Tag Archives: petani

Agridesa ingin memodernisasi para petani berskala kecil di Indonesia melalui ekosistem digital end-to-end / Pixabay

Agridesa Kembangkan Ekosistem Digital, Dorong Modernisasi Petani Skala Kecil

Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki potensi yang sangat cerah untuk sektor agrikultur. Namun, di tengah limpahan lahan dan kesempatan, masih banyak petani kecil yang tidak memiliki akses ke modal dan kesejahteraan secara umum. Hal ini menjadi salah satu yang menginspirasi hadirnya platform Agridesa.

Didirikan pada awal tahun 2022, Agridesa memiliki tiga punggawa yaitu Allen D. Nicolas sebagai CEO profesional, Luqman Arif sebagai COO, dan Kristian Harahap sebagai Interim CTO/CPO. Perusahaan memiliki misi untuk memodernisasi para petani berskala kecil di Indonesia melalui ekosistem digital end-to-end.

CEO Agridesa, Allen D. Nicolas mengungkapkan, “Kami melihat masih banyak petani kecil yang hidupnya belum sejahtera. Melalui platform Agridesa, Kami berharap para petani bisa mendapat akses yang lebih layak dan transparansi harga guna menghasilkan profit yang lebih besar. Di samping itu, bisa memenuhi kebutuhan supply dari hulu untuk para pembeli mitra.”

Perusahaan ini merupakan joint portofolio pertama dari Katalys Partners yang digawangi oleh Rama Manusama, Peter Witkamp dan Edbert Mauritius dan Muhammad Iqbal dari Capital Commerce. Katalys Partners sendiri adalah sebuah Pembangun Ventura (venture builder) yang fokus membantu impact startup. Saat ini, perusahaan juga telah didukung oleh PT Triputra Agro Persada, yang juga berinvestasi di startup KedaiSayur dan Aria.

Agridesa memiliki tiga skema bisnis, yaitu: (1) Skema Budidaya, dengan membantu para petani mitra untuk membudidayakan lahan mereka guna menghasilkan panen yang akan diserap oleh pembeli mitra;  (2) Skema Trading, untuk membantu memenuhi kebutuhan supply para pembeli mitra melalui skema perdagangan; (3) Skema Pascapanen, guna meningkatkan kualitas hasil panen agar dapat memenuhi standar yang ditetapkan pembeli mitra.

Salah satu misi utama Agridesa adalah untuk memberdayakan petani skala kecil melalui pertanian berbasis data dan solusi digital terintegrasi. Dengan jumlah tim yang masih terbatas, pihaknya mencoba memberikan solusi yang maksimal dengan menyediakan ekosistem pertanian yang menyeluruh. Solusi berbasis aplikasi digital dari Agridesa didesain dengan fitur yang lengkap untuk membantu monitoring, efisiensi dan mitigasi risiko petani.

Petani skala kecil dan pemilik lahan di bawah kelompok tani yang telah bergabung bisa memanfaatkan solusi Agridesa untuk membangun skor kredit (credit scoring) yang nantinya bisa digunakan untuk akses yang lebih luas ke permodalan. Saat ini perusahaan sudah bekerja sama dengan Bank BRI untuk menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Sebagai nilai tambah, Agridesa menawarkan akses dengan pembeli terjamin. Perusahaan juga membangun kemitraan dengan bank dan institusi finansial non-bank untuk membuka akses keuangan bagi petani skala kecil. Selain itu, platform ini juga menyediakan fungsi pengelolaan seperti perkebunan untuk ekosistem yang masih terfragmentasi, serta menyalurkan keahlian agronomi melalui perangkat digital dan kemitraan dengan instruktur lokal di lapangan.

Digitalisasi sektor pertanian

Pada tahun 2020, Bank Dunia menyatakan bahwa kehadiran teknologi digital dapat meningkatkan pengetahuan teknis petani; memungkinkan perhitungan penggunaan pupuk, bibit, atau input pertanian lain secara lebih efisien; dan meningkatkan pengambilan keputusan petani melalui informasi mengenai cuaca, pengelolaan tanaman, kondisi pasar, ataupun data ternak.

Faktanya, hanya segelintir petani yang dapat menikmati manfaat tersebut. Kebanyakan teknologi digital pertanian memiliki pengguna kurang dari 10.000 pengguna. Artinya, jutaan petani masih belum memiliki akses terhadap teknologi digital pertanian. Hal ini dikarenakan masih banyaknya tantangan mendasar yang menghalangi petani untuk menggunakan teknologi digital pertanian yang mutakhir.

