Tag Archives: plug n play

Bustiket Permudah Pembelian Tiket Bus Melalui Teknologi “End-to-End”

Penjualan tiket bus sendiri saat ini terbilang masih yang tertinggi di Indonesia jumlahnya, terutama saat musim tertentu dibandingkan dengan tiket kereta api dan pesawat. Hal ini membuktikan besarnya potensi untuk menciptakan platform digital untuk penjualan tiket bus. Masih rumitnya sistem yang ada dan banyaknya jumlah operator bus dan rute bus tersebut di tanah air, menjadi alasan utama mengapa belum banyak layanan yang mencoba untuk menghadirkan sistem digital terpadu.

Melihat peluang tersebut, Bustiket kemudian mencoba menjawab permasalahan ini dengan menghadirkan solusi yang menghubungkan operator bus, agen travel  dan penumpang. Kepada DailySocial, Founder dan CEO Bustiket Theo Rusli mengungkapkan Bustiket ingin menjembatani kebutuhan pembeli sekaligus membantu operator bus mulai mengadopsi teknologi dengan sistem end-to-end. Tak hanya untuk konsumen, mereka menyediakan sistem manajemen tiket untuk operator bus.

“Setelah selesai studi dan bekerja di AS, ketika kembali ke Indonesia saya mencoba untuk membangun perusahaan yang berbasis teknologi sesuai dengan pengalaman terdahulu. Saya melihat industri bus di Indonesia masih belum dijajaki secara menyeluruh, karena itu saya dan tim membuat sistem end-to-end sebagai solusi terbaik untuk pembeli dan pemilik usaha.”

Mempermudah pembelian tiket bus secara online

Saat ini pembeli tiket bus di Indonesia masih harus melakukan pembelian langsung ke terminal yang menjual rute bus yang dituju. Masalah lain yang kerap dihadapi oleh pembeli adalah tidak menentunya harga jual hingga tidak ada informasi yang jelas apakah tiket yang akan dibeli masih tersedia atau telah habis terjual. Belum lagi dengan terbatasnya peluang masing-masing terminal bis untuk menjual semua rute bus yang tersedia.

“Saat ini tiket pesawat dan kereta api sudah bisa dibeli secara online dengan sistem yang terintegrasi dan real time, sementara pembeli tiket bus masih harus melakukan kegiatan tersebut secara offline. Bustiket melalui aplikasi mobile, desktop, dan mobile browser menjawab semua kesulitan tersebut,” kata Theo.

Dengan Bustiket pembeli bisa secara langsung menentukan rute bus yang dituju, tanggal yang diinginkan serta harga tiket yang tetap (fix) dalam bentuk E-Ticket tanpa harus datang ke terminal bus. Nantinya usai melakukan pembelian, E-Ticket tersebut bisa ditukarkan dengan tiket asli saat keberangkatan.

Untuk mempermudah pembelian, Bustiket menyediakan pilihan pembayaran yang beragam, mulai dari kartu kredit, transfer bank, pembayaran melalui Indomaret dan Alfamart hingga melalui Doku. Aplikasi Bustiket saat ini sudah bisa diunduh di platform Android dan menyusul untuk versi iOS.

Platform gratis untuk operator bus dan agen travel

Sementara ini Bustiket masih menyediakan rute bus di pulau Jawa, Madura, Bali beberapa kota di Sumatra, dan dalam waktu dekat Kalimantan. Dengan jumlah 70 operator bus yang telah bergabung dengan Bustiket, diharapkan hingga akhir tahun 2017 nanti jumlah tersebut bisa bertambah. Untuk transaksi per hari, saat ini Bustiket telah mendapatkan 100 transaksi per harinya.

“Tidak dapat dipungkiri saat ini dengan cara konvensional para operator bus di Indonesia sudah merasa cukup nyaman dengan bisnis yang ada, sehingga upaya kami untuk melakukan sosialisasi masih harus dilakukan. Namun demikian dengan kehadiran Go-Jek, Grab dan Uber, paling tidak sudah membuka mata para operator bus untuk mulai melirik teknologi untuk meningkatkan bisnisnya,” kata Theo

Dengan Ticket Management System yang dimiliki Bustiket, operator bus bisa menikmati software yang dibuat Theo dan tim Bustiket secara gratis. Nantinya melalui dashboard dan akses secara mobile, operator bus dan agen travel bisa memonitor transaksi, jumlah pembelian, dan informasi terkait lainnya secara real time. Hal tersebut bisa mengurangi perhitungan yang saat ini masih digunakan yaitu memanfaatkan kertas tiket yang ada.

