Tag Archives: plasa.com

Cerita Perjalanan Bisnis Andi Boediman: Ketika Passion Mengendalikan Rasa Cemas dengan Integritas

Artikel ini adalah bagian dari Seri Mastermind DailySocial yang menampilkan para inovator dan pemimpin di industri teknologi Indonesia untuk berbagi cerita dan sudut pandang.

Serial entrepreneur itu langka. Terutama ketika seseorang berhasil mengubah passion menjadi sesuatu yang menghasilkan uang. Andi Boediman sangat beruntung menjadi bagian dari klan spesial ini. Saat ini ia sedang sangat antusias dengan hasratnya dalam industri film sembari menjalankan bisnis investasi, Digital College, serta Digital Marketing Agency.

Setelah mengampu pendidikan di US, tujuan awalnya adalah menjadi seorang desainer. Dalam perjalanannya, ia membangun karir sebagai orang yang kreatif, memulai sebuah perusahaan desain yang berubah menjadi agensi pemasaran. Semangatnya terhadap pendidikan mendorongnya untuk membangun sekolah teknologi dan kreatif bernama IDS Digital College.

Aksi debutnya di industri digital adalah ketika ia mendirikan Plasa.com, sebuah perusahaan e-commerce di bawah grup Telkom. Andi mencicipi pahit manisnya dunia entrepreneurship untuk mendirikan perusahaan dari bawah hingga berhasil menjalin kemitraan dengan eBay.

Ia mendirikan Ideosource sebagai modal ventura untuk menanamkan modal di perusahaan tahap awal (startup) dan dalam 9 tahun terakhir telah berinvestasi di 27 perusahaan teknologi.

Saat ini, ia menjabat sebagai CEO di Ideosource Entertainment, kini telah berinvestasi dalam 15 film, dan akan terus bertambah. Selain itu, ia juga duduk sebagai Komisaris di Bhinneka.com, salah satu e-commerce B2B terkemuka di Indonesia. Ia juga seorang pendiri dari IDS Digital College, sebuah sekolah teknologi & kreatif.

Andi Boediman akan memasuki usia emasnya di tahun ini. Ia telah ditempa selama lebih dari 20 tahun dan bersedia berbagi beberapa pengalaman berharga melalui sesi ini.

Dimulai dari kapan Anda pertama kali mengalami ketertarikan dengan industri kreatif atau film secara spesifik?

Saya pernah belajar film di New York pada tahun 1999. Ketika saya kembali ke Indonesia, hampir tidak ada industri film lokal yang berjaya. Setelah berpetualang di industri kreatif, saya memulai Ideosource Venture Capital bersama Edward pada tahun 2011, kami mpraktis menjadi dana kelolaan pada tahun 2014. Sekitar tahun 2017, ketika seluruh dana telah didistribusikan, kami memikirkan apa yang harus dilakukan selanjutnya?

Pada 2016, saya menonton film Cek Toko Sebelah dan sangat menyukainya. Lalu, ketika saya menonton film Kartini, karya itu solah-olah berbicara kepada saya. “Seseorang disebut pahlawan, bukan karena perjalanan hidupnya, namun ditentukan oleh satu momen”. Kartini, misalnya, adalah ketika ia mengorbankan dirinya untuk menikah agar dapat membangun sekolah bagi anak perempuan. Saya sangat terinspirasi oleh sudut dan perspektif film ini.

Pada 2017 saya memutuskan untuk kembali menoleh pada hasrat saya dalam film dengan mempelajari industrinya. Saya menyadari bahwa saya harus memanfaatkan pengalaman saya dalam investasi untuk bisa memasuki industri film. Pendekatan yang kita gunakan adalah manajemen risiko, tidak jauh berbeda dengan konsep Modal Ventura.

