Tag Archives: Pluang

Startup wealthtech Pluang merumahkan (PHK/layoff) sebanyak 10% karyawan yang berada di Indonesia, Singapura, dan India

Pluang PHK 10% Karyawan, Ingin Fokus ke Bisnis Utama

Startup wealthtech Pluang merumahkan (PHK) sebanyak 10% karyawan yang berada di Indonesia, Singapura, dan India. Seluruh divisi ikut terdampak atas keputusan tersebut.

Dalam keterangan resmi yang disampaikan pada hari ini (18/8), Co-founder Pluang Claudia Kolonas menyampaikan perekonomian global yang masih berada dalam tekanan memiliki korelasi yang sangat erat dengan kinerja pasar keuangan, khususnya sektor investasi. Perusahaan pun tidak kebal terhadap situasi yang tidak menentu tersebut.

Manajemen pun mengambil langkah vital berdasarkan hasil evaluasi dan peninjauan menyeluruh terhadap tujuan strategis perusahaan. Mulai dari pemantapan bisnis inti perusahaan, penyusunan ulang prioritas, optimalisasi, biaya operasional, hingga restrukturisasi organisasi yang berdampak kepada pemutusan hubungan kerja terhadap 10% karyawan.

Dalam data terakhir yang diungkap perusahaan, jumlah karyawan per tahun lalu mencapai lebih dari 300 orang.

“Rangkaian upaya ini dilakukan untuk memberikan ruang gerak yang cukup untuk mengantisipasi tantangan dan ketidakpastian ekonomi guna menjaga masa depan pertumbuhan dan kinerja perusahaan yang berkesinambungan,” kata Claudia.

Claudia juga menyampaikan simpati sekaligus apresiasinya terhadap karyawan yang terdampak karena kesuksesan Pluang sebagai aplikasi investasi multi-asset tidak dapat dicapai tanpa dukungan mereka. Ia pun memastikan karyawan yang terdampak mendapatkan kompensasi yang adil dan sesuai dengan peraturan ketenagakerjaan, perpanjangan masa asuransi untuk karyawan dan keluarga, dan dukungan untuk bekerja di luar Pluang.

“Pluang akan terus menjaga dan meningkatkan kualitas layanan serta kenyamanan dan keamanan para pengguna Pluang dalam berinvestasi, diversifikasi aset, dan melakukan aktivitas trading.”

Sebagai aplikasi investasi, Pluang memosisikan dirinya sebagai penyedia multi-asset, berbeda dengan aplikasi kebanyakan di pasar. Disebutkan saat ini, Pluang menyediakan akses pada lima kelas aset investasi seperti Emas Digital, indeks dan Saham AS, Aset Kripto, dan Reksa Dana. Total pengguna terdaftarnya tembus ke angka 10 juta orang.

Berbagai inovasi terus dilakukan perusahaan untuk akses yang merata bagi para investor ritel Indonesia untuk mengambil bagian di pasar keuangan global. Salah satunya adalah memberikan akses ke pasar saham Amerika Serikat (S&P 500), melalui micro e-mini S&P 500 index futures yang ditransaksikan pada bursa Chicago Mercantile Exchange (CME).

Application Information Will Show Up Here
DailySocial mewawancarai Riadi Esadiputra dari Pluang / DailySocial

[Video] Fokus Pluang Sebagai Platform Investasi Multi-Aset

DailySocial bersama COO Pluang Riadi Esadiputra membahas bagaimana platform multi-aset Pluang menjadi pionir wealth-management platform di Indonesia.

Pluang memiliki berbagai macam produk investasi di antaranya Emas Digital, Micro E-Mini Index Futures, Saham AS CFD, Aset Digital, Reksa Dana dan Aset Kripto.

Keberagaman produk ini, menurut Riadi, menjadi komitmen Pluang  mempermudah masyarakat melakukan diversifikasi portofolionya.

Seperti apa demografi pengguna Pluang? Bagaimana target dan tren platform serupa? Simak pembahasan Pluang di video wawancara berikut.

Untuk video menarik lainnya seputar strategi bisnis dan kontribusi startup di Indonesia, kunjungi kanal YouTube DailySocialTV di sesi DScussion.

Tren Investor Ritel Indonesia

Aplikasi Investasi Multi-Aset Dorong Kenaikan Tren Investor Ritel

Kehadiran aplikasi wealthtech dengan multi-aset investasi diklaim menjadi salah satu faktor pendorong tren kenaikan investor ritel. Hal ini dikarenakan mereka dapat mengintegrasikan beberapa kelas aset untuk memperluas portofolio, mengawasi asetnya, dan membantu perencanaan untuk tujuan jangka panjang.

Menurut studi berjudul “Dampak Aplikasi Multi-Aset Terhadap Pertumbuhan Investor Ritel” yang diterbitkan Pluang dan lembaga riset Center for Economic and Law Studies (CELIOS), menyatakan lebih dari separuh dari 3.530 responden yang disurvei merasa keberadaan platform aplikasi multi-aset berdampak positif pada pendapatan mereka.

Adapun profil responden ini, mayoritas berasal dari Jawa dan Bali, dengan kelompok usia 24-35 tahun (45%), dan pekerjaan utamanya adalah karyawan swasta (38%). Dari populasi tersebut, mayoritas responden mengatakan mereka berinvestasi untuk meningkatkan pendapatan pasif dan tujuan investasi jangka panjang, seperti mempersiapkan dana darurat, dana pensiun, dan dana pendidikan anak.

Ditanya lebih jauh, mayoritas responden menyatakan keberadaan platform investasi berdampak positif terhadap pendapatan investor ritel serta pertumbuhan ekonomi. Mereka memiliki persepsi bahwa berinvestasi dapat meningkatkan pendapatan negara melalui penerimaan pajak, memperluas kesempatan kerja melalui pendanaan ke perusahaan publik, hingga mengalihkan dana ke kegiatan yang lebih produktif.

Executive Director CELIOS Bhima Yudhistira menjelaskan bagaimana persepsi investor ritel terhadap perilaku berinvestasi secara digital. “[..] Berinvestasi di platform investasi digital dianggap sebagai aksi berkontribusi terhadap peningkatan sektor teknologi informasi, membantu pendanaan perusahaan, dan efek penciptaan tenaga kerja dari investasi. Hal ini menjadi indikasi positif bahwa platform investasi digital mampu mendorong terciptanya investment-oriented society atau masyarakat yang melek investasi.”

Lebih lanjut, mayoritas responden menyatakan bahwa mereka berinvestasi untuk meningkatkan pendapatan pasif (36%), mempersiapkan dana darurat (23%), dan mempersiapkan pensiun (20%). Alokasi bulanan dari penghasilan untuk berinvestasi sebesar kurang dari Rp1 juta (61%) dan Rp1 juta-Rp5 juta (31%).

Menurut data Bappebti, angka di atas tercermin langsung dengan kondisi di aset kripto. Bappebti mengamati bahwa sebanyak 70% investor aset kripto mengalokasikan pendapatannya dengan nominal investasi di bawah Rp500 ribu. Didukung dari data lainnya, data KSEI menunjukkan bahwa per April 2022, sebanyak 60,29% investor pasar modal berusia di bawah 30 tahun, rata-rata masih berada di awal dan pertengahan karier profesionalnya.

