump head LL120 RGB putih, case PC pintar Crystal 680X RGB (Rp 3,95 juta) serta case mid-tower Carbide 678C (Rp 2,8 juta). Di sana, Corsair tak lupa menghadirkan keyboard khusus hiburan K83 yang mereka perkenalkan beberapa minggu lalu.

Corsair Press Tour 2019 16

Menjawab pertanyaan saya, Michael Grey menyampaikan bahwa K83 Entertainment Keyboard belum dilengkapi teknologi Sliptream karena ia memang tidak membutuhkannya. Berbeda dari sebagian besar papan ketik Corsair, K83 dirancang untuk menjadi pusat kendali segala jenis konten hiburan ‘kasual’. Produk tidak dikhususkan buat gaming walaupun mempunyai thumb stick, sebuah shoulder button dan satu tombol trigger di area kanan.

Corsair Press Tour 2019 19

Corsair Press Tour 2019 juga menandai pelepasan produk-produk khusus streamer buatan Elgato di Indonesia, yang jadi bagian dari perusahaan setelah Corsair mengakuisisinya di pertengahan tahun lalu. HD60 Pro, HD60S, Stream Deck, Cam Link 4K, Key Light sampai Elgato Green Screen rencananya akan hadir di bulan April 2019.

Corsair Press Tour 2019 5

Corsair Press Tour 2019 12

Corsair Press Tour 2019 20

MSI Sabet 12 Penghargaan CES 2019, Produk-Produk Andalannya Akan Dipamerkan di The Venetian Las Vegas

Sebagai acara yang dilangsungkan di kampung halamannya, produsen hardware awal Taiwan seperti MSI biasanya menyingkap produk-produk terbaru di Computex. Namun baru di CES mereka memamerkan perangkat-perangkat tercanggih, dan menjadi kebanggaan tersendiri ketika barang-barang tersebut memperoleh pengakuan dan mendapatkan penghargaan.

Sebelum pameran teknologi terbesar di dunia itu berlangsung, Consumer Technology Association biasanya mengumumkan produk-produk CES Innovation Awards Honoree. Dan ada berita gembira bagi Micro-Star International: perangkat-perangkat racikan mereka yang terdiri dari PC laptop, desktop, komponen dan monitor berhasil merebut tidak kurang dari 12 gelar bergengsi itu.

Beberapa waktu lalu, MSI mengumumkan rencana untuk memamerkan beberapa kreasi mereka tersebut di CES 2019. Seperti di ajang yang sama sebelumnya, produsen memilih hotel The Venetian sebagai lokasi konferensi pers sekaligus tempat buat menampilkan perangkat-perangkat andalannya, dan mempersilakan para tamu untuk menjajal secara langsung. Ada tujuh produk yang di-highlight:

 

Laptop gaming GS65 Stealth Thin

MSI CES 2019 1

Memperoleh gelar di kategori ‘Hardware & Components’, laptop gaming ultra-thin ini menjanjikan keseimbangan terbaik antara performa dan mobilitas. Desainnya premium, lalu ia juga dibekali teknologi audio Hi-Res, serta GPU dan CPU terbaru.

 

Desktop gaming Infinite S

MSI CES 2019 6

Memperoleh gelar di kategori yang sama seperti sepupu laptopnya, Infinite S adalah PC desktop small form padat dengan spesifikasi hardware yang tak kalah dari varian PC mid– atau full-tower. Ukuran dan kemudahan akses port membuatnya ideal untuk mendukung LAN party.

 

Desktop gaming Trident X

MSI CES 2019 23
Trident X merupakan penjelmaan terkini dari keluarga Trident yang MSI siapkan sebagai ‘PC rasa console‘. Modelnya tak jauh berbeda dari Trident A yang disingkap di Computex 2018, tapi model ini sudah mengusung kartu grafis GeForce RTX dan ditunjang PSU SFX.

 

Kartu grafis GeForce RTX 2080 Ti Gaming X Trio

MSI CES 2019 2

Ada tiga aspek yang dibanggakan oleh hardware grafis dengan nama yang panjang ini: performa tinggi, dingin berkat pemanfaatan tiga kipas, dan mampu bekerja dengan hening.

