PlayerUnknown’s Battlegrounds alias PUBG tampaknya beberapa waktu belakangan sedang gencar menjalin kolaborasi dengan penerbit-penerbit lain. Belum lama kita mendapat kabar tentang kemunculan pernak-pernik bertema Resident Evil 2 di PUBG Mobile, kini sudah muncul kolaborasi baru lainnya. Bedanya, kolaborasi ini khusus hanya ada di PUBG versi PS4.
PUBG Corporation selaku perusahaan penerbit PUBG telah menjalin kerja sama dengan Guerilla Games, developer ternama yang ada di balik game Horizon Zero Dawn. Mulai tanggal 5 Maret sampai 5 April 2019, semua pemain PUBG di PS4 bisa mendapatkan konten-konten Horizon: Zero Dawn secara gratis, hanya dengan melakukan log in saja. Ini masih ditambah konten-konten lain yang bisa didapat dari menyelesaikan beberapa tantangan, serta konten kosmetik yang bisa dibeli secara langsung bila Anda berminat.
Berikut ini konten-konten Horizon Zero Dawn yang bisa Anda dapatkan, beserta cara mendapatkannya:
Horizon Zero Dawn Eclipe Mask – Mainkan 10 game PUBG selama periode event.
Horizon Zero Dawn Eclipse Top – Log in selama periode event.
Horizon Zero Dawn Eclipse Kar98k – Beli seharga 8.000 BP
Horizon Zero Dawn Pan – Bunuh 10 musuh dengan senjata crossbow selama periode event.
Mungkin pemain PUBG di platform lain akan kecewa karena tidak mendapat konten serupa, tapi sebenarnya ini wajar saja karena Horizon Zero Dawn adalah game eksklusif PS4. PUBG Corporation juga bukan pertama kalinya menjalin kolaborasi semacam ini. Sebelumnya, PUBG juga sudah mendapatkan konten atau skinbertema Uncharted dan The Last of Us, keduanya sama-sama franchise eksklusif console milik Sony.
Taehwan Noh dari PUB Corporation berkata dalam siaran pers, “Kolaborasi kami dengan Horizon Zero Dawn mengikuti jejak konten Uncharted dan The Last of Us kami sebelumnya. Untuk menyeragamkan kedua IP, PUBG Corporation dan Guerilla Games bekerja sama secara dekat dalam konsep, desain, dan elemen-elemen produksinya. Sebagai penggemar Horizon Zero Dawn, hasilnya melampaui ekspektasi kami, dan kami tak sabar melihat para pemain mengenakan berbagai item itu dalam game.”
“Ketika kami pertama kali berbicara dengan tim pengembangan PlayerUnknown’s Battlegrounds tentang memasukkan item bertema Horizon Zero Dawn, kami langsung terpikir tentang Eclipse. Sekte militeristik rahasia ini sangat cocok masuk dalam dunia PUBG; para anggotanya mengenakan seragam ritual yang menyeramkan, bertujuan memunculkan rasa takut dalam hati siapa pun yang menentang mereka. Natur mereka yang buas ditunjukkan dalam penggunaan selongsong peluru dari mesin-mesin perang kuno, yang mereka pakai sebagai rosario dan motif-motif ornamental lainnya, serta topeng mereka, yang mereka gunakan untuk menyembunyikan identitas,” jelas Roy Postma, Art Director Guerilla Games.
Kolaborasi ini juga sekaligus menjadi perayaan ulang tahun Horizon Zero Dawn yang kedua. Game open world adventure tersebut kini telah terjual lebih dari 10 juta kopi, dan meraih beragam penghargaan, termasuk penghargaan Best Gaming Performance dalam Golden Joystick Awards 2017, Outstanding Achievement in Videogame Writing dalam Writers Guild of America Awards 2017, Outstanding Technical Achievement dalam D.I.C.E. Awards 2017, dan banyak lagi.
Atlet esports dan content creator adalah dua hal yang sering kali saling bersilangan. Sering kali, seorang gamer profesional juga berprofesi sampingan sebagai streamer di Twitch atau YouTube. Terkadang, bila ia memiliki jumlah subscriber cukup banyak, penghasilan dari streaming justru bisa lebih tinggi dari penghasilannya sebagai atlet. Dan atlet esports selalu punya daya tarik tersendiri bagi para penggemar suatu game, karena dalam video-video mereka terdapat permainan dengan level tinggi yang menghibur.