“Hal ini menunjukkan akses investasi kripto semakin mudah dengan semakin terjangkaunya nominal untuk memulai berinvestasi aset kripto,” ucap Kepala Biro Pembinaan dan Pengembangan Pasar Bappebti Tirta Karma Senjaya.

Responden juga menyatakan keberadaan aplikasi multi-aset membuat mayoritas dari mereka ingin menambah instrumen investasi hingga dua (37%) sampai tiga kelas aset (31%). Selain itu, 80% responden juga ingin mempelajari produk investasi lain.

Responden menyatakan setidaknya ada tiga produk investasi utama yang dimiliki oleh mereka, yakni reksa dana (29,8%), saham (21,7%), dan aset kripto (21,1%) dengan rata-rata penempatan dana hingga Rp1 juta tiap bulannya.

Studi ini menyoroti preferensi tinggi dari para responden untuk memiliki influencer keuangan di media sosial (fin-fluencer) sebagai sumber informasi terpercaya. Berdasarkan pilihan yang tersedia, responden memiliki fin-fluencer dengan peringkat pertama. Lalu disusul rekomendasi dari konsultan keuangan, kolega, dan podcast.

Pluang dan CELIOS merekomendasikan adanya pengembangan kapasitas untuk para memengaruhi ini agar dapat memberikan literasi finansial yang valid dan edukatif.

Co-founder Pluang Claudia Kolonas menyampaikan, studi ini merupakan komitmen Pluang untuk meningkatkan cakupan literasi dan inklusi finansial, serta mengakselerasi pertumbuhan ekonomi inovasi teknologi sektor keuangan di Indonesia.

“Dengan inovasi teknologi di sektor keuangan digital, studi tentang sektor investasi ritel ini diharapkan dapat membuka banyak ruang untuk membangun ekosistem keuangan digital yang kondusif. [..] Juga sebagai referensi yang bisa menjadi dasar pembuatan kebijakan yang mendorong percepatan sektor keuangan digital,” kata Claudia.

Pluang merilis Paham by Nilai Inti Sekuritas sediakan produk investasi saham lokal hadir terpisah dari aplikasi utama Pluang

Pluang Dikabarkan Rambah Produk Investasi Saham Lokal Lewat Aplikasi “Paham” [UPDATED]

Pembaruan artikel per 28 Juli 2022: Pihak Pluang memberikan klarifikasi tidak terafiliasi dengan aplikasi Paham dan Nilai Inti Sekuritas.

Pluang dikabarkan merilis produk investasi saham lokal, untuk melengkapi rangkaian kelas aset investasi yang sebelumnya telah dihadirkan. Dari sumber terpercaya kami, aplikasi investasi tersebut hadir dalam aplikasi terpisah, dinamai “Paham by Nilai Inti Sekuritas”. Paham disinyalir merupakan akronim dari Pluang Saham. Aplikasi Paham sudah bisa diunduh melalui Play Store dan App Store.

Dalam menghadirkan investasi ini, perusahaan memanfaatkan lisensi broker yang dimiliki oleh Nilai Inti Sekuritas. Pluang sendiri, dalam komunikasi dengan DailySocial, menyebutkan tidak terafiliasi dengan PAHAM atau Nilai Inti Sekuritas.

“Kami berikan konfirmasi bahwa Pluang tidak terafiliasi dengan PAHAM dan atau Nilai Inti Sekuritas,” ujar tim Pluang memberikan konfirmasi atas kabar tersebut (28/7).

Pemisahan aplikasi Paham dengan aplikasi utama Pluang, disinyalir menjadi jawaban Pluang atas surat larangan yang diterbitkan OJK pada awal Juli ini. Surat tersebut berisi larangan untuk perusahaan di bidang pasar modal melakukan pemasaran, promosi, atau iklan produk dan layanan jasa keuangan, selain yang telah diberikan izinnya oleh OJK termasuk efek yang diterbitkan di luar negeri (offshore products).

Larangan tersebut dimaksudkan untuk melindungi konsumen dan mencegah kesalahpahaman informasi yang diterima masyarakat terkait produk jasa keuangan yang ditawarkan. Seperti diketahui, aktivitas investasi di Indonesia diawasi oleh dua lembaga yang berbeda, yakni OJK dan Bappebti. OJK hanya mengawasi aktivitas transaksi saham dan reksa dana. Di luar itu, ada di ranah Bappbeti, seperti futures, kripto, dan emas.

Nilai Inti Sekuritas

Nilai Inti Sekuritas itu sendiri merupakan perusahaan sekuritas yang sudah berdiri sejak 1999. Sebelumnya bernama NISP Sekuritas, yang terafiliasi dengan pendiri Bank OCBC NISP, yaitu keluarga Surjaudaja.

Saat masih menggunakan brand EmasDigi, Pluang awalnya menyediakan produk investasi emas. Lalu terus menambah portofolionya, mulai dari indeks futures (micro e-mini S&P 500, micro e-mini NASDAQ 1000), saham AS (CFD), aset kripto, hingga reksa dana. Seluruh produk yang ada di Pluang sudah berlisensi dari berbagai regulator yang menaunginya, ada Bappebti dan OJK.

Dalam praktiknya, produk investasi index futures dan CFD di Pluang dikelola oleh PG Berjangka dengan lisensi dari Bappebti dan dijamin 100% oleh Jakarta Futures Exchange (JFX) dan Kliring Berjangka Indonesia (KBI). Sementara untuk kegiatan investasi aset kripto, difasilitasi oleh PT Bumi Santosa Cemerlang (BSC) selaku pedagang aset kripto, dan investasi emas bekerja sama dengan PT Pluang Emas Sejahtera.

Pemain wealthtech lainnya

Langkah akuisisi perusahaan sekuritas sebelumnya sudah dilakukan oleh Stockbit dan Ajaib, kompetitor terdekat Pluang. Opsi ini bisa dikatakan paling instan dari segi waktu, sebab yang dibutuhkan adalah kapital yang jumbo. Dibandingkan mengajukan dari awal, tentunya harus mengorbankan lebih banyak waktu untuk bolak-balik memenuhi persyaratan dari regulator.

Stockbit sendiri awalnya bermitra dengan Sinarmas Sekuritas, sampai akhirnya pecah kongsi. Kemudian, memutuskan untuk akuisisi Mahakarya Artha Sekuritas pada Agustus 2021. Setelah akuisisi kelar, Mahakarya kemudian rebrand menjadi Stockbit Sekuritas.

Adapun untuk Ajaib, pada awal kehadirannya menghadirkan investasi reksa dana yang difasilitasi oleh PT Takjub Teknologi Indonesia. Kemudian, diperluas ke investasi saham di bawah badan hukum PT Ajaib Sekuritas Asia, hasil akuisisi atas PT Primasia Unggul Sekuritas. Baru-baru ini perluas ke aset kripto.

