Tag Archives: piala presiden esports 2020

Adakan Pertandingan Eksibisi Game Lokal, Piala Presiden Esports 2020 Mau Dorong Industri Game Lokal

Tahun ini adalah tahun kedua Piala Presiden Esports dilaksanakan. Hanya saja, kali ini, turnamen tersebut tidak hanya mengadu tim-tim asal Indonesia saja, tapi tim esports di Asia Tenggara. Beberapa negara tetangga mengadakan kualifikasi untuk mencari tim yang akan mewakili negara mereka. Pada Oktober 2019, babak kualifikasi di Thailand diadakan. Illuminate dan EVOS-MG1 keluar sebagai juara dan akan mewakili Thailand pada babak final yang diadakan pada 1-2 Februari 2020 di Indonesia Convention Exhibigion (ICE), BSD City.

Dalam konferensi pers yang diadakan di Plaza Indonesia, Hari Santosa Sungkari, Deputi Infrastruktur, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf) mengatakan bahwa dengan menjadikan Piala Presiden Esports 2020 sebagai turnamen tingkat regional, diharapkan hal ini akan mendorong “sport tourism”. “Kalau babak final, selain atlet esports yang datang, para supporter juga pasti akan datang,” kata Hari. Memang, turnamen esports terbukti memberikan dampak positif pada perekonomian lokal. Sebelum ini, disebutkan bahwa turnamen Rainbow Six Raleigh Major memberikan kontribusi ekonomi langsung sebesar US$1,45 juta atau sekitar Rp20,5 miliar.

Satu hal lain yang membedakan Piala Presiden kali ini dengan tahun lalu adalah game yang dimainkan. Tahun lalu, game yang diadu hanya satu, yaitu Mobile Legends. Kali ini, ada dua game yang akan dipertandingkan, yaitu Free Fire dan Pro Evolution Soccer. Tidak hanya itu, dalam Piala Presiden Esports 2020, juga akan diadakan pertandingan eksibisi dari Ultra Space Battle Brawl, game buatan Mojiken Studio dan dirilis oleh Toge Productions.

Ultra Space Battle Brawl.
Ultra Space Battle Brawl.

“Industri game adalah industri yang sangat besar. Kita tahu begitu banyak game-game lokal yang butuh platform agar bisa jadi lebih diketahui,” kata Ketua Panitia Penyelenggara, Piala Presiden Esports 2020, Giring Ganesha. Dia menjelaskan, pendaftaran untuk pertandingan eksibisi akan dibuka pada hari ini. Namun, jika slot yang tersedia tidak terisi penuh, maka pengunjung pada babak final Piala Presiden Esports 2020 juga bisa ikut serta.

Selain pertandingan eksibisi, Piala Presiden Esports 2020 juga memberikan kesempatan bagi developer lokal untuk memamerkan game-game buatan mereka. “Kita tidak hanya ingin membesarkan industri esports, tapi juga industri game lokal,” ujar Giring. Memang, menurut laporan Statista, pendapatan industri game mobile di Indonesia akan mencapai US$672 juta pada tahun ini. Industri game terlihat begitu menjanjikan sehingga perusahaan telekomunikasi raksasa Indonesia, Telkom pun berniat mendukung game developer lokal dengan menyediakan inkubator.

Sementara itu, Hari memperkirakan bahwa industri game 2,5 kali lipat lebih besar dari industri film. Menurutnya, ini terjadi karena game bisa dimainkan berulang kali. Berbeda dengan film yang ditayangkan di bioskop dalam waktu terbatas. Hari percaya, industri game di Indonesia juga memiliki potensi besar. Sayangnya, developer lokal hanya mendapatkan pangsa pasar sekitar 0,4 persen. Dia mengatakan, pemerintah ingin agar pangsa pasar itu naik menjadi 20 persen dalam waktu 5 tahun.