Modernisasi dalam sektor pertanian bukanlah hal baru. Sebelum Agridesa, sudah ada beberapa pemain yang berfokus pada digitalisasi sektor pertanian, seperti Agriaku, Tanihub, dan Eratani yang menawarkan ekosistem pertanian kuat dengan layanan mulai dari pembiayaan, pengadaan barang, pengolahan, hingga distribusi hasil panen.

Sebagai pemain yang relatif baru di sektor pertanian, Agridesa menawarkan solusi yang tidak jauh berbeda dengan pemain sebelumnya. Meskipun begitu, pihaknya mengungkap telah berhasil mencetak revenue senilai 2 miliar Rupiah per bulan selama kurang dari satu tahun beroperasi. Hal ini didukung oleh skema perdagangan yang dilakukan dengan memfasilitasi sekitar 30 petani mitra, bekerja sama dengan Kedai Sayur dan Pangan Sari Utama (PSU) sebagai pembeli mitra utama.

Allen turut mengungkapkan bahwa pihaknya sangat serius dalam memetakan jalur menuju profitabilitas perusahaan. Disinggung mengenai target, Agridesa mematok angka yang cukup besar yaitu untuk bisa mencapai Rp 10 miliar revenue per bulan pada Agustus 2023. Saat ini, perusahaan juga mengaku berencana menggalang dana untuk bisa mencapai target yang telah ditetapkan.

Setelah Jakarta, RegoPantes Perluas Wilayah Layanan ke Bodetabek

Setelah meresmikan kehadirannya akhir September 2017 lalu, layanan marketplace yang menyasar sektor pertanian RegoPantes secara resmi memperluas wilayah layanannya ke Bodetabek. Sebelumnya Rego Pantes secara khusus hanya melayani wilayah Jakarta saja.

Kepada DailySocial COO 8Villages sekaligus penggagas RegoPantes Wim Prihanto mengungkapkan, salah satu alasan mengapa hanya Jakarta saja yang menjadi wilayah layanan adalah fokus dari RegoPantes untuk menjaga kesegaran sayuran yang akan dikirim kepada pembeli.

“Selama ini sebenarnya rencana untuk memperluas wilayah layanan sudah ada, namun dari mitra logistik masih banyak yang belum bisa menyanggupkan pengiriman cepat tersebut,” kata Wim.

Platform yang menghubungkan petani dan pembeli ini, memiliki perbedaan dari sisi harga yang ditawarkan kepada petani mulai dari proses awal hingga akhir. RegoPantes secara khusus berpihak kepada para petani dan memiliki misi untuk menghilangkan keberadaan tengkulak ”nakal”.

Melihat makin besarnya minat dan permintaan dari pembeli di luar wilayah Jakarta, akhirnya awal Oktober ini pengantaran di Bodetabek mulai dilakukan.

“Banyak konsumen RegoPantes yang tidak bisa pesan langsung karena lokasi pengiriman yang terbatas di Jakarta saja. Pengiriman perdana kami berhasil meyakinkan mitra logistik kami untuk memberikan layanan pengiriman yang lebih luas ke Jabodetabek dengan biaya yang sama. Maka berita gembira ini kami harus bagikan ke konsumen kami,” kata Wim.

Untuk melancarkan proses tersebut, saat ini hub yang dimanfaatkan oleh RegoPantes adalah pasar Rebo dan pasar Cilandak. Selanjutnya RegoPantes menargetkan hanya memanfaatkan satu hub saja untuk semua pengiriman.

Sebagai bagian dari kegiatan promosi, untuk pembeli yang membeli produk sayuran di situs RegoPantes tanggal 4-5 Oktober 2017 untuk wilayah Jabodetabek barang sudah bisa didapatkan tanggal 7 Oktober 2017 mendatang.

“Harga tersebut sudah termasuk ongkos kirim sampai rumah Anda. Percayalah sedikit kesempatan yang Anda berikan sangat berarti untuk petani,” kata Wim.

Application Information Will Show Up Here

Suksesi Sektor Pertanian Indonesia dengan Teknologi

Inisiatif yang berkontribusi untuk meningkatkan sektor pertanian di Indonesia terhadap pertumbuhan ekonomi dirasa menjadi hal yang sangat krusial saat ini. Baik pemerintah maupun swasta sudah selayaknya memulai memikirkan bagaimana meningkatkan efektivitas dan potensi petani lokal dengan pendekatan modern, yakni dengan teknologi.