Ideosource Entertainment
Ideosource Entertainment

Dengan pendekatan yang didorong oleh passion disisipkan sejumlah perhitungan dan logika yang sesuai, kami sekarang telah berinvestasi dalam 15 film secara total. Dengan beberapa film terkenal seperti Keluarga Cemara & Gundala, dana pertama ini sebenarnya dapat dikatakan investasi ramah tamah. Saat ini kami tengah menggalang dana untuk berinvestasi dalam film & serial untuk beberapa kekayaan intelektual (intellectual property) terbaik di Indonesia.

Dari sisi venture capital, apa yang mendorong Anda mendirikan Ideosource? Ada cerita apa dibalik didirikannya modal ventura ini?

Pada tahun 2009, saya direkrut untuk memulai startup di Telkom. Saya mengatur Plasa.com sebagai situs web e-niaga dan membawa eBay menjadi mitra. Kontrak berakhir pada 2011 dan saya memutuskan untuk tidak melanjutkan. Bersama dengan mitra saya Edward Chamdani, saya bertemu dengan pendiri ekuitas swasta Northstar dan pendiri Trikomsel.

Mereka berbagi wawasan yang bijaksana. Dengan lansekap ekonomi saat ini, pertumbuhan teknologi dan populasi Indonesia berjalan sepanjang waktu itu, itu adalah waktu yang tepat untuk berinvestasi dalam startup melalui modal ventura.

Kami mulai dengan model inkubasi. Satu perusahaan yang menunjukkan hasil positif adalah Touchten, itu dikalikan 7 kali lipat. Setelah keluar dari beberapa ekuitas kami, kami memulai struktur dana yang tepat pada tahun 2014. Kami bertemu dengan Sinarmas Group dan mereka menjadi LP eksternal dan mitra pertama kami. Hingga saat ini, kami telah tumbuh hingga USD $ 15 juta.

Plasa.com launching
Launching Plasa.com

Dalam menentukan portfolio, apa yang menjadi metrik Anda dalam menilai sebuah perusahaan layak untuk di-invest?

Ketika Anda melakukan investasi, Anda berinvestasi dalam dua hal. Pendiri dan masalahnya. Pertama, apakah Anda percaya pendiri adalah seseorang yang mampu menyelesaikan masalah? Kedua, seberapa besar masalahnya? Ketika Anda yakin masalahnya cukup besar dan ini adalah pendiri yang baik, maka Anda memberinya sumber daya tanpa batas. Model ini bekerja terutama dalam investasi benih.

Sebagai contoh, salah satu portofolio kami adalah eFishery. Kami hampir tidak mengerti tentang industri perikanan. Kami melihat bahwa pendiri adalah pendiri yang kuat dan benar-benar memahami masalahnya. Kami memutuskan untuk berinvestasi bersama dengan modal ventura lain yang memahami industri akuakultur, sementara kami berkontribusi untuk membuka jaringan lokal. Dengan semakin masuk ke dalam rantai nilai industri perikanan, perusahaan tumbuh secara signifikan dan sekarang bernilai 20 kali lipat dari saat kita masuk ke perusahaan.

Dalam industri film, kami berinvestasi pada produser, yang bertanggung jawab untuk memproduksi film dan menjalankan bisnis. Dia mempekerjakan sutradara film. Kami berinvestasi pada produsen berpengalaman dengan kemampuan yang telah terbukti dalam merilis dan mendistribusikan film komersial.

Masalahnya dengan produsen baru ke industri, seseorang dapat membuat produk tetapi tidak menjamin kesuksesan komersial. Hanya ada segelintir direktur yang dapat menarik perhatian orang melalui kreasi mereka. Setelah melihat angka industri, kekuatannya terletak pada film berbasis IP dengan produser berpengalaman.

 

Anda akan segera memasuki usia emas tahun ini. Selama mengarungi perjalanan sebagai seorang serial entrepreneur lebih dari 20 tahun, bagaimana Anda mengetahui bahwa sudah berada di jalur yang tepat?