Sejak saat itu pula, Ajaib tumbuh melesat dari segi pertumbuhan pengguna. Diklaim sejak tiga tahun lalu dirilis, perusahaan telah memiliki 1 juta investor ritel saham. Angka ini begitu pesat, lantaran di Indonesia saat itu baru memiliki 2,7 juta investor saham. Pencapaian tersebut mengantarkan Ajaib sebagai unicorn ketujuh dari Indonesia, pasca mendapat investasi Seri B senilai $153 juta yang dipimpin DST Global.

Application Information Will Show Up Here
Sejauh ini aplikasi wealthtech yang menyediakan kemudahan investasi di saham luar negeri adalah Pluang, Gotrade, dan Nanovest/ Pexels

Bagaimana Wealthtech Mudahkan Investasi ke Saham-Saham Luar Negeri

Investasi saham adalah satu dari sekian banyak alternatif di dunia investasi. Jauh sebelum mengenal digital, kelas aset yang satu ini prosesnya sangat manual. Pembelian saham dulu masih menggunakan papan manual, kertas untuk bertransaksi, dan harus dilakukan secara tatap muka di lantai Bursa Efek Indonesia (BEI).

Kantor BEI didesain memiliki lantai perdagangan bertingkat karena terbatasnya ruang untuk menampung aktivitas perdagangan kala itu. Nasabah pun harus menelepon sales/broker untuk order saham yang diinginkan. Makanya, bursa saham zaman dulu lebih banyak dinikmati oleh para trader karena tidak banyak isu dan sentimen-sentimen seperti saat ini.

Namun lain dulu lain sekarang. Belakangan pesatnya pertumbuhan digital, turut dipicu oleh pandemi, mengakibatkan pesatnya inovasi di bidang wealthtech. Kehadiran wealthtech, permudah proses memahami saham jadi jauh lebih menyenangkan, meski risiko yang ditanggung tetap sama.

External Affairs Director Pluang Wilson Andrew menyampaikan, investasi kini sudah menjadi bagian dari gaya hidup generasi muda dan kemudahan akses platform digital mempercepat peningkatan literasi serta inklusi keuangan di Indonesia.

“Investasi tidak lagi menjadi hal yang eksklusif karena prosesnya menjadi jauh lebih mudah dan bahkan dapat dipantau secara real-time melalui smartphone,” ucapnya kepada DailySocial.id.

Pendapat sama diutarakan Ajinkya Kulkarn, Co-founder aplikasi wealthtech asal India Wint Wealth. Dia bilang, perubahan demografi investor dan serangkaian jalur investasi baru mendorong industri fintech untuk memberikan pengalaman digital yang seamless dalam perjalanan investasi seseorang. Wealthtech, sambungnya, memberikan peluang penciptaan kekayaan yang sama bagi investor ritel kecil dengan sumber dana terbatas dan investor ultra kaya.

“Meskipun investor milenial ini tech-savvy, mereka tetap butuh bantuan untuk memecahkan kompleksitas di dunia keuangan. Fintech menawarkan nasihat profesional sekaligus kemudahan eksekusi melalui platform digital. [..] Fintech membangun kepercayaan, menjembatani kesenjangan antara investor dan pasar modal,” kata dia.

Menurutnya, wealthtech membantu investor berinvestasi yang didukung IQ (Intelligent Quotient) yang sangat didasarkan pada penelitian dan konsultasi. Mereka memiliki pengetahuan data dan keterampilan untuk membedah informasi ini yang membantu mereka menarik wawasan yang berarti dan pemahaman mendalam tentang skenario ekonomi. Hal ini memungkinkan investor untuk membuat keputusan investasi yang didukung data yang bijaksana.

“Di tengah lingkungan peraturan yang berubah, platform wealthtech tidak memperumit keuangan dan memberdayakan investor pemula untuk membuat keputusan yang bijak dan tepat waktu guna mencapai tujuan keuangan jangka panjang dan menciptakan kekayaan.”

Menurut laporan CB Insights yang diterbitkan pada 8 Maret 2022, pada kuartal IV 2021 pendanaan startup wealthtech di pasar global naik 156% secara year-on-year senilai $14,6 miliar. Momentum yang baik ini berdampak pada tren peningkatan jumlah investor ritel di Indonesia. Mengutip dari Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), per Mei 2022, jumlah investor ritel di pasar modal tembus 8,85 juta SID (Single Investor Identification) atau naik 18,29% secara year-to-date dibandingkan Desember 2021.

Pertumbuhan tersebut didominasi oleh generasi muda berusia di bawah 30 tahun sebesar 60,29% dari keseluruhan jumlah investor. Sebagai catatan, angka ini mencakup SID yang merangkum kode unik untuk investor reksa dana, SBN, dan saham. Adapun, khusus untuk jumlah investor saham (C-BEST) tercatat 3,9 juta SID. Angka ini naik 13,26% secara year-to-date dari angka 3,45 juta SID.

Bila membandingkan pertumbuhan SID di reksa dana dan SBN, kenaikan investor saham memang masih kalah. Jumlah investor reksa dana untuk periode yang sama, tumbuh 19,58%, sementara SBN tumbuh 14,76%. Meski demikian, ketiganya sama-sama masih punya ruang tumbuh yang begitu besar karena rasionya dengan total penduduk masih di bawah 2%.

Berdasarkan risikonya, berinvestasi saham termasuk high risk, high return dan disarankan bukan buat pemula. Menurut Associate Director PT Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, investasi pada dasarnya harus didasari dengan pengetahuan dan jangan karena kata orang lain alias FOMO (fear of missing out).

“Beli yang kita tahu dan kenal, jangan kata orang. Karena sudah tahu dan kenal, misal BBCA (BCA) hampir semua ada ATM-nya,” ucapnya seperti dikutip dari CNBC Indonesia.

Dia juga menyarankan, kalau ingin pertama kali coba, sebaiknya dalam jumlah kecil, serta membiasakan diri untuk disiplin, dan siap untuk cut loss. “Kalau misal ternyata penurunan 1%-3% atau 2%-4% enggak boleh lagi yang namanya sayang untuk cut loss. Kalau memang waktunya cut loss, ya cut loss,” tegasnya.

Investasi saham dalam negeri

Ajaib adalah salah satu contoh terdekat di industri yang dapat tumbuh melesat lewat produk saham yang mereka tawarkan sejak Maret 2020. Langkah yang diambil Ajaib sedikit berbeda dibandingkan pemain wealthtech lainnya yang cenderung ambil strategi perdalam rangkaian produk reksa dana, atau kelas aset lainnya, seperti emas, atau mata uang kripto, dalam memperkenalkan investasi kepada pemula.

Ajaib ingin dikenal sebagai aplikasi yang ramah untuk investor ritel pemula, maka seluruh strategi dan produk Ajaib perlu diselaraskan. VP of Product Ajaib Aurora Marsye mengatakan, aplikasi Ajaib didesain penuh untuk mempermudah investor pemula terjun ke dunia saham.

