Sejak pertama kali diluncurkan di bulan November 2020, PlayStation 5 terus dilanda isu seputar keterbatasan stok. Di belahan dunia manapun, stok konsol terbaru Sony ini hampir selalu kosong, dan alasannya tidak lain dari krisis yang melanda industri semikonduktor secara global.
Ketimbang menerima nasib begitu saja, Sony dikabarkan sudah menyiapkan strategi lain, yakni menggenjot produksi PlayStation 4. Berdasarkan laporan Bloomberg, Sony rupanya telah menyuarakan ke mitra-mitra manufakturnya pada akhir tahun lalu bahwa mereka akan terus memproduksi konsol lamanya itu hingga tahun ini.
Sony memang tidak pernah secara resmi mengumumkan ke publik bahwa mereka bakal menyetop produksi PS4, akan tetapi mereka kabarnya sempat berencana untuk menghentikan perakitan PS4 pada akhir 2021 kemarin. Rencana tersebut batal dijalankan, dan Sony sekarang malah berniat untuk meningkatkan produksi PS4.
Narasumber Bloomberg mengatakan bahwa Sony berniat menambahkan sekitar satu juta unit PS4 tahun ini untuk mengisi kekosongan yang diakibatkan oleh terhambatnya produksi PS5. Meski begitu, angkanya bisa saja berubah tergantung permintaan. Dibanding PS5, PS4 tentu lebih mudah dan lebih murah untuk dibuat karena menggunakan komponen-komponen yang lebih inferior.
Kepada Bloomberg, juru bicara Sony mengonfirmasi bahwa produksi PS4 masih akan terus dilanjutkan, dan Sony pun dari awal tidak pernah berniat untuk menghentikannya. “PS4 merupakan konsol dengan penjualan terbesar, dan persilangan antar generasi itu bakal selalu ada,” ujarnya.
Dirilis di tahun 2013, PS4 tercatat telah terjual sebanyak lebih dari 116 juta unit, dan konsol ini pun masih cukup diminati hingga sekarang. Bukan hanya itu, PS4 juga masih menyumbangkan pendapatan yang cukup besar buat divisi gaming Sony melalui penjualan game dan subscription.
Apa yang Sony lakukan ini pada dasarnya mirip seperti langkah yang diambil oleh Nvidia. Belum lama ini, Nvidia memutuskan untuk memproduksi kembali kartu grafis lamanya (RTX 2060) demi memenuhi permintaan konsumen. Minat terhadap perangkat gaming melonjak drastis selama pandemi, sementara produksi perangkat-perangkat barunya justru terhambat karena kendala di rantai pasok. Alhasil, produk-produk lama pun dilihat sebagai salah satu cara untuk mengantisipasi.
Berdasarkan rumor terbaru yang dilaporkan oleh Bloomberg, Sony tengah sibuk menyiapkan layanan subscription baru untuk PlayStation sebagai respons atas popularitas layanan Xbox Game Pass yang terus mencuat belakangan ini.
Sejauh ini, Sony memang sudah punya dua layanan berlangganan yang ditujukan untuk konsumen PlayStation, yakni PlayStation Plus dan PlayStation Now, akan tetapi layanan baru yang secara internal dikenal dengan codename Spartacus ini kabarnya bakal menyatukan kedua layanan tersebut.
Sekadar mengingatkan, PlayStation Plus merupakan layanan yang diperlukan untuk memainkan sebagian besar game multiplayer sekaligus yang memberi bonus sejumlah game secara gratis, sedangkan PlayStation Now memungkinkan pelanggan untuk mengunduh atau streaming koleksi game yang sudah beredar selama beberapa waktu.
Spartacus di sisi lain bakal hadir dalam tiga tingkatan (tier) yang berbeda. Tier yang pertama menawarkan fasilitas serupa seperti PlayStation Plus. Tier yang kedua menambahkan akses ke sederet game PlayStation 4, dan ke depannya, PlayStation 5. Untuk tier yang ketiga sekaligus yang paling mahal, pelanggan juga bakal mendapat sejumlah demo dan fitur streaming, serta akses ke koleksi judul-judul game klasik yang pernah dirilis di PS1, PS2, PS3, dan bahkan PSP.
Bloomberg juga bilang bahwa ada kemungkinan Sony tetap mempertahankan branding “PlayStation Plus” untuk layanan baru ini. Peluncurannya dikabarkan bakal berlangsung di musim semi 2022, dan akan tersedia untuk pengguna PS4 sekaligus PS5.
Sepintas layanan baru ini kedengarannya menjanjikan, namun sayangnya Sony dikabarkan tidak akan menyertakan judul-judul game baru di hari pertama peluncurannya masing-masing seperti yang Microsoft lakukan dengan Xbox Game Pass. Jadi saat Gran Turismo 7 dirilis pada tanggal 4 Maret 2022, kemungkinan besar game-nya tidak akan langsung tersedia di layanan baru tersebut.
Hal ini kontras dengan yang ditawarkan Xbox Game Pass; Forza Horizon 5 yang dirilis pada tanggal 9 November lalu langsung tersedia buat pelanggan Xbox Game Pass sejak hari pertama, yang pada akhirnya membuat game tersebut dimainkan oleh lebih dari 10 juta orang dalam sepekan pertamanya. Sony tampaknya masih belum seberani itu.
