Tag Archives: Peter Bithos

Investasi Hooq di Indonesia

Hooq Gelontorkan Puluhan Juta Dolar untuk Produksi Konten Orisinal

Layanan video on demand Hooq baru saja memperkenalkan produksi 19 konten orisinal baru yang terdiri dari serial dan film di empat negara tempat mereka beroperasi. Hooq merahasiakan nilai investasi dalam produksi konten, namun mengindikasikan uang yang digelontorkan mencapai puluhan juta dolar AS.

“Kami mengeluarkan jutaan dolar, puluhan juta dolar, untuk kawasan ini. Ini investasi konten terbesar yang pernah dilakukan oleh Hooq,” ujar CEO Hooq Peter Bithos.

Dari 19 judul baru, produksi konten orisinal Hooq terbanyak ada di Indonesia dengan 14 judul yang terdiri dari serial, film, dan acara stand up comedy. Angka itu jauh melebihi produksi di Thailand, Filipina, dan Singapura. Ketiga negara itu hanya kebagian tujuh produksi judul baru.

Banyaknya slot konten baru di Indonesia tak mengherankan lantaran pasar Hooq di Asia Tenggara mayoritas berasal dari Indonesia. Hal itu dibenarkan oleh Country Head Hooq Indonesia, Guntur Siboro.

“Dari 5 negara di mana Hooq beroperasi, Indonesia itu kira-kira 60-70 persen total pelanggannya. Jadi ya memang porsinya besar, tapi kalau berapa investasinya jutaan dolar tentunya,” imbuh Guntur.

Geliat Hooq dalam memproduksi konten asli tak lepas dari target mereka mencapai 100 judul original pada kuartal kedua tahun depan. Angka itu cukup besar mengingat produksi konten original Hooq saat ini masih di angka 59.

Pasar Asia Tenggara masih menjadi fokus Hooq. Sepanjang tahun ini saja, total 51 persen waktu menonton datang dari pasar Asia Tenggara. Hal inilah yang menurut Bithos menjadi fokus Hooq untuk terus tumbuh sehingga mereka enggan ekspansi ke kawasan lain di luar Asia Tenggara dan India.

“Hanya ada dua negara yang kita dambakan untuk masuk ke sana yakni Vietnam dan Malaysia. Di samping mereka, kita sudah sangat senang. Kami tidak ada keinginan ke Afrika misalnya atau ke negara mana pun,” ucap Bithos.

Hooq saat ini masih beroperasi di lima negara saja yakni India, Indonesia, Filipina, Thailand, dan Singapura. Jumlah pengguna mereka pun diklaim sudah mencapai 80 juta orang, menjadikan mereka yang terbesar di kawasan ini. Konten original menjadi kunci pertumbuhan mereka di kelima negara tersebut.

Kendati begitu, Hooq bukannya tanpa pesaing. Baik secara regional maupun di Indonesia, mereka memiliki cukup banyak pesaing. Selain Netflix dan Iflix, mereka harus berhadapan dengan pemain lokal seperti Maxstream, MNC Now, hingga GoPlay.

Hooq kini memiliki koleksi konten dengan total durasi 35.000 jam yang terdiri dari film, serial, dan program tayangan lain. Mereka turut menggandeng sejumlah rumah produksi di setiap negara tempat mereka beroperasi dalam memproduksi konten orisinal.

Application Information Will Show Up Here
Hooq video will be available through Grab app

Grab Partners with Hooq, Introducing In-App Video Content

A ride-hailing service, Grab, partners with video on-demand platform, Hooq, to introduce in-app video channel. This is Grab’s initiative to be the “everyday super app”. As it was said by Grab’s Group Head of Strategy, Hidayat Liu, the latest feature is to be tested first in Indonesia.

Previously, other than on-demand platform services, Grab has released GrabDaily, a special page contains informative content and entertainment. It’s to invite customers to often access the app, not only for transportation or delivery.