Samsung Dukung Piala Presiden Espots 2020 untuk Dekatkan Diri dengan Gamer

Babak final dari Piala Presiden Esports 2020 akan diadakan di pada 1-2 Februari 2020. Samsung menyatakan bahwa mereka akan mendukung turnamen tersebut dengan menyediakan smartphone yang akan digunakan oleh para peserta. Smartphone yang Samsung siapkan adalah Galaxy A80, A51, dan A71. Dalam acara yang diadakan pada 27 Januari 2020, Irfan Rinaldi, Product Marketing Manager, Samsung Electronics Indonesia mengatakan, semua smartphone yang akan digunakan dalam babak final Piala Presiden telah diuji oleh Garena.

Tahun lalu, Piala Presiden Esports hanya memperlombakan Mobile Legends. Namun, tahun ini, pihak penyelenggara memutuskan untuk mengadu Free Fire dan Pro Evolution Soccer. Giring Ganesha, Ketua Panitia Penyelenggara, Piala Presiden Esports 2020 membanggakan, tahun ini, ada 177 ribu orang yang mendaftar untuk ikut serta dalam turnamen itu. Sebagai perbandingan, tahun lalu, ada 18 ribu orang yang mendaftar. Ini berarti, ada kenaikan hampir 10 kali lipat. Satu hal yang harus diingat, Piala Presiden tahun ini memiliki jangkauan yang lebih luas, mencapai Asia Tenggara.

Irfan menjelaskan, sejak awal, Galaxy A Series memang ditujukan untuk anak muda. Selama ini, Samsung menargetkan orang-orang yang ingin menjadi kreator konten. Sekarang, generasi milenial dan gen Z juga mulai tertarik dengan gaming dan esports. Karena itulah, Samsung memutuskan untuk mendukung Piala Presiden Esports 2020. Selain menyediakan perangkat untuk digunakan para peserta turnamen, Samsung juga akan membuka booth, memungkinkan pengunjung untuk mencoba smartphone mereka, Galaxy A71 dan A80.

Samsung Galaxy A71. | Sumber: Dokumentasi Hybrid/Ellavie I.A.

Samsung Galaxy A71. | Sumber: Dokumentasi Hybrid/Ellavie I.A.

“Kami melihat, Piala Presiden memiliki scoop yang luas. Tahapan turnamen mereka tidak terbatas ke nasional, tapi juga regional,” ujar Irfan saat ditanya mengapa Samsung memutuskan untuk mendukung Piala Presiden dan bukannya turnamen esports lain. Memang, tahun ini, Piala Presiden Esports juga akan mempertemukan tim-tim terbaik dari luar Indonesia, seperti Thailand, Vietnam, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Kamboja.

Irfan lalu menambahkan, “Acara ini juga didukung oleh pemerintah.” Piala Presiden memang merupakan hasil kolaborasi antara empat badan pemerintah, yaitu Kantor Staff Presiden (KSP), Kementrian Pemuda dan Olahraga (KEMENPORA), Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF), dan Kementrian Komunikasi dan Informatika (KEMENKOMINFO).

Irfan mengatakan, ke depan, Samsung juga akan terus berusaha untuk mendekatkan diri dengan komunitas gaming dan esports. “Kita juga akan engage dengan developer dan publisher game,” ujarnya. “Nantinya, kita juga akan mengadakan roadshow ke kampus. Karena membangun komunitas dan talenta di esports, itu juga perlu.” Dia mengungkap, tidak tertutup kemungkinan, Samsung akan bekerja sama dengan salah satu organisasi esports di Indonesia. “Kita masih dalam tahap diskusi tentang endorsement ke tim.”

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Esports kini memang tengah menjadi primadona. Selain merek endemik, banyak merek non-endemik yang turut mendukung liga dan organisasi esports. Meskipun begitu, juga ada kekhawatiran bahwa nilai industri esports terlalu dilebih-lebihkan. Terkait hal ini, Irfan mengatakan bahwa Samsung tidak khawatir.

Overhype esports bukan hal yang negatif. Dan hype-nya terbukti tidak hanya di Indonesia,” ungkap Irfan. Dia sadar, masyarakat Indonesia lebih suka dengan mobile esports daripada game esports pada PC atau konsol. Menurutnya, itu karena mobile gaming jauh lebih mudah untuk diakses. “Beberapa game kayak Free Fire sangat accessible untuk perangkat dari berbagai macam spesifikasi,” katanya. “Kalau bermain game di konsol atau PC, investasinya lebih besar.”