Shroud adalah salah satu streamer tersebut. Dengan jumlah follower lebih dari 5,7 juta orang, nama Shroud sudah sangat dikenal di kalangan komunitas gamer, terutama penggemar first-person shooterdan battle royale. Apalagi berkat kemunculan Apex Legends beberapa waktu lalu, nama Shroud kembali mencuat sebagai salah satu pemain yang sering menunjukkan permainan-permainan mengagumkan.
Di usianya yang masih 24 tahun, Shroud seharusnya berada di masa prima karier seorang atlet esports. Tapi ia justru memilih untuk pensiun dini dari dunia game kompetitif dan menjadi streamer saja. Seperti apa sepak terjang Shroud di dunia esports? Mengapa ia pensiun cepat? Simak kisahnya di bawah.
Cinta game gara-gara ayah
Shroud alias Michael Grzesiek lahir di kota Mississauga, Kanada, pada tanggal 2 Juni 1994. Ia merupakan anak dari orang tua berdarah Polandia, walau lucunya Shroud sendiri tidak bisa bahasa Polandia. Ayahnya adalah seorang perakit dan penggemar berat PC, termasuk menggemari game di platform “master race” tersebut. Sejak kecil, ia sudah sering bermain sambil Shroud duduk di pangkuannya. Tidak mengejutkan bila kemudian Shroud tumbuh menjadi penggemar game PC juga.
Antusiasme ayah Shroud terhadap PC sangat besar. Sejak Shroud berusia lima tahun, di rumahnya sudah terdapat lima PC yang terhubung dengan jaringan LAN. Tidak perlu pergi ke warnet, ruang bawah tanah rumah Shroud sudah merupakan fasilitas LAN party yang bisa diakses setiap hari. Nah, kira-kira game apakah yang jadi menu wajib LAN party di era 90an akhir? Benar. Counter-Strike.
Ayah Shroud adalah penggemar Counter-Strike, jadi tentu saja ia menularkan minat yang sama pada anaknya. Tak disangka, ternyata Shroud sangat berbakat. Dalam beberapa bulan saja ia sudah menjadi sangat ahli, jauh di atas kemampuan ayahnya. Sayangnya, pada tahun 2004 Valve merilis Counter-Strike: Source yang kurang memuaskan. Game ini dinilai kurang kompetitif bila dibandingkan dengan Counter-Strike 1.6. Shroud pun kehilangan minat, sehingga ia berhenti bermain Counter-Strike.
Terinspirasi menjadi streamer
Pada tahun 2011, terjadi sebuah gebrakan besar di dunia video game. Di tahun inilah platform live streaming Twitch pertama kali diluncurkan. Tak butuh waktu lama, muncul beberapa streamer hebat yang meraih popularitas di kalangan gamer. Salah satunya bernama Jaryd Russel Lazar, atau dikenal juga dengan sebutan Summit1g.
Shroud—saat itu masih berusia 17 tahun—sangat mengidolakan Summit1g. Ia merasa bahwa Summit1g adalah orang yang sangat inspiratif. Tak hanya mampu tampil menghibur di depan kamera, Summit1g juga berdedikasi tinggi di dunia streaming. Ia bahkan meninggalkan pekerjaannya untuk beralih menjadi streamer penuh waktu. “Saya juga ingin seperti itu,” demikian pikir Shroud.
Shroud memulai karier streaming dari nol di tahun 2011. Saat itu ia menggunakan nickname Eclipse, dan untuk waktu yang lama, channel Twitch miliknya tidak diminati orang. Dalam wawancara dengan theScore Esports, Shroud bahkan mengaku bahwa selama setahun hanya ada satu viewer di channel miliknya, yaitu dirinya sendiri! Tapi Shroud tidak patah semangat.
Mengharumkan nama Amerika
Minat Shroud terhadap first-person shooter kembali bangkit di tahun 2012 ketika Valve merilis Counter-Strike: Global Offensive (CS:GO) yang fenomenal. Kesuksesan CS:GO mendorong ekosistem esports untuk tumbuh di sekitarnya, dan Shroud pun terjun ke dalam dunia CS:GO profesional. Ia sempat bergabung dengan beberapa tim kecil, seperti Slow Motion, Exertus eSports, dan Manajuma. Tapi kariernya sebagai atlet baru melejit ketika ia ditarik menjadi pemain pengganti (stand-in) di tim compLexity.
