Samsung selangkah lagi bakal meresmikan phablet flagship terbarunya, Galaxy Note 8. Tapi sebelum menguak secara utuh sang penerus Galaxy Note 7 tersebut, Samsung lebih dulu merilis lagi beberapa video teaser yang sedikit banyak memberikan gambaran sebagian kecil fitur unggulannya. Ini merupakan video teaser kedua yang dirilis oleh Samsung sendiri. Sebelumnya mereka juga melepas video yang menyoroti hal besar di Note 8.
Diterbitkan melalui kanal YouTube resminya, kedua video baru tampak fokus pada dua aspek terpenting di perangkat. Salah satu video berbicara tentang fitur dual kamera yang oleh rumor dan bocoran telah banyak disinggung. Fitur yang sekilas terlihat dari video adalah portrait mode seperti di kebanyakan kamera dSLR yang juga diadopsi oleh sejumlah perangkat papan atas seperti OnePlus 5, Moto Z2 Force dan iPhone 7 Plus. Sejauh ini, baru tiga ponsel pintar tersebut yang jadi padanannya.
https://youtu.be/0i6G6awOT3g
Berikutnya, kedua sensor juga memiliki kemampuan optical zoom yang sayangnya tidak diperlihatkan dengan jelas di dalam video. Tapi diperkirakan antara 2x dan 3x optical zoom, bisa saja lebih.
https://youtu.be/9qwtJ6_aupk
Aspek kedua yang disoroti oleh video berikutnya adalah fitur S Pen yang dipastikan lagi-lagi menjadi andalan Galaxy Note Series. Selama ini memang begitu. S Pen seolah jadi ikon yang tak boleh lepas dari diri smartphone lebar ini. Tetapi tentunya banyak fans Samsung yang berharap pabrikan idolanya itu bakal menghadirkan sesuatu yang baru di sektor ini. Teknologi piranti lunak jelas akan jadi area improvisasi yang paling mungkin digarap. Namun tampang baru S Pen juga bakal jadi sesuatu yang menggembirakan.
Samsung selangkah lagi bakal meresmikan phablet terbarunya, Galaxy Note 8. Phablet penerus seri ketujuh tersebut menjadi penebus kegagalan sebelumnya yang memukul mereka dengan cukup telak hingga seri tersebut benar-benar tak layak tetap berada di pasaran. Kini, jelang hari peluncuran yang dijadwalkan pada tanggal 23 Agustus, Samsung melakukan pemanasan dengan merilis video teaser singkat yang ingin menunjukkan ke publik, bahwa sesuatu yang “besar” akan segera datang.
Tak ada penjelasan teknis yang disertakan di dalam video. Tapi dengan cara yang pintar, Samsung sukses membuat jutaan mata penasaran ingin melihat isi dalamannya. Dikemas dengan cerdas, memberi kesan bahwa Samsung memang punya sesuatu yang baru, yang lebih baik.
Jadi, dari apa yang coba disampaikan oleh Samsung, jika Anda termasuk yang percaya dengan video ini. Maka, sangat mungkin kesimpulan pertama yang muncul, bahwa Samsung Galaxy Note 8 bakal menawarkan penampang layar yang lebih besar dari seri flagship lainnya. Banyak orang sebelumnya percaya Samsung bakal mengadopsi desain seri Galaxy S8 Plus, dengan aspek rasio yang sama dan dibalut layar 6,3 inci Super AMOLED. Teknologi Infinity Display hampir mustahil absen di sana.
Selanjutnya soal jeroan. Jika Qualcomm punya chipset yang lebih gahar dar Snapdragon 835, saya yakin Samsung dengan senang hati mengadopsinya. Tapi, saat ini hanya chipset model inilah yang paling ideal untuk jadi dapur pacu Galaxy Note 8. Dan untuk menyempurnakan kinerjanya, akan ada RAM berkapasitas 6GB yang duet bersama memori seluas 64GB. Varian lain dipastikan bakal ikut ditawarkan, namun akan tergantung pada pasar yang dituju. Kembali ke jeroan, untuk pasar lokal mereka, Samsung diyakini masih akan mengandalkan chipset Exynos 8895.
Sepertinya rumor kembalinya Samsung Galaxy Note 7 bukanlah isapan jempol. Baru-baru ini beberapa foto perangkat yang disebut-sebut adalah reinkarnasi dari Galaxy Note 7 muncul dan jadi perbincangan di Vietnam. Bedanya, kali ini perangkat bakal mengusung nama Galaxy Note 7R, di mana R adalah singkatan dari kata refurbished.
Kabar soal rencana Samsung menghidupkan kembali phablet Galaxy Note 7 dan memasarkannya dalam model refurbishedmengemuka beberapa hari yang lalu. Tetapi rumor itu langsung dibantah oleh Samsung kendati sumber lain meyakini itu hanyalah jurus untuk menghindari sorotan media.