 

Monitor Prestige PS341WU

MSI CES 2019 3

Sejauh ini, lini monitor MSI dipenuhi oleh varian gaming, namun layaknya keluarga laptop Prestige, PS341WU disiapkan sebagai alat penunjang kerja. Monitor ini menyajikan layar 34-inci, resolusi 5120x2160p ultra-wide dengan rasio 21:9 untuk memudahkan penyuntingan gambar serta video 2D atau 3D di 4K.

 

Monitor gaming pintar Optix MPG341CQ

MSI CES 2019 4

Kabarnya, Optix MPG341CQ merupakan monitor gaming berpanel curved dengan kecerdasan buatan pertama di dunia. Anda bisa mengendalikan fungsinya via suara ataupun tombol, memanfaatkan kehadiran webcam pintarnya; selanjutnya, pencahayaan LED RGB di sana dapat menampilkan notifikasi in-game.

 

Monitor gaming Optix MAG271CQR

MSI CES 2019 5

Jika Anda membutuhkan monitor gaming yang lebih konvensional, maka MAG271CQR bisa jadi pertimbangan. Optix MAG271CQR menyuguhkan layar melengkung, resolusi 2560x1440p dan waktu respons 1-milidetik demi memberikan Anda keunggulan dalam permainan.

Sumber: MSI.

Razer Ramaikan IFA 2018 dengan Headset, Keyboard, dan Mouse Wireless Gaming Baru

Ajang tahunan IFA memang tidak pernah menjadi junjungan produsen perangkat gaming, akan tetapi hal itu tidak mencegah Razer memperkenalkan trio periferal gaming terbarunya: headset Razer Kraken Tournament Edition, keyboard Razer BlackWidow Elite, dan mouse Razer Mamba Wireless.

Berhubung ketiganya bukan produk yang benar-benar baru, saya akan berfokus membahas pembaruan atau penyempurnaan yang diusung masing-masing dibandingkan pendahulunya.

Razer Kraken Tournament Edition

Razer Kraken Tournament Edition

Headset berwarna hijau mencolok ini diklaim sebagai yang pertama mengemas teknologi THX Spatial Audio, yang mampu menyimulasikan suara 360 derajat dengan akurasi yang terjamin guna meningkatkan kesadaran pemain, khususnya pada gamegame kompetitif. Performanya sendiri ditunjang oleh sepasang driver 50 mm, dengan intensitas bass yang dapat disesuaikan melalui controller USB.

Di sektor kenyamanan, Razer telah membenamkan gel pendingin di balik bantalan memory foam Kraken agar pemain tetap nyaman dalam durasi yang lama. Juga unik adalah ceruk kecil di dalam bantalan (tidak kelihatan dari luar) yang berfungsi untuk menyangga kacamata sehingga bagian pelipis mata pemain tidak cepat lelah.

Lebih nyaman, lebih customizable, dan lebih jago soal positional audio, Razer Kraken Tournament Edition akan dipasarkan seharga $100 mulai bulan September ini juga.

Razer BlackWidow Elite

Razer BlackWidow Elite

Sejak meluncur pertama kali di tahun 2010, desain Razer BlackWidow baru berubah cukup drastis tahun lalu. Untuk model Elite ini, Razer telah menambahkan tiga tombol media di ujung kanan atas, lengkap beserta sebuah kenop multi-fungsi yang dapat diprogram sesuai kebutuhan; bisa untuk menyesuaikan volume, tingkat kecerahan layar, maupun untuk fungsi-fungsi dalam game.

Masih seputar kontrol, semua tombolnya kini dapat diprogram sesuai keinginan, sehingga tombol macro ekstra yang biasanya ada di sisi kiri jadi bisa dihilangkan. Razer pun tak lupa menambahkan memory internal pada keyboard (pertama kalinya pada seri BlackWidow) supaya pemain bisa menyimpan sampai lima profil konfigurasi (dipadukan dengan cloud storage).

Razer BlackWidow Elite sekali lagi menggunakan switch mekanis buatan Razer sendiri, dengan pilihan jenis berwarna hijau, oranye dan kuning, yang semuanya diklaim tahan sampai 80 juta klik. Keyboard ini sudah dipasarkan seharga $170.

Razer Mamba Wireless

Razer Mamba Wireless

Untuk Mamba Wireless, tampangnya memang masih sama, akan tetapi Razer menerapkan pembaruan pada dua aspek terpenting dari sebuah mouse wireless, yakni akurasi dan ketahanan baterai. Soal akurasi ini, Razer telah menyematkan sensor optik generasi kelimanya yang memiliki resolusi 16.000 DPI.