Saat itu tim compLexity tengah naik daun berkat beberapa prestasi yang mereka raih. Termasuk di antaranya posisi tiga besar di turnamen ESEA Global Invite Season 16, CEVO Season 4: Professional, DreamHack Winter 2013, hingga mendapat undangan bertanding ke ESL One Cologne. Akan tetapi terjadi masalah karena kontrak yang ditawarkan pihak manajemen tidak memuaskan para pemain compLexity.
Cloud9 yang merupakan salah satu organisasi esports terbesar Amerika Serikat langsung mengakuisisi roster compLexity ke dalam divisi CS:GO mereka. Shroud ketiban rejeki, meski statusnya di compLexity hanya stand-in ternyata ia juga ditarik sebagai anggota tetap Cloud9.
Kiprah Shroud bersama Cloud9 benar-benar mengangkat nama Amerika Serikat di kancah esports CS:GO. Dulunya dipandang sebagai wilayah dengan level kompetitif rendah, Cloud9 ternyata tampil memukau di turnamen CS:GO kelas dunia, ESL ESEA Pro League Season 1. Mereka meraih juara dua, kalah oleh Fnatic yang merupakan tim senior, tapi itu sudah cukup untuk membuktikan bahwa Amerika Serikat juga punya pemain-pemain hebat yang mampu bersaing secara global.
Prestasi Cloud9 membuat popularitas Shroud melejit. Ia dengan cepat dikenal sebagai salah satu pemain CS:GO dengan kemampuan membidik terbaik di dunia. Follower pun mulai berdatangan ke channel Twitch miliknya. Dari tahun 2014 hingga 2018, Shroud telah mengantar Cloud9 meraih sederet gelar, termasuk juara satu dalam kompetisi bergengsi ESL Pro League Season 4 di tahun 2016.
Pensiun dini demi PUBG
Mendekati akhir tahun 2017, karier Shroud di dunia esports CS:GO mulai terlihat meredup. Permainannya dinilai kurang memuaskan, bahkan ia menyebut dirinya “bukan lagi pemain bintang”. Bila dulu Shroud bersinar sebagai pemegang posisi Entry Fragger, ia kini harus tergeser menjadi pemain posisi Support. Artinya tugas Shroud di permainan berubah, bukan lagi mengincar kill namun melindungi teman-temannya dengan berbagai jenis granat dan senjata jarak jauh.
Masuknya beberapa pemain baru ke Cloud9 membuat posisi Shroud semakin suram. Ia terdepak menjadi pemain cadangan, dan tak lama kemudian ia mengumumkan bahwa dirinya telah beralih peran di Cloud9 menjadi streamer penuh waktu. Itu pun tak berlangsung lama. Puncaknya, pada bulan April 2018, Shroud keluar dari Cloud9 dan menyatakan pengunduran diri secara permanen, tidak hanya dari Cloud9 tapi juga dari dunia CS:GO kompetitif.
Melihat lagi ke belakang, Shroud memang dari awal memiliki cita-cita untuk menjadi streamer, bukan atlet esports. Ia suka menghibur orang lain, membantu komunitas gamer, dan melakukan hal-hal yang lucu. Rekam jejaknya di dunia CS:GO telah mendatangkan banyak penggemar, dan menurut pengakuan Shroud, penggemar itulah yang mendorong dirinya berani melepaskan karier esports untuk kembali menjadi streamer.
Pengunduran diri Shroud dari Cloud9 ada di tengah musim meledaknya popularitas genre battle royale. PlayerUnknown’s Battleground (PUBG) baru saja keluar dari fase beta, disusul oleh Fortnite yang mendapatkan mode battle royale setelahnya. Sebagai penggemar shooter, Shroud tentu tak ketinggalan mencoba. Hasilnya, ternyata Shroud sangat jago di game tersebut.
Mungkin bila dibandingkan dengan CS:GO, genre battle royale lebih mementingkan kemampuan individu. Apalagi bila kita tidak sedang bermain dalam sebuah tim. Shroud, dengan kemampuan membidiknya yang dahsyat, segera melejit di dunia battle royale sebagai salah satu pemain terbaik.
“Saya merasa memang sudah waktunya untuk pergi (dari Cloud9). PUBG telah dirilis, saya sangat menikmati PUBG, dan pelan-pelan saya kehilangan passion untuk berkompetisi. Saya hanya ingin bersantai, duduk di sini dan bermain game,” ujar Shroud dalam salah satu sesi streaming.