Lalu apa yang akan Samsung lakukan sebenarnya? Dari apa yang tersirat dan umumnya dilakukan, Samsung tentu seharusnya menjajakan Galaxy Note 7R ini dengan banderol harga yang lebih murah. Soal spesifikasi, hampir pasti Samsung tak mau repot mengubah spesifikasi yang ada, kecuali dengan baterainya.Galaxy Note 7 menjadi malapetaka dikarenakan desain dan baterai. Jadi, jika harus dirombak, inilah komponen yang paling mungkin berubah.
Menurut rumor, Samsung bakal membenamkan baterai sebesar 3.200mAh demi alasan keamanan. Dengan kapasitas ini, menurut salah satu pabrikan Korea Selatan, seharusnya tak ada yang perlu dikhawatirkan. Samsung juga diyakini sudah menerapkan prosedur inspeksi 8 titik untuk perangkat-perangkat baru, termasuk untuk Galaxy S8 dan S8 Plus. Lagi pula, kapasitas ini tidak terpaut jauh dari kapasitas aslinya sebesar 3.500mAh. Jadi, tidak akan ada perbedaan besar dalam hal daya tahan perangkat.
Mempertimbangkan beberapa alasan, Samsung diyakini hanya akan menawarkan model ini di pasar Asia, dan mungkin ke beberapa negara Eropa. Tapi kemungkinan besar tidak menyambangi pasar Amerika Serikat.
Merupakan pionir di lini phablet, hingga kini kehadiran stylus dan fitur-fitur pendukung pen computing menjadi ciri khas serta keunggulan dari keluarga Galaxy Note. Sesuai agenda, Samsung mengungkap varian baru phablet tersebut di acara konferensi pers di kota New York, dan akhirnya Galaxy Note 7 mendarat di Indonesia kira-kira empat hari selepas perilisannya di Amerika.
Tapi tunggu dulu, sebagai penerus langsung Note 5, mengapa Samsung langsung lompat ke angka ‘7’? Product marketing head IT & mobile Samsung Denny Galant menjelaskan, mereka memutuskan buat melewati ‘6’ agar device sinkron dengan penamaan seri smartphone Galaxy S, supaya tidak membingungkan konsumen serta tak memberikan kesan ketinggalan.
Note 7 tidak tiba sendirian. Ia turut ditemani gadget-gadget canggih Samsung lainnya seperti versi baru headset Gear VR, smartband Gear Fit2, dan earphonewireless Gear IconX.
Samsung membekali Galaxy Note 7 dengan sejumlah teknologi andalan, beberapa merupakan adopsi dan penyempurnaan kapabilitas di handset mereka sebelumnya, namun terdapat pula kemampuan baru yang sangat dibangga-banggakan oleh raksasa elektronik asal Korea Selatan itu. Samsung juga terlihat begitu gembira karena handset habis dipesan ketika masa pre-order dilangsungkan selama 16 hari – sayangnya mereka tidak menginformasikan berapa jumlahnya.
Melihat dari perspektif desain, Galaxy Note 7 lebih menyerupai S7 Edge ketimbang model Note terdahulu. Samsung menyematkan layar AMOLED QHD 2560×1440 518ppi seluas 5,7-inci dengan rancangan dual-curved agar seolah-olah tersambung ke lengkungan di punggung, menghasilkan penampilan minim bezel tanpa sudut yang mulus dan simetris. Ukurannya cukup lapang (153×73,9×7,9mm, bobot 179g) buat doodling dan mencatat, tapi juga tidak terlalu besar untuk dibawa-bawa.
Di bagian display itu Anda bisa menemukan sejumlah fitur unik. Pertama, lockscreen akan menyala begitu smartphone dimiringkan, dan Anda dapat segera mengakses setting–setting serta fungsi penting (misalnya kamera). Layar menghidangkan high dynamic range, diklaim pertama kali ada di smartphone. Note 7 juga dilengkapi always-on display, di mana Anda bisa menampilkan jam, kalender, gambar-gambar atau app third-party, serta menggunakannya buat menulis catatan (via Screen-off Memo).
Kemampuan lain yang ditonjolkan Samsung di Galaxy Note 7 adalah iris scanner. Fitur ini memungkinkan pengguna log-in cukup dengan ‘melihat’ sisi depan device. Sewaktu menjajal di experience booth, prosedur setup-nya berlangsung sederhana dan sensor mampu membaca input dalam waktu singkat – kurang dari satu detik. Saat membuat profile, Note 7 akan meminta Anda melepas kacamata, tetapi tetap dapat mengidentifikasi Anda ketika log-in memakai kacamata, meski sedikit lebih lama.
Tentu saja kemampuan favorit saya – dan alasan konsumen memilih Galaxy Note 7 – ialah dukungan S Pen. Samsung membubuhkan beragam update di Air Command, kini bisa dipakai membuat GIF via Smart Select; kemudian Anda dapat memanfaatkan fungsi Magnify (kaca pembesar) sampai Translate – mampu mengenali 38 bahasa dan menerjemahkannya ke 71 bahasa.