Fitur-fitur seperti registrasi akun 100% online dalam hitungan menit; tidak ada minimum investasi dan buka rekening tanpa deposit awal; tampilan grafik komprehensif, analisis teknis dan fundamental mendalam; dan berbagai materi edukasi dan forum diskusi, adalah sebagian fitur andalan untuk menarik kalangan anak muda.

“Kita remove barrier-barrier yang selama ini menghalangi investor muda untuk terjun ke pasar saham. Dengan berbagai kemudahan ini, modal yang perlu disiapkan pengguna baru itu cukup berani saja,” kata Aurora beberapa waktu lalu.

Meski aplikasi dibuat seramah mungkin buat para pengguna, Ajaib tetap mengedepankan sisi edukasi mengingat investasi ini tergolong investasi high risk high return. Salah satu pendekatan yang kerap dilakukan adalah mengadakan pelatihan-pelatihan rutin dengan memanfaatkan platform media sosial yang banyak dikunjungi anak muda setiap harinya.

“Karena targetnya investor ritel kami lihat mereka mainnya di mana, sekarang banyak main di media sosial. Kami menghampiri mereka, jemput bola. Kami yakin semua pihak juga mengambil strategi ini agar semakin mudah dijangkau oleh para pengguna,” tambah Director of Stock Brokerage Ajaib Sekuritas Anna Lora.

Langkah ini, lanjutnya, merupakan bagian dari strategi perusahaan dalam meningkatkan kualitas literasi investor saham. Menurutnya, peningkatan secara kuantitas memang penting, namun menjaga kualitas pengguna juga tak kalah pentingnya.

Kompetitor terdekatnya, Stockbit, juga dikenal sebagai wealthtech yang menawarkan produk investasi saham. Langkah berbeda diambil oleh Pluang. Startup yang didirikan Claudia Kolonas ini termasuk aplikasi wealthtech dengan kelas aset terlengkap.

Investasi saham luar negeri

Pada awal berdiri dengan brand EmasDigi, Pluang menyediakan produk investasi emas. Mereka terus menambah portofolionya, mulai dari indeks futures (micro e-mini S&P 500 dan micro e-mini NASDAQ 1000), aset kripto, dan reksa dana. Dibandingkan peers-nya, Pluang cukup eksploratif dan berani memperkenalkan kelas aset karena berambisi ingin merangkul semua pengguna yang datang dari beragam profil risiko.

“Sebagai platform legal pertama yang menyediakan akses yang aman pada produk saham AS, peluncuran produk Contract for Differences (CFD) Saham AS pada awal tahun 2022 lalu merupakan komitmen Pluang untuk menjawab antusiasme investor ritel Indonesia dalam berinvestasi langsung di berbagai perusahaan global ternama di pasar modal AS secara terjangkau,” kata Wilson.

Dia melanjutkan, dalam kombinasi jenis aset investasi, indeks saham AS menjadi kombinasi menarik yang dipilih investor untuk dipasangkan dengan aset kripto, emas, dan reksa dana. Menurut hipotesis perusahaan, para investor dapat memiliki kesempatan untuk beradaptasi dengan tren investasi secara global.

Sejak meluncurkan kelas aset CFD saham, pihaknya mendapat respons positif karena tersedianya akses investasi ke pasar saham AS. Dari 40 saham yang diluncurkan, saham perusahaan teknologi jadi pilihan terpopuler di kalangan pengguna. Selanjutnya, diikuti saham perbankan jadi alternatif pilihan. “Secara pertumbuhan kuantitatif pun, angka AUM di jenis aset investasi ini terus meningkat sejak peluncurannya.”

Pluang meyakini produk pasar global merupakan aset yang strategis untuk dimiliki para investor Indonesia. Pasalnya, pertumbuhan nilainya sangat baik dan ukuran kapitalisasi pasar yang sangat besar. Pasar saham AS sendiri telah mengalami pertumbuhan yang luar biasa sejak pandemi, juga pertumbuhan nilai aset dan investor menunjukkan tren yang positif.

“Kami mengamati bagaimana masyarakat Indonesia berusaha untuk mendiversifikasi asetnya di pasar modal AS. Dalam kepemilikan aset investasi, indeks saham AS memiliki potensi yang baik mengikuti aset investasi lainnya seperti aset kripto dan emas digital.”

Dalam temuan internal perusahaan, meski tidak dirinci secara spesifik, mayoritas pengguna akan memulai investasi dengan satu jenis produk investasi terlebih dahulu dan secara berkala memulai investasi dengan beragam aset lainnya. Kombinasi paling tinggi di kepemilikan aset jatuh pada kepemilikan aset kripto, emas digital, indeks saham AS dan reksa dana.

Kemudian, mereka juga cenderung menambah kelas aset baru dalam portofolio investasi mereka kurang lebih selama dua sampai tiga bulan. Disebutkan juga, para pengguna Pluang merupakan investor ritel pemula. Namun, mereka dinilai sudah mampu mendiversifikasi asetnya dengan merata dan bijak sesuai risiko portofolio produk investasi yang tersedia di Pluang.

Perilaku tersebut disinyalir karena mereka sudah mampu mendiversifikasi asetnya setelah mengikuti berbagai program edukasi, baik yang rutin diselenggarakan perusahaan di berbagai platform ataupun di luar itu. “Harapannya, konten-konten edukasi yang diberikan meningkatkan pemahaman pengguna kami dalam menganalisis risiko dari tiap produk investasi dan bisa memaksimalkan potensi peningkatan aset finansialnya.”

Seperti diketahui, pasar saham AS adalah salah satu pilihan utama untuk berinvestasi dalam hal mendiversifikasi portofolio. Negara ini adalah rumah bagi beberapa teknologi terbaik dan bisnis penghasil kekayaan lainnya yang menawarkan peluang investasi besar. Menurut laporan Credit Suisse, kapitalisasi pasar saham AS mewakili sekitar 56% dari total nilai pasar global.

Sementara itu, menurut Investopedia, bagi banyak investor, membeli saham luar negeri memungkinkan mereka melakukan diversifikasi dengan menyebarkan risiko, selain memberi eksposur terhadap pertumbuhan ekonomi di negara lain. Namun, risikonya volatilitasnya juga tak jauh berbeda dengan bursa saham lokal karena ada banyak faktor yang mempengaruhinya.

Makanya, lagi-lagi, investasi saham itu bukan untuk semua orang. Banyak penasihat keuangan menganggap saham asing sebagai tambahan yang sehat untuk portofolio investasi. Mereka merekomendasikan alokasi 5% hingga 10% untuk investor konservatif, dan maksimal 25% untuk investor agresif.

Akan tetapi, karena cocok untuk investasi jangka panjang, ia jadi menarik. Ada yang bilang, semakin lama seorang investor berada di pasar, semakin rendah kemungkinan kehilangan uang.

Seperti yang dikatakan David Gardner, salah satu pendiri The Motley Fool, “Tidak masalah ketika Anda berinvestasi jika Anda berinvestasi di perusahaan hebat. Sebagian kecil saham menyumbang sebagian besar pengembalian pasar secara keseluruhan. Itulah mengapa lebih baik membeli saham di perusahaan hebat sesegera mungkin daripada menunggu harga yang lebih baik yang mungkin tidak akan pernah datang.”