Raja battle royale yang murah hati
Sejak saat itu, battle royale telah tumbuh menjadi tren besar di seluruh dunia. Shroud berada di tengah-tengahnya, memanfaatkan keahlian dan pengalamannya dalam esports CS:GO untuk mendominasi permainan. Game apa pun yang dimainkannya, baik itu PUBG, Fortnite, Call of Duty, atau Apex Legends, ia selalu menunjukkan aksi kreatif yang seru bagi para penonton.
Shroud kini menjalani kehidupan yang sesuai dengan cita-citanya delapan tahun lalu, yaitu menjadi streamer penuh waktu. Namun meski tak lagi berkecimpung di esports, keahliannya menembak sangat dihormati oleh pemain-pemain lain. Malah beberapa streamer besar seperti DrDisrespect dan Ninja mengakui bahwa Shroud adalah penembak jitu terbaik di dunia. Bila Anda melihat video-video permainan Shroud, mungkin Anda juga akan setuju.
https://www.youtube.com/watch?v=nzcoUT5nrBw
Rasa segan komunitas gamer terhadap Shroud tidak hanya datang dari kemampuan, tapi juga kepribadiannya yang selalu positif. Shroud adalah orang yang humoris, dan ia selalu santai menanggapi isu miring apa pun atau hater yang ada di sekitarnya.
Ditambah lagi, Shroud adalah streamer yang peduli terhadap perkembangan para streamer lainnya. Ia sering mengajak para penggemar untuk menonton tayangan live streaming dari channel kecil yang tak terkenal, memberi donasi pada para streamer yang membutuhkan, atau sekadar melakukan hosting ke berbagai channel yang menurutnya menarik.
Dengan perkiraan penghasilan US$300.000 (Rp4,2 miliar) per bulan dari subscriber Twitch saja, Shroud jelas punya banyak uang untuk dihamburkan. Kini ia menggunakan kekayaan dan popularitasnya untuk kebaikan komunitas gamer, sambil tetap mempertahankan karier sebagai entertainer. Ia tak mudah tergoda pada tren, dan memilih untuk memainkan sebuah game benar-benar karena ia menyukainya. Shroud boleh saja mundur dari dunia kompetitif. Tapi bagi para penggemar, ia tetap seorang idola.
Popularitas battle royale di beberapa tahun terakhir ini adalah hal yang nyata. Sudah bukan rahasia lagi bahwa PUBG Mobile adalah salah satu mobile game tersukses di tahun 2018, juga bahwa Fortnite: Battle Royale berkembang begitu pesat sampai-sampai Epic Games harus menutup Paragon demi fokus ke game ini. Begitu pula di dunia esports. Beragam kompetisi bergenre battle royale sudah banyak digelar, bahkan dengan skala internasional.
Akan tetapi mungkin masa depan esports battle royale tidak secerah yang kita kira. Setidaknya begitu menurut OpTic Gaming, salah satu tim esports terbesar asal Amerika Serikat. OpTic Gaming baru saja membubarkan divisi esports Fortnite: Battle Royale mereka dan berpisah dengan dua atletnya, Gunfly (Stephen Brown) dan Baldy (Keneth Anderson). Hal ini diungkapkan oleh kedua pemain itu via Twitter pada 13 Januari lalu.
“Kami didatangi oleh Kenneth (Baldy) dan Stephen (Gunfly), dan mereka menjelaskan bahwa mereka ingin bermain dengan partner lain. Kami sangat menghormati para pemain Fortnite kompetitif di OpTic, sama seperti mereka berdua, jadi kami merasa tidak adil bila kami menghukum atau menghalangi mereka dari hal yang menurut mereka terbaik untuk meraih sukses. Pada dasarnya kami memberi pilihan untuk tetap tinggal sebagai duo atau berpisah,” demikian kata Kodiak Shroyer, Esports Director dari Infinite Esports & Entertainment, via Reddit. Infinite Esports & Entertainment adalah perusahaan holding yang membawahi berbagai tim, termasuk OpTic Gaming.
OpTic juga sempat mempertimbangkan untuk merekrut pemain baru sebagai partner Baldy dan Gunfly. Namun ada beberapa kendala yang membuat OpTic tidak bisa melakukannya. Misalnya karena partner yang diinginkan ternyata masih bergabung dengan tim lain. Karena itu akhirnya mereka memutuskan untuk berpisah saja secara baik-baik.