Saya tidak pernah memutuskan sesuatu secara instan dengan mengetahui itu adalah keputusan yang tepat. Kebanyakan keputusan besar yang saya buat melibatkan insecurity. Misalnya, ketika saya menerima tawaran Telkom pada tahun 2009, pekerjaan itu membuat saya sangat tidak aman karena saya tidak pernah membangun bisnis e-commerce sebelumnya. Namun, saya mengerahkan semua upaya, waktu, dan sumber daya dalam mengerjakan segala sesuatunya. Hal ini kembali terjadi ketika saya pertama kali mendirikan VC atau memasuki industri film. Saya menempatkan diri dalam sebuah hal yang penuh tantangan lalu berusaha yang terbaik dalam menjalankannya.

International Young Design Entrepreneur Award
International Young Design Entrepreneur Award

Selama pandemi, bagaimana masa krisis ini berdampak pada bisnis dan investasi Anda?

Kita kerap kali berhenti berinvestasi di saat krisis. Pelajaran hidup mengajarkan saya bahwa investasi di masa krisis memiliki kemungkinan untuk berdampak besar. Keputusan ini dibuat untuk bertahan hidup, melawan segala rintangan. Kami berinvestasi di GoPlay, dan menciptakan sinergi dengan Cinepoint, aplikasi pemeringkat film box office yang sebelumnya juga kami investasikan.

Kami membangun beberapa model bisnis baru selama pandemi. Kami membuat distribusi film. Selanjutnya, memugar beberapa hak cipta dari IP lama untuk mengubahnya menjadi film. Selama pandemi, kami memiliki waktu luang untuk finalisasi beberapa model bisnis. Satu hal mengenai krisis, naluri bertahan hidup menjadi lebih tajam ketika Anda memiliki tekanan besar.

Menurut Anda, apa pengalaman berharga selama menjadi serial entrepreneur yang bisa menjad contoh untuk orang-orang di sekitar?

Menurut saya, untuk bisa berhasil, seseorang tidak bisa hanya mencontoh perbuatan orang lain,  namun pembelajaran terjadi ketika kita memiliki wawasan dan pola pikir yang tepat guna. Apa yang telah saya pelajari sepanjang perjalanan ini adalah memiliki pola pikir yang scalable. Jika kita hanya berpikir untuk menggandakan ukuran bisnis kita saat ini, biasanya kita berpikir untuk menggandakan usaha. Tetapi jika kita memiliki objektif 10 kali lipat dari skala saat ini, kita akan bisa menganalisis rantai nilai, model bisnis dan mengeksplorasi inovasi lainnya. Kemudian, cobalah untuk mencapai objektif ini dalam waktu 5 tahun.

from mind to market

Apakah Anda merasa bahagia dengan pencapaian saat ini? Apa yang menjadi target selanjutnya?

Saya bercita-cita untuk pensiun sebagai filmmaker. Di sini, saya berkesempatan untuk membuat sejumlah film. Jadi, jika ditanya bagaimana perasaan saya, tentu hal ini membuat saya bahagia.

Saya belum bisa menjawab apa yang ingin saya capai selanjutnya, tetapi paling tidak hal itu harus bisa berdampak 10 kali lebih baik dari apa yang saya lakukan saat ini.


Artikel ini ditulis dalam Bahasa Inggris, diterjemahkan oleh Kristin Siagian

Entering the golden age, Andi Boediman gets to work on his passion while running the investment business, a Digital College, and a Digital Marketing Agency

Andi Boediman’s Story: When Passion Beats Insecurity Through Integrity

This article is a part of DailySocial’s Mastermind Series, featuring innovators and leaders in Indonesia’s tech industry sharing their stories and point of view.

A serial entrepreneur is a rare breed. Especially when one gets to turn his passion into something that makes money. Andi Boediman is very lucky to be part of the special breed. He is recently working on his passion for the film industry while also running the investment business, a Digital College, and a Digital Marketing Agency.

After studying in the US, his initial goal was to be a designer. Along the way, he built his career as a creative person, started a design company that turned into a marketing agency. His passion towards education encouraged him to build a technology and creative school named IDS Digital College.

His forays into the digital industry was when he set up Plasa.com, an ecommerce company under Telkom group. He learned the hard way to set up the company from ground up and initiate the partnership with eBay.