Saat ini, belum banyak pemain wealthtech lokal yang menggarap segmen tersebut. Nanovest, besutan Grup Sinarmas jadi satu-satunya yang lokal, kemudian ada juga Gotrade yang kini punya legalitas yang sah di Indonesia.

Nanovest tak hanya menyajikan investasi saham luar negeri, juga aset kripto, dan transfer dana. Sama seperti Gotrade, Nanovest juga bermitra dengan Alpaca untuk mengakomodasi transaksi saham. Untuk aset kripto, perusahaan sudah memiliki lisensi resmi dengan badan hukum PT Tumbuh Bersama Nano.

Gotrade

Strategic Initiatives Gotrade Ajisatria Suleiman menuturkan, pengalaman berinvestasi perusahaan asing memang bukan barang baru bagi orang Indonesia karena semua bisa diakses melalui sekuritas luar negeri melalui jaringan pribadi mereka. Namun, yang dibawa Gotrade bisa dikatakan inovasi karena perusahaan ingin mendemokratisasikan akses ini ke seluruh orang Indonesia.

“Kami percaya bahwa investor ritel baru juga harus memiliki akses yang sama terhadap produk investasi alternatif yang aman dan legal,” kata Aji.

Dia melanjutkan, hingga saat ini belum ada perusahaan sekuritas lokal di Indonesia yang dapat menawarkan sekuritas asing. Produk saham di Gotrade Indonesia adalah kontrak derivatif yang 100% didukung penuh oleh saham asli yang dimiliki di AS melalui mitra yang digaet, yakni Alpaca Securities LLC, dealer pialang teregulasi FINRA.

Di Indonesia, investasi derivatif ini diatur oleh Bappebti sehingga dibutuhkan izin Pialang Berjangka. Valbury Asia Futures pun dipilih sebagai mitra, mengingat punya reputasi baik dan pengetahuan yang mendalam terutama di bidang regulasi dan kepatuhan.

Pendanaan Seri A Gotrade
Para pendiri Gotrade / Gotrade

Dijelaskan lebih jauh, untuk setiap saham yang dimiliki oleh pelanggan Gotrade Indonesia, ada saham terkait yang dipegang oleh Valbury dalam akun terpisah di Alpaca Securities LLC. Hal ini memungkinkan Gotrade Indonesia untuk memberikan akses kepada masyarakat Indonesia ke saham AS sesuai dengan peraturan lokal Indonesia.

“Struktur kami diatur di bawah Peraturan Bappebti 1/2022 dan 2/2022. Pelanggan membuat kontrak dengan Valbury, dan Valbury kemudian melakukan transaksi terkait dengan Alpaca Securities. Kedua perdagangan ini terjadi secara real time. Seluruh transaksi dilaporkan ke Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) dan aspek moneter ditangani oleh Kliring Berjangka Indonesia (KBI), lembaga kliring perdagangan berjangka dan komoditas.”

Gotrade optimistis bahwa semakin terbukanya akses digital dan langkah edukasi masif dari berbagai pihak, secara perlahan dapat meningkatkan kedewasaan dan pengetahuan investor ritel pemula terhadap berbagai produk investasi. Hal itu tercermin dari jumlah investor ritel yang naik dua kali lipat pada tahun lalu, belum memperhitungkan investor dari produk alternatif seperti kripto. Mayoritas para investor baru ini adalah kaum muda perkotaan, paham teknologi, berpendidikan baik di posisi karir tingkat pemula atau menengah.

Sebelum resmi hadir di Indonesia, Gotrade sudah hadir sejak 2019 di Singapura. Gotrade didirikan oleh Rohit Mulani, Norman Wanto, dan David Grant. Platform ini dulunya bernama TR8 Securities yang terdaftar di Labuhan, Malaysia. Dalam operasionalnya, bermitra dengan Alpaca sebagai broker dengan lisensi FINRA dan perlindungan SIPC di Amerika Serikat.

Gotrade hadir menawarkan kemudahan untuk melakukan trading saham dari bursa Amerika Serikat. Aplikasi ini memungkinkan pengguna membeli saham pecahan di NYSE dan saham yang diperdagangkan di NASDAQ mulai dari $1 alias in fraction atau sepersekian dari satu lembar saham. Investor tetap mendapat dividen sesuai jatah kepemilikan saham.

Tidak disebutkan jumlah pengguna Gotrade Indonesia maupun global sejauh ini, pun nominal AUM yang telah dikumpulkan.

Pluang Kripto

Targetkan Generasi Muda, Pluang Hadirkan Layanan Aset Kripto

Berdasarkan data yang dirilis oleh adan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), tercatat saat ini jumlah investor dan nilai transaksi aset kripto di Indonesia pada awal tahun 2022 meningkat cukup signifikan. Nilai transaksi aset kripto di Indonesia bertumbuh dari Rp64,9 triliun pada 2020 menjadi Rp859,4 triliun di tahun 2021. Kenaikan pertumbuhan transaksi aset kripto mencapai 16,2% per bulannya.

Meningkatnya demand tersebut dimanfaatkan oleh Pluang, yang merupakan platform investasi multi-aset, untuk menghadirkan layanan aset kripto. Menggandeng PT Bumi Santosa Cemerlang (BSC) sebagai mitra, Pluang saat ini dapat melakukan kegiatan perdagangan aset kripto yang sudah terdaftar di BAPPEBTI.

Kepada DailySocial.id, Director of External Affairs Pluang Wilson Andrew mengungkapkan, Pluang berkomitmen memberikan kemudahan dan akses seluas-luasnya kepada para investor aset kripto dengan jaminan keamanan yang baik.

Berbeka lisensi sebagai calon pedagang fisik aset kripto, Pluang bersama BSC ingin memaksimalkan potensi keterbukaan akses digital ini untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi digital. Investasi aset kripto di Pluang bisa dilakukan mulai dari Rp5 ribu dan hanya dengan tiga kali klik saja di aplikasi.

BSC merupakan mitra dari Pluang yang baru saja mendapatkan lisensi sebagai Calon Pedagang Fisik Aset Kripto melalui Keputusan Kepala BAPPEBTI dengan nomor 012/BAPPEBTI/CP-AK/4/2022.

“Dengan kolaborasi ini, Pluang bersama BSC dapat memberikan akses perdagangan aset kripto yang aman, terpercaya, serta diawasi oleh otoritas berwenang dengan adanya tanda daftar dari Bappebti,” kata Wilson.

Sebelumnya, Pluang juga telah bermitra dengan PT Aset Digital Berkat (Tokocrypto) dan PT Zipmex Exchange Indonesia (Zipmex) dalam menyediakan akses investasi aset kripto.

Pluang juga telah mengantongi lisensi perdagangan emas digital dari BAPPEBTI dalam menawarkan aset emas digitalnya, Pluang bekerja sama dengan PT Pluang Emas Sejahtera (PES) yang terdaftar sebagai pedagang fisik emas digital.

