Tag Archives: platform distribusi

Betulkah Game-Game EA Akan Kembali Hadir di Steam?

Saat ini hampir seluruh publisher game mempunyai platform distribusi sekaligus d-nya sendiri. Beberapa – seperti Uplay dan Rockstar Games Launcher – telah terintegrasi ke layanan Steam. Namun mungkin karena terdorong oleh rivalitas, sejumlah nama semisal EA Origin, Battle.net dan Epic Store lebih memilih eksklusivitas dan memastikan game mereka tak tersedia di platform lain.

Electronic Arts sendiri sempat menjalin kerja sama dengan Steam bertahun-tahun silam. Sayangnya, kolaborasi mereka berakhir di tahun 2011 ketika EA meluncurkan Battlefield 3 secara eksklusif melalui Origin. Waktu itu, sang publisher juga mengambil langkah yang cukup mengejutkan, yaitu menarik sejumlah permainan mereka dari Steam (salah satunya Crysis 2, tersaji kembali di Steam satu tahun setelahnya).

Sejak saat itu, versi Windows dari game Electronic Arts hanya dirilis melalui Origin: The Sims, Battlefield, FIFA, Need for Speed hingga Apex Legends. Selain konten eksklusif, Origin juga menyediakan permain third-party contohnya Assassin’s Creed Odyssey, Final Fantasy XV Episode Ardyn sampai Darksiders III. Namun belum lama ini, ada indikasi EA berniat untuk kembali bermitra dengan Valve dan meluncurkan game mereka di Steam.

Isyarat pertama datang dari tweet yang di-posting Electronic Arts di tanggal 26 Oktober minggu lalu. Sang publisher mengunggah video sembilan detik yang menampilkan mug dengan logo EA berisi cairan panas beruap tanpa memberikan penjelasan apapun. Petunjuk kedua diungkap oleh pengguna Twitter bernama @RobotBrush beberapa hari sebelumnya. Ia menemukan uji coba aplikasi untuk menjalankan permainan Origin melalui Steam.

Jika benar begitu, maka Origin boleh jadi menggunakan pendekatan serupa Ubisoft lewat Uplay mereka. Ubisoft menjajakan hampir seluruh permainan mereka di Steam (Kecuali The Division 2 dan Ghost Recon Breakpoint. Khusus buat kedua judul ini, Ubisoft telah melakukan kesepakatakan dengan Epic Games). Tapi untuk menikmatinya, kita diwajibkan menginstal Uplay di PC dan log-in.

Pertanyaan terbesar terkait langkah Electronic Arts ini ialah, apakah game-game tersebut akan hadir secara masif, secara berangsur-angsur, atau pertama-tama diterapkan pada permainan lawas terlebih dahulu? Mayoritas gamer tentu saja berharap bisa segera bermain judul-judul multiplayer EA – misalnya Apex Legends – bersama teman-teman di Steam. Lalu bagaimana dengan permainan besar yang akan datang, seperti Star Wars Jedi: Fallen Order dan Need for Speed: Heat, akankah mereka nanti tersedia di Steam?

Saya juga ingin tahu pandangan EA terhadap Epic Store. Epic Games Store menawarkan pembagian keuntungan yang jauh lebih menggiurkan, tapi mengapa EA lebih tertarik merilis (kembali) game mereka di Steam? Apakah mereka belajar dari kegagalan Ghost Recon Breakpoint dan The Division 2 mencapai target penjualan terlepas dari kontrak eksklusif antara Ubisoft dan Epic Games?

Via Eurogamer.

GOG Luncurkan Galaxy 2.0 Dengan Ambisi Menyatukan Game dan Gamer di Platform Berbeda

Meningkatnya kualitas konten mendorong publisher dan developer game kian agresif menjaga kreasi-kreasinya dari upaya pembajakan serta eksploitasi. Sebagai solusinya, tersedia sejumlah pilihan DRM, termasuk yang disediakan Valve lewat Steam hingga sistem Denuvo. Tapi di tengah ketatnya penerapan digital rights management, GOG hadir membawa angin segar bagi gamer.