He said, video-based content will be more entertaining. It goes along with a moment of interest growth on video subscription. Based on “Video-on-demand Survey 2017” report released by DailySocial, Hooq (48.30%) is the most popular service in Indonesia, followed by Netflix (24.93%), and iflix (24.35%).

Peter Bithos in his speech said the partnership with Grab is a way to make the service available in various platforms. The scenario is, new user will watch movie teaser or video from Grab, then they’ll watch the full version through Hooq.

In marketing the service, Hooq has partnered with telco in Indonesia. They provide exclusive access bundled with internet data. It’s a good penetration, considering Netflix, the competitor is currently blocked by ISP under Telkom group.

Gojek, as Grab’s biggest competitor, actually intends to implement similar strategy – to provide in-app entertainment. To make it possible, Gojek, through its venture unit – Go-Venture – has make an investment to an online news portal kumparan and Millennials video content developer Narasi TV.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
Grab menjalin kerja sama dengan Hooq untuk hadirkan konten video-on-demand di dalam aplikasinya.

Jalin Kerja Sama dengan Hooq, Grab Hadirkan Konten Video di Aplikasinya

Layanan ride hailing Grab bermitra dengan platform video on-demand Hooq untuk menghadirkan kanal video di dalam aplikasi. Inisiatif ini dilakukan sebagai salah satu langkah menjadi Grab sebagai “everyday super app”. Menurut pemaparan Group Head of Strategi Grab Hidayat Liu, rencananya fitur anyar tersebut akan diuji coba pertama kali untuk pengguna di Indonesia.

Sebelumnya, di luar layanan pokok sebagai platform on-demand, Grab telah merilis GrabDaily, yakni sebuah laman khusus yang berisi konten informatif dan hiburan. Misinya agar pengguna bisa lebih sering untuk mengakses aplikasi, tidak sekadar saat ingin melakukan jasa transportasi atau pengiriman barang.

Liu memaparkan, konten berbasis video dinilai akan lebih diminati pengguna. Hal ini bebarengan dengan momentum pertumbuhan minat terhadap layanan video berlangganan. Menurut laporan “Video-on-Demand Survey 2017” yang dirilis DailySocial, Hooq (48,30%) menjadi layanan paling populer di Indonesia, di atas Netflix (24,93%), Viu (25,02%), dan iflix (24,35%).

Dalam sambutannya CEO Hooq Peter Bithos mengatakan, kerja sama dengan Grab merupakan cara baru bagi perusahaan untuk membuat layanannya tersedia di berbagai platform. Skenario yang diharapkan, pengguna awal akan melihat teaser film atau video dari aplikasi Grab, selanjutnya ia akan menonton secara utuh melalui aplikasi Hooq.

Sejauh ini untuk memasarkan layanannya, Hooq bermitra dengan perusahaan telekomunikasi di Indonesia. Mereka menghadirkan akses eksklusif yang dipaketkan dengan paket internet. Penetrasinya cukup baik, terlebih pesaing utamanya Netflix hingga saat ini masih diblokir oleh ISP di bawah grup Telkom.

Tidak hanya Grab, pesaing terbesarnya Gojek juga terus mengupayakan strategi yang sama – menghadirkan konten hiburan ke dalam aplikasi. Untuk menghadirkan in-app content, secara khusus Gojek melalui unit ventura miliknya –Go-Ventures—telah memberikan investasi kepada portal berita online kumparan dan pengembang konten video milenial Narasi TV.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
Ovo forms a strategic partnership with Hooq by supporting payment system

Ovo Partners with Hooq, Introducing Service Integration

Hooq and Ovo announce the strategic partnership. Users can now pay subscription fees via Ovo and they’ll get special offers to access content on Hooq.

The partnership is to extend opportunities in acquiring users. Hooq is currently one of the biggest movie and video on demand service in Indonesia, in terms of many Indonesian movie productions supported by Hooq.

On the other hand, Ovo is a major competitor for Go-Pay as the leading e-money platform. Some of Ovo’s strategic partnership in 2018 have succeeded in boosting popularity and increasing users. One is the strategic partnership with Tokopedia, replacing TokoCash as “digital money” and an instant payment method.