He set up Ideosource as a venture capital to invest in startups and within the past 9 years, he invested in 27 tech companies.

He is now the CEO at Ideosource Entertainment, already invested in 15 films, and still counting. He also sits as a Commissioner in Bhinneka.com, one of the leading B2B e-commerce in Indonesia. And he founded IDS Digital College, a technology & creative school.

Andi Boediman is to hit the golden age this year. It is worth over 20 years of experience and he’s willing to share some through this session.

Let’s start from when you first catch interest in the creative industry or specifically film/filmmaking?

I used to study film in New York in 1999. When I went back to Indonesia, there was barely any local film industry. After an adventure in the creative industry, I started Ideosource Venture Capital with Edward in 2011, we practically became a fund in 2014. Around 2017 the money has been deployed, and we were thinking on what’s next?

In 2016, I watched the movie Cek Toko Sebelah and I love it. And when I saw the movie Kartini, it really speaks to me. “A hero becomes one, not because of the whole life journey, but determined by one particular moment”. Kartini, for example, is when she sacrificed herself and got married to be able to build a school for girls. I was very inspired by the angle and perspective of this film.

In 2017 I decided to revisit my previous passion in film by studying the industry. I realized that I have to use my experience in the investment to enter the film industry. We should use the risk management approach, similar to the Venture Capital model.

Ideosource Entertainment
Ideosource Entertainment

With a passion-driven approach supported by a little math and appropriate logic, we have now invested in 15 films. With some film hits like Keluarga Cemara & Gundala, the first fund is actually more like a friendly investment. We’re currently fundraising to invest in film & series for some of the biggest intellectual property in Indonesia.

In terms of venture capital, what makes you think Ideosource is a good idea? Tell me the story behind its creation.

In 2009, I was recruited to initiate a startup inside Telkom. I set up Plasa.com as an ecommerce website and brought eBay to be the partner. The contract ended in 2011 and I decided not to continue. Together with my partner Edward Chamdani, I met the founder of Northstar private equity and the founder of Trikomsel.

They shared a thoughtful insight. With the current economic landscape, technology growth and Indonesian population run along that time, it was the right time to invest in startups through venture capital.

We started with the incubation model. One company that shows the positive result is Touchten, it multiplied 7 fold. After exiting some of our equity, we started a proper fund structure in 2014. We met with Sinarmas Group and they became our first external LP and partner. To date, we have already grown to USD$15 million.

Plasa.com launching
Plasa.com launching

In terms of portfolio, what do you see in a company that makes you want to invest? Please reveal the metrics.

When you make an investment, you invest in two things. The founder and the problem. First, do you believe the founder is someone who is capable of solving the problem? Second, how big is the problem? When you believe the problem is big enough and this is a good founder, then you give him unlimited resources. This model works particularly in seed investment.

As an example, one of our portfolios is eFishery. We hardly understand about the fishing industry. We see that the founder is a strong founder and really understands the problem. We decided to co-invest with the other venture capital that understands the aquaculture industry, while we contribute to open the local network. By getting deeper into the value chain of the fishing industry, the company grows significantly and now is valued 20 times than when we get into the company.

In the film industry, we invest in the producer, who is responsible for producing the film and running the business. He hires the film director. We invest in experienced producers with a proven capability in releasing and distributing a commercial film.

The thing with a new-to-industry producer, one can make a product but doesn’t guarantee commercial success. There are only less than a handful directors who can attract people by their creation. After looking at the industry numbers, the power lies in IP based movies with experienced producers.

You are to reach the golden age this year, you’ve been a serial entrepreneur for over 20 years. How do you know you’ve made the right decision?

I never decided something instantly knowing it’s the right decision. Most of my biggest decisions make me very insecure. For example, when I accepted Telkom’s offer in 2009, the job made me very insecure since I never built an ecommerce business before. Yet, I put all my effort, time, and resource into it. It is also what happened when I first set up a VC or entered the film industry. I put myself up to the challenge and just do it.