Izin tersebut memungkinkan Pluang untuk menawarkan produk emas digital pada penggunanya secara aman dan terjamin di bawah regulasi dan pengawasan lembaga negara Indonesia.

Fokus menjadi layanan platform investasi multi-aset

Didirikan oleh Claudia Kolonas dan Richard Chua, Pluang saat ini mengklaim telah memiliki lebih dari 6,7 juta pengguna telah terdaftar di platformnya. Mereka juga telah memiliki beberapa produk investasi di antaranya Emas Digital, Micro E-Mini Index Futures, Saham AS CFD, Aset Digital, dan Reksa Dana. Adanya berbagai macam aset investasi merupakan komitmen dari Pluang untuk mempermudah masyarakat dalam melakukan diversifikasi portofolionya.

Setelah meluncurkan layanan aset kripto, ke depannya Pluang juga memiliki rencana untuk terus berinovasi baik dari sisi penambahan kelas aset maupun fitur-fitur pelengkap untuk mempermudah para investor di Indonesia dalam melakukan diversifikasi aset.

“Kami juga terus melakukan riset pasar untuk menjawab kebutuhan terkini dari para investor, khususnya investor ritel di kalangan milenial, dan tengah menggodok beberapa inovasi produk baru untuk menjawab tren berinvestasi yang semakin berkembang di masyarakat saat ini,” kata Wilson.

Tercatat saat ini Pluang telah mengalami peningkatan jumlah pengguna hingga 10 kali lipat. Pertumbuhan masif ini juga disumbang oleh pertumbuhan jumlah investor kripto di Pluang yang terus meningkat. Dengan tren positif dan legalitas dari otoritas berwenang ini, perusahaan optimis ke depannya jumlah investor kripto akan terus bertumbuh dan transaksi investasi kripto menjadi kian terjamin.

“Ekosistem yang semakin matang ini akan turut membantu pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia terutama dalam hal investasi aset digital,” kata Wilson.

Awal tahun 2021 lalu Pluang telah merampungkan penggalangan dana pra-seri B sebesar $20 juta atau 288,8 miliar Rupiah. Konsorsium pendanaan tersebut dipimpin oleh Openspace Ventures didukung investor yang telah terlibat di putaran sebelumnya, termasuk Go-Ventures. Sebelumnya Pluang telah mendapatkan pendanaan Seri A senilai $3 juta pada Maret 2019.

Application Information Will Show Up Here
Amplitude, Vidio dan Pluang Terapkan Strategi Product-led Growth untuk Bangun Customer Retention

Penerapan Strategi “Product-led Growth” di Startup

Dalam menjalankan sebuah startup, penting bagi founder untuk bisa menentukan strategi yang tepat untuk bisa mengembangkan bisnis menjadi berkelanjutan. Ada bermacam-macam strategi pertumbuhan yang bisa dilakukan perusahaan baik dari sisi produk maupun sales.

Dalam kesempatan kali ini, #SelasaStartup ingin mengupas lebih dalam terkait product-led growth bersama tim produk dari tiga startup yaitu Amplitude, Vidio, dan Pluang.

Product-led growth atau strategi pertumbuhan yang bertumpu pada produk ini merupakan metodologi bisnis di mana akuisisi pengguna, ekspansi, konversi, dan retensi semuanya dikendalikan oleh produk itu sendiri. Hal ini menciptakan keselarasan seluruh perusahaan di seluruh tim—dari teknisi hingga tim penjualan dan pemasaran—di sekitar produk sebagai sumber terbesar pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan dan terukur.

Tidak ada strategi satu-untuk-semua

Diskusi #SelasaStartup terkait product-led growth ini menghadirkan tiga startup yang memiliki segmen berbeda. Amplitude dengan produk SaaS platform analitiknya, Vidio yang menawarkan layanan video-on-demand, juga Pluang dengan produk investasinya. Ketiga produk ini hanyalah beberapa jenis dari sekian banyak produk yang ditawarkan di luar sana.

Dalam menerapkan product-led growth, VP of Product Pluang Robert Tan mengungkapkan fakta bahwa “there’s no one strategy that fits to all” atau tidak ada satu strategi yang akan cocok untuk semua segmen. Contohnya saja, ketika Pluang berusaha meningkatkan penetrasi dengan memungkinkan e-KYC lintas platform, hal ini tidak berlaku di layanan video karena bisnisnya tidak mengharuskan pengguna untuk melakukan KYC.

Robert turut menambahkan bahwa product-led growth bukan semata-mata tanggung jawab tim produk dalam suatu perusahaan. Growth atau pertumbuhan adalah tugas dari semua tim. Bagaimana semua tim bisa berkoordinasi dengan baik guna memaksimalkan value yang diterima pengguna. Maka dari itu, dibutuhkan waktu khusus untuk semua divisi berkumpul dan mengorkestrasikan strategi ini bersama sehingga tidak ada fungsi yang overlap.

Ketika cahaya melewati prisma, warna berbeda yang membentuk cahaya putih menjadi terpisah dan menciptakan efek pelangi. Sumber: productled.org

Prisma di atas dapat diibaratkan sebagai perusahaan yang bertumpu pada produk. Warna yang berbeda adalah semua tim yang berbeda—pemasaran, penjualan, CS, desain, teknisi—yang biasanya beroperasi pada panjang gelombang yang berbeda. Alih-alih memisahkan mereka, prisma yang dipimpin produk menyatukan tim-tim ini. Panjang gelombang gabungan mereka membentuk cahaya terang dan fokus terhadap pengalaman pengguna (user experience).

Penggunaan data

Terkait waktu yang tepat untuk memulai product-led growth, Enterprise Account Executive Amplitude SEA Karina Gunawan mengatakan, banyak startup yang merasa tidak siap jika belum mencapai tahap tertentu dalam bisnisnya. Namun, dalam dinamika industri teknologi saat ini, kita dituntut untuk bisa bergerak cepat. Tentunya, tetap dengan pertimbangan-pertimbangan yang matang.

Untuk bisa bergerak lebih dinamis, tentunya tidak mudah dan penuh tantangan. Contohnya dari sisi data, tidak mudah untuk bisa memproses dan menganalisis semua data yang ada. Bahkan untuk mendapatkan data tersebut juga tidak mudah. Sugesti dari Karina adalah agar perusahaan rintisan bisa menentukan prioritas, apa yang menjadi goal, sehingga ketika berhadapan dengan data, mereka bisa lebih selektif. “Tidak perlu mendapatkan semua data, cukup yang relevan saja,” ujarnya.

Dari sisi data, ada banyak cara untuk mendapatkan data-data yang relevan, seperti terlibat langsung dengan pengguna, seperti melakukan survey atau wawancara. Pilihan lainnya, bisa dengan investasi di perusahaan data atau pihak ketiga untuk bisa mendapatkan data yang layak dan bisa digunakan untuk mendorong perkembangan perusahaan.