Both Hooq and Ovo are trying to top the market in each segment. Ovo with its plan to acquire more users by making innovations and strategic partnerships. It is said that Ovo currently has 350,000 merchant partners in 212 cities. Hooq, is trying to make it as the first choice by providing box office movies with “budget” price or daily subscription for Rp3,900.

“We’re glad to announce the partnership with Ovo. This is our first strategic move in this area. It unites two popular brands in each industry with the same goal, to provide users with seamless experience in browsing, payment, and entertainment,” Peter Bithos, Hooq‘s CEO, said.

Bithos explained further that this partnership shows Hooq uniqueness, and an innovative investment in their platform to integrate with others.

Hooq users, through this partnership, can use Ovo balance to make subscription payment. In terms of Ovo users, there will be special offers at cut-price to attract new users.

“Our vision is to be accessible for everyone. Thus, we’ll continue to expand and develop strategic partnership as part of our open economy strategy. Through the partnership with Hooq, we expect to provide the best experience for our 60 million users by allowing them to browse, pay, and watch entertainment on our platform,” Jason Thompson, Ovo‘s CEO, said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
Ovo menjalin kerja sama strategis dengan Hooq dengan mendukung sistem pembayaran

Ovo Jalin Kerja Sama Strategis dengan Hooq, Hadirkan Integrasi Layanan

Hooq dan Ovo mengumumkan kemitraan strategis. Pengguna Hooq kini bisa melakukan pembayaran biaya berlangganan menggunakan Ovo dan pengguna Ovo akan mendapatkan penawaran menarik untuk mengakses konten di Hooq.

Kemitraan yang dilakukan Hooq dan Ovo akan memperbesar peluang keduanya untuk mengakuisisi lebih banyak pengguna. Hooq saat ini menjadi salah satu layanan video dan film on demand yang cukup besar di Indonesia, ditinjau dari mulai banyaknya produksi film Indonesia yang didukung okeh Hooq.

Di sisi lain, Ovo menjadi penantang serius Go-Pay sebagai platform e-money terdepan. Beberapa strategi kemitraan Ovo di tahun 2018 terbilang sukses meningkatkan popularitas mereka dan mendongkrak jumlah pengguna. Salah satunya kemitraan strategis dengan Tokopedia yang menggantikan posisi TokoCash sebagai “uang digital” dan metode pembayaran instan.

Hooq dan Ovo sama-sama tengah berusaha menjadi pimpinan pasar di segmen masing-masing. Ovo saat ini tengah berusaha menjangkau lebih banyak pengguna dengan berbagai inovasi dan kerja sama straregis. Klaim dari pihak Ovo, saat ini mereka sudah memiliki 350.000 mitra merchant di 212 kota. Sementara Hooq, tengah berusaha menjadi pilihan utama dengan menghadirkan film-film pilihan dengan paket harga “sachet” atau harian seharga Rp3.900.

“Kami sangat senang mengumumkan kemitraan dengan Ovo. Kesepakatan unik ini adalah yang pertama di kawasan ini. Ini menyatukan dua merek terkemuka di industri masing-masing dengan tujuan bersama untuk memberdayakan pengguna dengan pengalaman seamless di mana mereka dapat menelusuri, membayar, dan menikmati hiburan,” terang CEO Hooq Peter Bithos.

Peter lebih jauh menjelaskan bahwa kemitraan dengan Ovo menunjukkan keunikan dari Hooq, sekaligus merupakan investasi inovatif di platform mereka untuk bisa terintegrasi dengan platform lain.

Dengan kemitraan ini pengguna Hooq bisa menggunakan saldo Ovo untuk melakukan membayar biaya berlangganan. Sementara bagi pengguna Ovo akan tersedia penawaran-penawaran menarik dari pihak Hooq. Dikombinasikan dengan harga yang miring memungkinkan kemitraan Hooq dan Ovo menjadi gerbang bagi banyak pengguna baru.