Di sisi hardware, S Pen diracik agar bekerja lebih mulus dan presisi. Ujungnya kini lebih tipis dari sebelumnya, hanya 0,7mm, dengan sensitivitas tekanan dua kali lebih besar. Walaupun ukurannya lebih kecil dari pulpen (untuk gambar, pensil berukuran besar lebih nyaman buat saya), S Pen menyajikan sensasi menggambar/menulis yang sangat natural. Saya kagum pada keakuratan stylus dan bagaimana Note 7 merespons goresan dan tekanan. Dan hebatnya lagi, appsketch memperbolehkan user memadukan warna ala cat minyak sungguhan.
Sangat istimewa memang, tapi Anda belum mengetahui bagian terbaiknya: Note 7 sudah memperoleh sertifikasi IP68, sama seperti Galaxy S7. Artinya ia betul-betul anti-debu dan tetap bekerja normal seandainya terkena air secara tidak sengaja. Batasan maksimalnya adalah air sedalam 1,5 meter selama 30 menit. Dan di dalam air, phablet tetap bisa digunakan buat menggambar atau menulis.
Galaxy Note 7 membawa teknologi fotografi seri S7, yaitu sensor Dual Pixel 12-megapixel di kamera utama, kini berlensa f/1.7 OIS (kamera depannya bersensor 5-Mp f/1.7). Tanpa perlu banyak membahas masalah teknis, Anda cukup perlu tahu bahwa ia mampu mengunci objek dengan sangat cepat serta menyuguhkan keleluasaan setting manual ala DSLR. Performanya di kondisi temaram juga luar biasa – berdasarkan uji langsung di booth low-light photography.
Varian Samsung Galaxy Note 7 yang masuk ke Indonesia ini ditenagai system-on-chip Exynos 8890, berisi prosesor octa-core M1 plus Cortex-A53 dan GPU Mali T880. Handset menyimpan RAM sebesar 4GB, dan memori internal 64GB yang bisa ditambah hingga 256GB, ditopang konektivitas NFC serta USB type-C, dan ditenagai baterai 3.500mAh. Tersedia tiga pilihan warna, yaitu hitam, perak dan emas.
Galaxy Note 7 sudah pasti bukanlah produk murah. Di tanah air, ia dijajakan seharga Rp 10,8 juta.
Dominasi platform Android di perangkat bergerak boleh bisa kita samakan dengan ‘supremasi’ Windows di PC. Beberapa produsen, nama-nama dari Tiongkok hingga Asus dan Huawei, sempat mencoba memadukan kedua platform itu di satu device, tapi sejauh ini mereka belum mampu menggebrak pasar. Lalu apakah kreasi baru Akyumen bisa membuat perbedaan?
Produsen asal Kalifornia yang sudah tidak asing dalam menggarap perangkat bergerak serta aksesori itu memperkenalkan sebuah produk unik, yaitu phablet bernama Holofone. Sekilas, ia terlihat seperti tablet biasa, namun produk ini setidaknya menyimpan dua kejutan menarik untuk pengguna. Pertama, Anda diberikan keleluasaan untuk menggunakan OS Android dan Windows; dan kedua, Holofone juga dibekali proyektor.
Akyumen Holofone menyuguhkan layar seluas 7-inci beresolusi 1920×1080. Melakukan panggilan telepon dengan handset sebesar ini (perangkat ditopang network 4G) memang kurang praktis, namun ukuran layar tersebut sangat pas buat menikmati game mobile serta menonton film. Tim penciptanya bilang, Holofone mempunyai tingkat kejernihan gambar ’20/20′. Anda juga dapat memakainya buat mengabadikan momen-momen gembira bersama keluarga via kamera utama bersensor 13-Mp.
Bagian belakang atas Holofone memang sedikit lebih menonjol, karena di sanalah letak salah satu fitur unik Holofone. Perangkat memiliki modul proyektor dengan tingkat kecerahan 35-lumen. Jika Anda kurang puas pada display 7-inci buat menonton film, proyektor tersebut mempu menyuguhkan layar kedua dengan lebar maksimal 100-inci, diklaim mampu menghasilkan gambar di ‘resolusi tinggi’. Kita boleh berasumsi ukurannya adalah 720p.
Seperti yang sempat disebutkan di atas, Holofone didukung dua sistem operasi, platform milik Google serta Microsoft, tepatnya Android 5.0 Lollipop dan Windows 10. Akyumen belum menjelaskan apakah phablet tersebut akan memperoleh upgrade ke Nougat, tapi uniknya, Windows di sana merupakan versi desktop. Pertanyaannya kini ialah, apakah Holofone esensinya adalah PC Windows 10 berwujud tablet, atau phablet Android berfitur Windows PC?