“Untuk komisi yang nantinya didapatkan Bustiket kami ambil dari penjualan tiket di masing-masing operator bus dan agen. Jumlahnya pun bervariasi sesuai dengan ketentuan dan perjanjian antara Bustiket dengan operator bus,” kata Theo.

Target dan rencana Bustiket tahun 2017

Startup yang mulai merilis produknya sejak tahun 2016 lalu saat ini masih menjalankan bisnis secara bootstrap. Mereka hingga kini belum ada rencana untuk melakukan penggalangan dana. Fokus utama dari Bustiket tahun 2017 ini adalah menambah jumlah operator bus dan semua rute bus yang ada di Indonesia, menambah jumlah tim internal, dan mempromosikan penggunaan Bustiket yang lebih luas. Saat ini Bustiket juga terlibat program akselerator Plug and Play Indonesia.

“Bustiket ingin menjadi platform yang bisa membantu operator bus dan agen travel yang belum memiliki sumber daya dan cukup uang untuk membangun jaringan IT dalam bisnisnya. Dengan sistem terkini dan berbasis komputasi awan, diharapkan akan lebih banyak lagi operator bus dan pembeli yang memanfaatkan platform dari Bustiket,” tutup Theo.

Application Information Will Show Up Here

Mengupas Kendala Layanan Fintech dan Logistik E-Commerce di Indonesia

Hari terakhir kegiatan Global Ventures Summit 2017 membahas topik yang saat ini menjadi tren di Indonesia yaitu fintech dan e-commerce. Sebagai negara yang saat ini masih dikenal paling rendah literasinya terhadap finansial, hal tersebut masih menjadi kendala terbesar, terutama untuk layanan fintech lokal hingga asing yang ada di Indonesia.

Sesi diskusi yang dipandu Nayoko Wicaksono dari Plug n Play, Ninou Sarwono dari Capital Group, dan Simon Costello dari HaloMoney membahas tantangan yang dihadapi oleh layanan fintech di tanah air.

Kesulitan startup layanan fintech untuk scale-up

Tahun 2017 bisa dibilang merupakan tahun terbaik untuk layanan fintech di Indonesia. Makin maraknya layanan P2P lending, layanan keuangan dan lainnya hadir di Indonesia, menandakan potensi yang cerah bagi layanan fintech saat ini. Namun demikian bagi layanan fintech yang sudah menjalankan bisnisnya selama 1-2 tahun terakhir, saat ini mengalami kesulitan untuk melakukan scale up.

Selain scale up, kendala lainnya yang hingga kini masih dirasakan oleh semua layanan fintech di Indonesia adalah masih rendahnya rasa percaya atau trust dikalangan pengguna untuk melakukan pembayaran dan aktivitas keuangan lainnya melalui desktop dan aplikasi mobile. Di sisi lain Indonesia sendiri merupakan negara terbanyak yang masih belum memiliki akun rekening dan bank, dan minimnya kepemilikan kartu kredit.

“Saya melihat perbedaan tersebut terlihat dengan layanan fintech di AS yang lebih banyak didorong oleh pelaku startup, sementara di Indonesia operator telekomunikasi hingga bank, memiliki andil yang besar dan cukup agresif menghadirkan layanan fintech untuk pengguna,” kata Simon Costello.

Besarnya jumlah pengguna di operator telekomunikasi dan bank menjadi keuntungan lebih tentunya untuk memasarkan berbagai layanan yang ada. Simon menambahkan bahwa agar layanan fintech di Indonesia bisa eksis, harus fokus apakah ingin menjadi aggregator atau platform provider.

Dukungan pemerintah untuk layanan fintech

Layanan fintech selama ini selalu di asosiasikan dengan regulator, dalam hal ini OJK hingga Bank Indonesia. Agar semua pelaku startup yang menyasar layanan fintech bisa menjalankan bisnisnya dengan baik, dibutuhkan dukungan dan pengawalan yang cukup intensif dari regulator di Indonesia.

“Saat ini pemerintah Indonesia dan para regulator pada khususnya sudah mulai agresif membantu layanan fintech untuk menemukan formula dan regulasi yang tepat. Diharapkan nantinya akan lebih cepat dan aktif lagi regulator membuat keputusan serta kebijakan yang ada,” kata Ninou Sarwono.

Dilema layanan logistik di Indonesia

Muhamad Fajrin Rasyid dari Bukalapak, Loren Sanchez dari Linio, Krishnan dari Fabelio

Hari terakhir GVS 2017 juga menghadirkan pemain e-commerce dari Meksiko yaitu Loren Sanchez dari Linio, Krishnan dari Fabelio dan Muhamad Fajrin Rasyid dari Bukalapak. Dalam perbincangan tersebut masing-masing membicarakan tentang kendala terkait logistik di Indonesia dan Meksiko yang ternyata tidak jauh berbeda.