“Visi kami adalah untuk bisa diakses semua orang, dan dengan dengan demikian kami akan terus memperluas layanan kami dan mengembangkan kemitraan strategis sebagai bagian dari strategi open economy kami. Melalui kemitraan dengan Hooq ini kami bercita-cita menghadirkan pengalaman terbaik bagi 60 juta pelanggan kami denga memungkinkan mereka menelusuri, membayar, dan menonton hiburan dari platform kami,” ujar CEO Ovo Jason Thompson.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

HOOQ Miliki Hampir Sejuta Pengguna di Indonesia

HOOQ, layanan video-on-demand (VOD), menargetkan jumlah pengguna di Indonesia sampai tahun depan dapat menyentuh angka 5 hingga 10 juta orang. Adapun posisi sekarang ini hampir mencapai angka satu juta pengguna. Target tersebut diharapkan bisa membawa Indonesia sebagai pengguna HOOQ terbanyak yang saat ini masih diduduki India.

Perlu diketahui, HOOQ baru menginjak enam bulan beroperasi di Indonesia. HOOQ pertama kali diluncurkan di India pada Mei 2015, kemudian secara berurutan tiba di Thailand dan Filipina. Singapura dan Vietnam disebutkan masuk ke pipeline negara berikutnya yang bakal disambangi.

Meski Indonesia adalah negara yang terakhir disambangi, namun persentase pertumbuhan pengguna yang pesat menjadikan HOOQ ingin bergerak agresif di pasar ini. Hal ini terlihat dari sejumlah rencana kerja sebelum menginjak usia pertamanya di Indonesia.

Dalam wawancara dengan DailySocial,CEO HOOQ Peter Bithos menerangkan Indonesia memiliki banyak kelebihan dibandingkan negara berkembang lainnya yang sudah HOOQ sambangi, termasuk jumlah pengguna smartphone yang terus meningkat, kualitas internet yang mulai membaik, partnership yang kuat dengan sejumlah perusahaan telekomunikasi, dan budaya orang Indonesia yang social media oriented.

HOOQ juga mengklaim memiliki data film Indonesia terbanyak dibanding layanan VOD lainnya. Hampir 70% dari 3596 film Indonesia ada di database HOOQ.

“Kami sangat optimis jumlah pengguna HOOQ di Indonesia akan menempati posisi pertama, mengalahkan India di 2017,” ujarnya, Senin (17/10).

Dalam waktu dekat, HOOQ siap menggelontorkan dana pemasaran agar layanan VOD ini bisa dikenal di seluruh Indonesia, salah satunya dengan meluncurkan iklan televisi.

“Ada tiga tujuan dari peluncuran TVC ini. Kami ingin menyasar keluarga Indonesia karena konten kartun kami yang cukup lengkap, bagaimana dampak HOOQ dalam kehidupan sehari-hari, dan mengapa harus berlangganan HOOQ. Kami ingin melakukan pendekatan tersebut secara emosional dengan menerbitkan TVC,” terang Ravi Prakash Vora, CMO HOOQ.

Umumkan layanan freemium

Sekaligus dalam rangka menjaring pengguna baru, HOOQ juga mengumumkan layanan tanpa iklan berbasis freemium. Pengguna yang sudah memakai layanan free trial HOOQ selama tujuh hari dapat berkesempatan menggunakan layanan tersebut untuk menonton episode pertama serial TV yang tersedia di database tanpa ada iklan yang bakal mengganggu mereka.

Bithos mengklaim layanan ini adalah pertama kalinya hadir di ASEAN. Pengguna yang tertarik dengan suatu serial TV lewat menonton episode pertamanya bisa dipastikan akan lebih mudah ditarik menjadi pelanggan tanpa harus mengunduh episode setiap serial secara ilegal.

“Kami bersemangat untuk memperkenalkan hybrid model ini karena memberikan keleluasaan kontrol kepada konsumen atas keputusannya sebelum menjadi pelanggan HOOQ.”