Perihal baterai, Razer mengklaim Mamba Wireless bisa dipakai sampai 50 jam sebelum perlu diisi ulang, dan ini tanpa berkompromi dengan stabilitas koneksinya. Beralih ke kepraktisan, Mamba Wireless dilengkapi total 7 tombol yang dapat diprogram beserta memory internal untuk menyimpan hingga lima profil konfigurasi.

Tentu saja Razer Mamba Wireless telah menggunakan switch mekanis yang dipercaya tahan sampai 50 juta klik. Bagian sampingnya juga telah disempurnakan agar terasa lebih nyaman dalam cengkeraman. Pemasarannya akan berlangsung mulai bulan September ini juga, dengan banderol $100.

Sumber: Razer.

Microsoft dan Razer Berkolaborasi Buat Hadirkan Dukungan Keyboard dan Mouse di Xbox

Superioritas keyboard dan mouse dalam menjadi input kendali game PC menginspirasi sejumlah produsen periferal third-party untuk memberikan solusi serupa di console. Hori contohnya. Brand ini sudah lama menawarkan Tactical Assault Commander buat PlayStation, namun dukungan mouse dan keyboard di sana belum sepenuhnya direstui oleh pemilik platform.

Hal serupa juga terjadi pada console Microsoft Xbox. Dukungan duet periferal PC itu sudah lama jadi pembahasan para komunitasnya, tetapi masih belum terealisasi. Tentu saja, kompatibilitas keyboard dan mouse di console membuatnya lebih leluasa dalam menangani permainan, khususnya genre dengan sistem kendali kompleks seperti RTS. Untuk sekarang, cuma ada satu game Xbox yang menunjang penuh keyboard-mouse: Minecraft Bedrock Edition.

Belum lama, terdengar kabar gembira bagi Anda yang menunggu kehadiran ‘resmi’ keyboard dan mouse dalam ber-gaming di console. Awal tahun ini, Microsoft melakukan diskusi bersama sejumlah developer terkait rencana mereka buat mengekspansi metode kendali Xbox One. Dan berdasarkan bocoran dokumen yang diperoleh Windows Central, terkuak detail agenda Microsoft untuk menghidangkan aksesori mouse.

Razer Turret 1

Di dokumen itu, Microsoft memamerkan Razer Turret. Berbeda dari pasangan keyboard dan mouse standar, Razer Turret didesain khusus agar gaming tetap nyaman dilakukan dari atas sofa di ruang keluarga berkat pemanfaatan lapboard. Rancangan tersebut artinya tetap selaras dengan konsep penyajian ‘couch gaming‘ khas home console.

Bentuk dari dukungan Razer Turret bukan hanya terletak pada input, tetapi juga fitur-fitur pelengkap semisal RGB. Sistem pencahayaan Razer Chroma nantinya kompatibel dengan permainan-permaianan Xbox. Chroma bukan sekadar menyuguhkan warna-warni RGB dan keleluasaan kustomisasi, tapi juga memungkinkan periferal menyampaikan informasi dalam permainan seperti tingkat health dan waktu cooldown skill via backlight LED. Sejauh ini, judul-judul eSport populer seperti Dota 2 dan Overwatch sudah memanfaatkannya.

Dokumentasi tersebut juga mengungkapkan sejumlah aturan dan panduan bagi developer dalam penerapan dukungan mouse dan keyboard di Xbox. Misalnya: Microsoft tetap ‘mewajibkan’ pengembang game buat memprioritaskan gamepad; lalu, Xbox One baru diperkenankan untuk tersambung ke satu keyboard dan satu mouse saja.

Faktor keseimbangan turut menjadi perhatian mereka, terutama di permainan-permaian kompetitif. Microsoft meminta developer untuk terus mengawasi implementasinya serta secara saksama dan memerhatikan skenario saat pemain bersenjata keyboard-mouse bertanding melawan gamer ber-gamepad. Boleh jadi, nantinya akan ada fitur ‘penguncian’ sehingga pemain ber-keyboard dan mouse cuma dapat bermainan dengan sesamanya.

Detail lebih lengkapnya bisa simak di artikel Windows Central ini.