Menyederhanakan proses, memaksimalkan hasil

Chief Product Officer Vidio Dhiku Hadikusuma Wahab membagikan prinsipnya terkait penerapan product-led growth dalam perusahaan rintisan. Pertama, mulai dari masalah pengguna, masing-masing tim sebagai representasi pengalaman pengguna dan menuangkan inisiatif untuk ke depannya dimasukkan ke dalam roadmap. Kedua, fokus pada core feature, nilai seperti apa yang ingin diberikan. Vidio sebagai platform video-on-demand fokus pada player.

Yang ketiga adalah simplicity. Pastikan nilai-nilai yang ditawarkan dapat diterima dengan mudah oleh pengguna. Selain itu, dari sisi teknis, satu hal yang perlu diperhatikan yaitu reusability. Ketika mengembangkan sebuah produk, sebisa mungkin pastikan bahwa produk itu bisa di replikasi dan implementasi di hal lain, sehingga bisa mendorong efisiensi pekerjaan.

Pada akhirnya, semua strategi yang dilancarkan semata-mata bertujuan untuk bisa membawa pengguna kembali ke platform/layanan atau yang sering disebut customer retention. Bagaimana bisa mereplikasi pengalaman dari pengguna yang puas serta mengimplementasikannya pada pengguna yang belum puas. Aha moment is real, ketika pengguna dapat merasakan value yang ditawarkan, maka hal ini juga yang akan menentukan keberlanjutan bisnis perusahaan.

Amplitude-Vidio-dan-Pluang-Terapkan-Strategi-Product-led-Growth-untuk-Bangun-Customer-Retention

Amplitude, Vidio dan Pluang Terapkan Strategi Product-led Growth untuk Bangun Customer Retention

Sebagai perusahaan rintisan, tentunya mencapai growth yang cepat jadi salah satu tujuan yang didambakan. Nyatanya tidak semudah itu, terlebih melihat persaingan industri digital yang kian ramai.

Menjawab keresahan tersebut, DailySocial.id berkolaborasi dengan Amplitude mengundang Karina Gunawan, Enterprise Account Executive Amplitude, Robert Tan, VP of Pluang dan Dhiku Hadikusuma Wahab, Chief Product Officer of Vidio dalam acara webinar #SelasaStartup yang bertajuk: “Growth Webinar: Build for Product-Led Growth”, bersama pada Selasa, 18 Januari 2022 lalu.

Bagaimana produk digital yang kita buat lebih dipilih?

Untuk mengatasi persoalan ini, para pemain di industri digital pun ramai-ramai menerapkan strategi product-led growth. Perusahaan yang melakukan strategi product-led growth lebih cepat bisa menjadi lebih lebih efisien dan scalable dalam mengakuisisi, mengelola engagement, retention dan loyalitas user, terlebih di tengah kompetisi industri digital, menarik pengguna untuk mencoba dan tetap ‘sticky’ terhadap produk bisnis Anda menjadi satu tantangan tersendiri.

Dalam diskusi ini, kami mendatangkan platform wealthtech Pluang, yang baru saja berhasil meraih pendanaan tambahan di putaran lanjutan Seri B senilai $55 juta atau setara Rp787 miliar pada Januari 2022 ini. Selain itu perwakilan dari perusahaan yang masuk dalam jajaran centaur, Vidio, juga turut menceritakan pengalaman mereka serta berbagi tips dan best practice membangun growth bisnis perusahaan digital sukses tersebut.

Melengkapi diskusi ini, tak luput perusahaan pionir digital optimization penyedia layanan data dan analisis produk, Amplitude, turut hadir memberikan pandangan bagaimana strategi product-led growth dapat memacu pertumbuhan startup digital

“Saya melihat banyak startup merasa belum ready […]. Padahal, karena kompetisi makin cepat dan customer juga ekspektasinya makin tinggi, makanya penting untuk cepat melakukannya (product-led growth) di awal,” terang Karina.

Amplitude juga membuka kesempatan bagi para perusahaan rintisan melalui program scholarship. Para startup diberikan akses data komprehensif dan support dari tim Amplitude secara gratis selama satu tahun. Program ini bisa Anda ikuti di tautan ini atau email melalui scholarship@amplitude.com.

Penasaran bagaimana sepak terjang ketiga perusahaan ini membangun growth?

Simak webinar #SelasaStartup “Growth Webinar: Build for Product-Led Growth” selengkapnya di sini!

Kiat Tepat Membangun “Growth” Bisnismu Melalui Pengembangan Produk

Banyak cara dilakukan untuk menarik dan meyakinkan orang agar membeli produk Anda. Salah satunya adalah membuat orang langsung mencoba produk Anda secara gratis.

Seperti metode freemium atau free trial yang lumrah banyak digunakan oleh perusahaan digital ternama sebagai strategi untuk menarik banyak pengguna. Keduanya, ternyata merupakan bagian dari adaptasi tren pendekatan product-led growth yang populer mulai tahun 2020 ini. Strategi diklaim menjadi masa depan strategi bisnis untuk berkembang.

Product-led growth (PLG) sendiri merupakan metode memusatkan produk sebagai penggerak utama untuk mengakuisisi, mengaktivasi, dan mengelola pengguna (user). Strategi ini fokus pada end-user langsung dengan memangkas langkah-langkah panjang yang biasa perusahaan lakukan dengan metode marketing-led/sales-led growth.

Sejumlah brand ternama sudah memanfaatkan strategi product-led growth

Fokus pada mempercepat penyampaian value produk, versi semacam ‘try-before-you-buy’ seperti freemium dan free trial ini mempermudah pengguna sehingga mereka bisa langsung merasakan sendiri manfaat dan seluruh fitur produk sepanjang mereka inginkan serta merasakan langsung bagaimana ternyata produk tersebut bisa mengatasi masalah mereka dengan mudah.

Akumulasi dari experience langsung dan terus menerus ini kemudian idealnya membuat pengguna tertarik untuk memutuskan pembelian produk atau terus menggunakan produk tersebut sebagai solusi permasalahan mereka.

Hal ini senada dengan survei dari Forrester yang menyebutkan, 75% B2B condong memilih self-serve model. 3 dari setiap 4 B2B buyers lebih memilih self-educate dibandingkan belajar tentang produk dari tim sales perusahaan.

Strategi product-led growth ini bisa kita lihat dari brand kenamaan luar negeri yang berkecimpung di industri digital berbasis cloud seperti teleconference maupun desain online. Produk mereka banyak diadopsi oleh pengguna karena mudah digunakan dan terlebih lagi memiliki opsi fitur tanpa berbayar.

Pada akhirnya, bisnis brand-brand besar ini tumbuh dengan cepat dengan sedikit uang yang dikeluarkan untuk pemasaran (marketing-led growth). Produk mereka terpasarkan dengan sendirinya dari cerita mulut-ke-mulut para pengguna ‘gratis’ yang puas akan produk tersebut.

Kiat membangun strategi product-led growth

Mengimplementasikan product-led growth mempunyai manfaat yang besar, seperti memperluas jangkauan pengguna, meningkatkan kepuasaan pelanggan, dan mengurangi biaya akuisisi pengguna.