Terlepas dari itu, layanan baru ini semestinya bakal memiliki daya tarik yang lebih besar ketimbang dua layanan subscription PlayStation yang eksis sekarang.
Pada minggu lalu, Sensor Tower merilis laporan terbaru terkait total pemasukan Pokemon Go selama lima tahun terakhir. Sementara Sony mengungkap, game-game terpopuler di PlayStation 4, PlayStation 5, dan PSVR pada Juni 2021. Dan CD Projekt Red mengumumkan bahwa versi next-gen dari The Witcher III: Wild Hunt akan dirilis pada tahun ini.
Total Pemasukan Pokemon Go Mencapai US$5 Miliar
Sejak diluncurkan pada lima tahun lalu, total pemasukan Pokemon Go telah mencapai US$5 miliar. Menurut laporan terbaru dari Sensor Tower, game buatan Niantic tersebut memiliki pendapatan rata-rata sebesar US$1 miliar per tahun. Tahun 2020 merupakan tahun terbaik untuk Pokemon Go. Ketika itu, total pemasukan Pokemon Go mencapai US$1,3 miliar, naik 41% dari tahun sebelumnya, lapor GamesIndustry.
Sementara itu, pada semester pertama 2021, Pokemon Go berhasil mendapatkan pemasukan sebesar US$641,6 juta, naik 34% jika dibandingkan dengan semester pertama 2020 dan naik 130% dari semester pertama 2017. Amerika Serikat masih menjadi negara dengan jumlah spending terbesar. Selama lima tahun, gamers di AS mengeluarkan US$1,9 miliar untuk Pokemon Go atau sekitar 36,6% dari total pemasukan game AR tersebut. Negara dengan kontribusi terbesar kedua pada pemasukan Pokemon Go adalah Jepang, dengan kontribusi sebesar 32% dan Jerman ada di posisi ketiga dengan kontribusi sebesar 5,4%.
The Witcher III: Wild Hunt Bakal Dirilis untuk PS5 dan Xbox Series X/S Tahun Ini
CD Projekt Red mengumumkan bahwa mereka akan meluncurkan The Witcher III: Wild Hunt untuk PlayStation 5 dan Xbox Series X/S pada tahun ini. The Witcher III pertama kali dirilis pada 2015. Meskipun begitu, sampai saat ini, masih banyak fans dan kritikus game yang menganggap The Witcher III sebagai menjadi RPG terbaik. Pasalnya, game tersebut memang punya lore yang menarik dan karakter yang unik. Versi Complete Edition dari The Witcher III untuk konsol next-gen akan menyertakan semua DLC yang ada, termasuk konten baru yang terinspirasi dari seri TV Netflix, menurut laporan VentureBeat.
Buku Resep Berdasar Final Fantasy 14 Bakal Rilis Tahun Ini
Buku resep yang didasarkan pada masakan di Final Fantasy 14 akan diluncurkan pada 9 November 2021. Memang, Square Enix belum angkat bicara soal peluncuran buku tersebut. Namun, Wario64 telah menemukan buku berjudul The Ultimate Final Fantasy 14 Cookbook di situs Simon & Schuster. Dia juga memastikan bahwa buku itu tersedia di Amazon. The Ultimate Final Fantasy 14 Cookbook berisi cara membuat sejumlah makanan khas di Final Fantasy 14, lengkap beserta foto makanan itu. Buku setebal 192 halaman ini akan memuat 70 resep, lapor EuroGamer.
Licensed Video Game Cookbook hardcover book is up for preorder on Amazon ($35) https://t.co/Zvnj6lsDsU#ad
Cyberpunk 2077 Jadi Game Terpopuler di PS4 Pada Juni 2021
Minggu lalu, PlayStation mengungkap game-game yang paling banyak diunduh di PS4, PS5, PSVR sepanjang bulan Juni 2021. Ratchet & Clank: Rift Apart menjadi game terpopuler di PS5. Sementara itu, game paling populer di PS4 pada Juni 2021 adalah Cyberpunk 2077. Lucunya, Sony secara gamblang memberikan peringatan bahwa mereka tidak merekomendasikan game tersebut untuk pemilik PS4. Alasannya, ketika diluncurkan pada Desember 2020, game tersebut penuh dengan bugs. Game itu bahkan sempat ditarik dari PlayStation Store.
Pada 21 Juni 2021, CD Projekt Red kembali meluncurkan Cyberpunk 2077 di PlayStation Store. Hal itu berarti, Cyberpunk 2077 sukses menjadi game yang paling banyak diunduh di PS4 dalam waktu yang sangat singkat, seperti yang disebutkan oleh Kotaku. Fakta bahwa ada banyak pemilik PS4 yang mengunduh Cyberpunk 2077 juga menjadi bukti bahwa ketertarikan pemilik PS4 akan game itu tetap tinggi, walau game tersebut sempat bermasalah.