Mengawali kiprahnya sebagai storefront spesialis game-game klasik, platform yang punya nama panjang Good Old Games itu merupakan satu dari sedikit layanan yang membebaskan pelanggannya dari belenggu DRM. Kini ada banyak judul-judul baru turut dijajakan di sana. Dan untuk membuat penyajian game serta distribusi update berlangsung lebih simpel, GOG meluncurkan software client ala Steam bernama Galaxy di tahun 2015.

GOG Galaxy 2.0 1

GOG Galaxy mendapatkan update cukup besar tak lama setelah tersedia, namun baru empat tahun selepasnya developer CD Projekt memutuskan buat menerapkan perombakan signifikan. Minggu ini, mereka mengumumkan GOG Galaxy 2.0 dengan satu tujuan yang ambisius: menggabungkan library dan kawan sepermainan dari platform berbeda dalam satu wadah. Galaxy 2.0 ditugaskan buat menyederhanakan akses ketika ada begitu banyak software launcher dari publisher berbeda.

“Sebagai gamer, saat ini kita harus berkutat dengan begitu banyak client hanya untuk mengakses game dan mencari tahu apa yang sedang dimainkan oleh teman-teman kita,” kata managing director GOG Piotr Karwowski di website-nya. “Kami percaya bahwa gamer layak mendapatkan pengalaman penggunaan yang lebih baik, dan inilah yang memotivasi kami buat menyempurnakan client GOG Galaxy. Galaxy 2.0 dirancang buat menjangkau user di luar layanan GOG, baik di PC maupun console.”

GOG Galaxy 2.0 3

Pembaruan sudah pasti bisa kita lihat pada aspek estetikanya. Dari gambar yang dipublikasikan oleh GameSpot, Galaxy 2.0 punya UI yang rapi, atraktif, intuitif serta informatif. Di sana Anda dapat mengakses activity feed kawan-kawan, melihat koleksi game di platform berbeda (Origin, Steam, Xbox) via bar graph simpel dan menengok berapa lama waktu bermain serta persentase achievement yang Anda peroleh.

Tentu saja, tantangan terbesar dari penyediaan Galaxy 2.0 ialah upaya merangkul konten di platform berbeda, termasuk console. Kabar baiknya, GOG telah memperoleh akses ke API Microsoft, sehingga lebih mudah untuk menjangkau game-game Windows dan Xbox. Selanjutnya CD Projekt punya target buat mendapatkan dukungan PlayStation dan Switch. Berdasarkan pengakuan GameSpot, versi demo yang mereka jajal sudah bisa menampilkan game eksklusif PlayStation, God of War. Di sana terdapat catatat trofi (yang telah serta belum di-unlock), logo-logo, serta deskripsi.

GOG Galaxy 2.0 2

Belum ada tanggal pasti kapan Galaxy 2.0 akan dirilis, tapi pastinya ia tersaji secara gratis. Dan sebelum tersedia bebas, GOG berencana untuk melangsungkan sesi uji coba beta dan Anda telah dipersilakan buat mendaftarkan diri sekarang.

Sumber: GOG. Sumber tambahan: GameSpot.

Epic Games Store Bakal Kedatangan Sederet Fitur Baru yang Menarik

Diluncurkan pada bulan Desember lalu, Epic Games Store tanpa sungkan menjadi penantang baru Steam dengan strategi yang begitu agresif: developer yang menjajakan karyanya di Epic Games Store bakal meraup 88% dari total penjualan, dan Epic hanya akan mengambil komisi sebesar 12% saja.

Tanpa harus menunggu lama, taktik ini sudah membuahkan hasil. Sejumlah developer ternama mulai meninggalkan Steam dan hijrah ke Epic Games Store. Steam yang tadinya merajai ranah distribusi game digital kini harus tabah melihat game AAA macam The Division 2 dan Metro Exodus sirna dari platform-nya.