Andrew Tobias, Team ELVO dan Visinya di Dunia Esports

Beberapa waktu yang lalu, skena esports Indonesia kedatangan beberapa organisasi esports pendatang baru. Selain The Pillars yang dipunggawai oleh Ariel Peterpan, ada juga tim lain yang muncul ke permukaan bernama tim ELVO. Tim tersebut dikepalai oleh salah satu sosok yang sudah cukup lama malang melintang di komunitas gaming, Andrew Tobias.

Sebelum membahas lebih lanjut seputar Team ELVO, mari kita sedikit berkenalan dengan sosok Andrew Tobias. Menurut ceritanya, ia sudah mulai malang melintang di dunia gaming sejak 2008. Ia memulai perjalanannya sebagai sosok berpengaruh di komunitas, lewat forum-forum gaming seperti Indogamers dan LigaGame. Ketika itu ia juga sambil menjalankan turnamen warnet dan menjadi sosok GM untuk server Dota Indogamers.

Lanjut beberapa tahun kemudian, ia sempat menjadi marketing secara freelance bersama distributor Technosolution, menjual gaming gear seperti Razer dan Logitech di 2011. Tahun 2013an, sosok yang kerap muncul dengan nama “Ndruw” ini sempat menjadi community manager warnet Ritter dan muncul terkenal sebagai sosok yang kerap menjual berbagai voucher game.

Setelah itu, portfolio karir profesional Andrew Tobias di dunia gaming termasuk: menjadi founder dari Event Organizer World of Gaming, sempat bekerja untuk peripheral gaming Logitech, juga brand chip grafis NVIDIA. Sempat bekerja sebagai Esports Manager di Tencent Games, kini ia mengambil langkah berani untuk menjadi CEO organisasi esports baru bernama ELVO.

Berjibaku keluar dari zona nyaman

Menariknya, sepanjang perjalanannya di dunia gaming dan esports, Andrew sebenarnya hampir tidak pernah percaya menjalankan tim atau organisasi esports adalah bisnis yang menguntungkan.

“Jujur, sebelum para investor ELVO menawarkan, gue juga sempat menerima beberapa tawaran untuk bikin tim. Ketika tawaran tersebut datang, gue menjawab dengan keresahan-keresahan yang gue rasakan misalnya, bikin tim itu susah karena harus menyatukan banyak kepala ke dalam satu visi, atau susah karena kebanyakan pemain zaman sekarang terlalu materialistik, tidak seperti zaman dulu ketika player esports cenderung mendahulukan passion. Jadi biasanya gue bilang, mendingan bikin EO atau digital agency. Tapi setelah dipikir lagi dan kesempatan ini datang, gue malah merasa tertantang. Karena sepanjang perjalanan, gue sudah pernah mengurusi beberapa bidang, namun belum pernah menjadi owner tim esports. Jadi gue memutuskan untuk keluar dari zona nyaman, dan membuktikan diri bahwa gue bisa mencapai hal-hal yang selama ini gue rasa nggak bisa gue capai.” Andrew menceritakan alasannya.

Sumber: Instagram @teamelvo
Sumber: Instagram @teamelvo

Untuk saat ini, Team ELVO baru memiliki dua divisi, ada divisi Free Fire yang tergabung dalam Free Fire Master League dan COD Mobile. Ternyata, usaha Andrew menjadikan Team ELVO sebagai ajang pembuktian diri sudah terlihat cukup berhasil. Baru-baru ini Team ELVO berhasil keluar sebagai juara di gelaran Final Piala Presiden Esports 2020 Regional Barat, mengalahkan organisasi besar seperti ONIC ataupun RRQ.

Bisnis tim esports, apa menguntungkan?