International Young Design Entrepreneur Award
International Young Design Entrepreneur Award

Also, during this pandemic, how the crisis impacts your business and investment?

We often stopped investing in times of crisis. My life lesson told me that investment in a time of a crisis is most likely to turn out very impactful. It was a survival decision, against all odds. We invest in GoPlay, and create a synergy with Cinepoint, a film box office rating app that we previously invested as well.

We established a few new business models during the pandemic. We create a film distribution. Next, Also, clearing some rights from old IPs to turn it into films. During the pandemic season, we got spare time to settle up some business models. That’s the thing with a crisis, the survival instinct gets sharper when you had the biggest pressure.

What do you think people could learn from your experience?

I don’t think people should follow from what other people did, but we definitely can learn from the insight and mindset. What I have learned throughout this journey is to have a scalable mindset. If we only think to double the current size of our business, usually we think of doubling the effort. But if we think 10 times the current size, we will analyze the value chain, business model and explore other innovations. And try to achieve this goal within 5 years.

from mind to market

Are you happy with what you have now? What’s next?

My plan for my retirement was to be a filmmaker. Here I am making a number of movies. So I am happy now.

I can’t answer what I want to achieve next, but it should be 10 times the impact of what I am doing now.

Zalora Bersama Raksasa Pelaku Industri E-commerce Indonesia Lainnnya Adakan Program Pesta Diskon

Dunia e-commerce Indonesia seakan tak pernah kehabisan cerita. Setelah sebelumnya industri e-commerce Indonesia – diberitakan oleh salah satu media asing digadang-gadang dapat menjadi salah satu “kuda hitam” di Asia, lalu berita tentang tutupnya layanan Multiply ikut mewarnai berita perkembangan e-commerce di Indonesia. Kini, para pelaku industri e-commerce tersebut membuat gebrakan baru lagi yang dapat membuktikan eksistensi dari industri “toko digital” ini. Zalora Indonesia, bersama para pelaku industri e-commerce lainnya bekerjasama dengan Telkomsel dan didukung oleh MSN sepakat menggelar program Pesta Diskon.
Continue reading Zalora Bersama Raksasa Pelaku Industri E-commerce Indonesia Lainnnya Adakan Program Pesta Diskon

Plasa Berencana Untuk Menjual Bisnis E-commerce Mereka ke eBay

Tampaknya eBay akan secara langsung masuk ke dunia e-commerce Indonesia dengan mangakuisisi bisnis e-commerce Plasa.com, menurut informasi yang kami dapatkan dari berbagai sumber, baik dari dalam maupun luar perusahaan.

E-commerce menjadi arah baru bagi Plasa di bawah mantan CEO Shinta Dhanurwardoyo, tetapi sekarang Shinta telah keluar dari Plasa dan online marketplace yang dimiliki Plasa secara praktis berjalan sendiri tanpa arahan, perusahaan ini disebut-sebut sedang berusaha memotong kerugian dengan menjualnya ke eBay. Kesepakatan ini belum final dan masih ada kemungkinan untuk tidak terjadi. Saat ini kedua perusahaan masih memperdebatkan detail dari kesepatakan ini.

Plasa.com mengalami masa sulit setelah ditinggal CEO sebelumnya, Shinta Dhanurwadoyo dan Chief Innovation Officer mereka Andi S. Boediman. Plasa merekrut Iriana Muadz dari Heinz ABC pada bulan Maret 2011 sebelum akhirnya juga meninggalkan perusahaan bulan kemarin. Sementara ini, Aris Siswoko dari manajemen Telkom dikatakan mengelola perusahaan tersebut.

Continue reading Plasa Berencana Untuk Menjual Bisnis E-commerce Mereka ke eBay

CEO Plasa.com Dikabarkan Mengundurkan Diri

Kami mendapat kabar bahwa CEO Plasa.com, Iriana Muadz, telah resmi mengundurkan diri hari ini. Iriana mulai menjabat CEO Plasa.com sejak Maret 2011, berbarengan dengan masuknya Widi Nugroho selaku COO Plasa.com. Iriana sebelumnya lama berkecimpung di bidang FMCG dan sempat menjadi Marketing Director di HeinzABC dan Bintang Toedjoe.