Menurutnya, hybrid model ini adalah hasil yang telah dilakukan oleh tim riset HOOQ selama setahun belakangan mempelajari pola konsumen dan bagaimana keinginan mereka terhadap layanan VOD.

“Kami percaya model ini adalah win win solution baik untuk konsumen dan bisnis kami sendiri. Kami jadi memiliki banyak kesempatan untuk re-engage konsumen setiap ada konten baru setelah masa free trial mereka berakhir.”

Lakukan redesign aplikasi

Tak sampai di situ, HOOQ juga menyiapkan tampilan aplikasi baru untuk smartphone yang siap didistribusikan merata pada pekan ini. Redesign aplikasi ini dilakukan karena hampir 80% pengguna HOOQ mengaksesnya dari smartphone. Tampilan baru HOOQ merupakan gabungan beberapa media sosial yang umumnya dipakai oleh pengguna, dari Facebook, Instagram, bahkan tampilan video yang bisa di-minimize seperti YouTube.

Ada fitur real time content feed yang cukup di-scroll, poster yang menarik seperti Instagram, bisa menyimpan konten dalam kolom favorit, melihat daftar film apa yang sudah ditonton oleh teman, fitur pencarian yang lebih mudah, dan wish-list.

Redesign ini bertujuan agar pengguna tidak memerlukan banyak klik. Kami mudahkan seluruh fitur, bahkan untuk menonton film hanya butuh satu klik saja.”

Ke depannya, HOOQ akan menambahkan fitur baru seperti parental control.

“Kami tahu sebagian besar pengguna HOOQ mengaksesnya lewat smartphone, jadi ini hal yang natural bila kami memutuskan ingin menambah kualitas layanan situ. Banyak fitur yang lebih user friendly guna menambah experience pengguna jadi lebih baik dan ada fitur lainnya siap menyusul untuk smartphone,” pungkas Guntur Siboro, Country Head HOOQ Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Pengguna HOOQ di Indonesia Kini Bisa Berlangganan Paket Mingguan

HOOQ, layanan video on-demand yang bulan April lalu meresmikan kehadirannya di Indonesia, memperkenalkan mekanisme berlangganan untuk jangka waktu mingguan, atau disebut dengan sachet pricing. Dipatok dengan harga mulai dari $ 1,4 (atau Rp 18.700), langganan mingguan saat ini dikhususkan untuk konten Hollywood. Paket mingguan ini baru tersedia untuk pelanggan di Indonesia dan merupakan layanan sachet pricing pertama dari HOOQ.

CEO HOOQ Peter Bithos dalam pernyataannya mengatakan:

“Kami memahami tantangan dari pasar di negara berkembang dan kami ingin setiap orang bisa mendapatkan akses untuk hiburan yang luar biasa. Harga mingguan dirancang semata-mata untuk tujuan tersebut dan kami berharap sekarang banyak orang yang dapat terhibur dengan harga yang cocok untuk mereka. Dengan pilihan harga mingguan, kini pelanggan akan lebih mudah untuk mengakses HOOQ.”

Indonesia dengan jumlah pengguna smartphone yang besar dan penetrasi jaringan LTE yang semakin luas menjadi pangsa pasar yang sangat potensial untuk layanan video on-demand HOOQ. HOOQ juga telah mengumumkan kemitraan carrier billing dengan semua operator lokal untuk mempermudah pengguna dalam bertransaksi di layanannya.

HOOQ pun telah menggandeng Telkomsel untuk men-bundle HOOQ dalam paket Simpati Entertainment.

Saat ini pesaing langsung HOOQ di Indonesia adalah Netflix dan iflix. iflix meluncur di Indonesia menggandeng operator plat merah, Telkom, dan kemudian Indosatooredoo. Netflix sendiri sampai saat ini justru masih diblokir jaringan ISP Telkom Group, namun CEO-nya mengisyaratkan tidak peduli.

Application Information Will Show Up Here