“Kamu akan terus memantau scene (Fortnite) dan talenta yang naik daun, tapi untuk sementara kami tidak punya pemain yang tergabung dalam tim kompetitif,” lanjut Kodiak. Baldy dan Gunfly sendiri selama ini memang kurang bersinar. Mereka hanya mencapai peringkat 50 di kompetisi Fortnite Fall Skirmish, dan peringkat 38 di turnamen World Showdown of Esports (WSOE) 3.
Akan tetapi alasan pelepasan divisi PUBG berbeda. OpTic Gaming rupanya merasa ragu akan masa depan dunia esports PUBG. CEO OpTic Gaming, Hector Rodriguez, bahkan pernah dengan gamblang berkata bahwa ia merasa PUBG akan gagal sebagai sebuah esports. Sama seperti H1Z1 yang telah gagal terlebih dahulu. Namun OpTic tetap terbuka terhadap perubahan. Bila di masa depan kondisi PUBG membaik, mereka bisa saja kembali untuk bertarung di Erangel.
Mengapa genre battle royale sulit menjadi esports yang sustainable? Alasannya bisa bermacam-macam. H1Z1 dulu gagal karena terlalu sedikitnya peminat, tapi PUBG dan Fortnite bisa gagal karena sebab lain. Misalnya pasar yang sudah terlalu penuh, apalagi ditambah dengan kemunculan Counter-Strike: Global Offensive Danger Zone dan Call of Duty: Black Ops 4 Blackout.
Menurut OpTic, H1Z1 gagal karena “pada orang dewasa tidak melakukan kewajibannya”. Ini berhubungan dengan kompensasi yang tidak dibayar ketika H1Z1 league dibubarkan. Sementara untuk PUBG, menurut Rodriguez perkembangannya tidak secepat yang ia inginkan, dan ia merasa PUBG akan mengalami hal sama seperti H1Z1. OpTic juga merasa format dan struktur kompetisi esports PUBG tidak memuaskan, terutapa di National PUBG League (NPL).
Dengan CS:GO yang kini telah menjadi free-to-play, dan CoD: Black Ops 4 Blackout diprediksi akan mengalami hal serupa, tampaknya Fortnite dan PUBG terancam oleh persaingan ketat di tahun 2019 ini. Mungkin masih terlalu cepat untuk menilai bahwa masa depan esports di genre battle royale akan suram. Tapi setidaknya OpTic Gaming sudah mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk.
PlayerUnknown’s Battleground masih terus mendapat update konten secara berkala dari developernya. Kali ini mereka meluncurkan sebuah map baru dengan tema es, yaitu Vikendi. Vikendi merupakan map keempat dalam PUBG. Dengan latar belakang pegunungan menakjubkan, hamparan salju, serta danau yang membeku, Vikendi menghadirkan pertarungan battle royale dengan suhu di bawah nol derajat Celcius.
Vikendi memiliki ukuran map seluas 6×6 km, lebih kecil dari Erangel dan Miramar namun tidak sampai sekecil Sanhok. Pemain dapat menemui permainan yang sedikit cepat, tetapi masih tetap taktis. Variasi drop zone relatif mudah dihapal, namun masih memfasilitasi pergerakan yang leluasa, sambil ditemani pemandangan lingkungan yang memukau. Vikendi yang berada di tengah Laut Adriatik memiliki bangunan-bangunan dengan gaya Eropa, terutama Italia dan Eropa Tengah.
Berbagai elemen gameplay unik bisa Anda temukan di Vikendi, karena map ini memiliki cuaca dingin dan bersalju. Sebagai contoh, langkah kaki pemain ataupun kendaraan bisa meninggalkan jejak di salju, sehingga musuh dapat melacak keberadaan kita dengan lebih mudah. Berbagai perubahan cuaca juga bisa terjadi, misalnya salju yang tipis atau tebal, cuaca cerah atau berangin, dan sebagainya.
Selain beberapa senjata standar, Vikendi menyajikan beberapa senjata eksklusif yang hanya ada di map ini, antara lain senapan serbu (assault rifle) G36C yang menggunakan peluru 5,56 mm. Senapan ini lebih mudah ditangani daripada kaliber 7,62 mm, akan tetapi juga memiliki rate of fire yang sedikit rendah. Kendaraan baru juga tersedia di Vikendi, berupa Snowmobile sesuai dengan tema lingkungannya.