Jika Anda adalah pembaca setia Hybrid, Anda mungkin sudah sadar, bahwa jumlah organisasi esports di Indonesia ini sudah cukup banyak. Selain dua organisasi besar, EVOS dan RRQ yang sudah cukup lama ada di ekosistem Indonesia, jumlah organisasi ini lambat laun terus bertambah seiring dengan ekosistem esports Indonesia yang terus berkembang.

Namun demikian, pertanyaan yang jadi muncul adalah, apa menguntungkan untuk membuat tim esports baru di tahun 2020? Mengutip pembahasan investigatif dari Kotaku terkait hal ini, tim sebesar Complexity Gaming yang berbasis di Amerika Serikat saja kabarnya masih kebingungan mencari sumber pemasukan serta model bisnis yang tepat bagi tim esports. Sang CFO Complexity menceritakan, banyak tim esports di Amerika Serikat yang belum mendapat untung dan mengalami defisit keuangan mencapai jutaan Dollar AS.

Sebagai sebuah tim yang masih baru, Team ELVO memang terbilang cukup berani dengan langkah yang mereka lakukan. Mereka langsung memilih untuk buy-in slot di Free Fire Master League. Menanggapi hal tersebut, Andrew mengatakan, bahwa dirinya setuju dengan apa yang sempat dibahas Hybrid ketika bicara soal investasi MPL dengan ONIC Esports.

Ia merasa dalam hal investasi, tidak selamanya investasi harus bisa kembali dalam bentuk uang. “Gue merasa investasi di ekosistem Free Fire itu cukup worth. Salah satu penyebabnya, selain sistem yang diterapkan Garena membuat ekosistem Free Fire jadi lebih bergairah, untuk tim juga cukup menguntungkan karena Free Fire memang sedang menjadi pusat perhatian para gamers.” Ujar Andrew.

Saya sendiri jadi berpikir, sebagai tim yang masih baru, menggebrak lewat ekosistem yang paling populer memang terbilang menguntungkan. Ini akan mendongkrak nama ELVO jadi lebih besar, apalagi jika mereka berhasil dapat prestasi dari sana.

Sumber: Instagram @teamelvo

Sumber: Instagram @teamelvo

Terlebih, Andrew juga bercerita, bahwa bisnis utama Team ELVO bukanlah dari sisi organisasi esports itu sendiri. “Kalau ditanya, gimana soal bisnis tim esports, jujur bisnis utama Team ELVO sebenarnya bukan dari tim esports. Kebetulan, investor kami yaitu Ibrahim Kamil (Ikamil) dan A. Muiz Farist (Farexcel) punya bisnis utama menjual voucher game dengan nama Elvonesia. Jadi bisa dibilang, mereka secara tidak langsung menggunakan Team ELVO sebagai sarana marketing.” Ucapnya.

Ini mungkin selaras dengan apa yang dikatakan Andrew dalam pembahasan Hybrid sebelumnya, soal esports sebagai sarana marketing dan branding. Dalam pembahasan tersebut semua narasumber sepakat , bahwa tidak selamanya investasi dalam esports harus berbuah keuntungan material. Jumlah penonton esports Free Fire di Indonesia yang sangat banyak, mungkin bisa menjadi ladang bagi Team ELVO untuk menjaring potential-customer voucher game yang dijual Elvonesia.

Andrew Tobias dan visinya untuk Team ELVO

Dalam bincang-bincang membahas tim terbarunya, Andrew Tobias juga membicarakan beberapa visi dan mimpi-mimpinya yang ingin ia raih dengan menjadi CEO Team ELVO. Memberi kembali kepada komunitas, bisa dibilang jadi salah satunya.

“Nama tim ELVO sebetulnya bisa dibilang kependekan dari EVOLUTION, cuma gue twist sedikit. Nama ini gue gunakan karena gue punya mimpi mengubah atau melakukan evolusi secara bertahap terhadap ekosistem esports. Maka dari itu hal tersebut gue lakukan lewat salah satu elemen, yaitu tim esports, dengan cara mengubah manusia-manusianya. Gue ingin membentuk pribadi yang baik lewat tim esports ini. Apalagi ada juga rumor-rumor, gue dibilang negatif…hehe. Maka dari itu dengan membawa tim ini jadi positif, bisa dibilang juga jadi pembuktian terhadap diri gue sendiri.” Andrew menceritakan kepada Hybrid.