Tencent Rilis Teknologi Pengenalan Wajah untuk Cegah Anak-Anak Main Game di Malam Hari
Game Tencent kini dilengkapi dengan teknologi pengenalan wajah. Teknologi tersebut Tencent pasang dengan tujuan untuk mencegah gamers di bawah umur di Tiongkok bermain game pada malam hari, yaitu sejak 10 malam hingga 8 pagi, menurut laporan BBC. Di Tiongkok, pemerintah memang menetapkan larangan bagi anak di bawah umur untuk bermain hingga larut malam. Salah satu hal yang Tencent lakukan untuk mencegah pemain di bawah umur bermain di luar jam malam adalah menghubungkan ID pemain dengan database nasional. Hanya saja, selama ini, para pemain di bawah umur sering mengakali peraturan tersebut dengan menggunakan ID orang dewasa. Dengan menanamkan fitur yang dinamai Midnight Paatrol ini, Tencent akan bisa memastikan bahwa pemain yang bermain di malam hari memang bukan anak di bawah umur.
“Semua orang yang menolak atau gagal melakukan verifikasi wajah akan diperlakukan layaknya anak di bawah umur,” kata Tencent, dikutip dari Games Industry. “Sesuai dengan peraturan yang tertulis dalam regulasi anti-kecanduan dalam sistem game health milik Tencent, para pemain di bawah umur akan secara otomatis dikeluarkan dari game.”
Kena: Bridge of Spirits adalah salah satu game indie yang dirilis secara eksklusif (temporer) untuk PlayStation 4 dan 5. Game ini diantisipasi oleh banyak fans karena grafis indah layaknya animasi dari PIXAR.
Namun siapa yang menyangka bahwa game yang akan dirilis pada akhir tahun ini ternyata punya pengisi suara asal Indonesia. Adalah Dewa Ayu Dewi Larasati yang mengisi suara karakter utama Kena dalam game ini.
Dalam postingan blog terbarunya, pengembang Ember Lab menjelaskan bahwa Kena merupakan debut pertama Ayu sebagai pengisi suara. Namun dijelaskan juga bahwa sang ibu, Kemiko merupakan pengisi suara profesional dan melatih Ayu untuk memerankan Kena.
Ayu merupakan penari sekaligus penyanyi untuk grup gamelan Cundamani yang diasuh oleh sang Ayah, Dewa Putu Berata. Grup gamelan Cundamani ini juga berkolaborasi dengan Jason Gallaty untuk membuat musik dalam game-nya.
“Kesamaan terbesar kami adalah ketekunan dan hubungan kami dengan ayah kami. Kena bekerja keras untuk mengatasi tantangan dan berhasil membantu orang lain sambil mengambil dari pengalaman ayahnya dan selalu menyebutnya dengan penuh cinta,” ujar Ayu menjelaskan karakter Kena.
Ayu bahkan menyebut bahwa karakter Kena memiliki karakteristik dan fitur yang mirip sehingga banyak orang menyebut Ayu adalah fotokopi dari karakter Kena. Ember Lab bahkan menyebut hubungan Ayu dengan Kena sangat ajaib sejak awal dan membawa keunikan pada penampilannya yang tidak dapat dibantah.
Sebagai tambahan Ayu juga menceritakan bagaimana pengalaman perdananya masuk ke dalam ruang rekaman sembari melakukan “effort sounds” untuk game-nya. Ayu menjelaskan bahwa dirinya harus menggerakkan badannya sembari merekam suaranya di ruangan kecil.
“Aku terus membentur mikrofon dengan kepalaku, dinding studio dengan kedua tangan, atau berlari menabrak meja yang berisi skrip. Hal itu sangat lucu! Sesi rekaman itu benar-benar olahraga namun itu menyenangkan!” Ungkap Ayu.
Sebagai tambahan kecil, di akhir postingan tersebut dijelaskan juga bahwa Ayu menyukai gameMario Kart — yang menunjukkan bahwa dirinya juga sebelumnya telah menyukai video game.
Selain postingan blog, pengembang Ember Lab juga merilis video baru di kanal YouTube mereka. Dalam video tersebut dijelaskan bagaimana dua bersaudara Josh Grier dan Mike Grier memulai karir mereka sebagai visual effect artist hingga membuat game Kena: Bridge of Spirits ini.
Dalam video tersebut juga terdapat footage pengambilan musik yang mereka lakukan di Bali. Serta bagaimana mereka menjelaskan bahwa Ayu yang tidak pernah menjadi pengisi suara sebelumnya namun mereka merasa bahwa ia cocok untuk karakter Kena.
Game ekslusif tentunya merupakan senjata utama bagi PlayStation sejak bertahun-tahun lalu. Namun semua itu berubah ketika, perlahan tapi pasti, beberapa game eksklusif PlayStation 4 mulai masuk ke platform PC melalui Steam.
Namun rival dari Steam, yaitu Epic Games ternyata punya minat yang sama terhadap game-game eksklusif PlayStation tersebut. Bahkan tidak tanggung-tanggung, mereka siap menggelontorkan dana hingga $200 juta kepada Sony untuk memasukkan game-game eksklusif PlayStation khusus ke Epic Game Store (EGS).
Hal tersebut terungkap dari dokumen yang tengah ditampilkan di persidangan Epic v Apple. Dokumen tersebut diunggah ke folder persidangan yang kemudian langsung dihapus. Untungnya salah satu pengguna forum Resetera – Raigor berhasil menyelamatkannya.
Detailnya, Epic menawarkan $200 juta kepada Sony untuk membawa 4-6 judul ekslusifnya ke dalam Epic Game Store. Epic juga membuat penawaran tersebut bersifat MG atau “minimum guarantee”. Artinya, nominal tersebut adalah pendapatan minimal yang digaransikan oleh Epic kepada para publisher, terlepas dari game-nya benar-benar terjual senilai perjanjian tersebut atau tidak saat dipasarkan di EGS.