Kendati demikian, Epic Games Store bukanlah tanpa cacat. Berhubung platform ini masih seumur jagung, wajar apabila ia kalah jauh perihal fitur jika dibandingkan dengan Steam. Kabar baiknya, Epic sadar betul akan hal ini, dan mereka juga ingin bisa setransparan mungkin kepada konsumennya.

Epic Games Store Roadmap

Bukti transparansinya datang dalam wujud Trello board berjudul “Epic Games Store Roadmap”. Di situ siapapun bisa melihat garis besar fitur-fitur yang sedang dan akan dikerjakan oleh tim developer Epic Games Store. Seandainya ada bug atau problem yang mengganggu, kita juga dapat memantau perkembangannya lewat Trello board ini.

Deretan fitur baru yang telah direncanakan dibagi berdasarkan estimasi waktu perilisannya. Dalam waktu dekat ini (1 – 3 bulan ke depan), fitur-fitur penting yang akan dirilis mencakup pencarian berdasarkan genre, tampilan baru yang lebih mendetail, dukungan DLC yang lebih mumpuni, dan cloud save.

Selanjutnya, dalam 4 – 6 bulan mendatang, fitur-fitur yang sudah direncanakan meliputi user review, wishlist, dukungan mata uang selain US$ serta metode pembayaran lain, memantau waktu bermain, dukungan mod, dan in-game overlay ala Steam.

Di atas setengah tahun, bakal ada fitur-fitur seperti achievement dan shopping cart. Namun yang perlu dicatat, semua ini sifatnya tidak permanen dan bisa berubah-ubah tergantung kondisinya. Terlepas dari itu, konsumen tak harus menunggu pengumuman dari Epic dan bisa memantaunya sendiri di Trello board ini.

Sumber: Epic Games via Kotaku.

Belum Ada Setahun, Razer Game Store Resmi Ditutup

Mengoperasikan platform distribusi digital itu bukanlah pekerjaan mudah. Jangan karena Epic Games Store begitu gampangnya menawarkan sistem bagi hasil yang sangat menguntungkan buat developer, lalu kita berpikir semuanya mudah dijalani.

Steam sebagai pionir telah mendominasi segmen ini sejak lama. Namun dalam setahun terakhir ini, kita juga sudah melihat banyak penantang baru sekaligus. Lalu yang menjadi pertanyaan, mana yang bakal bertahan lama?

Tanpa harus menunggu lama, persaingan ketat di ranah ini sudah memakan korban pertamanya, yakni Razer Game Store. Yang lebih mengejutkan lagi, umur Razer Game Store baru 10 bulan sejak peluncurannya. Kalau yang sebesar Razer saja bisa terkena dampak persaingan ketat, bagaimana dengan yang lain?

Kendati demikian, kita juga harus mempertimbangkan motivasi di balik eksistensi Razer Game Store. Razer sebenarnya tidak bermaksud untuk menyaingi Steam. Platform tersebut lebih ditujukan untuk mendongkrak bisnis utama mereka dengan cara memberikan penawaran-penawaran menarik kepada konsumen yang membeli game di sana.

Penutupan Razer Game Store merupakan bukti bahwa strategi tersebut tidak efektif. 28 Februari adalah tanggal penutupan yang ditunjuk, yang berarti itu merupakan tenggat waktu bagi konsumen untuk mengambil activation key dari game yang pernah mereka beli.

Razer juga belum menyerah dalam bisnis konten. Razer Gold, platform pembayaran virtual garapan mereka, terus berkembang dengan sehat, dan penutupan Razer Game Store pada dasarnya merupakan lampu hijau buat Razer Gold untuk terus bertumbuh ke depannya.

Sumber: PC Gamer.