Sumber: Facebook Andrew Tobias
Sumber: Facebook Andrew Tobias

“Selain itu gue juga ingin bisa lebih memanusiakan para pemain. Oke mereka bisa dibilang atlet, jago main game dan segala macam, tapi di sini gue ingin memberikan value tambahan kepada para pemain. Investasi kami ada pada sumber daya manusianya. Gue dan ELVO sih kepingin nanti bisa secara serius memberikan yang terbaik bagi para pemain agar mereka bisa berprestasi dan menjadi manusia yang lebih baik lewat hal-hal seperti, pendidikan soft-skill, kebugaran, nutrisi, dan segala macam.” Lanjut Andrew.

“Bicara soal tujuan Team ELVO, menjadi juara sudah pasti. Kalau kita juara, kita akan semakin disorot, kita jadi semakin mungkin untuk mendapatkan sponsor. Tapi kalau gue sendiri masih punya cita-cita ingin menujukkan bahwa gamers atau pemain esports itu punya citra yang positif di masyarakat. Bagaimana positif? Ya lewat penampilan, cara berbicara, cara berperilaku dan lain sebagainya.” Tutup Andrew menceritakan tentang visi yang ingin ia capai bersama Team ELVO.

Kehadiran tim baru mungkin bisa dibilang menjadi bukti perkembangan ekosistem. Dengan adanya tim baru, bagian yang paling diuntungkan biasanya adalah para pemain. Team ELVO tentu akan menjadi wadah bagi para pemain untuk mengejar mimpi mereka untuk jadi yang terbaik, baik di dalam esports ataupun menjadi pribadi yang lebih baik.

Seputar Potensi dan Penetrasi Pasar Game Asia Tenggara

Gembar-gembor soal besarnya potensi pasar game Asia Tenggara, belakangan memang sedang hangat diperbincangkan. Beberapa lembaga riset independen mencoba mengungkap besarnya potensi pasar game Asia Tengara. Niko Partners mengatakan bahwa pasar game Asia Tenggara dan Taiwan (disebut juga Greater Southeast Asia) akan mencapai angka US$8,3 miliar (sekitar Rp116,8 triliun) pada tahun 2023.

Namun demikian, memang ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan oleh publisher jika ingin memasarkan game di pasar yang sedang bergeliat lincah ini. Lee Hyuk Sekretaris Jendral ASEAN-KOREA CENTRE, yang merupakan organisasi intergovermental antara Korea Selatan dengan negara-negara SEA, membagikan beberapa pandangannya soal pasar game Asia Tenggara.

Sumber: InvenGlobal
Sumber: InvenGlobal

Seakan jadi rahasia umum, Lee Hyuk juga menyoroti soal sifat pasar gaming Asia Tenggara yang mobile-first kepada InvenGlobal. Newzoo sempat melaporkan ini juga, bahwa tahun 2019 Asia Tenggara mendapatkan US$ 2,6 miliar (sekitar Rp36 triliun), hanya dari mobile gaming saja. Angka tersebut diproyeksi akan meningkat 17,4% setiap tahunnya.

Lee Hyuk lalu melanjutkan, bahwa mobile games di Thailand mengambil 50% dari proporsi pasar, dengan 30% di antaranya merupakan game online. Jumlah ini mirip dengan pasar Indonesia, namun pasar game online di Indonesia hanya mengambil proporsi 20% saja.

Ia juga membagikan soal beberapa hal yang membuat pasar Asia Tenggara jadi menarik bagi investor. Lee Hyuk menyebutkan salah satunya adalah soal dukungan pemerintah terhadap perkembangan esports. Dalam hal Indonesia, kita sudah melihat sendiri bagaimana pemerintah mendukung lewat gelaran seperti Piala Presiden Esports 2020. Tak hanya itu, institusi pendidikan Indonesia juga sudah mulai membuka diri terhadap esports. Pada tingkat SMA, ada JD.ID High School League, pada tingkat universitas ada IEL University Series, dan Indonesia bahkan sudah punya 20 kampus dan sekolah yang memiliki pendidikan terkait game di dalamnya.