Sampai artikel ini ditulis, sudah ada 2 judul eksklusif dari Sony yang sudah berada di dalam Epic Game Store yaitu ReadySet Heroes dan Predator: Hunting Grounds. Meskipun begitu, tidak ada tanda-tanda bahwa gameflagship Sony seperti God of War ataupun Uncharted akan masuk ke dalam perjanjian ini.
Lebih lanjut, Epic ternyata juga mencoba melakukan pendekatan kepada Microsoft dan juga Nintendo. Sayangnya, percakapan mereka dengan Microsoft tidak berjalan lancar dikarenakan Microsoft memandang Epic sebagai perusahaan saingan dan Xbox Game Pass milik Microsoft dianggap bertentangan dengan apa yang mereka kerjakan. Ditulis juga bahwa bos Xbox – Phil Spencer dan bos Valve – Gabe Newel terkadang melakukan pertemuan.
Sedangkan untuk Nintendo sendiri tertulis bahwa mereka belum memulai perbincangan. Meskipun tertulis catatan “Moonshot” yang artinya Nintendo menargetkan hasil yang tinggi dan muluk-muluk.
Epic memang terus berusaha untuk menaikkan posisinya sebagai launcher game PC terpopuler yang kini ditempati oleh Steam. Epic sudah mencoba berbagai cara, mulai dari memberikan game gratis setiap minggunya sejak awal peluncurannya dan juga membawa beberapa game eksklusif untuk masuk ke dalam platform-nya tersebut. Namun kelihatannya perjuangan Epic masih panjang untuk dapat menyaingi Steam.
Pada minggu lalu, ada dua perusahaan besar yang melakukan akuisisi di ranah game. Pertama, Epic Games yang baru saja mengakuisisi ArtStation. Kedua, Facebook membeli Downpour Interactive, developer dari game VR. Sementara itu, developer Singapura berencana untuk meluncurkan game simulasi manajemen kebun binatang baru, yaitu Let’s Build a Zoo.
Epic Games Beli ArtStation
Minggu lalu, Epic Games mengakuisisi ArtStation. Sayangnya, mereka tidak menyebutkan jumlah dana yang mereka keluarkan untuk membeli platform tersebut. Satu hal yang pasti, ArtStation masih akan beroperasi secara mandiri, walau mereka harus bekerja sama dengan tim Unreal Engine. Epic mengungkap, bersama ArtStation, mereka berharap bisa memberdayakan komunitas pelaku kreatif, menurut laporan GamesIndustry.
Meskipun ArtStation disebutkan akan beroperasi secara mandiri, Epic telah membuat dua perubahan. Salah satunya, Epic membuat layanan streaming video, ArtStation Learning, gratis hingga akhir tahun. Selain itu, mereka juga menurunkan biaya yang harus dibayar para seniman ketika mereka menjual karya mereka di ArtStation Marketplace. Tadinya, para seniman harus membayar biaya sebesar 30%. Sekarang, ArtStation hanya akan mengambil 12%. Persentase ini sama seperti yang Epic ambil dari para developer game yang menjual game mereka di Epic Games Store.
Springloaded dari Singapura Bakal Luncurkan Let’s Build a Zoo
Developer asal Singapura, Springloaded akan meluncurkan game baru, berjudul Let’s Build a Zoo. Sesuai namanya, game tersebut merupakan simulasi manajemen kebun binatang. Sama seperti game simulasi manajemen lainnya, tujuan Anda di game ini adalah membangun kebun binatang terbaik, mulai dari segi dekorasi, hingga operasional.
Sama seperti Jurassic World Evolution, di Let’s Build a Zoo, Anda juga bisa melakukan mix-and-match dari DNA dua binatang yang berbeda untuk membuat binatang hibrida yang sama sekali baru. Di game ini, Anda juga bisa melanggar regulasi demi mendapatkan keuntungan ekstra, lapor IGN. Satu hal yang membuat Let’s Build a Zoo unik dari simulasi manajemen lainnya adalah game itu punya art pixel. Sementara itu, kebanyakan game simulasi yang menggunakan visual 3D.
Among Us Bakal Rilis untuk PS4 dan PS5
Sony mengungkap, Among Us akan bisa dimainkan di PlayStation 4 dan PlayStation 5 pada tahun ini. Ketika diluncurkan untuk PS4 dan PS5, Among Us akan punya skin baru, yaitu Ratchet dan Clank. Seperti yang disebutkan oleh VentureBeat, Among Us diluncurkan unuk PC dan mobile pada 2018. Namun, game itu baru menjadi populer pada 2020. Seiring dengan semakin populernya Among Us, developer InnerSloth pun meluncurkan game itu di platform lain. Pada Desember 2020, Among Us diluncurkan di Switch. Sementara versi Xbox dari game tersebut juga akan dirilis pada tahun ini.
Bandai Namco Malaysia Buat Tech Demo Pamerkan Kemampuan Ray Tracing
Membuat tech demo adalah salah satu cara bagi perusahaan game untuk memamerkan kemampuan mereka. Selama ini, visual khas anime jadi salah satu ciri khas Bandai Namco. Namun, pada tahun ini, Bandai Namco Studios Malaysia mencoba untuk membuat tech demo yang menonjolkan gaya visual yang lain. Kali ini, mereka ingin menampilkan tech demo dengan visual yang realistis. Selain itu, mereka juga fokus untuk menonjolkan penggunaan ray tracing di Unreal Engine, lapor IGN.