Bersamaan dengan update Vikendi, PUBG Corp merilis Survivor Pass baru berisi Skin maupun imbalan lainnya yang bisa didapat dengan menyelesaikan misi. Ada lebih dari 300 misi dalam Survivor Pass ini, jadi semakin sering Anda bermain, semakin banyak imbalan yang Anda dapat. Melakukan upgrade ke Premium Pass seharga US$9,99 akan memberikan akses ke misi-misi eksklusif, hadiah tambahan, serta progres leveling yang lebih cepat.
Vikendi dan Survivor Pass: Vikendi saat ini sudah tersedia di PC, dan akan dirilis untuk Xbox One serta PS4 pada Januari 2019. Namun bila Anda sudah tak sabar mencobanya di console, Anda dapat memainkan Vikendi di Public Test Server (PTS). Siapkah Anda memperebutkan Chicken Dinner di tengah medan tempur yang membeku?
“Semua akan esports pada waktunya.” Demikian anekdot yang sering beredar di kalangan tim editorial Hybrid. Setengah berupa guyonan, ungkapan tersebut mengandung kebenaran juga. Pertumbuhan esports yang begitu pesat (dan diperkirakan masih terus meningkat) membuat banyak brand terjun ke dunia kompetisi ini. Bahkan grup idol JKT48 pun tak luput darinya.
Baru saja diumumkan akhir pekan kemarin dalam acara Lenovo Legion of Champion III Indonesian Final, JKT48 kini meluncurkan tim esports dengan nama Valkyrie48. Tim ini beranggotakan enam orang, yang tentu saja, semuanya perempuan. Dari 80 total anggota JKT48 saat ini, mereka memilih anggota-anggota yang paling memiliki keahlian serta pengetahuan esports untuk bergabung dengan tim tersebut. Mereka terdiri dari:
Jinan (Jinan Safa Safira), spesialisasi Arena of Valor
Celine (Tan Zhi Hui Celine), spesialisasi Arena of Valor
Desy (M.G.N. Desy P.G.), spesialisasi Arena of Valor
Anin (Aninditha Rahma Cahyadi), spesialisasi PUBG sekaligus kapten tim
Menurut keterangan di situs resminya, Valkyrie48 menggabungkan kemampuan bermain game dengan entertainment, dan ingin menjadi simbol esports baik di Indonesia maupun di seluruh Asia. Artinya kemungkinan mereka tidak sekedar bermain dan bertanding, tapi juga akan memasukkan unsur-unsur hiburan sesuai identitas asli JKT48 sebagai grup idol yang banyak digandrungi masyarakat.
Ancang-ancang peluncuran Valkyrie48 sendiri sudah dimulai sejak bulan September lalu, dalam acara “Everyday, Kachuusha/UZA” Handshake Festival. Saat itu, Melody Nurramdhani Laksani yang bertindak sebagai General Manager JKT48 menyampaikan bahwa grup ini akan mendirikan tim esports, namun nama anggota serta game apa yang dipilih masih belum pasti. Sebagai salah satu bagian proyek JKT48 RE:BOOST, pendirian tim esports ini diharapkan dapat kembali melesatkan nama JKT48 di belantika entertainment Indonesia.
Esports dan dunia selebritas sendiri memang sudah cukup lama punya kaitan erat. Di Korea Selatan misalnya, terdapat kompetisi esports antar grup idol yang disebut Game Dolympics. Epic Games juga pernah mengadakan kompetisi Fortnite serupa dengan nama Fortnite Pro-Am, yang menawarkan hadiah sebesar US$3.000.000. Dewasa ini, seorang atlet esports bisa sama atau lebih populer dibanding selebritas yang bergerak di bidang musik atau perfilman.
Di Indonesia sejauh ini belum ada acara serupa, tapi mungkin saja dengan diluncurkannya Valkyrie48 akan muncul turnamen khusus selebritas nantinya. Tentunya hal tersebut akan menjadi hiburan baru yang unik. Penggemar grup idol bisa jadi lebih mengenal esports, sementara penggemar esports bisa saja tertarik menjadi penggemar grup idol yang tampil. Kita tunggu saja perkembangannya di masa depan.