Steam Siap Mendukung Nintendo Switch Pro Controller

Dengan memilih PC sebagai medium untuk menikmati permainan video, Anda mendapatkan akses ke beragam jenis sistem kendali. Selain kombinasi keyboard dan mouse, kita bisa menggunakan gamepad buatan berbagai produsen, termasuk controller Xbox One hingga DualShock 4. Dan kali ini, periferal kreasi Nintendo masuk dalam daftar controller yang resmi kompatibel ke PC.

Lewat blognya, Valve mengumumkan bahwa Steam siap mendukung perangkat Nintendo Switch Pro Controller. Fitur ini hadir di versi beta client, dan bisa Anda segera coba jika mempunyai gamepad tersebut. Sebetulnya Switch Pro Controller sudah bisa tersambung ke Windows berkat konektivitas Bluetooth, tapi ia membutuhkan aplikasi third-party agar seluruh fungsinya bekerja – mirip DualShock 4.

Menurut Valve, Switch Pro Controller sangat pas buat menunjang banyak permainan di Steam. Bagian directional pad-nya sangat ideal untuk mengendalikan game-game fighting dan platformer, lalu kehadiran gyroscope sangat membantu meningkatkan keakuratan bidikan ketika menikmati permainan first-person shooter ataupun action secara umum. Namun mungkin, absennya tombol pelatuk analog menjadi keluhan sejumlah pengguna.

Nintendo Switch Pro Controller 1

Switch Pro Controller mempunyai sejumlah kesamaan desain dengan gamepad Xbox One. Tubuhnya tergolong tebal dan sudut-sudut pada lekukannya lebih tajam dibanding controller Xbox. Di sana, Nintendo membubuhkan sepasang thumb stick yang ditempatkan secara asimetris, dan hanya posisi tombol action A-B-X-Y saja yang terbalik. Padahal andai peletakannya sama, gamer bisa menghemat waktu dalam beradaptasi dari perangkat Microsoft itu ke milik Nintendo.

Steam telah menyiapkan panduan lengkap agar Anda bisa segera menggunakan Switch Pro Controller di PC. Pertama-tama, Anda harus berpartisipasi dalam program Steam Client Beta dan mengaktifkan ‘Nintendo Switch Configuration Support’ di menu Controller Setting. Dengan mencentang boks tersebut, Anda bisa menciptakan, berbagi, serta mem-browsing konfigurasi Switch Pro Controller berdasarkan permainan.

Nintendo Switch Pro Controller 2

Di bagian Controller Setting, Anda juga bisa menemukan opsi ‘Use Nintendo Button Layout’. Gunanya adalah buat menukar fungsi tombol A/B dan X/Y jika Anda lebih menyukai setting Steam Controller atau gamepad Xbox.
Dan berkat dukungan Steam, fitur gyroscope di Switch Pro Controller jadi bekerja sempurna. Begitu tersambung, sensor ini memang segera beroperasi, namun Valve menyarankan kita untuk terlebih dulu melakukan kalibrasi agar jadi lebih presisi.

Nintendo Switch Pro Controller dapat dibeli terpisah seharga US$ 70 (entah mengapa versi standarnya sulit ditemukan di Indonesia, kebanyakan adalah edisi terbatas). Tapi jika Anda lebih memprioritaskan kenyamanan pemakaian, saya lebih menyarankan controller Xbox One karena bisa kompatibel ke Windows tanpa software, kecuali Anda sudah mempunyai console Switch.

Produsen Gaming Gear Mad Catz Bangkit Dari Kebangkrutan?

Memulai bisnisnya di akhir 80-an, Mad Catz dikenal oleh gamer veteran lewat produk cartridge GameShark. Dan selama beberapa puluh tahun berbisnis, mereka juga menyediakan aksesori setir mobil untuk PlayStation, serta memperoleh kesempatan buat menciptakan rangkaian controller resmi Rock Band hingga mensponsori kompetisi MLG Pro Circuit.

Selain controller console, perusahaan San Diego itu turut memperluas portfolio-nya dengan memperkenalkan gaming mouse R.A.T dan headset Tritton. Proyek ambisius terakhir yang mereka lakukan adalah kolaborasi bersama Cloud Imperium Games buat menciptakan perangkat simulasi pendukung Star Citizen. Namun sayang sekali kiprah mereka harus terhenti, Mad Catz dinyatakan bangkrut di awal 2017.

