Tag Archives: Platform as a Service

Ekosistem Platform as a Service di Indonesia masih didominasi pemain hyper-scale. Beberapa pemain lokal sudah mulai menambahkan produk di layanan ini

Perkembangan Ekosistem “Platform as a Service” di Indonesia

Ketika dunia semakin dikuasai oleh perangkat lunak, pengembangan aplikasi dan alat juga semakin besar dan kompleks. Hal ini mempengaruhi beban kerja para pengembang atau developer yang juga semakin banyak ketika mengelola sebuah aplikasi. Platform as a Service atau PaaS merupakan salah satu layanan yang ditawarkan oleh komputasi awan atau cloud computing selain Software as a Service (SaaS) dan Infrastruktur as a Service (IaaS) yang fokus membantu para pengembang dalam pengelolaan aplikasi.

Platform as a Service (PaaS) menyediakan komponen cloud dalam bentuk platform yang dapat dimanfaatkan pengguna untuk membuat aplikasi di atasnya. Layanan ini memudahkan pelanggan untuk mengembangkan, menjalankan, dan mengelola aplikasi tanpa kompleksitas membangun dan memelihara infrastruktur terkait dengan pengembangan dan peluncuran aplikasi.

Menurut pemaparan Microsoft Azure, ada beberapa skenario penggunaan layanan PaaS, seperti menyediakan kerangka kerja yang dapat dibangun oleh pengembang untuk mengembangkan atau menyesuaikan aplikasi berbasis cloud; menyediakan alat yang memudahkan organisasi dalam melakukan analisis atau mengambil keputusan bisnis. Juga sebagai layanan pendukung untuk pengelolaan aplikasi.

Sumber: Microsoft Azure

Penggunaan layanan ini bisa menekan biaya dan dan menghemat waktu dalam pengelolaan lisensi perangkat lunak, infrastruktur aplikasi dan middleware, orkestra kontainer seperti Kubernetes, atau alat pengembangan dan sumber daya lainnya. Pengembang tidak perlu melakukan manajemen sumber daya penunjang pengembangan aplikasi yang mereka kembangkan, karena semuanya telah disediakan oleh layanan ini.

Di Indonesia, layanan PaaS lazim digunakan untuk pengelolaan microservices atau layanan mikro pada aplikasi. Arsitektur layanan mikro membuat aplikasi lebih mudah diskalakan dan lebih cepat berkembang, memungkinkan inovasi dan mempercepat penetrasi pasar untuk fitur baru.

Ekosistem PaaS di Indonesia

Ketua Umum Asosiasi Cloud Computing Indonesia (ACCI) Alex Budiyanto mengatakan, perkembangan ekosistem cloud computing di Indonesia berangkat dari IaaS, yang pada dasarnya merupakan landasan infrastruktur dari layanan PaaS dan Software as a Service (SaaS).

Ia menyampaikan, di Indonesia sendiri, belum banyak pemain lokal yang fokus merambah keseluruhan lini bisnis PaaS. Namun, beberapa pemain yang sudah lebih dulu mengembangkan solusi cloud computing mulai menawarkan produk dari layanan PaaS ini. Dua di antaranya adalah Datacomm dan Lintasarta.

Didirikan pada 8 Okt 2015, Datacomm Cloud Business (DCB) adalah divisi bisnis PT Datacomm Diangraha yang berfokus pada peluang cloud di Indonesia. Di awal tahun 2021 ini, Datacomm baru saja meluncurkan produk PaaS baru berbasis Kubernetes. Teknologi ini diyakini mampu membuat perusahaan dapat bergerak menjadi lebih lincah dalam menjawab tantangan teknologi, khususnya dalam pembuatan sistem aplikasi.

Perwakilan Datacomm menyampaikan, layanan PaaS memiliki potensi besar, karena untuk bisa bersaing dengan perusahaan lain yang di bidang internet, perusahaan harus semakin cepat. PaaS memberikan kemungkinan untuk  pengembangan yang lebih cepat dan terkelola.