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Piala Presiden Esports 2020 jadi salah satu bentuk dukungan pemerintah terhadap perkembangan esports di Indonesia. Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Lebih lanjutnya, Lee Hyuk juga mengatakan bahwa perkembangan ini terjadi karena perkembangan distribusi smartphone di beberapa negara Asia Tenggara. Untuk Filipina, distribusinya mencapai angka 40% dari total penduduk. Thailand lebih besar lagi, mencapai 70% dari total penduduk dengna 1,7 juta orang menikmati mobile games. Indonesia, mengutip Kominfo, memiliki lebih dari 100 juta orang pengguna smartphone pada tahun 2018 lalu.

Memenangkan pasar Asia Tenggara

Terlepas dari potensinya, cara untuk memenangkan pasar gaming di Asia Tenggara terbilang cukup “istimewa”. Ini mungkin terjadi karena faktor perbedaan budaya antara pengembang/penerbit asal barat dengan para pengguna di Asia Tenggara.

Lee Hyuk menjelaskan walau negara-negara Asia Tenggara pada dasarnya terikat dalam satu regional, namun masing-masing negara punya perbedaan secara kebudayaan, kepercayaan, dan sistem politik. Maka dari itu penting untuk mempersiapkan rencana pemasaran yang sesuai dengan masing-mmasing negara.

“Misal, jika konten Anda menghina keluarga kerajaan, game Anda mungkin sama sekali tidak akan bisa masuk atau diterima oleh pasar, terutama Thailand. Lalu, mengingat kepercayaan seperti Islam dan Hindu tumbuh subur di negara-negara tersebut, Anda harus paham lebih jauh soal apa yang boleh atau tidak menurut kepercayaan tersebut. Lokalisasi adlaah hal terpenting, baik secara dari bahasa, user interface, ataupun sistem pembayaran. Terakhir, Anda juga harus menemukan rekan lokal yang beroperasi di negara tersebut agar game Anda dapat sukses.” perjelas Lee.

Sumber: AKG Games
Percobaan Blizzard penetrasi pasar game Indonesia dengan menggandeng AKG Games, publisher game yang berada di bawah naungan konglomerasi Indonesia Salim Group. Sumber: AKG Games

Contoh ini juga bisa kita lihat sendiri bagaimana Blizzard Entertainment juga sadar akan hal tersebut dan menggandeng AKG Gamespublisher game yang berada di bawah konglomerasi Indonesia Salim Group.

Soal peran rekan lokal yang mungkin tidak dijelaskan Lee secara detail adalah dengan juga melibatkan ekosistem lokal. Hybrid sempat membahas soal kesempatan ekosistem game Blizzard tumbuh di Indonesia. Merangkul lebih banyak pihak dan menjadikan elemen ekosistem lokal sebagai stakeholders akan memperbesar kesempatan suatu game untuk sukses. Dengan demikian, berbagai pihak yang turut kebagian rezeki jadi merasa turut memiliki dan peduli atas keberhasilan game tersebut di ekosistem.

Kualifikasi Piala Presiden Esports 2020 Regional Thailand Temukan Illuminate dan EVOS MG Sebagai Wakil

19 Oktober 2019 kemarin, menjadi ajang penentuan wakil Thailand untuk Piala Presiden Esports 2020. Dua belas tim bertanding, beradu kemampuan dan ketangkasan selama tujuh ronde, demi memperebutkan 2 slot untuk dapat bertanding di Piala Presden Esports 2020. Akhirnya, setelah kualifikasi cukup panjang, Illuminate Slow Twok (Illuminate) dan EVOS Memorial Gamer (EVOS MG) menjadi dua wakil Thailand untuk Piala Presiden Esports 2020.

Adapun dua bleas tim yang berpartisipasi dalam kualifikasi regional Thailand adalah: EVOS Insight, EVOS Memorial Gamer , Expension, Illuminate Slow Twok, Lynx Freedom, King of Gamer Sniper, NEX Shin Apollo SPY, Nonnoy 100% Esports, Pinto Nakbon, RRQ Sumpawaysi, Wisdom Esport, dan Xavier E-Sports.