Di bawah kepemimpinannya, Plasa.com berusaha memperkuat posisinya di bidang online retail dengan sejumlah rebranding, termasuk pengubahan tampilan situs dan penghilangan entitas Mojopia — perusahaan cikal bakal Plasa.com untuk bertransformasi menjadi online marketplace. Plasa.com juga menjelajah ke bidang media. Bekerja sama dengan MSN, Plasa.com mendirikan PlasaMSN yang secara langsung berkompetisi dengan Yahoo! Indonesia. PlasaMSN menggantikan MSN Indonesia yang sempat lama terlantar. Untuk mengelola bisnis media ini, Plasa.com merekrut Wicaksono (atau yang lebih dikenal sebagai Ndoro Kakung).

Continue reading CEO Plasa.com Dikabarkan Mengundurkan Diri

PlasaMSN dari Telkom dan Microsoft, Sudah Bisa Diakses

Setelah beberapa bulan rumor beredar, akhirnya PlasaMSN kini sudah bisa diakses oleh pengguna. PlasaMSN adalah portal berita yang memiliki berbagai mitra sebagai sumber dan bekerja dengan sistem yang sama seperti portal Yahoo!. Walaupun Microsoft di negara lain cenderung untuk bermitra dengan sebuah perusahaan media untuk mengelola sebuah portal berita online, di Indonesia mereka memutuskan untuk bermitra dengan Plasa.com, anak perusahan Telkom yang ada di belakang toko online yang sampai sekarang masih mencoba bertahan.

Meskipun belum memiliki pengalaman dalam menyediakan konten berita online, tampaknya Plasa telah merekrut sejumlah tokoh media dan editor berpengalaman untuk mengamankan kontrak dengan Microsoft. Salah satu tokoh penting adalah Wicaksono, yang lebih dikenal sebagai Ndoro Kakung yang sebelumnya bekerja di Tempo Interaktif. Ini akan menjadi kesepakatan besar kedua Plasa dengan perusahaan yang berbasis di Redmond setelah menandatangani perjanjian untuk menggunakan Live Mail untuk memodernisasi layanan email mereka di tahun 2010 lalu.

Continue reading PlasaMSN dari Telkom dan Microsoft, Sudah Bisa Diakses

Rekap Dailylicious Minggu Ini

Rekap Dailylicious hadir kembali untuk berbagai informasi yang dibagikan selama dua minggu ke belakang. Dilengkapi pula dengan berbagai berita yang muncul di DailySocial yang masuk ke meja redaksi. Berikut rekap untuk minggu ini.

Informasi pertama dari Dailylicious berkaitan dengan penelitian bahwa mayoritas pengguna Twitter merasa tidak terganggu melihat iklan atau promosi di timeline mereka. Penelitian ini untuk pengguna US dijalankan oleh Lab24, namun tentunya bisa jadi informasi menarik untuk dipelajari.

Selanjutnya ada informasi yang berhubungan dengan pasar saham di Indonesia yang semakin menarik bagi investor luar, menurut PT Panin Sekuritas. Hal ini tentunya berhubungan dengan perekonomian Indonesia secara luas, yang dapat berpengaruh juga terhadap perkembangan startup dan bisnis secara keseluruhan. Info lengkap bisa di lihat lewat tautan ini.

Sebelum berlanjut ke berita di Dailylicious, ada beberapa kabar di DailySocial yang berhubungan dengan event. Ada dua pengumuman pemenang dari event yang telah berlangsung yaitu kompetisi aplikasi yang diselenggarakan oleh Blaast serta dua pemenang utama di acara Nokia DevStart Competition. Kemudian untuk event yang masih dalah tahap registrasi yaitu SparxUp Awards 2011 serta Founder Institute. Informasi lengkap bisa menuju ke masing-masing tautan.