Lewatkan Steam, Ubisoft Akan Rilis The Division 2 di Epic Games Store

Strategi bisnis agresif yang diterapkan Epic Games Store mulai menunjukkan dampak yang signifikan terhadap kelancaran bisnis Steam selaku pihak yang dominan. Epic baru saja mengumumkan bahwa Ubisoft bakal merilis salah satu game unggulannya untuk tahun ini, The Division 2, di Epic Games Store.

Tentu saja Ubisoft juga bakal menjual game tersebut lewat platform-nya sendiri, akan tetapi yang mengejutkan, mereka tidak punya rencana untuk merilis The Division 2 di Steam berdasarkan penjelasan perwakilannya terhadap Polygon. Jelas sekali Ubisoft ingin mengambil untung sebesar mungkin dengan melewatkan Steam dan memilih Epic Games Store.

The Division 2 pun juga baru awal dari cerita utuhnya, sebab Ubisoft juga sudah punya rencana untuk merilis sejumlah game lain di Epic Games Store sepanjang tahun 2019. Pre-order The Division 2 saat ini sudah dimulai, akan tetapi game-nya baru akan meluncur secara resmi pada tanggal 15 Maret mendatang di PC, Xbox One dan PS4.

Kolaborasi Ubisoft dan Epic Games ini sejatinya mengindikasikan bahwa perubahan kebijakan distribusi yang diterapkan Steam belum lama ini masih kurang begitu efektif dalam menarik minat developer. Di Steam, developer dapat mengambil 80% keuntungan dari penjualan game-nya, tapi hanya ketika total penjualannya sudah mencapai angka $50 juta.

Bandingkan dengan Epic Games Store, yang dari awal sudah menerapkan sistem bagi hasil 88%/12% – lebih besar dan tanpa syarat. Di luar Steam, sebenarnya ada Discord Store yang mulai tahun ini menerapkan mekanisme bagi hasil 90%/10%, tapi sepertinya reputasi masih menjadi faktor yang tak kalah krusial, sehingga akhirnya Ubisoft memilih Epic Games Store.

Sumber: Epic Games.

Sejumlah Game Indie Mulai Bermigrasi dari Steam ke Epic Games Store

Setelah resmi diumumkan minggu lalu, para talenta di belakang Unreal Engine, Gears of War dan Fornite akhirnya meluncurkan Epic Games Store bertepatan dengan The Game Awards 2018. Epic Games Store adalah platform distribusi digital ala Steam yang menjajakan penawaran sangat menarik untuk developer: Epic Games hanya meminta komisi 12 persen dan sisanya diberikan pada pengembang.

Penawaran ini tampaknya terbukti efektif. Tak lama sesudah layanan ini dirilis, sejumlah developer – terutama tim independen – mulai memindahkan game mereka dari Steam ke Epic Games Store. Lalu beberapa studio lain yang belum mau meninggalkan Steam melakukan strategi ‘timed exclusive‘ – yaitu melepas permainannya secara eksklusif dalam jangka waktu tertentu di platform punya Epic Games itu.

Terhitung mulai kemarin, laman Steam dari game first-person open world bertema konstruksi Satisfactory tak lagi bisa diakses setelah Coffee Stain Studios berencana melepasnya di Epic Games Store. Developer menjelaskan bahwa Epic Games Store merupakan satu-satunya tempat untuk mendapatkan permainan ini, dan berjanji buat memberikan jawaban atas rasa penasaran gamer lewat sesi Q&A.

Selain Satisfactory, Team17 juga berniat untuk menyediakan Genesis Alpha One di Epic Games Store pada bulan Januari nanti. Sang publisher mengurungkan niatnya buat meluncurkan di Steam di tanggal 29 Januari 2018, dan menyampaikan bahwa saat ini, proses pengerjaannya berada di tahap pemolesan akhir.