Adapun kiat dalam membangun product-led growth sebagai berikut:

1. Jadikan customer experience yang pertama

Ketika membuat produk, visi yang harus dibangun adalah bagaimana produk tersebut memberikan pengalaman terbaik bagi yang menggunakannya. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh PwC, 73% konsumen mengatakan customer experience merupakan faktor esensial dalam melakukan keputusan pembelian.

2. Kuasai road map produk

Setelah memiliki visi yang fokus pada pengalaman pengguna, selanjutnya adalah membuat peta jalan produk sebagai petunjuk bagi founder sendiri maupun tim produk akan apa saja yang harus dilakukan untuk menyukseskan tujuan atau program yang coba dibangun.

3. Fokus pada adopsi dan engagement user/customer

Membuat produk dengan segala fitur canggih saja tidak cukup. Produk yang dibuat harus bisa menarik dan membantu pengguna untuk terus menggunakan produk Anda. Salah satu caranya adalah memperkenalkan dan menuntun pengguna anda mengoptimalkan fitur-fitur produk lain yang belum terjamah seperti fitur guides.

4. Selalu kembangkan produk

Selalu kembangkan produk mengikuti kebutuhan pengguna. Cara ini memberikan makna bahwa perusahaan Anda selalu peduli dan berusaha memberikan solusi yang terbaik. Lebih lagi, ini bisa memupuk kesetiaan pengguna.

5. Kuatkan strategi dengan data

Ingin membuat produk yang bagus dan disukai oleh banyak orang artinya membutuhkan data perilaku pengguna target pasar produk Anda. Anda bisa meminta feedback langsung dari pengguna atau melihat data tracking saat pengguna mencoba produk Anda.

Misalnya, kenapa fitur A lebih sedikit digunakan dibanding fitur B. Dari data tersebut Anda bisa mengambil keputusan mana yang harus diperbaiki dan terus dikembangkan. Cobalah mulai untuk menggali permasalahan apa yang sedang dihadapi dari data tersebut dan mencari solusinya.

Terlihat mudah, namun menjalankan strategi product-led growth juga membutuhkan pemaham yang lebih mendalam baik bagi seorang founder maupun product manager. Belajar memahami langsung dari praktisi profesional bisa menjadi salah satu jawabannya.

Mengakomodasi hal ini, DailySocial akan mengupas tuntas strategi product-led growth pada Selasa, 18 Januari 2022 mendatang dalam webinar #SelasaStartup dengan topik “Growth Webinar: Build for Product-Led Growth.”

Kiat-Tepat-Membangun-Growth-Bisnismu-Melalui-Pengembangan-Produk

Acara yang digelar daring ini nantinya akan menjelaskan product-led growth lebih mendalam disertai berbagai tips dan best practice langsung dari Amplitude, perusahaan pionir dalam bidang digital optimization dan Robert Tan, VP of Pluang serta Dhiku Hadikusuma Wahab, Chief Product Officer of Vidio .

Mulai “growth” bisnismu melalui pengembangan produk sekarang. Daftar #SelasaStartup melalui tautan ini.

 

Pluang Secures 787 Billion Additional Funding, to Further Democratize Investment Access

The wealthtech platform Pluang has raised $55 million funding or equivalent to IDR 787 billion led by Accel, a Silicon Valley based venture capital firm. This is the follow-up round of the latest series B funding in September, Pluang has currently secured a total funding of $110 million throughout 2021.

Other investors involved in this round were Trung Nguyen, Andy Ho, Aleksander Leonard Larsen, and Jeffrey Zirlin (founder of Axie Infinity), Alexa von Tobel (former CEO of Learnvest), Daniela Binatti (CTO of Pismo), Jannick Malling and Leif Abraham. (Co-CEO of Public.com), Raghu Yarlagadda (CEO of FalconX), Sergio Jimenez (CEO of Flink), The Chainsmokers, BRI Ventures, Gold House, along with previous investors, including Square Peg, Go-Ventures, UOB Venture Management, and Openspace Ventures.

Pluang will use the fresh money to continue democratizing investment access to various asset classes for all levels of society. Pluang also plans to expand its business coverage to Southeast Asia. It is in line with the company’s mission to empower and increase financial literacy and inclusion in the region.

“With this additional funding, our team can accelerate momentum and provide the tools, resources, knowledge and insights to enable more people building a long-term wealth. We are excited to have a world class investor like Accel, as well as our new investors, which supports Pluang to grow to the next level,” Pluang’s Co-Founder, Claudia Kolonas said in an official statement.

Democratizing investment access

Was founded in 2019 by Claudia Kolonas and Richard Chua, Pluang started the business by providing access to gold investments. Within 3 years of operation, Pluang has had over 4 million registered users in Indonesia and the number is rapidly growing.

Pluang recorded a 22-fold user growth, making active transactions between January 2020 and November 2021. In addition, they also recorded a 28.5-fold user growth with active balances in the same period.

Pluang’s growth cannot be separated from the product diversification available on its platform. Starting from gold, capital markets, mutual funds, and the recently added, Micro E-mini Nasdaq 100 Index Futures investment asset class. It is a derivative futures product that is traded on the Chicago Merchantile Exchange (CME).

In addition, partnerships with several super apps in the Southeast Asia region have also opened up wider access to investment for the public. Pluang has several partners, incluuding Gojek, DANA, Bukalapak, and Tokopedia. This December, Pluang has officially entered Tokopedia’s ecosystem as an alternative option for gold investment.

Regarding novice investor as a target market, Claudia also mentioned that Indonesia’s investment penetration is still below 1 percent, resulting in a very large opportunity in this sector. Therefore, Pluang, by all means, eager to improve financial literacy and encourage democratization of investment access for all audiences.

“Financial literacy for the young generation is one solution to overcome economic inequality in Indonesia. We are so excited to contribute in reducing this economic gap by providing access to products that used to be out of reach,”  Claudia said in a webinar held by Pluang (1/12).

In the near future, Pluang is to launch the first investment product in Indonesia that allows users to invest in US stocks starting from 0.1 units .

Investment in the wealthtech sector

Global investors have also realized the size and potential of the digital economy market in Southeast Asia. In 2020 alone, the total investment disbursed into startups in Southeast Asia has reached $8.2 billion. The wealthtech sector itself takes part of the total investment.

Claudia also mentioned, “As the largest country in Southeast Asia, we are very proud to see rapid developments in the capital market and digital assets. Currently, more than 10 million people have invested in Indonesia. Hopefully, Indonesia can be an example and an incubator for other countries in Southeast Asia to develop the wealthtech sector in each respective countries.”

Aside from Pluang, several platforms that provide similar services have also succeeded to raise funding throughout 2021. DailySocial.id managed to create a list of those companies :

Platform Stage Funding
Moduit Pra-Seri A (November) 65 miliar Rupiah
Bareksa Seri C (November) Tidak disebutkan
Ajaib Seri B (Oktober) >2,1 triliun Rupiah
Bibit Lanjutan Seri A (Mei) 938 miliar Rupiah
FUNDtastic Seri A (Februari) 108 miliar Rupiah


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here