PaaS sendiri bersifat high-scalability atau memiliki skalabilitas tinggi dimana ketika aktivitas dalam aplikasi mulai padat, secara otomatis layanan ini akan menskalakan aplikasi dengan lebih baik dalam melayani pengguna. Hal ini membuat target market dari PaaS sendiri merupakan perusahaan yang membutuhkan layanan 24/7 serta memiliki aktivitas padat dalam aplikasinya.

Senior Manager Cloud Product Development Lintasarta Reski Rukmantiyo mengungkapkan, “Saya melihat adopsi yang cukup besar untuk produk PaaS di ranah yang erat dengan B2C seperti industri fiansial perbankan atau asuransi yang membutuhkan koneksi dan workload tinggi, selain itu juga telco.”

Sebagai salah satu pelopor internet pertama di Indonesia, Lintasarta yang merupakan anak perusahaan PT Indosat Tbk, fokus menyediakan solusi korporat melibatkan Komunikasi Data, Internet dan Layanan TI. Timnya mengklaim sudah menawarkan produk dari layanan PaaS yang berbasis kontainer sejak dua tahun yang lalu.

Dalam menyediakan layanan PaaS, kedua perusahaan di atas bekerja sama dengan RedHat – OpenShift, salah satu penyedia layanan PaaS global yang menawarkan berbagai opsi untuk pengembang yang terdiri dari hostingproject PaaS private atau open source.

Persaingan dengan pemain hyper-scale

Melihat persaingan layanan PaaS di Indonesia, saat ini masih didominasi pemain global atau hyper-scale. Selain karena belum ada pemain lokal yang menawarkan solusi PaaS menyeluruh, para pengembang juga cenderung memilih solusi yang memiliki cakupan besar dan sesuai dengan kebiasaan.

Perusahaan hyper-scale identik dengan high-availability karna memiliki banyak data center yang tersebar di berbagai belahan dunia. Hal ini membuat kemungkinan server untuk downtime kecil, itu menjadi salah satu keunggulan para pemain global.

Consultant Engineer Datacomm Kevin Haryono mengatakan, “Sebagai pemain lokal, yang bisa kita andalkan adalah layanan yang sesuai dengan rekomendasi kominfo, dimana seluruh data krusial itu wajib. Mengenai keamanan, data center lokal juga sudah mengupayakan untuk sertifikasi ISO dan berusaha mencapai standar internasional.”

“Pemain global juga memiliki harga yang kompetitif serta kepercayaan masyarakat bahwa solusi yang datang dari luar lebih baik. Selain itu, dari sisi native, ketika pengembang sudah terbiasa menggunakan salah satu solusi lalu yang ditawarkan pihak luar sesuai dengan kebiasaan di sini,” tambahnya.

Terkait persaingan, Alex menutup diskusi dengan menyampaikan, “Kita perlu mendorong kecintaan masyarakan ke produk dalam negri, di samping itu produk lokal juga harus meningkatkan kualitas layanannya supaya bisa berkelanjutan. Karena jika diminta head-to-head tanpa ada kepercayaan masyarakat semua akan jadi sulit.”

PPRO Indonesia

Pemain Fintech Asal Inggris PPRO Masuk ke Indonesia Lewat Integrasi Ovo dan Doku

Platform pembayaran PaaS asal Inggris PPRO melebarkan sayapnya ke Indonesia lewat integrasinya dengan penyedia jasa pembayaran dari Indonesia Ovo dan Doku. Mereka melirik Indonesia karena dipandang aktivitas dari layanan e-commerce dan sistem pembayaran punya pertumbuhan yang pesat.

Dalam keterangan resminya, integrasi ini akan memungkinkan para pengguna PPRO yang terdiri dari pemain pembayaran global dan merchant-merchant yang tergabung di bawahnya dapat mendongkrak penjualan menarik konsumen dari Indonesia untuk berbelanja.

Baik Ovo dan Doku dalam suatu riset yang mereka kutip menyebutkan bahwa keduanya adalah pemain terdepan di Indonesia. Di negara ini, penetrasi kartu kredit kurang dari 5% terhadap populasi. Untuk mendukung keragaman preferensi opsi pembayaran di Indonesia, integrasi PPRO menampilkan empat jenis pembayaran: e-wallet, internet banking, transfer bank, dan uang tunai bagi konsumen yang lebih suka membayar di ATM dan toko swalayan.