Facebook Akuisisi Downpour Interactive
Minggu lalu, Facebook juga mengumumkan bahwa mereka telah mengakuisisi Downpour Interactive. Dengan begitu, jumlah developer di Oculus Studio bertambah satu. Downpour adalah developer dari Onward, game tactical FPS VR. Game itu telah masuk dalam tahap Early Access selama lima tahun di Steam. Meskipun begitu, Facebook tetap tertarik dengan Downpour. Alasannya, karena mereka menganggap Downpour telah sukses membangun komunitas yang besar untuk game VR, seperti dikutip dari GamesIndustry.
Tahun 2020 adalah tahun yang unik bagi industri game, khususnya industri game PC dan konsol. Di tengah krisis ekonomi global, industri game justru tumbuh. Tak hanya itu, pandemi juga mengubah kebiasaan para gamer dalam membeli game. Selama ini, para gamer memang sudah mulai terbiasa membeli game di toko digital, seperti Steam, PlayStation Store, Nintnedo Eshop, dan lain sebagainya. Tren membeli game digital semakin populer karena ketetapan lockdown yang diputuskan oleh berbagai pemerintah di dunia.
GamesIndustry membuat laporan tentang tren di industri game PC dan konsol di Australia, Eropa, Jepang, Amerika Serikat, dan Inggris selama 2020. Berikut ulasannya.
Australia
Pada 2020, total penjualan game di Australia naik 35% menjadi 15,8 juta unit. Data itu dikumupulkan oleh Games Sales Data (GSD), yang melacak penjualan digital dan fisik dari game-game yang dirilis sepanjang 2020. Sayangnya, ada beberapa publisher yang enggan untuk memberikan data penjualan mereka pada GSD, seperti Nintendo dan Bethesda.
Jika dibandingkan dengan pasar game di Eropa atau Amerika Serikat, pasar game di Australia unik karena di sana, game fisik masih lebih digemari. Pada tahun lalu, angka penjualan game fisik mencapai 8,5 juta unit, naik 15% jika dibandingkan dengan pada 2019. Meskipun begitu, pertumbuhan penjualan game digital tetap lebih pesat, mencapai 68%. Sepanjang 2020, sebanyak 7,3 juta unit game digital terjual melalui PSN, Xbox Live, Steam, dan Nintendo Eshop.
Di Australia, game favorit para gamers adalah Animal Crossing: New Horizons. Hal ini menarik karena Nintendo tidak menjual New Horizons secara digital di sana. Jadi, semua penjualan New Horizons di Australia dilakukan secara offline. Sementara itu, game terpopuler kedua adalah Grand Theft Auto V. Angka penjualan game dari itu naik 23% jika dibandingkan dengan tahun 2019. Peringkat lima diduduki oleh Mario Kart 8: Deluxe. Total penjualan game itu selama 2020 naik 88% dari tahun 2019. GTA V diluncurkan pada 2013, sementara Mario Kart 8: Deluxe dirilis pada 2014. Meningkatnya penjualan dari dua game ini menunjukkan, para gamers di Australia kembali tertarik untuk membeli game-game lama selama pandemi COVID-19.
Meningkatnya penjualan game di Australia tak lepas dari meningkatnya penjualan konsol. Pada 2020, sebanyak 1,2 juta konsol terjual. Jika dibandingkan dengan 2019, penjualan konsol pada 2020 naik 49%. Salah satu hal yang mendorong penjualan konsol adalah popularitas Nintendo Switch, yang menjadi konsol paling populer di Australia pada 2020. Total penjualan Switch pada 2020 naik 88% dari 2019. Sementara PlayStation 4 harus puas dengan posisi konsol terpopuler kedua. PlayStation 5 ada di posisi ketiga, diikuti oleh Xbox One pada peringkat empat.
Eropa
Untuk menganalisa tren penjualan game dan konsol di Eropa, GamesIndustry juga menggunakan data dari GSD. Kawasan Eropa mencakup Belgia, Belanda, Luxemburg, Prancis, Jerman, Swiss, Austria, Spanyol, Portugis, Denmark, Norwegia, Swedia, Finlandia, Islandia, dan Polandia. Berdasarkan data dari GSD, pada 2020, ada 123,7 juta unit game yang terjual di Eropa. Jika dibandingkan dengan penjualan game pada 2019, angka penjualan game pada 2020 naik 19%. Dari total penjualan game tersebut, sebanyak 58,7 juta unit terjual secara online.
Untuk menganalisa penjualan game digital di Eropa, GamesIndustry tidak menyertakan negara-negara yang tidak menghitung penjualan game secara fisik dan digital. Selain itu, mereka juga tidak menghitung penjualan dari game-game buatan Nintendo, Bethesda, dan CD Projekt. Pasalnya, ketiga perusahaan itu tidak memberikan data penjualan game digital mereka. Dengan memperhitungkan dua faktor ini, total game digital yang terjual di Eropa pada 2020 mencapai 59% dari penjualan game secara keseluruhan. Sebagai perbandingan, pada 2019, angka penjualan game digital kurang dari 48%. Namun, populernya game digital pada 2020 bukan berarti orang-orang berhenti membeli game secara offline. Buktinya, sekitar 65 juta unit game terjual secara offline di Eropa pada 2020.