Tim Double Damage sendiri menerapkan pendekatan timed exclusive untuk kreasi anyarnya, Rebel Galaxy Outlaw. Rencananya, developer akan menyediakan game space simulation itu secara khusus di Epic Store selama 12 bulan, kemudian barulah Rebel Galaxy Outlaw tersaji di tempat lain. Double Damage berharap, pembagian keuntungan 12/88 dapat memberikan mereka modal buat meluncurkan game di ‘toko sebelah’.

Lewat blog, Double Damage cukup terang-terangan bilang bahwa pembagian 30/70 terasa cukup memberatkan, terutama untuk studio indie. Metode kurasi yang diterapkan Epic Games turut memperoleh tanggapan positif dari developer dan pengguna, karena sangat membantu mengekspos judul-judul dengan konten berkualitas.

Sejumlah permainan indie berpotensi saat ini sudah dapat dimainkan via Epic Games Store: Ashen telah tersedia di sana, sedangkan versi Steam-nya masih berstatus TBD. Lalu Hades, kreasi terbaru tim pencipta Bastion dan Transistor bisa dinikmati via early access saat ini, namun masih belum ada di Steam.

Kabar gembira dari Epic Games tak cuma ditujukan bagi developer, tapi juga kepada para pemain. Kabarnya, mereka akan membagi-bagikan permainan secara gratis tiap dua minggu sekali.

Via PC Gamer.

Epic Games Luncurkan Platform Distribusi Digital Pesaing Steam

Bagi kalangan kasual, Epic Games terkenal lewat permainan battle royale populer, Fortnite. Tapi menelusuri perjalanannya di ranah gaming, Epic Games merupakan salah satu developer berpengalaman yang punya andil besar di industri – terutama melalui pengembangan Unreal Engine. Umur studio asal North Carolina itu bahkan lebih tua dari Valve Corp.

Sejauh ini, Epic Games dan Valve punya khalayaknya sendiri dan berbisnis tanpa berkompetisi langsung. Namun boleh jadi, dalam waktu dekat keduanya akan mulai bersaing. Di minggu ini, diketahui bahwa tim di belakang seri Gears of War itu punya agenda untuk meluncurkan platform distribusi pesaing Steam. Namanya cukup sederhana, tapi terdengar catchy di telinga: Epic Games Store.

CEO Tim Sweeney menjelaskan bahwa mereka sudah lama ingin menggarap platform yang dapat menyambungkan tim Epic Games dengan para pemain. Awalnya, mereka bereksperimen lewat Fortnite – permainan ini tidak ada di Steam, hanya bisa diakses melalui software milik Epic Games. Sweeney bilang, percobaan tersebut berhasil dan berkeinginan untuk membuka gerbangnya bagi developer lain.

Ketika Valve menerapkan pembagian keuntungan 30 banding 70, Epic Games Store menawarkan angka yang lebih menggoda buat studio third-party: mereka hanya meminta komisi 12 persen, dan sisanya diterima oleh sang pencipta permainan. Epic Games berencana untuk meluncurkan platform ini secara ‘perlahan-lahan’, dengan koleksi game yang tak terlalu banyak dan mereka pilih sendiri.

Epic Games Store 1

Penambahan jumlah game akan terus dilakukan di tahun 2019, hingga nanti saat Epic Games merasa yakin mereka tak perlu lagi melakukan kurasi. Tiap permainan yang dijual di sana tetap harus mendapatkan persetujuan sang penyedia layanan, namun mereka hanya akan melakukan penakaran dari sisi teknis dan bukan berdasarkan konten – kecuali pada permainan-permainan bertema dewasa.

Dengan kemudahan akses serta jumlah pengguna yang sangat banyak, Steam memang terlihat berada di atas angin. Belum lama ini, Valve juga mengungkap rencana buat mengurangi persentase imbalan dari 30:70 jadi 25 persen. Kemudian mereka hanya mengambil 20 persen dari tiap penjualan game senilai  US$ 50 juta. Lewat langkah ini, Valve tampaknya ingin menjaga agar publisher blockbuster tidak menarik diri dari Steam.