“Indonesia adalah pasar strategis bagi konsumen tier teratas kami dan merchant-merchant mereka. Indonesia juga salah satu negara dengan peraturan yang sangat kompleks di regional terkait kepatuhan, peraturan, dan preferensi konsumen. Oleh karena itu, kami dengan senang hati sekarang menawarkan metode pembayaran lokal yang populer ini,” terang Global Head of Payment Networks Kelvin Phua.

Secara terpisah, saat ditanya lebih lanjut oleh DailySocial, Kelvin menjelaskan bahwa opsi pembayaran yang populer seperti Ovo dan Doku ini memiliki banyak opsi untuk melakukan top up saldo. Maka dari itu, kemitraan perusahaan dengan kedua pemain lokal ini memungkinkan perusahaan pembayaran global dan merchant mereka dapat menangkap peluang tambahan dari pembeli di Indonesia.

“Bagi konsumen, ini juga berarti bahwa mereka akan mendapat akses lebih banyak jenis barang dan jasa global yang telah berhasil mengintegrasikan Doku dan Ovo melalui PPRO. Pengalaman pembayaran akan sangat mirip dengan apa yang telah digunakan oleh pengguna di Indonesia karena kami memprioritaskan integrasi dengan kualitas terbaik dengan mitra kami.”

Kelvin melanjutkan, kehadiran PPRO di Indonesia menjadi pencapaian terbaru perusahaan untuk kawasan Asia Pasifik. Ke depannya perusahaan ingin membantu lebih banyak penyedia pembayaran lokal bergabung dengan PPRO dan terhubung dengan pedagang global.

Layanan PPRO

PPRO menempatkan diri sebagai PaaS (platform-as-a-service) yang menghubungkan pemain pembayaran lokal (payment service provider/PSP) di berbagai negara untuk melayani merchant yang tertarik memperluas peluang pasar lintas batasnya (cross-border). Melalui API dan platform PPRO, PSP dan merchant dapat menerima metode pembayaran lokal yang di tersebar di lebih dari 175 negara.

Sejumlah mitra PSP di Asia yang telah bermitra di antaranya AliPay, WeChat Pay, DragonPay, eNets, Konbini Pay, Pay-easy, dan GrabPay.

Perusahaan asal Inggris ini sudah berdiri sejak 2006 dan memiliki kantor yang tersebar sejumlah negara, seperti di Jerman, Singapura, dan Brazil untuk pengembangan produknya. Kelvin menuturkan, saat ini pihaknya belum memiliki tim lokal untuk menyeriusi bisnisnya di Indonesia. Kendati demikian, ia membuka kemungkinan tersebut bila perkembangan bisnis semakin signifikan.

“PPRO memiliki tim yang luas di seluruh APAC dan kantor di seluruh dunia. Saat ini, PPRO tidak memiliki tim yang bekerja di Indonesia, namun PPRO memiliki rencana ekspansi yang ambisius untuk masa depan,” tutupnya.

SAM Element mencoba memudahkan pabrikan elektronik dan pengembang software mengembangkan perangkat IoT

Mengenal SAM Element, Provider PaaS untuk IoT

SAM Element, sebuah startup yang berbasis di Surabaya, didirikan sebagai premis penyedia Platform as a Service (PaaS) untuk memudahkan banyak pihak untuk mengembangkan perangkat IoT. SAM Elemen menghadirkan tools, modul konektivitas, cloud storage, dan servis terintegrasi.

CEO SAM Element Agustinus Rudy kepada DailySocial menjelaskan, SAM Element hadir sebagai sebuah startup PaaS yang dapat digunakan oleh pabrikan untuk mengubah perangkat yang dimiliki menjadi smart device/IoT device, sehingga dapat masuk ke pasar IoT dengan lebih cepat, lebih murah, dan dengan risiko minimal.