PlayStation 4 jadi platform paling populer untuk pembelian game digital. Sekitar 52% dari total penjualan game digital dilakukan di PS4. Pembelian game digital juga populer di PC, yang menyumbangkan 27% dari total penjualan game digital pada 2020. Sementara itu, PS4 juga mendominasi penjualan game secara offline. Sekitar 43% dari total penjualan game secara offline merupakan game untuk PS4. Selain game PS4, game untuk Nintendo Switch juga sering dibeli secara offline. Dari keseluruhan penjualan game secara offline di Eropa, sekitar 41% merupakan game untuk Switch.
Di Eropa, game paling populer adalah FIFA 21. Mengingat masyarakat Eropa memang merupakan penggemar sepak bola, hal ini tidak aneh. Sementara game terpopuler kedua adalah Grand Theft Auto V. Game buatan Rockstar itu bukan satu-satunya game yang tidak dirilis pada 2020 yang berhasil dalam daftar 10 game terpopuler di Eropa. Beberapa game lama lain yang juga populer di kalangan gamer Eropa sepanjang tahun lalu antara lain FIFA 2020, Red Dead Redemption 2, Mario Kart 8 Deluxe, dan Call of Duty: Modern Warfare.
Jepang
Di Jepang, total penjualan konsol sepanjang 2020 mencapai 6,85 juta unit, menurut data dari Famitsu. Nintendo Switch memberikan kontribusi 87% — sekitar 6 juta unit — dari total penjualan tersebut. Versi standar dari Switch terjual sebanyak 3,9 juta unit, sementara versi Lite lebih dari 2 juta unit. Setelah Switch, PlayStation 4 menjadi konsol kedua dengan penjualan terbanyak. Hanya saja, total penjualan dari konsol Sony itu jauh lebih sedikit dari Switch. Total penjualan PS4 hanya mencapai 543 ribu unit. Sementara penjualan konsol PlayStation 5 hanya mencapai 255 ribu unit.
Pada 2020, pemasukan industri game di Jepang tumbuh 12,5% dari 2019, menjadi US$3,5 miliar. Segmen yang mengalami pertumbuhan terbesar adalah penjualan hardware konsol, yang tumbuh sebesar 16,4%, menjadi US$1,8 miliar. Selain itu, segmen penjualan game offline juga naik 9% dari 2019, menjadi US$1,75 miliar. Famitsu menyebutkan, tahun 2020 merupakan kali pertama penjualan konsol dan game offline naik secara bersamaan sejak 2017.
Di Jepang, Animal Crossing: New Horizons menjadi game dengan penjualan fisik terbanyak. Diluncurkan pada Maret 2020, game itu terjual sebanyak 6,4 juta unit. Posisi kedua diisi oleh Ring Fit Adventure, yang terjual sebanyak 1,6 juta unit. Sebenarnya, game itu diluncurkan pada 2019. Dan pada tahun peluncurannya, game tersebut hanya terjual sebanyak 500 ribu unit. Game terpopuler ketiga di Jepang adalah Momotaro Dentetsu: Showa Heisei Reiwa mo Teiban! dengan total penjualan 1,23 juta unit.
Amerika Serikat
Di Amerika Serikat, total belanja para gamers mencapai US$56,9 miliar pada 2020, naik 27% dari 2019. Software memberikan kontribusi sebesar 86% dari total belanja tersebut. Sementara itu, total penjualan konsol naik 35%, dari US$3,9 miliar pada 2019, menjadi US$5,3 miliar pada 2020. Sama seperti di Jepang, Nintendo Switch menjadi konsol paling populer. Dari segi nilai penjualan, PlayStation 5 ada di posisi kedua. Namun, dari segi total unit yang terjual, PlayStation 4 yang lebih unggul.
Menariknya, penjualan hardware dan aksesori gaming PC di AS pada 2020 juga naik. Total belanja untuk hardware dan aksesori gaming PC mencapai US$4,5 miliar, naik 62% jika dibandingkan dengan pada 2019. Tak hanya itu, total penjualan game digital PC juga naik 19%, menjadi US$7,5 miliar. Stephen Baker, Technology Industry Advisor, NPD, mengungkap bahwa tahun 2020 adalah tahun yang bersejarah bagi industri gaming PC. Pasalnya, baik penjualan hardware PC maupun aksesori gaming PC mengalami kenaikan. Total pertumbuhan penjualan hardware PC mencapai 57%, sementara pertumbuhan penjualan aksesori mencapai 81%.
Pada 2021, Baker memperkirakan, penjualan hardware dan aksesori gaming PC akan naik 3%. “Lockdown selama pandemi COVID-19 punya peran penting dalam mendorong pertumbuhan industri gaming PC. Alasannya, banyak orang yang berusaha untuk mencari hiburan selama mereka tidak boleh keluar dari rumah,” kata Baker.
Inggris
Mengikuti tren global, industri game di Inggris juga berkembang pada 2020. Sepanjang 2020, ada 42,7 juta unit game yang terjual, naik 34% dari 2019. Sebagian besar — sekitar 24,5 juta unit — terjual secara digital. Hal itu berarti, penjualan game digital di Inggris naik 74% pada 2020 dari 2019. FIFA 21 menjadi game yang paling laku. Game sepak bola itu terjual sebanyak 2,2 juta unit pada 2020. Sementara posisi kedua diduduki oleh Call of Duty: Black Ops Cold War, yang terjual sebanyak 1,42 juta unit.