Hal ini penting, karena kendati diversifikasi ekonomi dan urbanisasi telah memberikan dampak ke sektor pertanian beberapa tahun terakhir, namun statistik di lapangan menyatakan bahwa pertanian masih menjadi mata pencaharian bagi mayoritas rumah tangga di Indonesia.

Sektor modern seperti e-commerce begitu bertumbuh pesat, menyasar 90 juta pengguna internet konsumtif yang sangat cepat beradaptasi dengan dinamika yang ada. Namun pembaruan sektor tradisional dirasa sangat penting untuk dijadikan prioritas, karena selain Indonesia memiliki kekuatan di sektor tersebut, dalam hal ini pertanian, berupa sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya alam (SDA).

Idealnya jika sektor baru seperti e-commerce saja bisa tumbuh dan diperkirakan mencapai nilai $130 miliar per 2020 mendatang, sektor agro yang memiliki komoditas lebih besar harus bisa didorong untuk memberikan sesuatu yang lebih.

Mengemas sektor tradisional dengan cara modern

Inisiatif untuk membangun platform pendorong bisnis pertanian menjadi salah satu program jangka panjang Presiden RI Joko Widodo. Salah satunya melalui inisiatif berbentuk aksi dan sinergi dalam sebuah proyek berbasis e-commerce di Brebes Jawa Tengah bulan April lalu. Sebuah layanan yang ingin menjembatani hasil panen dengan konsumen melalui pendekatan digital. Sama dengan komputerisasi di berbagai lini bidang, transparansi akan menjadi sebuah keuntungan ketika sebuah proses dijalankan secara algoritmik.

Melalui sistem online Presiden percaya bahwa transparansi akan memberikan hasil lebih kepada petani lokal. Dengan demikian akan mencegah spekulasi harga pangan yang sengaja diombang-ambingkan pihak tertentu, sehingga membuat hasil tani lokal justru kian tergerus. Proyek yang dikerjakan oleh beberapa startup agro, seperti Petani, LimaKilo, Pantau Harga dan TaniHub ini juga berusaha memberikan edukasi dan informasi seputar teknik bercocok tanam dan komoditas harga secara real-time.

Memanfaatkan keuntungan teknologi terbarukan

Biogas merupakan salah satu yang sedang digalakkan untuk menunjang sektor pertanian. Sebagai upaya untuk terus memutarkan hasil ataupun limbah pertanian, pemanfaatan teknologi terbarukan, khususnya di daerah dinilai mampu meningkatkan taraf hidup orang banyak. Biogas memiliki potensi yang signifikan. Dengan bahan baku sisa makanan ternak, kotoran hewan ternak, limbah pertanian dan sisa tanaman dapat dikonversi untuk penghasil listrik dan energi panas.

Beberapa waktu lalu proyek ini juga diimplementasikan di sebuah desa bersama Kalisari. Konversi tersebut berhasil memberikan keuntungan besar dari masyarakat, terlebih jika akses listrik yang sulit terjamah menjadikan BUMN seperti PLN sulit untuk menembus. Solusi inovatif terbukti menjadi penengah atas isu yang terjadi. Polusi pun juga berkurang, yang tadinya kotoran dibuang dan mencemari lingkungan, kini terkonversi menjadi sumber energi bermanfaat.

Berbagai komponen harus membentuk sebuah sinergi

Sebuah kemitraan pertanian keberlanjutan juga sedang digodok oleh Asosiasi Ekonomi Indonesia dan KADIN, dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan bagi petani lokal. Pemerintah pun juga ingin mendorong penggunaan metode modern lainnya untuk meningkatkan taraf hidup petani kecil di daerah. Skema kemitraan pertanian berkelanjutan berusaha mencapai tujuan untuk mengoptimalkan teknik produksi dan memecahkan masalah seperti akses kepada bibit unggul dan pupuk.

Inisiatif lain dalam bentuk pinjaman (KUR – Kredit Usaha Rakyat) juga menjadi prioritas pemerintah untuk memberikan “amunisi” kepada petani kecil. Di sisi lain inovator lokal juga menyajikan banyak opsi untuk memfasilitasi, salah satunya iGrow. Menggunakan model online marketplace, skema yang disajikan ialah menghubungkan antara investor dengan petani. Permodalan yang diberikan akan digunakan sebagai model petani menghasilkan hasil panen unggulan.