Produsen juga tidak tanggung-tanggung dalam menyusun spesifikasi Holofone. Mereka menyematkan prosesor quad-core Intel Cherry Trail 8300, RAM sebesar 4GB, penyimpanan internal 128GB yang bisa Anda ekspansi via kartu microSD, ditenagai baterai 2.910mAh, serta dilengkapi konektivitas fisik berupa port USB type-C.
Holofone sejauh ini hanya dapat dipesan di situs Akyumen, dengan beberapa pilihan paket serhaga mulai dari US$ 600 (Education) sampai US$ 950 (Advanced). Proses distribusi rencananya akan dilangsungkan pada tanggal 5 November 2016 nanti.
Belum ada kepastian yang keluar dari pihak Samsung, apakah benar mereka akan lompat ke Galaxy Note 7 dan “melupakan” Note 6 yang seharusnya menjadi penerus Galaxy Note 5. Meski begitu, hadirnya sejumlah rumor dan bocoran setidaknya akan memberikan pandangan baru kepada Anda.
Yang terbaru muncul sebuah video berdurasi tak main-main, 11 menit, yang secara utuh menampilkan luar dalam Galaxy Note 7, bagaimana penampakan fisik, interface OS dan juga beberapa fitur unggulannya.
Perangkat dalam video ini merupakan perangkat versi purnarupa dari Galaxy Note 7 standar yang ditandai dengan tepian layarnya yang datar. Produk finalnya sendiri bisa jadi hanya akan keluar dalam versi edge bertepi melengkung, namun apapun bisa saja terjadi sebelum hari H peluncuran.
Perangkat ini disebut-sebut merupakan versi lain yang diuji dengan aplikasi SK Telekom Kora, mengindikasikan bahwa ini adalah perangkat yang akan dirilis hanya di Asia. Artinya, tak seperti varian untuk pasar Global, perangkat ini dihuni oleh chipset Exynos 8890 dengan RAM 4GB, kamera Sony IMX260 dan mungkin juga sensor Samsung seperti yang disuguhkan oleh Galaxy S7.
Video dimulai dengan memamerkan tampilan depan dan belakang perangkat. Di menit-menit awal video menyoroti fitur Always On yang menjadi salah satu daya jual flagship Samsung. Berikutnya, selama 3 menit video mempertontonkan fitur S Pen. Menit berikutnya ditunjukkan pula bagaimana IR light dan pemindai Iris bekerja. Tak lupa video juga memperlihatkan skor benchmark yang dihasilkan oleh Galaxy Note 7.
Tapi tunggu dulu, itu bukan satu-satunya video terbaru yang mengungkap sejumlah hal penting terkait Galaxy Note 7. Belakangan muncul video iklan berdurasi 30 detik yang sedikit banyak akan menjawab pertanyaan di benak Anda, soal benarkah Samsung lebih memilih Galaxy Note 7 ketimbang Note 6. Saksikan!
Samsung belum lama ini merilis resmi perangkat baru yang bertajuk Samsung Galaxy J Max, sesuai dengan namanya perangkat ini hadir dengan layar jumbo berukuran 7 inci dan baterai berkapasitas 4,000 mAh.
Kemampuannya untuk melakukan dan menerima panggilan telepon dan ukuran yang dihadirkan membuat perangkat ini masuk dalam kategori phablet alias phoneand tablet, terlebih ketika ia juga hadir dengan dukungan koneksi 4G VoLTE dan dapat diejejali dengan dua buah kartu SIM.
Galaxy J Max dikemas dengan layar beresolusi WXGA dengan body berdimensi 186.9 × 108.8 × 8.7mm. Ditopang dengan prosesor quad-core yang mampu digenjot hingga kecepatan 1.5GHz, perangkat ini juga hadir dengan dukungan RAM sebesar 1,5 GB dan media penyimpanan internal berkapasitas 16 GB yang bisa ditingkatkan dengan menyematkan kartu memory melalui slot yang tersedia.
Yang menjadi menarik, dalam paket penjualan perangkat ini, pihak Samsung telah menyertakan aksesoris headsetbluetooth, sehingga pengguna bisa tetap melakukan panggilan sementara perangkat ini berada dalam tas atau diletakan di atas meja.
Ini merupakan sebuah penawaran yang cukup menarik mengingat sejumlah pengguna bisa jadi merasa kurang nyaman ketika harus menempelkan perangkat berukuran 7 inci ditelinga saat melakukan panggilan telepon.
Tidak hanya itu, Galaxy J Max juga hadir dengan sistem operasi Android 5.1 Lollipop yang dilengkapi dengan sejumlah fitur seperti Ultra Data Saving serta mode S Bike, hadir pula kamera utama berkemampuan 8 megapiksel di bagian belakang dan kamera selfie berkemampuan 2 megapiksel di bagian depan.
Sementara untuk saat ini, perangkat Samsung Galaxy J Max baru hadir di kawasan India (untuk kawasan lain, baru akan tersedia pada akhir bulan ini) dan ditawarkan dengan harga INR 13,400 atau setara dengan $200 per unitnya. Pengguna bisa memilih opsi warna yang disediakan yakni hitam (black) dan kuning emas (gold).