Esports punya sejarah yang cukup panjang di Indonesia, bahkan sebelum istilah “esports” itu sendiri populer. Semenjak popularitas game online meledak, para penerbit game serta organizer sudah mencium aroma potensi yang ada dalam game kompetitif. Apalagi berkat persebaran internet yang semakin luas, komunitas gamer yang tadinya bahkan mungkin tidak berpikir bahwa game bisa dimainkan secara profesional, lambat laun mulai terpapar dunia olahraga elektronik tersebut.
Banyak game dan perusahaan berperan terhadap perkembangan esports tanah airnya. Salah satunya cikal bakal yang patut kita kenang adalah Ragnarok Online. MMORPG fenomenal ini memperkenalkan turnamen tingkat dunia bernama Ragnarok World Championship (RWC) pada tahun 2004. Iklim kompetitif itu lalu menular ke Indonesia dalam wujud Ragnarok Indonesia Championship (RIC).
Esports Indonesia sempat stagnan di era akhir 2000-an. Memang muncul beberapa pionir seperti Team nxl> yang berkecimpung di dunia Counter-Strike. Tapi tidak ada ajang kompetitif besar dengan skala nasional seperti sekarang. Bahkan ketika popularitas esports luar negeri meledak akibat Dota 2 dan League of Legends, posisi Indonesia masih sebatas pemirsa saja.
Semua itu mulai berubah ketika League of Legends terbit resmi di Indonesia di bawah bendera Garena. Garena getol mendorong perkembangan esports, dan mereka tak segan-segan menawarkan hadiah miliaran Rupiah bagi tim yang berhasil jadi juara kompetisi. Mulai dari turnamen di acara Indonesia Game Show, hingga berkembang menjadi League of Legends Garuda Series (LGS), kiprah Garena betul-betul menaikkan standar penyelenggaraan turnamen profesional di dalam negeri.
Pertengahan era 2010-an, penetrasi game kompetitif di smartphone menjamur dengan cepat di Indonesia. Negara kita memang disebut-sebut punya pola konsumsi mobile-first, sehingga wajar bila game mobile jauh lebih diminati daripada console atau PC. Moonton dengan Mobile Legends: Bang Bang berhasil meraih lebih dari 20 juta pengguna tanah air. Garena pun tak mau kalah, mereka merilis Arena of Valor yang merupakan buatan Tencent, perusahaan game terbesar di dunia.
Kini kita berada di tahun 2018. Kompetisi olahraga elektronik sudah menjadi hal yang lumrah, tidak hanya di ibukota saja tapi juga di seluruh pelosok Indonesia. Pemain-pemain berbakat muncul dari mana-mana, sebagian di antaranya berkarier bersama tim luar negeri. Penerbit-penerbit game pun seperti berlomba-lamba mengadakan turnamen terbesar, terheboh, dan paling bergengsi.
“Esports is the next big thing in marketing,” demikian kata Baldwin Cunningham dalam tulisannya yang dimuat di Forbes pada tahun 2016. Dua tahun kemudian, ungkapan itu terbukti. Kita telah tiba di saat di mana esports telah menjadi “big thing”, dan menurut para analis, esportsmasih akan terus menjadi lebih besar.
Turnamen esports Indonesia di tahun 2018
Sama seperti olahraga konvensional, esports juga memiliki turnamen atau liga-liga yang terbagi berdasarkan level kompetisinya. Hanya saja, karena jumlah game yang dipertandingkan sangat banyak, mengikuti semua cabang esports terkadang bisa cukup memusingkan.
Seorang penggemar sepak bola biasanya hanya mengikuti satu atau dua liga utama tempat tim favoritnya berada. Sekarang bayangkan bila Anda seorang penggemar esports yang menyukai lebih dari satu game sekaligus.
Saya, contohnya, menyukai Dota 2, Arena of Valor, Mobile Legends: Bang Bang, Overwatch, dan Pro Evolution Soccer sekaligus. Berusaha mengikuti kompetisi esports di kelima game itu sama saja seperti berusaha mengikuti Barclays Premier League, NBA, Bundesliga, Major League Baseball, dan STIHL Timbersports secara bersamaan. Padahal itu belum mencakup semua cabang esports yang ada.
Di bawah ini saya mencoba merangkum beberapa cabang esports populer di Indonesia, beserta kompetisi/liga apa saja yang mereka miliki dan di mana Anda bisa menikmatinya. Jadi Anda yang menggemari esports dapat memilih jadwal tontonan lebih mudah, atau mungkin mencoba menyaksikan kompetisi yang selama ini tidak Anda ikuti. Ada esports apa saja di Indonesia tahun 2018 ini?