Pada 2020, perilaku gamers di Inggris juga mulai berubah. Sekarang, mereka lebih sering membeli game via toko digital. Faktanya, sekitar 67% dari keseluruhan game yang terjual pada 2020 dibeli melalui PSN, Xbox Live, Nintendo Eshop, dan Steam. Sebagai perbandingan, pada 2019, hanya 52% game yang dibeli secara digital. Sebelum pandemi, perubahan perilaku gamers di Inggris ini memang sudah terlihat. Namun, pandemi COVID-19 membuat semakin banyak gamers membeli game via toko digital. Walau penjualan game digital terus naik, masih banyak orang yang membeli game secara offline. Buktinya, sebanyak 18,2 juta unit game terjual secara offline pada 2020, naik 2% dari 2019.
Tak hanya penjualan game, penjualan konsol di Inggris juga naik. Sepanjang 2020, total penjualan konsol di Inggris mencapai 3,16 juta unit, naik 29,4% dari tahun 2019. Nintendo Switch menjadi konsol paling populer di Inggris selama 11 bulan. Angka penjualan Switch naik 52,2% jika dibandingkan dengan penjualan pada 2019. Sementara penjualan konsol lain justru turun. Misalnya, penjualan PlayStation 4 turun 35,3% dan Xbox One turun 42,3%. Setelah Nintendo Switch, konsol paling populer kedua di Inggris adalah PlayStation 5. Padahal, konsol itu baru dirilis pada pertengahan November 2020 dan Sony kesulitan untuk memenuhi tingginya permintaan dari konsol tersebut.
Kontroversi seputar peluncuran Cyberpunk 2077 masih belum berakhir. Baru-baru ini, Sony mengumumkan bahwa mereka bakal memberikan refund kepada seluruh konsumennya yang membeli Cyberpunk 2077 via PlayStation Store. Bersamaan dengan itu, Sony juga memutuskan untuk menarik Cyberpunk 2077 sepenuhnya dari PlayStation Store hingga batas waktu yang belum ditentukan.
Kabar ini datang hanya beberapa hari setelah developer CD Projekt Red (CDPR) mengumumkan permintaan maafnya terkait seabrek kendala teknis yang melanda Cyberpunk 2077 di console last-gen (PlayStation 4 dan Xbox One). Mereka berjanji untuk merilis dua patch besar pada bulan Januari dan Februari, dengan harapan kendala teknisnya dapat teratasi dan konsumen bisa memainkannya dengan lancar di console last-gen.
Dalam pengumuman tersebut, CDPR juga menyinggung soal kesempatan bagi konsumen untuk melakukan refund apabila tidak bersedia menunggu. Sony sepertinya tidak mau menunggu terlalu lama dan langsung mengambil alih demi meminimalkan amarah konsumen. Saya tidak akan terkejut seandainya Microsoft akan segera menyusul dengan langkah yang serupa setelah ini.
Buat yang tidak tahu, Cyberpunk 2077 memang diwarnai banyak sekali problem teknis, terlepas dari kesuksesannya secara komersial. Saya pribadi sudah memainkannya selama sekitar 30 jam di PC, dan baru-baru ini saya stuck tidak bisa melanjutkan karena game selalu crash di titik progres yang sama. Spesifikasi PC yang saya gunakan memang jauh dari kata high-end, tapi di saat yang sama juga jauh lebih superior daripada PS4 maupun Xbox One.
Kotaku sempat melaporkan secara cukup merinci mengenai performa Cyberpunk 2077 di PS4 dan Xbox One, dan Digital Foundry belum lama ini juga membuat analisis yang mendetail mengenai hal yang sama. Kesimpulannya, Cyberpunk 2077 hampir tidak bisa dimainkan di console last-gen. Game benar-benar mengalami banyak crash, dan kalaupun tidak crash, pemain harus tabah melihat game-nya berjalan patah-patah di frame rate 15-20 fps.
Di PS4 Pro atau Xbox One X, performanya masih cukup lumayan, tapi tetap saja tidak sepenuhnya aman dari kendala teknis. Saya juga sama sekali belum menyinggung soal buruknya kualitas visual Cyberpunk 2077 di console last-gen. Kalau melihat game lain seperti Red Dead Redemption 2 misalnya, perbandingan kualitas visualnya di console last-gen dan PC tidak sedrastis Cyberpunk 2077 ini.
Semua itu pada akhirnya berujung pada keputusan bijak Sony tadi. Jika Anda sempat membeli Cyberpunk 2077 di PlayStation Store, silakan mengajukan refund jika tidak betah dengan keadaannya sekarang.
Kedatangan PlayStation 5 sudah di depan mata, dan yang menjadi pertanyaan sekarang adalah, mau diapakan PS4 lama maupun PS4 Pro yang Anda punyai? Menjualnya tentu bisa menjadi salah satu opsi. Namun opsi lain yang mungkin lebih menarik adalah memakainya untuk streaming game PS5.