Saat mencari smartphone berkemampuan mumpuni namun isi dompet terbatas, mereka yang tinggal di Asia punya keuntungan dibanding konsumen di negara-negara lain. Selain tipe-tipe entry-level dari brand populer, misal Moto G atau Galaxy J5, para produsen Tiongkok menyediakan banyak pilihan, dan sejauh ini Xiaomi bisa menjadi kandidat kuat.
Sejak memulai kiprahnya, ‘Sang Apple dari Timur’ selalu berhasil membuktikan bahwa sebetulnya kualitas tidak harus dibayar dengan jumlah uang yang besar. Konsep tersebut secara konsisten dibawa ke phablet terbaru mereka, penerus dari seri Redmi Note: Redmi Note 3. Meski ditujukan sebagai produk terjangkau, jujur saja perangkat ini mengejutkan saya berkat beragam aspek premium – dari desain, build quality, sampai fingerprint scanner.
Selama beberapa minggu, saya diberikan kesempatan untuk menguji Redmi Note 3 lebih jauh. Berdasarkan pengalaman pemakaian, ia memang bukanlah produk sempurna dan kadang Anda harus mau berkompromi. Namun dengan harga ekonomis dan sentuhan khas Xiaomi, saya bisa paham mengapa sang produsen dari Beijing ini mampu mengumpulkan banyak fans dari seluruh dunia. Ayo simak ulasannya.
Packaging
Konten dari packaging Redmi Note 3 cukup sederhana. Seperti biasa, Xiaomi tidak ingin membebani konsumen dengan biaya tambahan. Selain smartphone, Anda akan menemukan kabel data dan charger, pin untuk membuka SIM card serta lembaran-lembaran panduan. Unit ini dibundel bersama kartu perdana Indosat Ooredoo.
Design
Redmi Note 3 meninggalkan rancangan plastik Redmi Note sebelumnya, membuatnya lebih menyerupai Mi Note. Tubuh unibody dengan warna rose gold (warna unit review yang saya dapatkan) merupakan kejutan gembira, terutama untuk perangkat di level terjangkau. Meskipun bagi saya pribadi penampilan Redmi Note 3 terlalu feminin, saya sangat mengapresiasi pendekatan ala device premium yang Xiaomi ambil.
Struktur punggungnya merupakan perpaduan dari logam (di area tengah) dan plastik (di sisi atas dan bawah). Bagian chassis logam tersebut memberikan Redmi Note 3 bobot yang pas dan tidak terlalu ringan, yaitu 164g. Xiaomi juga tidak melupakan aspek ergomonis. Area tepi handset dibuat membundar, dan ketiadaan sudut dikombinasi dimensi seimbang (150x76x8,7mm) memastikan smartphone nyaman saat digenggam.
Area punggung dan layar dipisahkan oleh bingkai glossy – saya belum bisa memastikan apakah terbuat dari logam atau plastik. Tombol volume dan power berada di sisi kanan, tepat di area jempol, dan tray kartu SIM (dual micro dan nano) sekaligus microSD tersedia di bagian kiri. Sentuhan kecil lain yang saya sukai adalah tombol navigasi utama dengan LED putih. Port micro USB sendiri dapat Anda temukan di bawah.
Salah satu fitur primadona Redmi Note 3 adalah pemindai sidik jari, diposisikan di bagian belakang sehingga berada di jangkauan jari telunjuk. Xiaomi mengatakan mereka menggunakan teknologi keamanan Trustonic TEE. Singkatnya, level keamanan device setara Apple Touch ID. Selain itu, fingerprint scanner sanggup merespon input dengan sangat cepat (diklaim 0,3 detik), dan dapat membaca jari dari arah 360 derajat.
Display
Redmi Note 3 mengusung panel LCD seluas 5.5-inci 1080×1920-pixel berkepadatan 401ppi, sanggup menyuguhkan outpun yang tajam dan jernih, cukup mengesankan untuk produk di segmen ini. Meski demikian, saya melihat sedikit ketidakakuratan warna. Display cenderung condong ke warna-warna ‘dingin’ – misalnya warna putih menjadi kebiruan. Tapi hal ini bukanlah masalah besar karena temperatur warna dapat Anda setting di menu.
Layar juga cukup cerah untuk digunakan di bawah sinar matahari, tetapi mungkin permukaan gloss-nya dapat menangkap banyak bayangan yang bisa mengganggu Anda. Redmi Note 3 mampu mendeteksi cahaya di sekitarnya secara real-time dan segera menyesuaikan kontras agar visual tetap tampil optimal.
Xiaomi punya alternatif mode Night Shift seperti di Apple iOS 9.3, mereka menamainya Reading Mode. Ketika diaktifkan, cahaya background akan dikurangi dan display jadi lebih menguning, dimaksudkan untuk mengurangi kelelahan pada mata. Sayangnya, Reading Mode hanya bisa diaktifkan (atau dimatikan) secara manual.