Solusi SAM Element memungkinkan pabrikan elektronik tetap fokus dalam pengembangan perangkat elektronik dan menghasilkan sensor dengan kualitas terbaik.

“Kami di SAM Element memberikan mereka tools & connectivity modules, ready to use app, cloud storage and analytic, and integration services. Kita juga dapat memberikan akses ke developer API jika mereka membutuhkan untuk membangun aplikasi yang lebih spesifik sesuai dengan kebutuhan mereka,” terang Rudy.

SAM Element saat ini masih berjalan dengan pendanaan sendiri atau bootstrap. Tahun ini SAM Element tengah berusaha menambah partner sebanyak-banyaknya untuk mulai berkolaborasi membangun industri 4.0 secara lebih cepat dan lebih baik.

Dengan solusi yang ditawarkan, mereka menargetkan konsumen dari pengguna pabrikan elektronik dan pengembang software. SAM Element saat ini sudah memiliki beberapa pelanggan, di antaranya Pemkab Sidoarjo dan Elitech (penyedia medical devices).

“Karena SAM Element hadir sebagai platform, maka target pengguna adalah pabrikan elektronik dan pengembang software, di mana mereka masing-masing dapat saling menghasilkan produk yang berkualitas tanpa perlu dipusingkan urusan software bagi mereka pengembang hardware atau dipusingkan urusan hardware bagi mereka pengembang software,” imbuh Rudy.

Ia menambahkan, akses ke dalam platform terbuka bagi siapa saja,  mulai dari penghobi IoT, UKM hingga enterprise.

Fitur-fitur SAM Element

SAM Element mengklaim telah mengembangkan platform dan produk yang bisa diandalkan dari segi ketahanan dan keamanan data. Setiap layanan SAM Element disebut dilengkapi dengan proses enkripsi terbaru dan setiap transaksi data diwajibkan melewati proses otentikasi yang ketat.

Untuk memastikan keamanan data, SAM Element juga mewajibkan seluruh pengembang yang menjadi mitra untuk wajib dan tunduk pada standar keamanan yang telah ditetapkan perusahaan.

SAM Element juga menyediakan modul konektivitas yang siap digunakan dan diintegrasikan dengan IoT, mulai dari konektivitas untuk jaringan Mesh, LTE, LORA, WIFI, dan beberapa jaringan lainnya.

“SAM Element percaya bahwa setiap kesuksesan mitra merupakan kesuksesan SAM Element. Oleh karena itu, SAM Element menempatkan dukungan teknik sebagai satu hal penting dalam membangun bisnis berkelanjutan. Dengan dukungan teknik, SAM Element ingin memastikan mitra mendapatkan layanan yang maksimal,” imbuh Rudy.

Application Information Will Show Up Here

Biznet and IIJ Established Biznet GioCloud

After the agreement between Biznet and Internet Initiative Japan (IIJ) on the soon-to-be established joint venture was signed last September 2014, both parties finally inaugurated PT Biznet Gio Nusantara, the initiated joint venture, couple of days ago. As being agreed upon, PT Biznet Nusantara or Biznet GioCloud will focus on promoting the use of IIJ’s cloud service, both private and public cloud, as well as establishing a new internet service infrastructure for corporates in Indonesia. Continue reading Biznet and IIJ Established Biznet GioCloud

DScussion #3: Tren Layanan Cloud untuk Startup dan UKM Tahun 2015

General Manager Infinys System Indonesia Dondy Bappedyanto / DScussion

General Manager Infinys System Indonesia Dondy Bappedyanto melihat tren penggunaan cloud untuk startup dan UKM Indonesia sejak Juni 2014 lalu  makin meningkat, termasuk penggunaan teknologi yang makin beragam. Untuk mengimbangi pertumbuhan penggunaan cloud di segmen ini, Infinys System Indonesia rencananya akhir Q1 tahun ini akan meluncurkan layanan Platform as a Service (PaaS) yang akan diluncurkan khusus untuk pengembang. Layanan PaaS ini diklaim sebagai yang pertama di Indonesia.

Continue reading DScussion #3: Tren Layanan Cloud untuk Startup dan UKM Tahun 2015