Kualifikasi ini berjalan dengan cukup ketat. Tidak ada satupun tim yang berhasil mendapatkan dua kali Booyah selama tujuh ronde pertandingan tersebut. Illuminate yang menempati peringkat teratas dengen perolehan 84 poin sekalipun, hanya mendapat Booyah satu kali saja. Namun, permainan mereka cukup konsisten, yang menjadi alasan Illuminate berhasil mengamankan peringkat teratas.

Sumber: PR Megapro
Total perolehan poin setelah 7 ronde di kualifikasi Piala Presiden Esports 2020 regional Thailand. Sumber: PR Megapro

Sementara itu, EVOS MG meraih 73 poin selama kualifikasi ini. Mereka sebenarnya punya kesempatan untuk merebut posisi puncak klasemen dari tangan Illuminate. Sayang, harapan mereka harus pupus setelah gugur terlalu dini di ronde ketujuh.

Menariknya tak hanya EVOS MG yang luput pada ronde ketujuh, Illuminate ternyata juga mengalami nasib serupa. Situasi ini membuka peluang bagi Wisdom Esport dan RRQ Sumpawaysi, yang ketika itu mengisi peringkat tiga dan empat. Namun, keduanya ternyata juga mengalami nasib buruk pada ronde tersebut.

Wisdom menjadi tim keempat yang pulang ke Lobby, sementara RRQ Sumpawaysi gagal meraih Booyah yang sudah hampir berada di genggamanannya. Nonnoy 100% Esports, yang berada di papan bawah ketika itu, malah secara mengejutkan menyodok, melibas kedua tim tersebut, dan mendapat Booyah pada ronde ketujuh.

Sumber: Youtube IESPL_ID
Booyah tim Nonnoy 100% Esports yang tidak terduga di ronde tujuh. Sumber: Youtube IESPL_ID

Dengan ini, maka sudah ada tiga tim yang lolos ke Grand Final Piala Presiden Esports 2020. Selain dari EVOS MG dan Illuminate yang lolos dari kualifikasi Thailand, Dranix Esports selaku juara Free Fire Indonesia Masters 2019 Season 2 juga secara otomatis mendapat tempat untuk bertanding di Grand Final Piala Presiden Esports 2020.

Setelah Thailand, kualifikasi selanjutnya adalah untuk regional Vietnam. Kualifikasi tersebut akan berjalan dengan format yang kurang lebih sama, 12 tim, 7 ronde, dan 2 slot tim untuk menuju ke Grand Final Piala Presiden Esports 2020.

Untuk menonton rekaman kualifikasi Piala Presiden Esports 2020 regional Thailand, Anda dapat pergi ke channel Youtube IESPL_ID. Kira-kira, siapakah tim berikutnya yang berhak bertanding Piala Presiden Esports 2020?

Piala Presiden Esports 2020 dan Keseriusan Pemerintah Membangun Ekosistem Esports

Selasa (1 Oktober 2019), Dialog Media membahas pengembangan ekosistem esports telah diselenggarakan. Acara ini diselenggarakan oleh kolaborasi Kantor Staff Presiden (KSP), Kementrian Pemuda dan Olahraga (KEMENPORA), Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF), dan Kementrian Komunikasi dan Informatika (KEMENKOMINFO).

Dalam acara ini, hadir sebagai pembicara yaitu Sekretaris KEMENPORA, Gatot S. Dewa Broto, Ketua Panitia Piala Presiden Esports 2020, Giring Ganesha, Founder dan CEO BOOM Esports, Gary Ongko Putera, dan pemain Free Fire dari tim Island of God (IOG) Fickri Aulia.

Topik utama yang jadi pembahasan dalam dialog ini adalah membangun ekosistem esports.  Dengan semakin besarnya ekosistem ini, pemerintah memang sudah semakin banyak terlibat mendukung perkembangannya. Salah satunya adalah Piala Presiden Esports 2019, yang mempertandingkan game Mobile Legends dan dimenangkan oleh Onic Esports.