Interface
Handset ini beroperasi di platform MIUI 7, berbasis Android 5.1 Lollipop. Penampilan serta susunan kontennya sudah berbeda dari versi standar Google, dan hampir tidak ada lagi elemen Material Design. Hanya ada satu layer menu buat mengakses aplikasi serta fungsi-fungsi perangkat seperti setting serta kamera, dan interface tersebut juga merespons tap dan swipe tanpa jeda.
Software juga memberikan keleluasaan utak-utik, dan Anda dipersilakan memilih puluhan theme yang tersedia sesuai keingingan, cukup dengan log-in ke Mi Account. Selain itu, user dimanjakan oleh efek-efek visual dan update OTA berkala. Meskipun sudah lama tidak menggunakan MIUI, saya hanya butuh beberapa menit saja untuk kembali merasa familier.
Camera
Phablet anyar Xiaomi ini memperoleh dongkrakan besar di aspek fotografi. Kini Anda dihidangkan kamera utama bersensor 16-megapixel dengan aperture f/20, lensa 5-element, sistem phase detection autofocus (PDAF), serta dual images signal processor. Spesifikasi seperti ini umumnya hanya dapat ditemukan di smartphone yang lebih high-end. Di atas kertas memang impresif, tapi bagaimana dalam prakteknya?
Saya menyukai UI aplikasi kamera Redmi Note 3 yang bersih dan simpel, segera terbuka begitu Anda tap ikon. Hanya ada enam tombol utama (termasuk video, shutter, HDR, flash), tinggal swipe ke kanan buat memilih filter dan swipe ke kiri untuk mengakses mode. Pemakaiannya ringkas serta mudah.
Baik di siang ataupun malam hari berbekal pencahayaan lampu, shutter bekerja cukup gesit. Anda akan mendapatkan gambar jelas dan kaya warna di kondisi cukup cahaya, tetapi ketika hari mulai gelap, saya merasa sedikit jeda respons. Dan dengan menyalakan HDR, waktu capture jadi bertambah lama. Seperti kebanyakan kamera smartphone, Redmi Note 3 seringkali kesulitan mencapai exposure yang tepat.
Kapabilitas videonya terbilang standar: 1080p di 30fps; dan ia mungkin belum bisa memuaskan pecandu selfie karena hanya ada kamera 5-Mp di depan. Sampel foto dapat Anda lihat di bawah.
Dan ini hasil jepretan di malam hari, dibantu cahaya lampu:
Using experience & hardware
Versi resmi Redmi Note 3 hanya didukung jaringan 3G (walaupun sudah ‘4G ready‘ – peraturan TKDN mensyaratkan persentase tertentu untuk kandungan dalam negeri perangkat 4G), dan boleh jadi calon konsumen merasa keberatan dengan keterbatasan ini. Namun di sisi kinerja hardware, smartphone sama sekali tidak mengecewakan. Selain app sosial media dan chat, Redmi Note 3 sanggup melahap game-game mobile berat yang saya instal, di antaranya Asphalt 8: Airborne, Real Racing 3, sampai Mortal Kombat X.
Unit review ini mempunyai spesifikasi sebagai berikut:
Memoriinternal 16GB (dapat diperluas dengan microSD)
Konektivitas Wi-Fi 802.11 a/b/g/n/ac, Bluetooth 4.1, infrared, GPS
Berkat komposisi hardware di atas, Real Racing 3 berjalan dengan mulus dan grafisnya tersaji maksimal – misalnya pantulan di kaca spion, flare, bayangan serta efek debu. Asphalt 8 bukan tantangan berat bagi Redmi Note 3, Anda bisa melihat semua efek visual tanpa adanya penurunan frame rate. Yang mengagumkannya lagi, Mortal Kombat X ber-engine Unreal 3 beroperasi mulus di handset.
Mungkin bukan masalah besar, namun saya merasakan waktu load yang agak lama, terutama sewaktu membuka permainan. Dan setelah beberapa saat menikmati game, suhu bagian punggung akan bertambah hangat. Lalu penempatan speaker menyebabkannya jadi tertutup ketika Anda menggunakan Redmi Note 3 secara horisontal. Berbicara soal speaker mono di sana, handset memang sanggup menyajikan suara lantang, sayangnya bass sama sekali tidak nendang.
Lewat software AnTuTu, Redmi Note 3 mendapatkan hasil tes terbaik di skor 74124, menempatkannya di atas Galaxy A9 Pro, tetapi belum bisa mengejar Google Nexus 6. Handset memperoleh nilai 818 di Sling Shot 3DMark dan skor performa kerja terbaik di 5191 dalam PCMark.
Dengan menyimpan baterai non-removable 4.000mAh, Redmi Note 3 tidak kesulitan untuk tetap aktif seharian dalam pemakaian normal. Kadang kala, handset bisa bertahan mendekati dua hari (layar menyala antar 3,5 sampai 4,5 jam). Tapi ingat, bermain game tentu akan mempersingkat durasinya.