Namun ada indikasi Mad Catz akan bangkit meneruskan perjalanan mereka di ranah gaming gear. Baru kemarin, Kotaku dikirimkan tautan ke video milik Big Little PR teaser bertajuk ‘Back in the Game’. Teaser ini memang sama sekali tidak menunjukkan branding Mad Catz, tetapi perangkat yang ditampilkan di sana mirip produk buatan mereka. Dan di bagian akhirnya, video menampilkan satu tanggal: 4 Januari 2018.

Big Little PR sendiri adalah tim konsultan PR spesialis gaming, memiliki hubungan baik dengan media-media ternama dunia dan sejumlah developer. Dan saat saya cek channel mereka di YouTube, Big Little PR ternyata menyiapkan dua versi video: satu berbahasa Inggris, dan satu lagi berbahasa Mandarin.

Video tersebut dibuat agar terlihat dramatis, menampilkan kepingan-kepingan objek di ruang gelap yang menyatu kembali dan membentuk mouse, keyboard dan headset. Tentu saja tetap ada kemungkinan video ini ternyata membahas brand berbeda dan tidak mempunyai hubungan dengan Mad Catz. Itu artinya, kita cuma bisa menebak brand apa yang kira-kira akan ‘kembali’.

Mad Catz 1

Bisnis Mad Catz mulai terlihat terseok-seok di awal 2016, ketika mereka terpaksa merumahkan 37 persen karyawannya akibat penjualan periferal Rock Band yang mengecewakan; dibarengi pengunduran diri CEO Darren Richardson, senior VP of business affairs Whitney Peterson, serta presiden Thomas Brown.

Kemudian di bulan September 2016, Logitech mengakuisi brand spesialis aksesori joystick Saitek dari tangan Mad Catz senilai US$ 13 juta. Tapi tampaknya jumlah uang ini belum cukup untuk mengeluarkan Mad Catz dari krisis finansial, hingga akhirnya berujung pada pembekuan aset di bulan Maret silam.

Untuk lebih jelasnya mengenai brand apa yang akan kembali, kita harus sabar menunggu pengungkapannya di tanggal 4 Januari besok.

Via PC Gamer.

Razer dan Bungie Berkolaborasi Untuk Sediakan Gaming Gear Destiny 2

Pengumuman Destiny 2 merupakan kabar besar bagi penikmat game di PC karena setidaknya, mereka bisa menikmati sekuel dari permainan shooter multiplayer populer console last-gen itu di Windows. Dan buat merayakannya, sang developer menggandeng salah satu produsen periferal gaming ternama dunia untuk menyediakan produk-produk edisi spesial permainan tersebut.

Pada tanggal 18 Mei 2017, Razer mengumumkan kolaborasinya bersama Bungie dan mengungkap agenda perilisan aksesori bertema Destiny 2. Produk-produk tersebut terdiri atas headphone, mouse, keyboard serta mousemat; yakni ManO’War Tournament Edition, DeathAdder Elite, Ornata Chroma dan Goliathus Speed. Headset ManO’War memang kompatibel ke PC maupun console, namun melihat produk lainnya, Razer terlihat bermaksud buat memanjakan gamer PC.

“Kami merasa sangat bersemangat bisa berkolaborasi bersama Razer untuk menciptakan aksesori premium yang akan disukai baik oleh fans Destiny dan juga penikmat game shooter pada umumnya,” tutur Jim McQuillan selaku Creative Director Band & Marketing. “Kami telah menemukan cara unik buat menggabungkan desain Destiny dengan hardware berperforma tinggi Razer demi menyuguhkan pemain keleluasaan dalam menikmati Destiny 2.”

CEO Razer Min-Liang Tan juga menunjukkan antusiasme serupa, “Destiny 2 adalah salah satu game yang paling dinanti di tahun ini, dan para gamer sangat mendambakan kehadirannya di PC. Detail dan inovasi dalam Destiny 2 sangat luar biasa, dan kami merasa terhormat bisa bekerja sama dengan salah satu developer terbaik buat mendukung pelepasan permainan ini di komputer.”