Sumber: PR Megapro Communications
Sumber: PR Megapro Communications

Dalam acara Dialog Media ini, Gatot S. Dewa Broto mewakili KEMENPORA mengatakan ingin dapat lebih mendukung perkembangan esports di Indonesia. “Kami mulai menyusun regulasi-regulasi untuk mendukung pengembangan esports, termasuk sosialisasi, dan sebagainya. Serta yang tidak kalah penting adalah mendukung pelaksanaan event-event kompetisi esports”. Gatot mengatakan.

Untuk mencapai hal ini, penyelenggaraan Piala Presiden Esports juga menjadi salah satu jalan badan pemerintahan untuk mendukung perkembangan ekosistem esports. Lebih lanjut membahas soal ekosistem, Giring Ganesha juga menyampaikan pendapat yang serupa. Ia menambahkan soal urgensi pengembangan ekosistem esports. Salah satu alasannya adalah, karena esports punya nilai prestasi dan ekonomi jika dikembangkan menjadi industri.

“Semua harus dimulai dengan membangun ekosistem terlebih dahulu. Harus ada kompetisi-kompetisi berjenjang yang menjadi jalur karir bagi atlet yang berprestasi.” Giring menjelaskan. “Penyelenggaraan Piala Presiden Esports 2020 mendatang menjadi bukti konkret bahwa pemerintah serius mengembangkan esports.” Giring menambahkan.

Terkait Piala Presiden Esports, Giring Ganesha selaku Ketua Panitia Piala Presiden Esports 2020 juga memberikan sedikit cuplikan informasi. Dalam sesi pemaparannya, ada beberapa poin informasi seputar Piala Presiden Esports 2020.

Giring Ganesha mengatakan bahwa kick-off Piala Presiden Esports akan diadakan pada 13 Oktober 2019 mendatang dengan babak Grand Final di tahun 2020 mendatang. Game yang akan dipertandingkan adalah Free Fire, Pro Evolution Soccer, dan satu game buatan developer lokal Indonesia. Selain itu, ia juga mengatakan bahwa Piala Presiden Esports 2020 ini sedikit berbeda dengan tahun lalu, karena kompetisi tahun ini akan ada pada tingkat Asia Tenggara.

Sumber: PR Megapro Communications
Sumber: PR Megapro Communications

Lebih lanjut membahas soal pemain esports di Indonesia, Gary Ongko juga mengungkap pendapatnya dari sudut pandang pemilik tim. Menurutnya salah satu urgensi pengembangan ekosistem esports adalah dari potensi atlet atau pemainnya.

“Atlet-atlet esports Indonesia punya potensi yang besar untuk bersaing di tingkat internasional. Ini harus terus didukung, kita harus edukasi bahwa esports adalah salah satu peluang untuk kita berprestasi dan unjuk gigi di dunia internasional.” Gary mengatakan.

Kalau bicara prestasi pemain, memang tahun 2019 ini seakan menjadi tahunnya Indonesia. Terakhir kali ada ONIC Esports, yang akhirnya berhasil menjadi tim terbaik se-Asia Tenggara setelah menjadi juara di MSC 2019. Selain dari itu ada juga tim Bigetron Esports. Tim ini mungkin belum sempat menjadi juara dunia, tapi dari napak tilasnya dalam gelaran PMCO SEA 2019 kemarin, Anda dapat melihat bagaimana potensi juara mereka sangatlah besar. Selain itu juga masih banyak tim lokal yang potensial, yang tak terkalahkan di kancah lokal, dan sedang berusaha keras menembus ke tingkat yang lebih tinggi.

Jika bicara soal membangun ekosistem esports, pertandingan dan atlitnya mungkin bisa dibilang sebagai dua hal penting yang menjadi fondasi dari ekosistem ini. Dukungan pemerintah lewat kompetisi seperti Piala Presiden Esports 2020 diharapkan bisa memberi pengertian kepada masyarakat bahwa bermain game juga bisa memberikan dampak positif.