Ya, Anda tidak salah baca. PS4 lama yang Anda miliki nantinya bisa dipakai untuk memainkan game PS5 via aplikasi PS5 Remote Play, yang akan tersedia secara otomatis di dashboard PS4. Syaratnya tentu saja Anda harus punya console PS5-nya terlebih dulu, lalu kedua perangkat juga harus terhubung ke jaringan Wi-Fi yang sama.
Tentu saja ini merupakan kabar baik bagi konsumen yang, misalnya, mempunyai TV di ruang keluarga sekaligus di kamar tidur. Saya membayangkan mereka bisa menempatkan PS5 di ruang keluarga, lalu PS4 lamanya di kamar. Jadi saat malam sudah tiba, mereka bisa melanjutkan sesi bermainnya di kamar selagi bersantai dengan memanfaatkan aplikasi Remote Play itu tadi.
Sony sendiri telah mengonfirmasi hal ini melalui laman FAQ yang sangat lengkap. Dijelaskan bahwa mereka sudah memperbarui aplikasi Remote Play agar pengguna tak hanya bisa mengakses PS5-nya dari PC atau perangkat mobile (Android atau iOS) saja, melainkan juga lewat PS4 maupun unit PS5 lain.
Secara teknis ini termasuk streaming, dan itu berarti resolusi maksimumnya terbatas di 1080p, bukan 4K. Khusus buat yang mengakses Remote Play via PC, mereka juga bisa menikmati game PS5 dalam format HDR, tapi tentu saja dengan catatan monitor yang dipakai memang mendukung HDR.
Laman FAQ yang sama itu juga mengonfirmasi bahwa controller DualSense tidak dapat digunakan di PS4. Lucunya, ini berarti kita bisa streaming game PS5 menggunakan PS4 dan controller DualShock 4. Padahal, Sony sendiri menegaskan bahwa controller DualShock 4 di PS5 hanya bisa digunakan untuk bermain game PS4.
Apakah ini berarti Sony secara tidak langsung memaksa konsumen PS5 untuk membeli controller DualSense ekstra mengingat paket penjualannya hanya mencakup satu controller saja? Anda boleh menganggapnya demikian, tapi toh ini bukan berita baru, sebab PS4 sendiri juga tidak bisa dioperasikan dengan controller DualShock 3 milik PS3. Dan lagi, banyak reviewer yang memuji controller DualSense sebagai salah satu keunggulan utama PS5, terlebih jika dibandingkan dengan Xbox Series X.
Terlepas dari itu, setidaknya Anda sekarang bisa mendapat gambaran lebih jelas terkait masa depan PS4. Kalau memang tidak memungkinkan untuk dijual, paling tidak console itu dapat Anda pakai untuk streaming game PS5 dari ruangan lain di rumah.
Pada 2023, jumlah gamer di dunia diperkirakan akan mencapai 3 miliar orang. Mobile game menjadi salah satu pendorong meroketnya jumlah gamer. Namun, platform game favorit setiap negara biasanya berbeda-beda. Misalnya, di Indonesia, kebanyakan gamer bermain mobile game. Sementara di Amerika Serikat dan Inggris, banyak gamer yang lebih senang bermain PC atau konsol.
Di Amerika Serikat, lima game favorit gamer konsol adalah Call of Duty: Modern Warfare, Grand Theft Auto V, Fortnite, Minecraft, dan NBA 2K20. Secara total, Modern Warfare memliiki 12,1 juta pemain aktif bulanan (MAU) dengan 6,23 juta pemain bermain di Xbox dan 5,92 juta sisanya di PlayStation.
Menariknya, ada lebih banyak gamer yang memainkan Modern Warfare di Xbox. Padahal, kebanyakan pemain dari empat game lainnya menggunakan PlayStation. Menurut Newzoo, salah satu alasan mengapa ada lebih banyak gamer Xbox yang memainkan Modern Warfare adalah karena franchise Call of Duty sering diidentikkan dengan Xbox di Amerika Serikat.
Sementara itu, di Inggris, lima game favorit para gamer konsol adalah Modern Warfare, Fortnite, GTA V, Minecraft, dan FIFA 20. Berbeda dengan AS, di Inggris, Fortnite berhasil mengalahkan GTA V. Satu hal lain yang membedakan gamer Inggris dengan gamer AS adalah game olahraga favorit mereka. Jika di AS game bola basket menjadi game olahraga favorit, gamer Inggris lebih menyukai game sepak bola. Hal ini terlihat dari populernya FIFA 20 dan bukannya NBA 2K20.
Lima game favorit gamer di Jepang jauh berbeda dari game-game favorit di AS dan Inggris. Game favorit di Jepang adalah Apex Legends, diikuti oleh Monster Hunter World, Ghost of Tsushima, GTA V, dan Fortnite. Di Jepang, kebanyakan gamer juga menggunakan PlayStation dan bukannya Xbox. Salah satu alasannya adalah karena Microsoft baru merilis Xbox One satu tahun setelah peluncuran konsol tersebut di pasar lain.
Di Jepang, franchise Monster Hunter memang sangat populer. Jadi, tidak heran jika Monster Hunter World jadi game konsol favorit kedua sepanjang Juli 2020. Ghost of Tsushima, yang baru diluncurkan pada Juli 2020, menjadi salah satu game favorit gamer konsol Jepang dengan 345 ribu MAU. Dari semua game yang masuk dalam daftar game konsol favorit, Ghost of Tsushima merupakan satu-satunya game yang tidak memiliki fitur multiplayer.