Kualitas panggilannya tergolong baik, apalagi dibantu oleh mic noise cancelling di sisi atas smartphone. Output suara terdengar natural serta lantang, dan saya tidak menemukan adanya kendala. Redmi Note 3 turut dilengkapi fitur call recorder build-in, dapat diaktifkan secara manual di Call Setting dan didengar lewat app recorder.
Conclusion
Tidak dapat disangkal bahwa Xiaomi Redmi Note 3 merupakan penawaran yang menggoda. Sejumlah aspek – seperti desain, build quality, kinerja hardware, serta adanya pemindai sidik jari – berada di luar ekspektasi, dan rasanya sedikit alternatif yang lebih baik di harga selevelnya. Pengguna Redmi Note sebelumnya tidak akan kecewa seandainya mereka memutuskan untuk beralih ke Redmi Note 3.
Namun sebelum buru-buru mengambil keputusan, Anda perlu mempertimbangkan sejumlah kelemahan dari produk ini: performa kamera dan video recording sebetulnya bisa lebih baik lagi, dan Redmi Note 3 belum mempunyai konektivitas NFC.
Perhelatan Consumer Electronic Show (CES) 2016 yang berlangsung pada bulan Januari lalu telah menjadi ajang penting bagi Lenovo. Menjelang berakhirnya ajang tersebut, pabrikan elektronik asal Tiongkok ini mengumumkan hal penting bahwa pihaknya telah bekerja sama dengan Google untuk merilis perangkat Project Tango.
Beberapa hari menjelang diadakannya acara Lenovo Tech World yang akan diselenggaran tanggal 9 Juni 2016, sebuah ciutan dari Evan Blass sang pemilik akun Twitter @Evleaks mengatakan bahwa Lenovo akan mengungkap perangkat Project Tango lewat produk Lenovo PHAB2 Pro yang akan memiliki layar QHD berukuran 6,4 inci.
Dari informasi yang berhasil kami rangkum melalui situs PhoneArena menyebutkan bahwa salah satu perangkat purwarupa dari Project Tango merupakan sebuah perangkat tablet yang dilengkapi dengan kamera fish-eye 180 derajat berkemampuan 4 megapiksel untuk belakang dan kamera depan yang mampu mengambil sudut gambar 120 derajat.
Project Tango sendiri telah diluncurkan Google pada dua tahun lalu. Dengan mengunakan bantuan kamera dan sensor yang dibenamkan ke dalamnya, sangat memungkinkan bagi sebuah perangkat berteknologi Project Tango untuk bisa memetakan ruang di sekitarnya dan mengkonversinya dalam gambar 3D secara langsung.
Lebih jauh mengenai kemampuan Project Tango, gambar yang telah berhasil dipetakan tadi akan bisa diubah untuk menjadi media baru yang bisa dimanfaatkan oleh para pengembang untuk dapat digunakan berbagai kebutuhan, seperti; arena virtual untuk bermain game, mendapatkan informasi terkait suasana dalam sebuah rumah yang akan dijual oleh para developer/bisnis properti, toko online virtual dan yang lainnya.
Kendati belum ada informasi resmi mengenai produk seperti apa yang nantinya akan diungkap, namun kabar terbaru ini sejalan dengan rumor sebelumnya yang menyebutkan perangkat Project Tango perdana yang digarap Lenovo itu merupakan sebuah phablet.
Selain bekerja sama dengan Google, perusahaan yang telah berhasil mengakuisisi Motorola ini juga telah bekerja sama dengan Qualcomm untuk mengoptimalkan kinerja hardware dan software perangkat Project Tango.
Disebutkan pula bahwa perangkat hasil kerja sama Lenovo dan Google ini digadang-gadang akan menjadi perangkat paling inovatif yang pernah ada, dan yang tak kalah menarik, perangkat Project Tango besutan Lenovo ini akan ditawarkan dengan harga tidak lebih dari $500 saja untuk tiap unitnya.
Sumber: PhoneArena | Gambar Header: Ilustrasi Perangkat Project Tango dari Lenovo
Coolpad memang tidak setenar brand Tiongkok lain, namun produsen Shenzhen ini sudah berkiprah di ranah telekomunikasi lebih dari dua dekade silam, sejak masa kejayaan PDA. Di bulan Januari, Coolpad mengumumkan varian baru phablet mereka untuk berkompetisi di kelas yang cukup bergengsi, dibekali fitur-fitur premium dan tubuh logam. Mereka menamainya Max.
Di hari Senin lalu, Coolpad melangsungkan perayaan peluncuran Coolpad Max di Indonesia, yang juga merupakan bagian dari event perilisan Max secara global di kawasan Eropa dan Asia. Melihat kapabilitas dan presentasi produk, Coolpad tampaknya bermaksud meramu Max sebagai device flagship mereka. Dan di antara sejumlah teknologi pendukung user experience, Dual Space menjadi fitur andalan sang produsen.