Luasnya wilayah di Indonesia terkadang menyulitkan layanan e-commerce untuk melakukan pengiriman barang ke pelosok di Indonesia. Kesamaan lain yang diklaim Loren Sanchez dari Linio adalah model kemitraan yang diterapkan Bukalapak dengan pihak logistik.

“Kami memiliki kemitraan dengan 10 perusahaan logistik di Indonesia. Hal tersebut memudahkan pengguna yang dengan bebas memilih perusahaan logistik mana yang ingin digunakan untuk pengantaran barang,” kata Fajrin.

Senada dengan Bukalapak, Linio juga melakukan kemitraan dengan beberapa perusahaan logistik serta memberikan kebebasan untuk pengguna melakukan pengantaran sesuai dengan perusahaan logistik pilihan.

“Karena luasnya Meksiko, terkadang para kurir kesulitan menemukan alamat karena tidak dilengkapi dengan alamat yang jelas dan kode pos. Hal tersebut yang hingga kini kasih menjadi kendala terbesar kami,” kata Loren.

Masalah lain yang kerap dihadapi Bukalapak adalah masih banyaknya penjual yang memanfaatkan media sosial. Kebanyakan dari penjual tersebut banyak yang palsu, namun berhasil menarik perhatian pembeli dengan iming-iming harga yang murah dan produk yang beragam.

“Karena penjual palsu tersebut makin rendah kepercayaan masyarakat Indonesia untuk melakukan pembelian secara online. Hal tersebut secara langsung merugikan kami sebagai layanan e-commerce yang sepenuhnya membutuhkan kepercayaan publik,” kata Fajrin.


Disclosure: DailySocial adalah media partner Global Ventures Summit 2017

Kemitraan Strategis Telkom dan Plug n Play Buka Akses ke Silicon Valley

Plug n Play (PNP) merupakan salah satu perusahaan ventura di Silicon Valley yang dikunjungi oleh Presiden Joko Widodo saat menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN-Amerika Serikat. Sebagai perusahaan yang saat ini tengah bermitra dengan PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk (Telkom), kerjasama strategis ini memungkinkan Telkom memiliki akses ke Startup dari Silicon Valley sekaligus juga sebagai physical of presence untuk Telkom Group dalam mengirimkan Startup Indigo Telkom ke Silicon Valley melalui program Startup Global Telkom.

Plug n Play merupakan platform inovasi global, yang menghubungkan startup dengan perusahaan. Saat ini Plug n Play telah berinvestasi di lebih dari 100 perusahaan setiap tahun. Beberapa startup yang telah mendapatkan investasi dari Plug n Play di antaranya adalah PayPal, Dropbox, SoundHound, dan Lending Club.

Terkait kerja sama Telkom dengan PNP, Indra Utoyo menjelaskan bahwa Telkom telah membuka kantor pertamanya di Silicon Valley melalui anak perusahaannya Metra Digital Investama (MDI).

”MDI merupakan perusahaan pertama dari Indonesia yang melakukan kerja sama dengan Plug and Play (PNP), ini penting terutama untuk mendukung pengembangan Ecosystem Startup Indonesia, sebagai jembatan penghubung antara Indonesia dengan Silicon Valley,” kata Indra.

Nantinya, diharapkan melalui Immersion program (program experiencial learning di Silicon Valley) dan jaringan mentorship global, dapat menciptakan kualifikasi startup di Indonesia lebih baik, meningkatkan kemampuan, dan bisa membangun ekosistem digital yang ideal.

“Kita mencari bibit inovasi/teknologi dari startup-startup dari Silicon Valley untuk sinergi market dengan Telkom group dan juga untuk mengirimkan startup-startup Indigo terpilih untuk mengikuti program Immersion minimal 2 startup (yang qualified) di Q2 tahun ini.” kata Direktur Innovation & Strategic Portfolio Telkom Indra Utoyo yang turut serta dalam kunjungan tersebut.

Pemerintah sendiri diwakili oleh Kominfo saat ini tengah menjajaki kerjasama dengan pelaku startup, perusahaan teknologi, akselerator hingga inkubator untuk bisa membantu pemerintah Indonesia menyiapkan 200 startup pada tahun 2016.

Dalam kesempatan tersebut Presiden menyampaikan pesan kepada Tim Telkom yang dipimpin oleh Deputy EGM Divisi Digital Service Ery Punta dan didampingi oleh Direktur Portfolio Management Metra Digital Investama (MDI) G.N. Sandhy Widyasthana, agar Telkom dapat mendukung target pemerintah. Telkom menargetkan untuk membina 40 Startup baru di tahun 2016 ini dalam rangka mendukung program pemerintah tersebut.