Idealnya sektor pertanian harus makin maju. Menguasai 35 persen total angkatan kerja, dan kontribusinya 13,6 persen terhadap PDB nasional, sektor ini wajib mendapatkan perhatian khusus dari berbagai pihak, khususnya inovator.

Menkominfo Kenalkan Lima Aplikasi untuk Petani

Pemerintah Indonesia kembali memperlihatkan upaya untuk memanfaatkan teknologi di berbagai sektor. Yang paling baru, pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam Program Sinergi Aksi untuk Ekonomi Rakyat memperkenalkan beberapa aplikasi mobile, bekerja sama dengan sejumlah startup, yang dirancang untuk membantu petani dalam berbagai hal, seperti memantau harga, berdiskusi sesama petani dan lain sebagainya.

Seperti dimuat di situs Kominfo, disebutkan bahwa melalui ekonomi berbasis kerakyatan pemerintah berupaya untuk membantu para petani dengan memberikan dukungan modal usaha, penyuluhan, dan peralatan yang memadai. Selain itu pemerintah juga membantu para petani melalui pemanfaatan aplikasi produk lokal membantu meningkatkan ekonomi kerakyatan.

Ada lima aplikasi yang diperkenalkan Menteri Rudiantara sebagai aplikasi yang nantinya bisa membantu para petani. Aplikasi pertama adalah Petani, sebuah aplikasi yang menyediakan layanan informasi terkait solusi pertanian, tempat penjualan alat-alat pertanian, informasi pelatihan pertanian sekaligus forum online yang bisa menjadi tempat diskusi seluruh petani di Indonesia. Petani dibangun oleh tim pengembang 8Village.

Aplikasi kedua adalah Tani Hub, sebuah aplikasi yang berisikan layanan mengenai distribusi hasil pertanian dan perkebunan dari daerah ke kota. Aplikasi selanjutnya adalah LimaKilo. Aplikasi ini memungkinkan petani untuk langsung menjual hasil panennya ke konsumen dengan harga yang kompetitif.

Aplikasi keempat adalah Pantau Harga. Sebuah aplikasi yang bisa digunakan untuk tempat tawar menawar, dan melakukan jual beli antara penyedia bahan baku dengan petani, dilengkapi dengan basis data harga yang menjadi acuan aplikasi ini diharapkan untuk memudahkan petani dalam transaksinya.

Aplikasi yang terakhir adalah Nurbaya Initiatives. Aplikasi ini diklaim mampu memberikan layanan bagi UKM atau petani dalam membuat platform penjualan dari produk yang mereka hasilkan.

“Pemerintah sangat ingin memajukan petani Indonesia dan aplikasi untuk petani ini dibuat khusus untuk meningkatkan produktivitas para petani,” jelas Menkominfo Rudiantara.

Rudiantara juga mengungkapkan bahwa banyak permasalahan petani yang bisa terselesaikan dengan penggunaan teknologi mobile untuk para petani. Rudiantara berharap dengan hadirnya lima aplikasi mobile tersebut dapat membantu meningkatkan kesejahteraan petani dan memangkas rantai distribusi hasil produksi dari petani kepada konsumen.

Mari Bermain Sebagai Petani Bali Dalam Spirits of the Rice Paddy

Sudah lama budaya Bali memukau perhatian dunia. Bali terkenal akan seni tari, drama, pahatan serta keindahan alamnya. Sejak dahulu, penduduk Bali menggunakan sistem irigasi canggih untuk menghidupi lahan persawahan, dipadu prinsip religi serta tanggung jawab sosial. Hal tersebut menginspirasi developer asal Texas dalam meracik sebuah board game unik. Continue reading Mari Bermain Sebagai Petani Bali Dalam Spirits of the Rice Paddy

Petani Facilitates Farmers to Share Their Farming Experience

It’s logical to see developers fight for users, thus seeing them promoting and socializing in big cities where most of users are familiar to digital world already isn’t something abnormal. But what if there’s a developer who targets people who live in rural areas instead of urban citizens? Take a look at 8Villages. It develops “Petani”, which is dedicated for farmers in rural areas. Continue reading Petani Facilitates Farmers to Share Their Farming Experience