Dual Space adalah sebuah metode yang memungkinkan kita memisahkan kehidupan pribadi dan profesional tanpa perlu menggunakan dua perangkat berbeda. Dengannya, user diperkenankan buat mengakses app sosial media serta chat (Facebook, WhatsApp, Line, BBM) melalui dua akun via BiLogin. Coolpad turut membubuhkan teknologi enkripsi untuk memproteksi dua sisi kehidupan pengguna, memastikan data-data berupa foto, contact, video serta aplikasi di smartphone tidak bocor.
Masih mengenai sisi keamanan, Coolpad membubuhkan sistem pemindai sidik jari, tapi uniknya tidak mereka tempatkan di sisi depan (umumnya bersama tombol home). Scanner fingerprint diposisikan di belakang, di bawah modul kamera. Setelah mencobanya sejenak, penempatan seperti ini sebetulnya lebih terasa ringkas karena Anda hanya perlu menggerakkan telunjuk sedikit, ketimbang harus menggapainya dengan jempol.
Fingerprint tak cuma bisa membuka smartphone, namun juga dapat digunakan sebagai shortcut ke app, mengaktifkan Quick Capture, One Key Dial, Switch Space dan lain-lain.
Fokus terhadap keamanan file Anda tidak membuat Coolpad lengah terhadap desain smartphone. Dalam perancangannya, tim desainer berpedoman pada prinsip simetris (turut mengomparasi produk dengan iPhone). 97 persen tubuh unibody Max bermaterial logam ‘cobalt-titanium-aluminium‘, telah melewati 54 kali proses CNC milling. Anda memperoleh sebuah device berlayar 5,5-inci dengan ketebalan hanya 7,6mm dan berat 170-gram.
Membahas display-nya lebih rinci, Coolpad Max mengusung layar full-HD 2.5D 5,5-inci 441ppi, diperkuat oleh lapisan Corning Gorilla Glass 4 serta dilengkapi coating anti-fingerprint. Berdasarkan info di press release, layar ini menyajikan rasio kontras 1500:1 dan color gamut 95 persen.
Coolpad juga bangga dengan teknologi Tri-dimensional Coupling Antenna di Max. Berkat fitur ini, pengiriman serta penerimaan sinyal bertambah kuat, masing-masing 60 dan 30 persen. Di bagian punggung, Anda bisa melihat dua garis hitam horisontal setebal 1,4-mm. Itulah komponen dual antenanya. Kabarnya, Coolpad memegang tidak kurang dari 13 paten terkait teknologi tersebut.
Buat keperluan fotografi, Coolpad menyematkan sensor ISOCELL CMOS 13-megapixel di kamera utama, dibantuPDAF, lensa 6p, flash LED dual-tone, dengan aperture f/2.0 dan ISO 3800. Spesifikasi standar kamera ponsel saat ini. Di depan ada kamera 5Mp untuk selfie maupun video chat.
Produsen memilih system-on-chip besutan Qualcomm, yaitu Snapdragon 617, sebagai otakphablet mereka. Device menyimpan prosesor octa-core Cortex-A53 berkecepatan sampai 1,5GHz, dengan GPU Adreno 405, RAM 4GB, penyimpanan internal 32GB dan bisa ditambah 32GB lagi via kartu microSD, serta mengambil tenaga dari baterai 2800mAh. Angka ini memang cukup standar, tapi kabar baiknya turut ditopang teknologi Quick Charge 3.0 – cukup isi ulang selama lima menit, Anda mendapatkan talk-time hingga dua jam.
Coolpad Max Lite
Coolpad Max tidak sendirian saat resmi menapakkan kakinya di Indonesia. Ia turut ditemani oleh saudari kecilnya yang lebih ekonomis, Max Lite. Lite membopong desain simetris, fitur Dual Space, serta teknologi fingerprint serupa, tapi menyimpan spesifikasi kelas menengah.
Walaupun Max Lite mempunyai ukuran layar serupa Max, perbedaannya bisa langsung kita lihat dari penampilan smartphone. Tiga tombol navigasi diletakkan di luar layar, punggungnya lebih membundar dan berbahan plastik glossy, dibingkai frame logam – saya tidak melihat keberadaan Tridimensional Coupling Antenna. Display 5,5-inci 2.5D di sana menyuguhkan resolusi 720p, tak lupa dilindungi Gorilla Glass 4 dan coating anti-fingerprint.
Baik Coolpad Max maupun Max Lite berjalan di sistem operasi Android 5.1 Lollipop dengan interface CoolUI 8.0.
Harga
Kedua perangkat dijajakan secara eksklusif di Blibli. Untuk Coolpad Max, ia baru dapat di-pre-order mulai 10 Juni 2016, sedangkan Max Lite sendiri sudah bisa dipesan. Max dipatok di harga Rp 5 juta, dengan pilihan warna gold dan rose gold; lalu Max Lite dibanderol Rp 3 juta saja.