Kurang lebih satu bulan lagi kita akan mengucapkan selamat tinggal pada 2017, dan selama 11 bulan ke belakang ini, kita telah dibuai oleh puluhan game seru, serta mungkin dibuat sedikit kecewa oleh beberapa judul yang tidak sebaik harapan. Di tahun ini, Switch terlahir dan dua game eksklusif di console itu – Breath of the Wild dan Super Mario Odyssey – jadi permainan dengan skor tertinggi sepanjang masa.
Bulan Desember besok boleh dikatakan sebagai momen ‘penghabisan’, diisi oleh peluncuran sejumlah permainan virtual reality serta pelepasan expansion pack buat game-game blockbuster besar. Selain itu, setidaknya ada empat game esensial yang akan meluncur di periode ini.
Xenoblade Chronicles 2
1 Desember – Nintendo Switch
Menjadi satu lagi judul andalan Nintendo Switch, sekuel permainan action role-playing Xenoblade Chronicles ini akan menyuguhkan gameplay open-world dengan latar belakang beserta karakter-karakter baru. Bermain sebagai Rex, Anda diajak untuk menjelajahi Elysium – sebuah ‘surga terakhir buat kemanusiaan’.
Doom VFR
1 Desember – PlayStation VR, HTC Vive
Spin-off dari dari reboot Doom ini menempatkan Anda sebagai penyintas terakhir di koloni planet Mars. Ia tewas akibat invasi iblis, namun kesadarannya diunggah ke jaringan AI dan sang penyintas diberikan tugas baru: menumpas iblis dan memastikan fasilitas di Mars bisa kembali beroperasi.
Destiny 2: Curse of Osiris
5 Desember – PC, PlayStation 4, Xbox One
Di add-on ini, Bungie memperkenalkan karakter baru bernama Osiris. Namanya mungkin terdengar familier bagi para fans karena tokoh ini merupakan pencetus Trials of Osiris – mode player vs. player di seri Destiny. Curse of Osiris akan membawa para pemain ke planet Merkurius, juga dilengkapi dengan mode patrolinya sendiri.
Hello Neighbor
8 Desember – PC, Xbox One
Jangan biarkan visualnya yang lucu mengecoh Anda, Hello Neighbor sejatinya ialah permainan survival horror. Anda ditugaskan untuk mengendap masuk ke rumah tetangga buat menguak rahasia kelam yang tersembunyi di dalam ruang bawah tanahnya. Sebelum bisa mengaksesnya, sejumlah item harus Anda kumpulkan terlebih dulu.
Fallout 4 VR
12 Desember – HTC Vive
Jika Anda lebih menyukai bertualang di dunia masa depan pasca perang nuklir ketimbang jagat high-fantasy The Elder Scrolls V: Skyrim VR, maka boleh jadi Anda akan menyukai Fallout 4 VR. Permainan ini dibekali segala konten RPG open-world fenomenal itu, dihidangkan lewat pengalaman virtual reality.
Okami HD
12 Desember – PC, PlayStation 4, Xbox One
Merupakan versi remaster dari ‘HD remaster‘ untuk console PlayStation 3, Okami adalah salah satu permainan PlayStation 2 terakhir, dan hebatnya, sukses menyabet sejumlah penghargaan Game of the Year di tahun 2006. Gamer dan media memujinya karena gameplay yang unik serta arahan visual cel-shaded ala lukisan sumi-e.
Resident Evil 7: End of Zoe dan Not a Hero
PC, PlayStation 4, Xbox One
Di bulan Desember besok, Resident Evil 7 akan kedatangan dua add-on besar bertajuk Not a Hero dan End of Zoe. Not a Hero fokus pada petulangan Chris Redfield, salah satu tokoh legendaris di seri Resident Evil, dalam mengejar Lucas Baker yang berhasil meloloskan diri. End of Zoe sendiri menceritakan nasib Zoe jika Anda memilih buat menyelamatkan Mia.
PlayerUnknown’s Battleground
Akhir Desember – PC, Xbox One
Meski gamer di PC sudah bisa bersenang-senang dalam permainan action multiplayer battle royale yang didesain oleh Brendan Greene itu sejak bulan Maret, gamer Xbox baru akan bisa menikmatinya pada akhir bulan Desember via layanan Game Preview, bersamaan dengan pelepasan versi retail-nya.