Menariknya, Tim Sweeney sempat bilang bahwa mereka tidak berkeinginan untuk berduel dengan Steam. Epic Games hanya ingin ‘memberikan penawaran terbaik bagi developer serta memperluas kesempatan pencipta konten buat berkreasi’. Epic Games Store akan dapat diakses di tanggal 6 Desember besok, ditandai oleh dilangsungkannya The Game Awards 2018.

Itu berarti, Epic Games resmi mengikuti jejak Electronic Arts dan Activision-Blizzard dalam menyediakan platform distribusinya sendiri.

Sumber: UnrealEngine.com. Tambahan: VentureBeat.

‘Steam dari Tiongkok’ WeGame Rencananya Akan Meluncur Secara Global

Saat berdiskusi soal perusahaan game raksasa, nama-nama yang kita sebutkan mungkin tidak jauh dari Electronic Arts, Activision, Blizzard, atau Ubisoft. Tapi menakar dari modal yang mereka miliki, publisher-publisher ini ternyata belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Tencent. Per bulan Maret silam, mereka mengenakan mahkota ‘perusahaan gaming terbesar di dunia‘.

Melihat kesuksesan Valve di ranah distribusi digital, Tencent juga telah menyiapkan layanan serupa Steam. Platform bernama WeGame itu diungkap pertama kali pada bulan April 2017, menawarkan sebuah medium untuk mengedarkan permainan dan beragam konten ke pengguna, sembari menyediakan tempat bagi gamer buat beraktivitas – dari mulai berbelanja hingga melakukan live streaming.

Dan berdasarkan laporan dari South China Morning Post, Tencent Holdings punya agenda untuk memperluas jangkauan WeGame. Sebagai langkahnya menembus pasar global, Tencent tengah mempersiapkan perilisan perdana WeGame di wilayah non-Tiongkok: Hong Kong. Hal yang memotivasi Tencent untuk bersusah payah menandingi dominasi Steam ternyata adalah keinginan mereka menghadirkan game-game developer lokal di ranah internasional.

Faktor lain yang boleh jadi mendorong Tencent untuk meluncurkan WeGame secara global ialah pengumuman Valve Corporation di bulan lalu. Perusahaan Amerika itu telah menyingkap rencana untuk meluncurkan layanan Steam di Tiongkok dibantu oleh raksasa hiburan Perfect World. Namun meski Steam belum tersedia resmi di sana, platform gaming terpopuler di PC itu berhasil menghimpun banyak gamer Tiongkok.

Di bulan Desember kemarin, pemerintah Tiongkok sempat memblokir akses ke Steam Community. Laman store memang masih tetap bisa dibuka, tapi pemblokiran tersebut mengakibatkan user Tiongkok tidak bisa lagi berinteraksi dengan pemain di lokasi lain. Menariknya, berdasarkan data dari hasil survei Valve di bulan Mei 2018, lebih dari seperempat pengguna Steam memilih bahasa Simplified Chinese, mengindikasikan besarnya jumlah user asal Tiongkok.

WeGame sendiri merupakan versi upgrade dari Tencent Games Platform yang sebelumnya berhasil menghimpun lebih dari 200 juta pengguna aktif. Layanan ini juga sudah mulai memasarkan permainan-permainan populer seperti Minecraft, Stardew Valley, Rocket League, Portal Knights, serta Cities: Skylines. Dan rencananya, Monster Hunter: World PC dan Fortnite juga akan dirilis via WeGame.

Di mata gamer global, Steam memang lebih dikenal dibandding WeGame. Namun perlu Anda ketahui bahwa bulan Maret lalu, Ubisoft telah memulai kerja sama strategis dengan Tencent untuk memperluas jangkauan game-game-nya hingga ke Negeri Tirai Bambu.