Continue reading Rekap Dailylicious Minggu Ini

eBay Buka Kantor di Jakarta, Akhiri Kemitraan Dengan Plasa.com

Kami baru saja menerima informasi secara anonim yang menyebutkan bahwa dalam hitungan hari, eBay akan mengakhiri kemitraan dengan Plasa.com. eBay kabarnya telah merekrut staf representatif di Indonesia serta telah atau akan segera membuka kantor mereka di Grand Indonesia, Jakarta Pusat.

Kami mengharapkan akan menerima rincian lebih lanjut tentang perkembangan ini dalam beberapa hari mendatang, seiring rencana eBay untuk secara resmi mengumumkan kedatangan dan rencana mereka untuk Indonesia.

Hal ini memberikan sudut pandang yang berbeda kepada berita sebelumnya dan memberi kemungkinan akan adanya lompatan penggunaan e-commerce di Indonesia. Apakah raksasa lelang ini akan menang di wilayah Indonesia memang masih harus terus diamati karena mereka memiliki banyak hambatan untuk diatasi. Namun dengan mendirikan sebuah kantor di Jakarta berarti perusahaan tersebut yakin bahwa ada pasar yang pantas diambil dan mereka akan mampu menghadapi tantangan yang dihadapi.

Saya mungkin harus menambahkan bahwa domain eBay Indonesia, yang terdaftar di CV eBay Indonesia sejak 17 Desember 2004, expired pada 31 Agustus 2011. Terima kasih @gueamu untuk tip-nya.

eBay Tunjuk Edelman sebagai Agensi Humas untuk Asia Pasifik , Semakin Serius Dengan Wilayah Ini

eBay baru saja mengumumkan bahwa mereka telah menunjuk Edelman sebagai agensi Humas untuk wilayah Asia Pasifik dan menangani perdagangan lintas batas di kawasan tersebut. Asia Pasifik menyumbangkan 20 persen dari nilai penjualan di Q4 tahun 2010. Penunjukan ini mengikuti hubungan antara dua perusahaan yang sudah terjalin di Amerika Serikat. Agensi HuMas ini diharapkan bisa “meningkatkan kesadaran atas kesempatan untuk para pedagang dan pengusaha di Asia.”

Edelman juga akan memberikan nasihat serta panduan tentang komunikasi dan pendekatan strategis pada eBay dalam memenuhi tujuan mereka untuk mempelajari lebih lanjut tentang wilayah dan meningkatkan adopsi layanan mereka di Asia Pasifik.

Sementara operasi regional akan berpusat di Hong Kong, kantor Edelman di seluruh kawasan Asia Pasifik akan secara aktif terlibat dan mempelajari pasar atas nama eBay. Bulan Mei lalu eBay memilih Edelman Australia sebagai agensi mereka untuk negara tersebut.

Continue reading eBay Tunjuk Edelman sebagai Agensi Humas untuk Asia Pasifik , Semakin Serius Dengan Wilayah Ini

Mojopia Masuki Ranah Game, Mojogamon Rilis Open Beta

Beberapa dari Anda mungkin telah mengenal Mojopia sebagai perusahaan di balik e-commerce marketplace, Plasa.com, yang selama beberapa bulan terakhir tentang hampir tidak memberikan update apapun dari layanan mereka. Namun ketika hari ini saya mampir ke situs mereka, saya justru menemukan sebuah situs lain, Mojogamon. Hal ini sedikit banyak menjelaskan tentang pergerakan terbaru dari Mojopia.

Mojogamon adalah sebuah portal game online dimana mereka meng-host berbagai game online, menilai dari judul game yang ada, sebagian besar game ini menargetkan pengguna muda/remaja. Mojogamon bermitra dengan OrangeGame dan penerbit game asal Korea, e2on inc, menjadikan Mojogamon sebagai distributor game dan memungkinkan pengguna untuk bermain secara langsung dari peramban.

Continue reading Mojopia Masuki Ranah Game, Mojogamon Rilis Open Beta