Keempat aksesori Razer tersebut merupakan produk mid ke high-end. DeathAdder Elite diklaim sebagai mouse spesialis eSport dengan sensor optik paling canggih di dunia, menawarkan 16.000DPI dan kemampuan membaca gerakan hingga 450-inci per detik; sesuai namanya, ManO’War Tournament Edition juga merupakan headphone kelas gaming kompetitif; lalu Ornata Chroma sendir ialah keyboard dengan switch ‘hybridmecha-membrane; sedangkan Goliathus Speed ialah mosepad soft yang dispesialisasikan buat menyajikan kecepatan gerak tinggi.

Keempat gaming gear Razer tersebut rencananya akan dirilis bersamaan dengan peluncuran Destiny 2, tepatnya di bulan September 2017 nanti. Buat sekarang, Razer belum menyingkap seperti apa wujud dari perangkat-perangkat itu. Produk-produk ini akan tersedia secara retail dan juga dijual di situs RazerZone.com.

Rincian mengenai permainan Destiny 2 bisa Anda simak lebih lengkap di artikel preview-nya, silakan akses via tautan ini.

Sumber: RazerZone.com.

Gamdias Perkenalkan Lineup Gaming Gear High-End Dengan LED RGB 16,8 Juta Warna

Naik daunnya gaming bisa jadi sedikit membingungkan bagi mereka yang baru mulai menapaki hobi ini. Para pemula dibombardir begitu banyak pilihan gear serta hardware, dan mayoritas produk dikemas dalam penampilan menarik, meski desain belum tentu mewakilkan mutu. Jika nama-nama terpercaya masih sedikit di luar jangkauan dana, Anda tentu dapat melirik sejumlah brand baru.

Gamdias bisa jadi salah satu alternatif teroptimal. Didirikan di tahun 2012, perusahaan asal Taiwan itu fokus pada penyediaan periferal spesialis gaming, umumnya menawarkan produk terjangkau berkualitas tinggi. Dan mengikuti tren penggunaan LED yang kian populer di kalangan produsen gaming gear belakangan ini, Gamdias juga turut memperkenalkan deretan mouse, keyboard dan headset berpencahayaan RGB.

Mouse Zeus P1 & Zeus E1

Gamdias Zeus M1

Diklaim sebagai mouse dengan dua level pencahayaan RGB customizable pertama di dunia, Zeus P1 merupakan mouse flagship Gamdias. Device menyuguhkan Anda keleluasaan bermain-main dengan 16,8 juta warna, dibekali delapan buah tombol programmable – diposisikan secara strategis agar mudah dijangkau jari. Proses kustomisasi dapat dilakukan via software Hera. Tentu saja Gamdias tidak melupakan performanya: mereka menyematkan switch super-responsif, sensor optik 12.000dpi, dan dukungan fitur kalibrasi jenis permukaan.

Zeus E1 sendiri ialah pilihan lebih ekonomis, sama-sama mempunyai LED multi-color double level, menyimpan sensor optik 3.200dpi.

Keyboard Hermes P1, Hermes M1 & Hermes E1

Gamdias Hermes P1

Tiga keyboard mekanik anyar ini dibangun berdasarkan arahan sebelumnya, namun turut dipadu penyempurnaan dan fitur-fitur baru: pencahayaan backlight RGB 16,8 juta warna (serta penambahan controller internal) dengan empat level kecerahan, desain kedap air, dan mendapatkan upgrade pada keycap serta wrist rest detachable. Hermes P1, M1 dan E1 tetap mengusung material premium dan konstruksi aluminium. Seperti Zeus, semua proses kustomisasi dapat dilakukan mudah melalui software Hera.

Headphone Hebe M1 & Hebe E1

Gamdias Hebe M1

Kehadiran keyboard dan mouse belum terasa lengkap tanpa headphone. Hebe M1 dan E1 mempunyai desain unik dengan arahan menyerupai SteelSeries Siberia V2. Mereka berdua menyajikan pencahayaan RGB ‘breathing‘, memiliki rancangan earcup raksasa buat menyimpan unit driver HD berukuran besar (M1: 10mm, E1: 40mm). Headphone juga dibekali mic fleksibel unidirectional serta smart remote controller.

Di situs resmi Gamdias, status dari ketujuh produk di atas masih coming soon. Sang produsen berjanji akan menyingkap spesifikasi lebih rinci serta informasi mengenai harga di bulan Oktober 2016 ini.